Peradilan Agama Ruang Lingkup

2. Peradilan Agama

Peradilan, berasal dari bahasa Arab ”adil” yang sudah diserap menjadi bahasa Indonesia yang artinya: proses mengadili atau suatu upaya untuk mecari keadilan atau penyelesaian sengketa hukum di hadapan badan peradilan menurut peraturan yang berlaku. Sedangkan Istilah Peradilan Agama merupakan terjemahan dari istilah godsdientige rechtspraak , 13 suatu istilah yang berasal dari perundang-undangan Belanda. Godsdientige berarti ibadah atau agama, sedangkan rechtspraak berarti peradilan. 14 Peradilan adalah proses pemberian keadilan di suatu lembaga yang disebut pengadilan. Pengadilan adalah lembaga atau wadah yang bertugas menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam “mengadili dan menyelesaikan perkara” itulah terletak proses pemberian keadilan itu, yang dilakukan oleh hakim baik hakim tunggal maupun majelis. 15 Kata “Peradilan” itu sendiri dalam Bahasa Arab adalah “Qodla” yang berarti menyelesaikan, memutuskan sesuatu dan menyempurnakannya. Dalam fiqih Islam dikemukakan bahwa peradilan itu merupakan suatu badan yang menyelesaikan perkara dengan menggunakan hukum kehendak Allah sebagai dasar, dijalankan oleh orang yang mempunyai kekuasaan umum. 16 Sedangkan “peradilan” dalam Bahasa Belanda adalah “rechtspraak” dan dalam bahasa Inggris “jurisdiction”. 17 “ Kewenangan “ dapat memiliki arti kata “ berhak “. Dalam bahasa Inggris adalah “ Competency “ dan “Competentie“ dalam bahasa Belanda. Sedangkan kata “pengadilan” dalam bahasa Inggris adalah “Judicature” dan “Yudicatuur” dalam bahasa Belanda.Selanjutnya kata “pengadilan” dalam bahasa Arab adalah ”Adhiyah” yaitu tempat mendamaikan perselisihan atau sengketa antar manusia melalui hukum Allah Sengketa di bidang ekonomi syariah yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama adalah: 13 Zainal Ahmad Noeh dan Abdul Basit Adnan, Sejarah Singkat Pengadilan Agama Islam di Indonesia, PT.Bina Ilmu, Surabaya, 1983. 14 Taufiq Hamami, Kedudukan dan Eksistesi Peradilan Agama Dalam Sistem Tata Hukum Di Indonesia, Alumni, Bandung, 2003, hlm 33. 15 M. Daud Ali, “Asas-asas Hukum Islam Hukum Islam I Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia” Rajawali Press, Cetakan Ketiga, Jakarta, 1993, hlm. 251. 16 R. Abdul Djamali, “Hukum Islam Berdasarkan Ketentuan Konsorsium Ilmu Hukum”, Mandar Maju, Cetakan Kedua, Bandung, 1997, hlm. 208. 17 Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap, CV. Aneka, Semarang, 1977, hlm. 491. a. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan syariah dengan nasabahnya; b. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara sesama lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan syariah; c. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara orang-orang yang beragama Islam, yang mana akad perjanjiannya disebutkan dengan tegas bahwa kegiatan usaha yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

3. Penyelesaian Sengketa