Model Ingrowth HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Pertumbuhan Matrik Transisi…Haruni Krisnawati, dkk. 111      el el aktual hitung y y y mod 2 mod 2  …………6 dengan hipotesis uji: H : y model = y aktual vs H 1 : y model  y aktual dan kriteria uji:  2 hitung   2 tabel : teri- ma H ;  2 hitung   2 tabel : tolak H

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Model Pertumbuhan Tegakan Dalam penelitian ini tegakan dalam petak penebangan yang sama diasumsi- kan memiliki kondisi tempat tumbuh dan karakteristik tegakan yang homogen. Dari 12 PUP yang tersedia, telah disusun em- pat buah model pertumbuhan tegakan yang masing-masing menerangkan model spesifik untuk petak-petak dengan kondi- si awal pengukuran yang sama. Periode pengukuran dan proyeksi yang dipilih dalam pemodelan adalah dua tahun. Selain pertimbangan kepraktisan untuk data-data hasil pengukuran perio- dik dua tahun tidak perlu dilakukan inter- polasi ke satu tahun, hasil penelitian Su- hendang 1997 juga menyatakan bahwa periode pengukuran optimal PUP, yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk dua pengukuran yang berurutan pada PUP yang sama adalah dua tahun. Lebih lanjut menurut Suhendang 1997, periode pengukuran dua tahun akan menghasil- kan data yang lebih teliti berdasarkan pertimbangan kesalahan minimum yang diharapkan untuk pendugaan pertumbuh- an dan riap diameter. Periode pengukuran dua tahun juga telah digunakan oleh para peneliti sebelumnya seperti Rusolono et al. 1997 dan Favrichon 1998 dalam penelitiannya tentang model dinamika dan komposisi jenis hutan alam tropika campuran, masing-masing di Pulau Laut dan Brazilia. Model pertumbuhan tegakan yang di- kembangkan memiliki 13 kelas diameter dengan lebar kelas lima cm, mulai dari pohon-pohon berdiameter 10 cm kelas diameter 12,5 cm sampai dengan pohon- pohon berdiameter 70 cm ke atas kelas diameter 72,5+ cm. Model dipilah me- nurut kelompok jenis dari suku Diptero- carpaceae seperti jenis-jenis Shorea sp., Hopea sp., Dipterocarpus sp., Vatica sp., Dryobalanops sp., kelompok jenis Non- Dipterocarpaceae seperti jenis-jenis Po- lyalthia sp., Xylopia sp., Koompassia sp., Dillenia sp., Mezzettia sp., dan kelom- pok jenis Non-Komersial seperti jenis- jenis Garcinia sp., Amoora sp., Memecy- lon sp., Artocarpus sp.. Struktur model pertumbuhan tegakan yang telah disusun untuk empat lokasi blok bekas tebangan masing-masing mencerminkan kondisi awal tegakan 8, 6, 2, dan 1 tahun setelah tebangan terdiri atas tiga komponen, yaitu model in- growth , upgrowth, dan mortality. Hasil selengkapnya diuraikan sebagai berikut :

1. Model Ingrowth

Ingrowth dalam penelitian ini didefi- nisikan sebagai jumlah pohon tiap hektar yang masuk ke dalam kelas diameter 12,5 cm diameter terkecil 10 cm selama pe- riode waktu dua tahun. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap in- growth atau alih tumbuh pohon suatu je- nis adalah: a. Kelimpahan atau banyaknya pohon dari jenis yang bersangkutan. Menu- rut Alder 1995, ingrowth suatu jenis sangat dipengaruhi oleh kelimpahan pohon dari jenis yang bersangkutan, terutama bagi permudaan jenis de- ngan penyebaran dan masa dormansi benih yang pendek. b. Tingkat gangguan tegakan. Apabila tegakan hutan terganggu, misalnya akibat penebangan, permudaan umumnya akan meningkat untuk ke- mudian tumbuh menjadi pohon-po- hon ingrowth. Parameter yang meng- indikasikan adanya gangguan adalah perubahan kerapatan tegakan yang di- cirikan oleh bidang dasar tegakannya. Ingrowth dalam tegakan yang tidak terganggu berarti bidang dasar tegak- an relatif konstan bahkan cenderung meningkat cenderung lebih kecil di- Vol. V No. 2 : 107-128, 2008 112 bandingkan dengan tegakan yang su- dah terganggu, di mana kerapatan te- gakan umumnya lebih rendah. Didasarkan pada faktor-faktor terse- but, maka ingrowth suatu jenis dalam te- gakan diduga dipengaruhi secara lang- sung oleh jumlah pohon dari jenis yang bersangkutan dan bidang dasar tegakan- nya. Nilai-nilai koefisien parameter, F mo- del , dan koefisien determinasi R 2 model- model ingrowth yang dihasilkan pada masing-masing blok bekas tebangan di- sajikan pada Tabel 1 dengan bentuk umum model ingrowth sebagai berikut:            n j n j it it j t y e y B d c I 1 1 ………...7 dimana: I t = ingrowth selama periode dua tahun in- growth in a-two year period , B j = bidang dasar rata-rata pohon pada kelas diameter j mean basal area of the trees for diameter class j, y it = jumlah pohon pada kelas diameter i pada waktu t number of trees for diameter class i at time t, c, d , dan and e = koefisien regresi regression coefficients . Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa ke- empat model ingrowth memiliki tanda koefisien regresi yang diharapkan, yaitu ingrowth suatu jenis dipengaruhi secara positif oleh jumlah pohon pada jenis yang bersangkutan dan dipengaruhi secara ne- gatif oleh bidang dasar tegakannya. Hal ini berarti bahwa tegakan yang lebih ra- pat cenderung memiliki jumlah ingrowth yang lebih kecil. Ingrowth untuk jenis tertentu pada bidang dasar tertentu da- lam tegakan cenderung akan lebih tinggi apabila kehadiran jenis tersebut dalam te- gakan cukup banyak. Pengujian model ingrowth pada te- gakan di empat lokasi bekas tebangan menunjukkan bahwa secara parsial model tersebut cukup valid, yaitu ingrowth sua- tu jenis dipengaruhi secara positif dan signifikan pada taraf nyata 5 oleh jum- lah individu pohon pada jenis yang sama. Akan tetapi, bidang dasar tegakan tidak semuanya berpengaruh secara signifikan terhadap ingrowth suatu jenis, seperti da- pat dilihat dari nilai peluang peubah pen- duga tersebut p value yang lebih besar dari 5 pada blok bekas tebangan C dan D masing-masing sebesar 17,2 dan 30,6. Koefisien- koefisien peubah “dummy” pada Tabel 1 menyatakan bahwa apabila kondisi-kondisi yang lain sama, ingrowth kelompok jenis dari suku Dipterocarpa- ceae dan Non-Dipterocarpaceae lebih tinggi dari ingrowth kelompok jenis Non- Tabel Table 1. Model-model alih tumbuh pohon dalam periode dua tahun untuk empat blok kawasan bekas tebangan Models of ingrowth in a-two year period for the four blocks of logged-over area Blok Block Konstanta Constant Peubah bebas Independent variable F model R 2 Jumlah pohon No. of trees N ha -1 Bidang dasar Basal area m 2 ha -1 Dummy Dipt. Dummy Non- Dipt A 4,21 0,0505 -0,405 9,88 3,68 4,77 65,6 0,265 0,029 0,019 0,008 0,224 0,021 B 5,83 0,0077 -0,281 9,06 3,64 4,18 60,2 0,238 0,047 0,041 0,054 0,209 0,032 C 1,87 0,0105 -0,014 2,02 2,01 4,23 60,7 0,298 0,042 0,172 0,049 0,240 0,031 D 3,98 0,0269 -0,33 7,52 7,53 4,11 45,5 0,358 0,053 0,306 0,053 0,132 0,034 Keterangan Remarks: dan and = masing-masing signifikan pada taraf nyata 5 dan 1 indicate significance at 5 and 1 level , respectively; nilai dalam „tanda kurung‟ value in the „bracket‟ = p value; R 2 = koefisien determinasi coefficient of determination; A, B, C, D masing-masing menunjukkan kondisi awal tegakan 8, 6, 2, dan 1 tahun setelah tebangan indicate initial stand states of 8, 6, 2, and 1 year after logging, respectively . Model Pertumbuhan Matrik Transisi…Haruni Krisnawati, dkk. 113 Komersial. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis, di mana koefisien peubah “dum- my ” kelompok jenis Non-Komersial „di- keluarkan‟ excluded dari model. Dari koefisien-koefisien tersebut juga terlihat bahwa kehadiran jenis-jenis dari suku Dipterocarpaceae berpengaruh secara sig- nifikan pada taraf 5 terhadap in- growth pada keempat blok bekas tebang- an, sedangkan kelompok jenis Non-Dip- terocarpaceae pengaruh signifikannya ha- nya pada taraf 13,2-24,0. Nilai koefisien determinasi model in- growth menunjukkan bahwa lebih dari 60 keragaman ingrowth di antara petak- petak pengamatan dalam jangka waktu yang sama setelah penebangan, dapat di- terangkan oleh jumlah pohon dan bidang dasar tegakan, kecuali pada blok bekas tebangan D kondisi awal pengukuran berumur satu tahun setelah penebangan, di mana nilai R 2 hanya mencapai 45,5. Rendahnya nilai R 2 ini mungkin dikare- nakan oleh keterbatasan model ada fak- tor-faktor lain selain jumlah pohon dan bidang dasar tegakan yang perlu diper- timbangkan dalam model atau kenyataan bahwa ingrowth dalam suatu tegakan me- rupakan suatu proses yang random Bu- ongiorno et al., 1995; Volin dan Biongi- orno, 1996. Namun demikian, nilai R 2 yang dihasilkan dari penelitian ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan peneli- tian-penelitian serupa lainnya yang hanya menghasilkan nilai R 2 lebih kecil dari 40 contoh Lin et al., 1996; Hao et al., 2005. Bahkan, karena sulitnya menduga model ingrowth yang akurat, beberapa peneliti cenderung menggunakan nilai in- growth yang konstan pada setiap periode waktu contoh Mendoza dan Setyarso, 1986; Hao et al., 2005.

2. Model Upgrowth