MEMBANGUN PERADABAN BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN
MEMBANGUN PERADABAN BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN
DAN BIMBINGAN KOMPREHENSIF YANG BERMUTU
Bangsa
yang
maju
dan
modern
adalah
bangsa
yang
unggul
peradabannya. Peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu
kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk-makhluk
lainnya.
Peradaban
mencerminkan
kualitas
kehidupan
manusia
dalam
masyarakat. Kualitasnya diukur dari ketentraman (human security), kedamaian
(peacefull), keadilan (justice), kesejahteraan (welfare) yang merata.
Dalam membangun peradaban, Presiden Susilo Bambang Yudoyono
(Pikiran Rakyat, 28 Oktober2009: 28) menegaskan bahwa Bangsa Indonesia akan
berusaha berada di garis depan, dalam upaya untuk mewujudkan tatanan dunia
yang lebih baik dan sebagai pelopor dalam memperjuangkan peradaban. Upaya
itu dituangkan dalam dokumen Millennium Development Goals (MDGs). MDGs
terdiri atas delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas permasalahan
global, yang akan dicapai pada tahun 2015. Delapan tujuan tersebut antara lain
memberantas kemiskinan dan kelaparan; mewujudkan pendidikan dasar yang
merata dan universal; memajukan kesetaraan gender; mengurangi tingkat
mortalitas anak; memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil; memerangi HIVAIDS, malaria, dan penyakit lain; menjamin kelestarian lingkungan; dan menjalin
kerja sama global bagi kesejahteraan.
Dalam membangun peradaban, Rakyat Indonesia
telah bertekad untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang bertujuan melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Bangsa Indonesia harus meningkatkan peradabannya, harus
dibangun sumber daya manusia yang terampil memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, berbudaya dan bermoral yang berakar dari agama yang
berkembang di Indonesia.
Banyak
cendekiawan
di
antaranya
Bernard
Lewis
(2005:
150)
merumuskan bahwa unsur pokok suatu peradaban adalah agama. Agama kata
mereka
adalah
faktor
terpenting
yang
menentukan
karakteristik
suatu
peradaban. Huntington juga menulis bahwa agama merupakan karakteristik
sentral yang menentukan peradaban. Menurut Cristopher Dawson, agamaagama besar merupakan pondasi dari peradaban-peradaban besar sebagai
kelanjutannya.
Selain agama faktor terpenting lainnya dalam membangun peradaban
bangsa adalah tradisi keilmuan. Adian Husaini (2005: xxxiii) menjelaskan bahwa
politik, ekonomi, informasi yang berbasiskan keilmuan yang tinggi adalah sektor
penting dalam membangun peradaban bangsa. Salah satu upaya untuk
membangun tradisi keilmuan yang tinggi adalah melalui pendidikan yang
bermutu. Daulat Purnama Tampubolon (2001:344) menjelaskan bahwa dengan
pendidikan yang bermutu, generasi muda, khususnya para pemimpin penerus,
akan
mampu
mengemban
tanggung
jawab.
Mereka
juga
akan
mampu
memelihara dan meningkatkan mutu dari hasil-hasil positif masa lalu. Semuanya
itu mungkin, karena sumber daya manusia tersedia melalui pendidikan bermutu.
Hal yang sangat esensial dalam membangun peradaban Bangsa Indonesia
adalah mengembangkan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu.
Peradaban Bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh mutu berkarya dari sumber
daya manusianya. Upaya pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang
bermutu yakni melalui pendidikan yang bermutu. Selanjutnya B.J. Habibie (2009:
36)
menjelaskan
bahwa
tiga
tiang
peradaban
yang
diperlukan
dan
dikembangkan untuk membangun peradaban Indonesia yang maju, sejahtera,
mandiri dan kuat adalah manusia-manusia Indonesia yang memiliki keunggulan
yaitu “HO2”, “Hati” (iman dan taqwa), “Otak” (ilmu pengetahuan), dan “Otot”
(teknologi).
Potensi Bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju, modern, dan
beradab sangat tinggi. Indonesia adalah sebuah negara yang sangat indah,
Profesor dari Harvard University bernama Greg mengatakan: “Jika orang percaya
di dunia itu ada surga, maka surga itu adalah Indonesia”. Jumlah pulau di
Indonesia mencapai 20.000 pulau. Luas wilayah perairan laut Indonesia tercatat
mencapai kurang lebih 7,9 juta km persegi termasuk Zone Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Panjang pantai yang mengelilingi seluruh kepulauan Nusantara tercatat
kurang lebih 81.000 km. Jumlah penduduk yang berada di kawasan pesisirnya
mencapai 40.000.000 orang. Jumlah keseluruhan penduduk Indonesia lebih dari
230.000.000 orang, dengan corak alam yang sangat bervariasi, yang hidup di
antara lebih dari 400 etnis yang mendiaminya.
Potensi besar yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia belum sepenuhnya
dapat diwujudkan menjadi prestasi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.
Sebagai gambaran, dalam RAPBN 2010, jumlah pengangguran diperkirakan
mencapai 8% dari total angkatan kerja yang ada. Sementara itu, jumlah
penduduk
miskin
diperkirakan
mencapai
12-13,5%
dari
total
penduduk
Indonesia. Ini berarti jumlah penduduk miskin masih mencapai 27,3 juta orang
atau mendekati angka 30 juta. Mengurangi angka ini tentu merupakan
tantangan tersendiri karena jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan ekonomi,
apalagi diiringi dengan gangguan keamanan, jumlah ini bisa meledak kembali.
Tingkat perkembangan kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan Bangsa
Indonesia masih belum optimal. Data dari
United Nations Development
Program’s Human Development menunjukkan posisi Indonesia dalam Human
Development Index, pada tahun 2008 termasuk kategori medium, dengan skor
0,726 menduduki rangking 109 dari 179 negara, satu tingkat di atas Guyana dan
satu tingkat di bawah Turkmenistan. Kita tertinggal jauh dari negara tetangga
kita Brunei (rangking 27), Singapore (rangking 28), Malaysia (rangking 63),
Thailand (rangking 81), dan Philippines (rangking 102). Dilihat dari indikator
peradaban dan indeks perkembangan manusia, perkembangan peradaban
Bangsa Indonesia masih belum optimal. Data terbaru (2009) posisi Indonesia
dalam HDI mengalami penurunan yakni menduduki rangking 111 dari 179
negara di dunia.
Salah satu upaya untuk membangun peradaban Bangsa Indonesia adalah
melalui pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan
yang mampu mengantarkan peserta didik memenuhi kebutuhannya, baik saat ini
maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan peserta didik ini merupakan
atribut-atribut yang menjadi dasar standar mutu pendidikan. Atribut kebutuhan
peserta didik ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Atribut kebutuhan peserta didik itu dipertegas lagi dalam fungsi dan
Tujuan Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bagsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sekaitan dengan atribut mutu pendidikan Daulat P. Tampubolon (2001:
122) menjelaskan bahwa atribut-atribut pokok mutu pendidikan adalah sebagai
berikut ini. Relevansi yaitu kesesuaian dengan kebutuhan. Apakah isi kurikulum,
silabus pembelajaran, dan satuan materi sajian sesuai dengan kebutuhan
peserta didik (potensi, cita-cita, tingkat kemampuan), ketentuan nasional, serta
kebutuhan dunia kerja? Apakah kebijakan akademik sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, pemerintah dan masyarakat? Apakah buku di perpustakaan sesuai
dengan kebutuhan atau tuntutan kurikulum? Apakah keahlian pendidik sesuai
dengan kebutuhan atau tuntutan bidang studi dan jenjang studi?
Atribut mutu pendidikan yang kedua adalah efisiensi. Kehematan dalam
penggunaan sumber daya (dana, tenaga, waktu) untuk menghasilkan dan
menyajikan jasa-jasa dari lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Untuk menghasilkan produk pendidikan yang direncanakan, apakah
anggaran yang direncanakan dipergunakan secara hemat dan tepat? Apakah
penyelesaian studi peserta didik tepat pada waktunya? Apakah penerimaan
tenaga pendidik dan pegawai didasarkan pada analisis jabatan yang objektif,
sehingga tidak terjadi kelebihan tenaga?
Atribut mutu pendidikan yang ketiga adalah efektivitas. Kesesuaian
perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan sistem, metode, dan
atau
proses/prosedur
yang
digunakan
untuk
menghasilkan
jasa
yang
direncanakan. Apakah cara atau metode penyajian materi pembelajaran tepat
sehingga peserta didik memahaminya dengan mudah? Apakah prosedur
administrasi tepat dan baik sehingga semua berjalan lancar dan cepat untuk
membuat pelanggan merasa puas?
Atribut mutu pendidikan yang keempat adalah akuntabilitas. Dapat
tidaknya kinerja dan produk lembaga pendidikan, termasuk perilaku para
pengelola, dipertanggungjawabkan secara agama, hukum, etika akademik, dan
nilai budaya. Apakah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan dapat
dipertanggungjawabkan secara undang-undang? Apakah materi pembelajaran
yang diberikan pendidik dapat dipertanggungjawabkan secara kurikuler dan
etika akademik? Apakah nilai ujian yang diperoleh peserta didik terpercaya?
Apakah
perilaku kepelayanan para pengelola lembaga pendidikan
dapat
dipertanggungjawabkan secara agama, hukum, etika, dan nilai budaya? Apakah
penelitian yang dilakukan dan hasilnya tidak bertentangan dengan agama atau
undang-undang? Apakah lembaga pendidikan mempunyai kode etik?
Atribut mutu pendidikan yang kelima adalah kreativitas. Kemampuan
lembaga
pendidikan
untuk
mengadakan
inovasi,
pembaharuan,
atau
menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk
kemampuan evaluasi diri. Apakah lembaga pendidikan secara periodik membuat
pembaharuan
kurikulum
sesuai
perkembangan
ilmu
dan
teknologi
yang
dibutuhkan dunia usaha? Apakah ada pendidik yang menciptakan teori baru
dalam bidang ilmunya berdasarkan penelitian atau metode pembelajaran yang
baru?
Apakah
pendidik
selalu
memperbaharui
materi
pembelajarannya
berdasarkan informasi yang didapatnya dari dunia kerja dan literatur? Apakah
lembaga pendidikan mempunyai alat untuk evaluasi diri dan melakukan evaluasi
diri secara teratur?
Atribut mutu pendidikan yang keenam adalah
siatuasi
menang-
menang. Suasana yang menyenangkan dan memotivasi dalam lembaga
pendidikan sehingga semua orang melaksanakan tugasnya dengan senang hati,
tulus, dan penuh semangat. Apakah kebijakan yang diambil pimpinan lembaga
pendidikan adil sehingga tidak ada orang yang merasa dirugikan? Apakah unsur
pimpinan lembaga pendidikan bersikap terbuka dan akrab terhadap semua
dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa sehingga semua merasa bebas dan
tidak tertekan?
Atribut mutu pendidikan yang ketujuh adalah penampilan. Kerapian,
kebersihan, keindahan, dan keharmonisan fisik lembaga pendidikan, terutama
para pengelola (pimpinan, pendidik, pegawai administrasi), yang membuat
situasi dan pelayanan semakin menarik. Apakah pimpinan dan para pegawai
selalu berpakaian rapi serta bersih? Apakah pendidik, terutama waktu di kelas,
selalu berpenampilan simpatik dan berpakaian rapi, bersih, serta harmonis?
Apakah pekarangan, taman, jalan, ruangan dan semua peralatan dalam lembaga
pendidikan selalu terpelihara dengan baik, bersih, indah, teratur, dan harmonis?
Atribut mutu pendidikan yang kedelapan adalah empati. Kemampuan
lembaga
pendidikan,
khususnya
para
pengelola,
memberikan
pelayanan
sepenuh dan setulus hati kepada semua pelanggannya. Apakah pimpinan
lembaga pendidikan dan unit-unitnya selalu memperhatikan keadaan bawahan
dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab, serta memberikan bantuan
dan
dorongan
semaksimal
mungkin
bila
diperlukan?
Apakah
resepsionis
menerima tamu (pelanggan) dengan ramah dan sopan, serta memberikan dan
bantuan sebaik-baiknya bila diperlukan? Apakah pendidik memperhatikan dan
melayani peserta didik denngan sepenuh dan setulus hati?
Atribut
Kemampuan
mutu
pendidikan
lembaga
yang
pendidikan,
kesembilan
khususnya
adalah
para
ketanggapan.
pengelola,
dalam
memperhatikan dan memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan
pelanggan dengan cepat dan tepat. Apakah pimpinan lembaga pendidikan dan
unit-unitnya dengan cepat dan tepat memberikan respons terhadap permintaan
atau pernyataan pihak pelanggan atau perkembangan zaman? Apakah pendidik
memberikan perhatian dan respons yang cepat dan tapat terhadap kesulitan
yang dihadapi peserta didik?
Atribut
mutu
pendidikan
yang
kesepuluh
adalah
produktivitas.
Kemampuan lembaga pendidikan dan seluruh staf pengelola untuk menghasilkan
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan menurut rencana yang telah
ditetapkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif? Berapa jumlah peserta
didik yang lulus setiap tahun? Berapa persen yang dapat menyelesaikan studi
tepat waktu? Berapa persen penelitian yang direncanakan dalam satu tahun
dapat
selesai
sepenuhnya?
Berapa
persen
program
pengabdian
pada
masyarakat setiap tahun dapat selesai dengan lengkap? Berapa persen karya
tulis yang direncanakan pendidik dalam satu tahun dapat selesai sepenuhnya?
Berapa persen rancangan mutu perkuliahan dan satuan materi sajian yang
seharusnya ada dapat dihasilkan pendidik setiap tahun?
Atribut mutu pendidikan yang kesebelas adalah kemampuan akademik.
Penguasaan peserta didik atas bidang studi yang diambilnya. Bagaimana hasil
ujian semester? Berapa persen yang mendapat nilai A, B, C, D, dan E (Skala 5) ?
Berapa indeks prestasi rata-rata? Bagaimana indeks prestasi kumulatif lulusan?
Berapa persen yang IPK-nya 3 ke atas? Adakah peserta didik yang memperoleh
penghargaan tingkat lokal, nasional, regional, atau internasional atas prestasi
akademik (ilmiah) yang dicapainya?
Atribut-atribut mutu pendidikan di atas dijadikan dasar untuk menyusun
mutu produk serta standar mutu sistem dan proses pendidikan. Dengan adanya
standar mutu pendidikan, maka perencanaan, pengendalian, dan peningkatan
mutu pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Standar
mutu pendidikan dapat disusun secara lokal dulu. Kemudian, apabila telah
diterima secara nasional, dia akan menjadi standar mutu nasional. Selanjutnya
dapat menjadi standar mutu internasional.
Sehubungan dengan standar mutu pendidikan, Bangsa Indonesia melalui
Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dijelaskan bahwa Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
Lingkup
Standar
Nasional
Pendidikan meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar isi adalah ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik kepada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Standar proses adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan
untuk mencapai standar kompeetensi lulusan. Standar pendidik dan tenaga
kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun
mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar sarana dan prasarana adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang
ruang
belajar,
tempat
berolahraga,
tempat
beribadah,
perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,
serta sumber belajar yang lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Standar pengelolaan adalah standar nasional.
Untuk mencapai hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan proses
pendidikan yang bermutu. Dalam dunia pendidikan, proses pendidikan yang
bermutu
mengacu
pada
kemampuan
lembaga
pendidikan
dalam
mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola, dan mendayagunakan sumbersumber pendidikan secara optimal sehingga dapat meningkatkan kemampuan
belajar lulusannya (Tilaar, 1993: 163).
DAN BIMBINGAN KOMPREHENSIF YANG BERMUTU
Bangsa
yang
maju
dan
modern
adalah
bangsa
yang
unggul
peradabannya. Peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu
kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata dari makhluk-makhluk
lainnya.
Peradaban
mencerminkan
kualitas
kehidupan
manusia
dalam
masyarakat. Kualitasnya diukur dari ketentraman (human security), kedamaian
(peacefull), keadilan (justice), kesejahteraan (welfare) yang merata.
Dalam membangun peradaban, Presiden Susilo Bambang Yudoyono
(Pikiran Rakyat, 28 Oktober2009: 28) menegaskan bahwa Bangsa Indonesia akan
berusaha berada di garis depan, dalam upaya untuk mewujudkan tatanan dunia
yang lebih baik dan sebagai pelopor dalam memperjuangkan peradaban. Upaya
itu dituangkan dalam dokumen Millennium Development Goals (MDGs). MDGs
terdiri atas delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas permasalahan
global, yang akan dicapai pada tahun 2015. Delapan tujuan tersebut antara lain
memberantas kemiskinan dan kelaparan; mewujudkan pendidikan dasar yang
merata dan universal; memajukan kesetaraan gender; mengurangi tingkat
mortalitas anak; memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil; memerangi HIVAIDS, malaria, dan penyakit lain; menjamin kelestarian lingkungan; dan menjalin
kerja sama global bagi kesejahteraan.
Dalam membangun peradaban, Rakyat Indonesia
telah bertekad untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang bertujuan melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Bangsa Indonesia harus meningkatkan peradabannya, harus
dibangun sumber daya manusia yang terampil memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, berbudaya dan bermoral yang berakar dari agama yang
berkembang di Indonesia.
Banyak
cendekiawan
di
antaranya
Bernard
Lewis
(2005:
150)
merumuskan bahwa unsur pokok suatu peradaban adalah agama. Agama kata
mereka
adalah
faktor
terpenting
yang
menentukan
karakteristik
suatu
peradaban. Huntington juga menulis bahwa agama merupakan karakteristik
sentral yang menentukan peradaban. Menurut Cristopher Dawson, agamaagama besar merupakan pondasi dari peradaban-peradaban besar sebagai
kelanjutannya.
Selain agama faktor terpenting lainnya dalam membangun peradaban
bangsa adalah tradisi keilmuan. Adian Husaini (2005: xxxiii) menjelaskan bahwa
politik, ekonomi, informasi yang berbasiskan keilmuan yang tinggi adalah sektor
penting dalam membangun peradaban bangsa. Salah satu upaya untuk
membangun tradisi keilmuan yang tinggi adalah melalui pendidikan yang
bermutu. Daulat Purnama Tampubolon (2001:344) menjelaskan bahwa dengan
pendidikan yang bermutu, generasi muda, khususnya para pemimpin penerus,
akan
mampu
mengemban
tanggung
jawab.
Mereka
juga
akan
mampu
memelihara dan meningkatkan mutu dari hasil-hasil positif masa lalu. Semuanya
itu mungkin, karena sumber daya manusia tersedia melalui pendidikan bermutu.
Hal yang sangat esensial dalam membangun peradaban Bangsa Indonesia
adalah mengembangkan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu.
Peradaban Bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh mutu berkarya dari sumber
daya manusianya. Upaya pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang
bermutu yakni melalui pendidikan yang bermutu. Selanjutnya B.J. Habibie (2009:
36)
menjelaskan
bahwa
tiga
tiang
peradaban
yang
diperlukan
dan
dikembangkan untuk membangun peradaban Indonesia yang maju, sejahtera,
mandiri dan kuat adalah manusia-manusia Indonesia yang memiliki keunggulan
yaitu “HO2”, “Hati” (iman dan taqwa), “Otak” (ilmu pengetahuan), dan “Otot”
(teknologi).
Potensi Bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang maju, modern, dan
beradab sangat tinggi. Indonesia adalah sebuah negara yang sangat indah,
Profesor dari Harvard University bernama Greg mengatakan: “Jika orang percaya
di dunia itu ada surga, maka surga itu adalah Indonesia”. Jumlah pulau di
Indonesia mencapai 20.000 pulau. Luas wilayah perairan laut Indonesia tercatat
mencapai kurang lebih 7,9 juta km persegi termasuk Zone Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Panjang pantai yang mengelilingi seluruh kepulauan Nusantara tercatat
kurang lebih 81.000 km. Jumlah penduduk yang berada di kawasan pesisirnya
mencapai 40.000.000 orang. Jumlah keseluruhan penduduk Indonesia lebih dari
230.000.000 orang, dengan corak alam yang sangat bervariasi, yang hidup di
antara lebih dari 400 etnis yang mendiaminya.
Potensi besar yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia belum sepenuhnya
dapat diwujudkan menjadi prestasi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.
Sebagai gambaran, dalam RAPBN 2010, jumlah pengangguran diperkirakan
mencapai 8% dari total angkatan kerja yang ada. Sementara itu, jumlah
penduduk
miskin
diperkirakan
mencapai
12-13,5%
dari
total
penduduk
Indonesia. Ini berarti jumlah penduduk miskin masih mencapai 27,3 juta orang
atau mendekati angka 30 juta. Mengurangi angka ini tentu merupakan
tantangan tersendiri karena jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan ekonomi,
apalagi diiringi dengan gangguan keamanan, jumlah ini bisa meledak kembali.
Tingkat perkembangan kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan Bangsa
Indonesia masih belum optimal. Data dari
United Nations Development
Program’s Human Development menunjukkan posisi Indonesia dalam Human
Development Index, pada tahun 2008 termasuk kategori medium, dengan skor
0,726 menduduki rangking 109 dari 179 negara, satu tingkat di atas Guyana dan
satu tingkat di bawah Turkmenistan. Kita tertinggal jauh dari negara tetangga
kita Brunei (rangking 27), Singapore (rangking 28), Malaysia (rangking 63),
Thailand (rangking 81), dan Philippines (rangking 102). Dilihat dari indikator
peradaban dan indeks perkembangan manusia, perkembangan peradaban
Bangsa Indonesia masih belum optimal. Data terbaru (2009) posisi Indonesia
dalam HDI mengalami penurunan yakni menduduki rangking 111 dari 179
negara di dunia.
Salah satu upaya untuk membangun peradaban Bangsa Indonesia adalah
melalui pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan
yang mampu mengantarkan peserta didik memenuhi kebutuhannya, baik saat ini
maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan peserta didik ini merupakan
atribut-atribut yang menjadi dasar standar mutu pendidikan. Atribut kebutuhan
peserta didik ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Atribut kebutuhan peserta didik itu dipertegas lagi dalam fungsi dan
Tujuan Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bagsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sekaitan dengan atribut mutu pendidikan Daulat P. Tampubolon (2001:
122) menjelaskan bahwa atribut-atribut pokok mutu pendidikan adalah sebagai
berikut ini. Relevansi yaitu kesesuaian dengan kebutuhan. Apakah isi kurikulum,
silabus pembelajaran, dan satuan materi sajian sesuai dengan kebutuhan
peserta didik (potensi, cita-cita, tingkat kemampuan), ketentuan nasional, serta
kebutuhan dunia kerja? Apakah kebijakan akademik sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, pemerintah dan masyarakat? Apakah buku di perpustakaan sesuai
dengan kebutuhan atau tuntutan kurikulum? Apakah keahlian pendidik sesuai
dengan kebutuhan atau tuntutan bidang studi dan jenjang studi?
Atribut mutu pendidikan yang kedua adalah efisiensi. Kehematan dalam
penggunaan sumber daya (dana, tenaga, waktu) untuk menghasilkan dan
menyajikan jasa-jasa dari lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Untuk menghasilkan produk pendidikan yang direncanakan, apakah
anggaran yang direncanakan dipergunakan secara hemat dan tepat? Apakah
penyelesaian studi peserta didik tepat pada waktunya? Apakah penerimaan
tenaga pendidik dan pegawai didasarkan pada analisis jabatan yang objektif,
sehingga tidak terjadi kelebihan tenaga?
Atribut mutu pendidikan yang ketiga adalah efektivitas. Kesesuaian
perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan sistem, metode, dan
atau
proses/prosedur
yang
digunakan
untuk
menghasilkan
jasa
yang
direncanakan. Apakah cara atau metode penyajian materi pembelajaran tepat
sehingga peserta didik memahaminya dengan mudah? Apakah prosedur
administrasi tepat dan baik sehingga semua berjalan lancar dan cepat untuk
membuat pelanggan merasa puas?
Atribut mutu pendidikan yang keempat adalah akuntabilitas. Dapat
tidaknya kinerja dan produk lembaga pendidikan, termasuk perilaku para
pengelola, dipertanggungjawabkan secara agama, hukum, etika akademik, dan
nilai budaya. Apakah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan dapat
dipertanggungjawabkan secara undang-undang? Apakah materi pembelajaran
yang diberikan pendidik dapat dipertanggungjawabkan secara kurikuler dan
etika akademik? Apakah nilai ujian yang diperoleh peserta didik terpercaya?
Apakah
perilaku kepelayanan para pengelola lembaga pendidikan
dapat
dipertanggungjawabkan secara agama, hukum, etika, dan nilai budaya? Apakah
penelitian yang dilakukan dan hasilnya tidak bertentangan dengan agama atau
undang-undang? Apakah lembaga pendidikan mempunyai kode etik?
Atribut mutu pendidikan yang kelima adalah kreativitas. Kemampuan
lembaga
pendidikan
untuk
mengadakan
inovasi,
pembaharuan,
atau
menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk
kemampuan evaluasi diri. Apakah lembaga pendidikan secara periodik membuat
pembaharuan
kurikulum
sesuai
perkembangan
ilmu
dan
teknologi
yang
dibutuhkan dunia usaha? Apakah ada pendidik yang menciptakan teori baru
dalam bidang ilmunya berdasarkan penelitian atau metode pembelajaran yang
baru?
Apakah
pendidik
selalu
memperbaharui
materi
pembelajarannya
berdasarkan informasi yang didapatnya dari dunia kerja dan literatur? Apakah
lembaga pendidikan mempunyai alat untuk evaluasi diri dan melakukan evaluasi
diri secara teratur?
Atribut mutu pendidikan yang keenam adalah
siatuasi
menang-
menang. Suasana yang menyenangkan dan memotivasi dalam lembaga
pendidikan sehingga semua orang melaksanakan tugasnya dengan senang hati,
tulus, dan penuh semangat. Apakah kebijakan yang diambil pimpinan lembaga
pendidikan adil sehingga tidak ada orang yang merasa dirugikan? Apakah unsur
pimpinan lembaga pendidikan bersikap terbuka dan akrab terhadap semua
dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa sehingga semua merasa bebas dan
tidak tertekan?
Atribut mutu pendidikan yang ketujuh adalah penampilan. Kerapian,
kebersihan, keindahan, dan keharmonisan fisik lembaga pendidikan, terutama
para pengelola (pimpinan, pendidik, pegawai administrasi), yang membuat
situasi dan pelayanan semakin menarik. Apakah pimpinan dan para pegawai
selalu berpakaian rapi serta bersih? Apakah pendidik, terutama waktu di kelas,
selalu berpenampilan simpatik dan berpakaian rapi, bersih, serta harmonis?
Apakah pekarangan, taman, jalan, ruangan dan semua peralatan dalam lembaga
pendidikan selalu terpelihara dengan baik, bersih, indah, teratur, dan harmonis?
Atribut mutu pendidikan yang kedelapan adalah empati. Kemampuan
lembaga
pendidikan,
khususnya
para
pengelola,
memberikan
pelayanan
sepenuh dan setulus hati kepada semua pelanggannya. Apakah pimpinan
lembaga pendidikan dan unit-unitnya selalu memperhatikan keadaan bawahan
dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab, serta memberikan bantuan
dan
dorongan
semaksimal
mungkin
bila
diperlukan?
Apakah
resepsionis
menerima tamu (pelanggan) dengan ramah dan sopan, serta memberikan dan
bantuan sebaik-baiknya bila diperlukan? Apakah pendidik memperhatikan dan
melayani peserta didik denngan sepenuh dan setulus hati?
Atribut
Kemampuan
mutu
pendidikan
lembaga
yang
pendidikan,
kesembilan
khususnya
adalah
para
ketanggapan.
pengelola,
dalam
memperhatikan dan memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan
pelanggan dengan cepat dan tepat. Apakah pimpinan lembaga pendidikan dan
unit-unitnya dengan cepat dan tepat memberikan respons terhadap permintaan
atau pernyataan pihak pelanggan atau perkembangan zaman? Apakah pendidik
memberikan perhatian dan respons yang cepat dan tapat terhadap kesulitan
yang dihadapi peserta didik?
Atribut
mutu
pendidikan
yang
kesepuluh
adalah
produktivitas.
Kemampuan lembaga pendidikan dan seluruh staf pengelola untuk menghasilkan
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan menurut rencana yang telah
ditetapkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif? Berapa jumlah peserta
didik yang lulus setiap tahun? Berapa persen yang dapat menyelesaikan studi
tepat waktu? Berapa persen penelitian yang direncanakan dalam satu tahun
dapat
selesai
sepenuhnya?
Berapa
persen
program
pengabdian
pada
masyarakat setiap tahun dapat selesai dengan lengkap? Berapa persen karya
tulis yang direncanakan pendidik dalam satu tahun dapat selesai sepenuhnya?
Berapa persen rancangan mutu perkuliahan dan satuan materi sajian yang
seharusnya ada dapat dihasilkan pendidik setiap tahun?
Atribut mutu pendidikan yang kesebelas adalah kemampuan akademik.
Penguasaan peserta didik atas bidang studi yang diambilnya. Bagaimana hasil
ujian semester? Berapa persen yang mendapat nilai A, B, C, D, dan E (Skala 5) ?
Berapa indeks prestasi rata-rata? Bagaimana indeks prestasi kumulatif lulusan?
Berapa persen yang IPK-nya 3 ke atas? Adakah peserta didik yang memperoleh
penghargaan tingkat lokal, nasional, regional, atau internasional atas prestasi
akademik (ilmiah) yang dicapainya?
Atribut-atribut mutu pendidikan di atas dijadikan dasar untuk menyusun
mutu produk serta standar mutu sistem dan proses pendidikan. Dengan adanya
standar mutu pendidikan, maka perencanaan, pengendalian, dan peningkatan
mutu pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Standar
mutu pendidikan dapat disusun secara lokal dulu. Kemudian, apabila telah
diterima secara nasional, dia akan menjadi standar mutu nasional. Selanjutnya
dapat menjadi standar mutu internasional.
Sehubungan dengan standar mutu pendidikan, Bangsa Indonesia melalui
Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dijelaskan bahwa Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
Lingkup
Standar
Nasional
Pendidikan meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar isi adalah ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik kepada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Standar proses adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan
untuk mencapai standar kompeetensi lulusan. Standar pendidik dan tenaga
kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun
mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar sarana dan prasarana adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang
ruang
belajar,
tempat
berolahraga,
tempat
beribadah,
perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,
serta sumber belajar yang lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Standar pengelolaan adalah standar nasional.
Untuk mencapai hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan proses
pendidikan yang bermutu. Dalam dunia pendidikan, proses pendidikan yang
bermutu
mengacu
pada
kemampuan
lembaga
pendidikan
dalam
mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola, dan mendayagunakan sumbersumber pendidikan secara optimal sehingga dapat meningkatkan kemampuan
belajar lulusannya (Tilaar, 1993: 163).