Latar Belakang Masalah PEMBENTUKAN CHORAL SOUND : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University”.

1 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu medium musik pertama yang dimiliki manusia adalah vokal melalui bernyanyi. Suara manusia merupakan medium musikal yang mendasari medium-medium musik lainnya. Musik vokal atau bernyanyi memiliki ekspresi yang paling natural, komunikasi yang paling langsung, dan merupakan kehalusan dari gambaran perasaan, atau emosi serta kualitas kemanusiaan secara umum, sebab vokal berasal dari tubuh si penyanyi itu sendiri Bernyanyi yang baik dan benar tidaklah sesederhana yang kita perkirakan. Menyuarakan notasi dalam bentuk teks lagu, bernapas, melembutkan, dan mengeraskan volume semestinya menyesuaikan dengan ekspresi lagu dan gerak tubuh. Dalam bernyanyi ada teknik-teknik yang harus dikuasai agar suara yang dihasilkan adalah benar-benar suara orang bernyanyi. Beberapa teknik yang perlu dikuasai adalah teknik produksi suara meliputi pembentukan suara, olah suara, pernapasan, pengucapan, penguatan resonansi, diksi, artikulasi, dan penjiwaan. Pemimpin dalam sebuah paduan suara adalah seorang dirigen, dia sekaligus pelatih dan pemimpin. Seorang dirigen paduan suara dalam tugas dan tanggung jawabnya dituntut oleh pekerjaan itu untuk bertindak sebagai seorang ilmuwan, yakni orang yang berilmu dalam ilmu pengetahuan paduan suara. Sebagai ilmuwan, usaha untuk mendalami, mengembangkan, dan mencari temuan baru dalam bidang pembinaan suara merupakan tugas dan tanggung jawabnya. 2 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Ia semestinya aktif dalam menguji konsep dan prinsip, disertai dengan sikap kritis, terbuka, teliti dan tidak lekas puas. Ia juga dituntut memiliki kemampuan dalam menggunakan teori, konsep, trampil dalam mengkaji berbagai gejala dan memecahkan masalah, mengkaji ulang hipotesis, bongkar-pasang hipotesis dalam mencari kebenaran ilmiah harus menjadi metode kerjanya dalam proses pengolahan paduan suara. Sebagai seorang praktisi, dirigen harus mampu mengolah suara paduan suaranya, menerapkan hasil kajiannya secara praktis, mudah dicerna, mendatangkan rasa keberuntungan, menumbuhkan rasa kegembiraan, kecintaan, rasa percaya diri, tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi dalam diri penyanyi paduan suara yang dipimpinnya. Seorang dirigen hendaknya tidak terlampau berteori, namun tetap menjaga dan meningkatkan kualitas penyanyinya, serta kualitas dari lagu-lagu yang dibawakan oleh paduan suaranya. Ia harus mampu mengolah suara paduan suaranya menjadi instrumen yang tepat bagi paduan suaranya, siap pakai dan berdaya guna. Paduan suara merupakan salah satu kegiatan musik dari cabang seni vokal yang terdiri dari sekumpulan personil yang terbagi lagi dalam beberapa kategori suara. Klasifikasi suara dalam paduan suara mahasiswa ini terdiri dari Sopran, Alto, Tenor, dan Bas SATB. Paduan suara adalah sekelompok orang yang bernyanyi bersama, terdiri dari dua atau lebih jenis suara dan dipimpin oleh seorang dirigen. Kata paduan suara dapat berarti suara-suara yang dipadukan, tentunya lebih dari satu penyanyi. Sitompul 1999: 1 berpendapat bahwa: 3 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Paduan suara adalah suatu kumpulan penyanyi yang menyanyi bersama. Secara umum dapat diartikan himpunan dari sejumlah penyanyi yang dikelompokkan menurut jenis suaranya. Pemimpin dalam sebuah paduan suara adalah seorang dirigen. Ada beberapa syarat atau kualifikasi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dirigen. Kualifikasi tersebut dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek non teknis dan aspek teknis. Aspek tersebut dijelaskan oleh Listya 2007: 2-6 yang berbunyi: Aspek non teknis yaitu komunikatif, sikap terbuka, tekun dan kerja keras, kreatif dan inovatif, kooperatif, serta disiplin tinggi dan serius. Aspek teknis yaitu pendengaran yang baik, pengetahuan mengenai teknik vokal, pengetahuan mengenai teori musik, pengetahuan mengenai ilmu bentuk analisa, pengetahuan mengenai teknik mengabah, pengetahuan mengenai sejarah musik dan repertoire lagu paduan suara, kemampuan dalam hal sight- singing, serta kemampuan memainkan piano. Dari aspek tersebut diharapkan bahwa seorang dirigen adalah seorang yang mumpuni dan menguasai dalam bidang paduan suara. Seorang dirigen memiliki peran yang sangat dominan dalam sebuah paduan suara. Kriteria-kriteria untuk dapat disebut sebagai dirigen adalah bukan orang sembarangan dan yang seolah- olah hanya sebagai sebuah pajangan hidup yang bergerak dengan tangannya dalam memimpin sebuah paduan suara secara asal. Akan tetapi lebih dari itu dituntut memiliki kecakapan-kecakapan dan kepekaan musikalitas yang tinggi terhadap seni paduan suara. Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa UKM adalah Paduan Suara Mahasiswa PSM. Keberadaan paduan suara mahasiswa di beberapa perguruan tinggi saat ini sudah menunjukkan perkembangan yang berarti, namun di sisi lain usaha-usaha, pengembangan dan pembinaannya masih menampakkan gejala- 4 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu gejala kurangnya perhatian, penanganan, serta pembinaan paduan suara yang lebih serius. Perekrutan anggota “Voice of SWCU” melalui mekanisme seleksi. Seleksi tersebut didasarkan pada beberapa kriteria. Secara musikalitas kriteria tersebut meliputi materi suara, tes pendengaran solfeggio, prima vista vokal atau sight reading, serta tes kemampuan menirukan dan memainkan irama. Melalui tes materi suara dapat diketahui jenis suara, jangkauan nada atau ambitus calon anggota paduan suara tersebut. Dengan demikian calon anggota yang nantinya diterima penyanyi dalam paduan suara ini ditempatkan sesuai jenis suaranya. Jenis suara terdiri dari Sopran, Alto, Tenor, dan Bas SATB. Melalui tes pendengaran solfeggio, para penyanyi dituntut mampu mendengarkan, menirukan, atau membunyikan tinggi rendah bunyi atau nada, menirukan rangkaian melodi dan irama. Dengan demikian dapat diketahui tingkat kepekaan anggota terhadap nada atau bunyi yang didengarkan. Tes prima vista vokalsight reading merupakan tes untuk mengetahui tingkat penguasaan anggota dalam membaca notasi musik. Sedangkan tes irama ditujukan untuk mengetahui tingkat kemampuan anggota dalam menguasai irama atau ritmik. “Voice of Satya Wacana Christian University” disingkat “Voice of SWCU” merupakan Paduan Suara Mahasiswa yang keanggotaannya terdiri dari beragam anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Berbagai karakter warna suara atau timbre yang dibawa masing-masing anggota merupakan masalah yang harus diatasi dan diupayakan penyatuan warna suaranya. Tujuannya agar diperoleh blend dan homogenitas yang baik. Hal ini 5 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu akan mempengaruhi terhadap kualitas bunyi dalam choral sound dari paduan suara ini, sehingga dapat diwujudkan sebuah paduan suara yang memiliki standar dan kualitas vokal yang baik. Bila diamati dan didengarkan dengan seksama, penyajian para penyanyi di berbagai kesempatan, sungguh merupakan hal yang mengherankan. Banyak penyanyi yang mengaku ataupun diperkirakan telah mengikuti atau menerima pelajaran pembentukan suara pelajaran vokal, tetapi kenyataannya tidak bernyanyi dengan baik. Pengaturan nafasnya tidak memadai, terlihat dari adanya ketegangan otot pada leher di saat menyanyi. Resonansi kerap kali kecil kurang mempunyai kekuatan. Kejadian ini diduga si penyanyi banyak memakai waktunya untuk mengenal vokal. Namun karena dianggap tidak perlu, kurang menarik, membosankan, terlampau dasar dan hanya dibutuhkan oleh pemula. Dalam kondisi pada saat lagu-lagu pop sedang digandrungi masyarakat, teknik vokal dianggap tidak perlu. Ada asumsi bahwa teknik vokal adalah teknik musik klasik atau seriosa, jadi bila dipakai dikuatirkan akan meruntuhkan nilai artistik dan gaya musik pop. Kebutuhan teknik pembentukan suara dan manfaatnya mungkin belum dikenal si penyanyi sampai kariernya meluncur dan mulai mengorbit. Kemudian hal yang tak dapat dielakkan namun menyakitkan sering terjadi. Seperti sakit tenggorokan, serak, suara berderak, nada-nada tinggi tidak dapat dicapainya dengan sempurna. Penyajian paduan suara seolah menjadi menyakitkan untuk didengar, usaha si penyanyi seperti membangun pondasi untuk membuat rumah di 6 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu atas pasir. Penyanyi harus kembali jauh ke belakang, mempelajari vokal dari awal, memperbaiki atau membangun kembali pondasi dari awal. Terkadang penyanyi tidak dapat lagi melakukan pekerjaan penawar ini, karena suaranya telah mengalami kerusakan. Hal ini tentu saja mempengaruhi dalam teknik paduan suara. Seorang dirigen harus menyadari dan memahami pentingnya teknik pembentukan suara. Untuk mencapai hal itu dapat ditempuh melalui latihan teknik vokal dalam vokalisi melalui pemanasan warm-up. Vokalisi akan menolong para penyanyi dalam mempersiapkan organ produksi suaranya. Seorang dirigen yang hanya sekedar mengajarkan repertoar tanpa memperhatikan aspek-aspek pengolahan suara dan interpretasi yang tepat dari lagu yang seharusnya dibawakan, akan mengalami hal yang sama seperti contoh di atas. Dari persiapan yang kurang matang dapat didengar bahwa notasi-notasi terhadap lagu yang dinyanyikan tidak dapat dibunyikan secara tepat, ketika tiba saatnya untuk menyajikan lagu-lagu yang telah dilatihnya. Notasi-notasi dibunyikan kurang tepat dalam bidikan nadanya dan masing-masing kelompok suara bernyanyi dengan keras tanpa saling mendengarkan antar kelompok suara tersebut. Seolah-olah adu kekuatan antar kelompok suara Sopran, Alto, Tenor,dan Bas. Pada saat itu dirigen dan para penyanyinya memperoleh bukti bahwa ornamen-ornamen melodiknya tidak dibunyikan secara teliti. Satu suku kata dengan banyak nada atau melismatis tidak dibunyikan dengan tepat dan kata-kata tidak pernah diartikulasikan dengan baik. Tenor tidak pernah dapat mencapai 7 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu nada-nada tinggi, pitch pada bas tidak pernah bersih, alto terus bernyanyi seperti suara sopran perokok, dan sopran yang bernyanyi dengan intonasi yang tidak tepat. Penyajian paduan suara yang demikian menjadi tidak menarik. Dirigen atau pelatihnya boleh berdalih ataupun menganggap kejadian itu sudah berlalu, namun pada dasarnya pelatih telah membuat misi paduan suaranya gagal. Dugaan penyebab kejadian semacam ini terlampau banyak. Para penyanyi tidak mengenal secara baik teknik produksi suara, bisa juga karena pelatih atau dirigen tidak mengajarkan cara bernyanyi yang benar. Berbagai alasan antara lain seperti: mereka bukan penyanyi klasik, tidak perlu memakai teknik vokal, dan sebagainya. Sebuah paduan suara mungkin memiliki anggota-anggota yang cukup banyak memahami teknik vokal, tetapi lebih banyak kemungkinan didapatkan perbedaan luas wilayah jangkauan suara dan kemampuan di antara anggotanya. Sebuah paduan suara walau terdiri dari para penyanyi yang memiliki suara dengan materi yang baik dan cukup terlatihpun harus disatukan suaranya. Hal ini baru dapat dicapai melalui usaha dirigen untuk menyatukan keragaman suara itu. Oleh karena itu, menjadi tugas dan tanggung jawab dirigen untuk menginstruksikan kepada anggotanya untuk menguasai dan memiliki dasar teknik pembentukan suara. Dirigen berkewajiban memberi fondasi bagi penyanyi yang kurang pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan bernyanyi. Dengan demikian, diharapkan perluasan pengertian, pemahaman, penguasaan, dan kemampuan para penyanyi dalam menggunakan suaranya terhadap paduan suara dalam 8 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu kelompoknya akan meningkat, melalui usaha pembentukan suara dan pengalaman vokalnya. Hampir setiap paduan suara memiliki beberapa penyanyi yang baik. Adalah suatu kenyataan bahwa penyanyi yang lemah membutuhkan diperkuat kemampuan suaranya, sehingga penyatuan suara dapat dicapai dalam tiap seksi suara dalam paduan suara. Apabila tidak, maka suara-suara yang kuat akan mendominasi seluruh himpunan penyanyi. Atau para penyanyi yang lemah akan menyeret-nyeret yang bersuara baik ke dalam tone yang buruk. Intonasi, irama atau ritmik yang salah, serta berbagai masalah lainnya yang dihadapi paduan suara. Untuk memperkuat pemahaman mengenai pembentukan choral sound, peneliti menggunakan istilah mengenai choral sound yang terdapat dalam Casarow T.Th: 6 yang menyebutkan bahwa: Thus, by analyzing the sound of the ideal, imaginary choir, we have established that there are three essential qualities of choral sound: ensemble, intonation, and nuance. Makna dari pernyataan tersebut bahwa dalam menganalisis suara yang ideal dan imajiner ditetapkan ada tiga kualitas penting dari pembentukan suara paduan suara atau choral sound yaitu ansambel, intonasi, dan nuansa. Fitur-fitur tersebut memiliki karakteristik dan signifikansi dalam pembentukan choral sound yang diperlukan. Ansambel berhubungan dengan keseimbangan dan perpaduan dalam tiap bagian dan seluruh bagian bersama-sama yang lebih menitikberatkan pada kesatuan unity. Intonasi berhubungan dengan presisi dan akurasi dalam menyelaraskan nada yang lebih menitikberatkan pada keindahan beauty, serta 9 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu nuansa berhubungan dengan tanggapan dan pemenuhan permintaan dirigen yang menitikberatkan pada segi ekspresivitas pengungkapan expressivity. Fitur-fitur dasar sonoritas atau kemerduan dalam paduan suara di atas sangatlah diperlukan. Untuk mempermudah dalam memahami karakteristik dan signifikansi dari ketiga elemen dasar tersebut, maka bila digambarkan dapat diilustrasikan pada tabel berikut ini: Elemen Karakteristik Hasil Ansambel Keseimbangan dan perpaduan dalam tiap bagian dan bagian bersama-sama Kesatuan unity Intonasi Presisi dan akurasi dalam menyelaraskan nada Keindahan beauty Nuansa Tanggapan dan pemenuhan permintaan dirigen Pengungkapan expressivity Berangkat dari penjelasan di atas, maka perlu diadakan pembahasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses pembentukan choral sound. Hal tersebut penting dilakukan mengingat setiap paduan suara memiliki ciri khas tersendiri. Di samping itu dalam paduan suara mahasiswa yang peneliti gunakan sebagai subjek penelitian anggotanya terdiri dari beragam latar belakang serta asal-usulnya dengan warna suara atau timbre yang sudah mereka bawa. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan yang dapat dijadikan pedoman bagi dirigen dan penyanyi paduan suara pada saat 10 Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu melaksanakan latihan, yang akan menjadi pondasi yang kokoh bagi paduan suara dalam mencapai sukses dan prestasi berpaduan suara.

B. Rumusan Masalah