PERBANDINGAN OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN PENCITRAAN CALON PRESIDEN DI MEDIA CETAK (Analisis Isi Terhadap Pemberitaan Calon Presiden Jokowi dan Prabowo pada Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014)

(1)

PERBANDINGAN OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN PENCITRAAN CALON PRESIDEN DI MEDIA CETAK

(Analisis Isi Terhadap Pemberitaan Calon Presiden Jokowi dan Prabowo pada Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014)

SKRIPSI

OLEH : ADI NUGROHO

09220295

Dosen Pembimbing I : Nurudin, S.Sos., M.Si. Dosen Pembimbing II : Novin Farid S W, M.Si.

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Adi Nugroho

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul : PERBANDINGAN FREKUENSI OBYEKTIVITAS

PEMBERITAAN CALON PRESIDEN DI MEDIA CETAK (Analisis Isi Terhadap Pemberitaan Calon Presiden Jokowi dan Prabowo pada Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Prodi Ilmu Komunikasi FISIP dan dinyatakan LULUS sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom) Pada tanggal 28 Januari 2015

Dihadapan Dewan Penguji

Dewan Penguji:

1. Drs. Isnaini S.Sos M.Si ( )

2. Rahadi M.Si ( )

3. Nurudin S.Sos M.Si. ( )

4. Novin Farid S.W M.Si ( )

Mengetahui, Dekan Fakultas


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul PERBANDINGAN FREKUENSI OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN CALON PRESIDEN DI MEDIA CETAK (Analisis Isi Terhadap Pemberitaan Calon Presiden Jokowi dan Prabowo pada Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014) terselesaikannya tugas akhir ini, maka peneliti patut mengucapkan syukur dan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu selama proses pengerjaan tugas ini hingga selesai. Berkat jasa dan dukungan tersebut, akhirnya pengerjaan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih, peneliti sampaikan kepada :

1. Allah SWT atas limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti diberi kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Nabi Muhammad SAW atas sikap teladannya yang menjadi acuan bagi peneliti untuk terus memperbaiki diri.

2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM. Bapak Sugeng Winarno, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi (Ikom) FISIP UMM.

3. Bapak Nurudin S.Sos. M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Novin Farid S.W. M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa memberi arahan, perhatian dan bimbingan serta meluangkan waktu hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Segenap dosen program studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan segala ilmunya kepada mahasiswa, khususnya peneliti. 5. Kedua orang tua peneliti Ayahanda tercinta Alm. Bambang Eko

Wimbanu dan Ibunda tercinta Indriyati yang telah memberikan dukungan baik materil maupun immateril kepada peneliti, serta selalu mendoakan, mendukung, membimbing, dan memberi semangat untuk


(4)

menuntut ilmu dan membahagiakan beliau berdua. Merekalah yang menjadi motivasi peneliti selama ini.

6. Seluruh pihak yang turut membantu yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu, terimakasih atas kontribusi yang luar biasa untuk kemajuan peneliti.

Tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna perbaikan di masa mendatang.

Malang, 22 Januari 2015 Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN . ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian . ... 8

D. Manfaat Penelitian . ... 8

1. Manfaat Praktis . ... 8

2. Manfaat Akademis . ... 8

BAB II Tinjauan Pustaka ... 6

A. Komunikasi Politik ... 6

B. Strategi Pencitraan Diri ... 10

C. Politik Pencitraan ... 14

D. Marketing Politik ... 16

E. Pendekatan Politik Ekonomi Media ... 23

F. Citra dan Media Masa ... 25

G. Analisi Isi ... 27

H. Definisi Konsep ……… 28


(6)

2. Pencitraan ……….. 28

3. Komunikasi Politik ……….... 29

BAB III Metode Penelitian ... 28

A. Paradigma Penelitian ... 30

B. Jenis Penelitian ... 31

C. Kategorisasi dan Unit Analisis . ... 32

D. Sumber Data ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Analisis Isi ... 37

G. Validitas Data ... 39

H. Reabilitas Data ... 39

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 42

A. Gambaran Umum Harian Kompas ... 42

B. Hasil Penelitian . ... 45

C. Pembahasan ... 70

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 82

A. Kesimpulan. ... 82

B. Saran. ... 83

1. Akademis. ... 83

2. Praktis ... 84

Daftar Pustaka Lampiran


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan Nursal. 2004. Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Bungin, Burhan. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT. Radja Grafindo Persada.

Budiharsono, Suyuti S. 2003. Politik Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo

Elvinaro, Ardianto Soemirat Soleh. 2003. Dasar- Dasar Public Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Eriyanto. 2013. Analisis Isi. Pengantar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial. Edisi Pertama. Cetakan ke-2. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Firmanzah. 2008. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Reformasi. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia

Hamad, Ibnu 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap berita-berita politik).Granit: Jakarta,

Hamidi. 2008. Metode Penelitian Kulitatjf. Universitas Muhammadiyah Malang. UMM Press

Grossberg, Lawrence; Ellen Wartella; D. Charles Whitney. 1998. Media Making: Mass Media In A Popular Culture. London: Sage Publication,

Newman, Lawrence 1997. Social Research Methods: Qualitative and Quantitatives Approaches. Boston: Allyn and Bacon

Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek (Tjun Surjaman, Penerjemah). Bandung. PT Remaja Rosda Karya

Pikiran Rakyat, Perang Pencitraan di Media Sosial Jelang Pemilu 2014. 23/02/2014 - 10:29)


(8)

Schroder, Peter. 2008. Strategi Politik; Edisi revisi untuk Pemilu 2009. Penerjemah : Denise Joyce Matindas dan Irina Dayasih. Jakarta. Friedrich-Nauman-Stiftung fur die-freiheit, Indonesia

Sudrijanta. 2009. Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial. Yogyakarta: Kanisius

Taqur, Firman, ―Pengantar Jurnalistik‖ https://docs.google.com(12 Mei 2013) Venus, Antar. 2007. Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam

Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung. Simbiosa Rekatama Media

Wimmer, Roger D & Dominick, Josep R. 2000. Mass media Research. New York : Wadsworth Publishing Company.


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberitaan pada media massa tidak terlepas dari subjektivitas atau tidak objektif. Padahal penulisan berita seperti ini sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat karena tidak berdasarkan fakta, atau terlebih lagi dibumbui oleh kepentingan tertentu dibaliknya. Idealnya berita yang disampaikan berdasarkan fakta-fakta yang terjadi (objektif). Inilah potret media massa Indonesia yang terjadi, jauh dari objektivitas, dan dekat dengan kepentingan serta subjektivitas yang berpihak pada sesuatu, tidak mencerminkan netralitas dan independensi

Kompas, merupakan media surat kabar terbesar dan berkualitas di Indonesia yang tetap eksis selama bertahun-tahun hingga saat ini. Pada harian Kompas, wartawan secara profesional melakukan peliputan karena penugasan dan mengangkat isu-isu pemberitaan yang telah disepakati bersama dalam rapat redaksi. Para jurnalisnya harus tetap tunduk dengan apa yang diputuskan media. Hal ini untuk menghasilkan reportase yang kredibel. Kompas juga tetap berusaha mengelola integritas dan konsistensinya dalam menjaga konten agar tetap bisa bertahan sebagai media konvensional di tengah media sosial yang semakin digemari. Meski memiliki hasil reportase yang diakui kredibel namun apakah berita-berita kampanye calon presiden yang disampaikan surat kabar ini cukup objektif. Berita-berita yang ditampilkan tentu memiliki tingkat


(10)

2

obyektivitas yang berbeda-beda dalam setiap surat kabar. Masing-masing surat kabar memiliki kebijakan redaksional yang berbeda satu sama lain, yang menyebabkan terjadinya perbedaan menyangkut isi berita karena perbedaan penyediaan space atau kebijakan redaksional, yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat obyektivitas.

Termasuk pemberitaan tentang kegiatan kampanye yang dilakukan para calon presiden (Capres) pada Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) tahun 2014 mendatang. Selama setahun terakhir, sejumlah Capres mulai melakukan sosialisasi diri dengan mengunjungi sejumlah daerah yang diharapkan memberi dukungan kepada dirinya, serta secara terus-menerus menjaga citranya, dengan harapan tingkat elektabilitasnya di mata masyarakat/pemilih yang menjadi konstituennya terus meningkat

Pada kesempatan para calon presiden melakukan kunjungan ke berbagai kawasan yang diharapkan menjadi basis massanya kelak. Tidak hanya permukiman penduduk, para Capres juga berkunjung ke sejumlah fasilitas umum yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat. Seperti, pasar-pasar tradisional, masjid dan tempat peribadatan lainnya, serta tempat-tempat lain yang terkadang sudah dipersiapkan oleh para tim pendukung..

Berbagai aktifitas yang dilakukan para Capres di lapangan antara lain, menghadiri berbagai acara seremoni yang kebetulan secara bersamaan dilaksanakan, atau sengaja digelar dalam rangka kunjungan para Capres ini. Dalam kesempatan itu, tidak jarang para Capres mencoba menawarkan berbagai program kerja yang pro-rakyat dan berorientasi pada peningkatan


(11)

3

kesejahteraan masyarakat. Mereka juga mencoba untuk mendengarkan setiap keluhan dan permasalahan yang banyak dihadapi oleh warga masyarakat

Bahkan untuk tetap menjaga ―citra positifnya‖ kandidat Capres ini sering pula mengajak awak media untuk melakukan peliputan. Tentunya, media yang bisa diajak kerjasama untuk membangun citranya di mata masyarakat, melalui publikasi dan pemberitaan yang positif. Dan bisa ditebak, alur pemberitaan yang ditulis media terhadap figur sang tokoh (Capres), menggambarkan kesemarakan acara dan penyambutan terhadap sang tokoh yang luar biasa

Menjelang Pemilu adalah masa saatnya kampanye di mana setiap Parpol atau calon melakukan pendekatan pada massa untuk menarik dukungan. Roger dan Storey (dalam Venus, 2004:7) memberi pengertian kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakuan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Perlu diperhatikan bahwa pesan kampanye harus terbuka untuk didiskusikan dan dikritisi. Hal ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik bahkan sebagian kampanye ditujukan sepenuhnya untuk kepentingan dan kesejahtraan umum (public interest). Oleh karena itu isi pesan tidak boleh menyesatkan, maka disini tidak perlu ada pemaksaan dalam mempengaruhi

Dalam pemilu, sangatlah penting seorang kandidat harus memiliki citra diri positif. Pembentukan citra merupakan satu bagian integral dari salah


(12)

4

satu strategi politik. Citra adalah salah satu hal penting yang harus di bangun dalam berkampanye, penting nya arti citra sudah tidak di ragukan lagi karena kita mengenal orang lain lewat bentukan citra yang di bangun oleh orang tersebut. Demikian juga konstituen mengenal kandidat melalui citra yang di bangun kandidat hal yang paling penting dalam menciptakan citra atau image adalah media. Hal yang paling penting dalam menciptakan citra/image adalah media. Penguasaan media merupakan kunci dari pembentukan citra seseorang, sudah tak terhitung jumlahnya orang-orang yang dibesarkan oleh media lewat politik pencitraan

Kemenangan politik pada Pemilu 2004 adalah potret kemenangan citra di panggung politik. Media menjadi sumber rujukan bagi calon pemilih untuk mengenali sosok kandidat. Citra kandidat bergantung pada konstruksi citranya di media. Karena politik adalah persepsi, maka media mulai ikut mendiktekan, mendominasi, dan menyimpulkan penilaian orang akan sosok kandidat. Para penonton lebih tertarik pada bentuk bukan substansi (Ibrahim, 2007: 189-190). Penonton lebih tertarik dengan citra yang ditampilkan dalam media daripada visi dan misi apalagi ide-ide atau janji-janji kampanye dengan

bahasa yang rumit. Sering ―Sang‖ kandidat berlaku ikut merasakan

penderitaan rakyat dengan ikut berbaur di lingkungan masyarakat kumuh, misalnya. Kesemuanya merupakan sebatas bentukkan citra dalam media.

Media memiliki dua peran penting dalam politik. Pertama, media adalah sumber informasi penting bagi kepentingan politik; kedua, media dapat mengajak bahkan mempengaruhi keputusan pemilih secara langsung melalui


(13)

5

dukungan dan editorial, dan secara tidak langsung, media adalah kendaraan bagi partai politik maupun kandidat yang merupakan panggung dalam menyampaikan visi dan misi, dan beriklan. Yang pada akhirnya media memberikan informasi dan mempersuasi perilaku dan aktifitas politik itu sendiri di masyarakat (Lawrence et.al, 1998: 337)

Media cetak merupakan salah satu jenis media massa yang populer dan bersifat khas. Kekhasan media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana-mana, bias disimpan (dikliping), bisa dibaca kapan saja, dan tidak terikat. Kritik sosial yang disampaikan melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas secara lebih mendalam dan bias menampung sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi masyarakat pada umumnya. Media cetak, baik koran atau majalah relatif lebih jelas siapa masyarakat konsumennya. Sementara media elektronik seringkali sulit mengukur dan mengetahui siapa konsumen mereka. Dengan demikian koran atau majalah lebih mewakili opini kelompok masyarakat tertentu. Target audience-nya lebih jelas (Taqur, 2013:123)

Pada tahun 2012 menurut lembaga riset Nielsen kategori pemerintahan atau parpol menjadi pengiklan ke-2 terbesar setelah produk telekomunikasi dengan belanja iklan Rp. 4,3 triliun. Pada tahun 2013 secara nasional belanja iklan politik diperkirakan sebesar Rp. 12,5 triliun dan diprediksikan akan terus naik hingga 2014. Sebagian besar iklan politik atau sekitar 63 % diserap media TV, media cetak 30 % sedangkan iklan out door berada pada kisaran 7 % (www.okezone.com, 14 Februari 2013)


(14)

6

Dua kandidat Pilpres Jokowi dan Prabowo sedang bersaing untuk merebut hati pemilih. Kandidat presiden yang diusung Koalisi PDI-Perjuangan Jokowi dan Prabowo, Koalisi Gerindra berupaya membangun citra (image) dengan branding yang berbeda dan saling mengejar posisi rating. Jokowi dengan aksi blusukan, sementara Prabowo mengarah pada karakterisasi Bung Karno sebagai pemimpin. Timses Prabowo mengolah citra Prabowo sebagai pemimpin yang mirip Bung Karno. Atau dengan kata lain persepsi Presidern Soekarno hadir dalam jiwa dan penampilan fisik Prabowo

Kedua kandidat tersebut memang memiliki cara yang berbeda. Blusukan Jokowi sedangkan kepemimpinan Prabowo. Prabowo mantan Pangkostrad tampil ke publik dengan retorika yang mengebu – gebu, bahasa Inggris yang terkesan lancar serta foto Prabowo berkuda layaknya kesatria berkuda menjadi merek branding untuk mencuri hati pemilih.

Jokowi sebagai kandidat yang sering mendapatkan serangan pencitraan buruk dari kompetitornya perlu kiranya meletakan persoalan ini

secara apa adanya. Latar belakang Jokowi yang dikenal sebagai ‗tukang kayu‘

menjadi bagian nyata kehidupan masyarakat kelas bawah—kategori kemiskinan. Bagi Jokowi, boleh jadi pencitraan media social atau media massa merupakan wisdom, kearifan untuk menyapa rakyat dengan bahasa manusiawi sangat dibutuhkan ketika manusia hanya dicitrakan sebagai mesin bagian dari industri

Gaya blusukan bagi Jokowi merupakan kelanjutan hidup dalam memahami jiwa masyarakat untuk menemukan solusi bijak yang tepat.


(15)

7

Blusukan yang dilakukan Jokowi dengan luwes, dan spontan membuktikan adanya factor alami dalam kepribadian Jokowi untuk bersahabat dengan rakyat. Prabowo digambarkan sebagai pemimpin tegas, namun sisi lain dari kultur militer yang biasa mengikuti atasna cenderung tidak kreatif dalam menyelesaikan persoalan. Prajurit loyal tetapi tanpa kreatifitas tidak bisa menyelessaikan masaslah. Selain itu, isi pesan kampanye retorika Prabowo dinilai membuai masyarakat dengan memberikan harapan. Sementara fakta lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah terhitung melek politik, politik bukan lagi menjadi barang yang dirahasiakan. Dengan kata lain, pencitraan politisi Prabowo saat ini lebih kepada Strategi Challenger lebih kepada menunjukan kegagalan – kegagalan kebijakan pemerintah dan persaingan meraih kursi presiden

Berdasarkan pemikiran tersebut peneliti ingin meneliti tentang Perbandingan Frekuensi Obyektivitas Pemberitaan Calon Presiden Pada Media Cetak (Analisis Isi Terhadap Pemberitaan Calon Presiden Jokowi dan Prabowo pada Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka dalam penelitian ini rumusan masalah yang dikemukakan adalah Bagaimana frekuensi Obyektivitas Pemberitaan para calon presiden Jokowi dan Prabowo yang dikonstruksikan oleh media Cetak Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014?


(16)

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi Obyektivitas Pemberitaan para calon presiden Jokowi dan Prabowo yang dikonstruksikan oleh media Cetak Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan atas wawasan serta bahan referensi bagi mahasiswa komunikasi pada jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Sehingga dapat memberikan pengetahuan tentang obyektivitas pemberitaan pada Media Cetak

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi calon legislatif maupun presiden dan partai politik agar dapat meningkatkan kreativitas, keunikan dalam membentuk suatu identitas diri di ajang pemilu dalam menarik massa atau simpatisan dan penelitian ini bisa menjadi refrensi baru bagi khalayak ramai bahwa tidak selamanya kampanye dalam pemilu bernuansa money politik, dan diharapkan dapat membantu dalam


(17)

(1)

satu strategi politik. Citra adalah salah satu hal penting yang harus di bangun dalam berkampanye, penting nya arti citra sudah tidak di ragukan lagi karena kita mengenal orang lain lewat bentukan citra yang di bangun oleh orang tersebut. Demikian juga konstituen mengenal kandidat melalui citra yang di bangun kandidat hal yang paling penting dalam menciptakan citra atau image adalah media. Hal yang paling penting dalam menciptakan citra/image adalah media. Penguasaan media merupakan kunci dari pembentukan citra seseorang, sudah tak terhitung jumlahnya orang-orang yang dibesarkan oleh media lewat politik pencitraan

Kemenangan politik pada Pemilu 2004 adalah potret kemenangan citra di panggung politik. Media menjadi sumber rujukan bagi calon pemilih untuk mengenali sosok kandidat. Citra kandidat bergantung pada konstruksi citranya di media. Karena politik adalah persepsi, maka media mulai ikut mendiktekan, mendominasi, dan menyimpulkan penilaian orang akan sosok kandidat. Para penonton lebih tertarik pada bentuk bukan substansi (Ibrahim, 2007: 189-190). Penonton lebih tertarik dengan citra yang ditampilkan dalam media daripada visi dan misi apalagi ide-ide atau janji-janji kampanye dengan bahasa yang rumit. Sering ―Sang‖ kandidat berlaku ikut merasakan penderitaan rakyat dengan ikut berbaur di lingkungan masyarakat kumuh, misalnya. Kesemuanya merupakan sebatas bentukkan citra dalam media.

Media memiliki dua peran penting dalam politik. Pertama, media adalah sumber informasi penting bagi kepentingan politik; kedua, media dapat mengajak bahkan mempengaruhi keputusan pemilih secara langsung melalui


(2)

dukungan dan editorial, dan secara tidak langsung, media adalah kendaraan bagi partai politik maupun kandidat yang merupakan panggung dalam menyampaikan visi dan misi, dan beriklan. Yang pada akhirnya media memberikan informasi dan mempersuasi perilaku dan aktifitas politik itu sendiri di masyarakat (Lawrence et.al, 1998: 337)

Media cetak merupakan salah satu jenis media massa yang populer dan bersifat khas. Kekhasan media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana-mana, bias disimpan (dikliping), bisa dibaca kapan saja, dan tidak terikat. Kritik sosial yang disampaikan melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas secara lebih mendalam dan bias menampung sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi masyarakat pada umumnya. Media cetak, baik koran atau majalah relatif lebih jelas siapa masyarakat konsumennya. Sementara media elektronik seringkali sulit mengukur dan mengetahui siapa konsumen mereka. Dengan demikian koran atau majalah lebih mewakili opini kelompok masyarakat tertentu. Target audience-nya lebih jelas (Taqur, 2013:123)

Pada tahun 2012 menurut lembaga riset Nielsen kategori pemerintahan atau parpol menjadi pengiklan ke-2 terbesar setelah produk telekomunikasi dengan belanja iklan Rp. 4,3 triliun. Pada tahun 2013 secara nasional belanja iklan politik diperkirakan sebesar Rp. 12,5 triliun dan diprediksikan akan terus naik hingga 2014. Sebagian besar iklan politik atau sekitar 63 % diserap media TV, media cetak 30 % sedangkan iklan out door berada pada kisaran 7 % (www.okezone.com, 14 Februari 2013)


(3)

Dua kandidat Pilpres Jokowi dan Prabowo sedang bersaing untuk merebut hati pemilih. Kandidat presiden yang diusung Koalisi PDI-Perjuangan Jokowi dan Prabowo, Koalisi Gerindra berupaya membangun citra (image) dengan branding yang berbeda dan saling mengejar posisi rating. Jokowi dengan aksi blusukan, sementara Prabowo mengarah pada karakterisasi Bung Karno sebagai pemimpin. Timses Prabowo mengolah citra Prabowo sebagai pemimpin yang mirip Bung Karno. Atau dengan kata lain persepsi Presidern Soekarno hadir dalam jiwa dan penampilan fisik Prabowo

Kedua kandidat tersebut memang memiliki cara yang berbeda. Blusukan Jokowi sedangkan kepemimpinan Prabowo. Prabowo mantan Pangkostrad tampil ke publik dengan retorika yang mengebu – gebu, bahasa Inggris yang terkesan lancar serta foto Prabowo berkuda layaknya kesatria berkuda menjadi merek branding untuk mencuri hati pemilih.

Jokowi sebagai kandidat yang sering mendapatkan serangan pencitraan buruk dari kompetitornya perlu kiranya meletakan persoalan ini secara apa adanya. Latar belakang Jokowi yang dikenal sebagai ‗tukang kayu‘ menjadi bagian nyata kehidupan masyarakat kelas bawah—kategori kemiskinan. Bagi Jokowi, boleh jadi pencitraan media social atau media massa merupakan wisdom, kearifan untuk menyapa rakyat dengan bahasa manusiawi sangat dibutuhkan ketika manusia hanya dicitrakan sebagai mesin bagian dari industri

Gaya blusukan bagi Jokowi merupakan kelanjutan hidup dalam memahami jiwa masyarakat untuk menemukan solusi bijak yang tepat.


(4)

Blusukan yang dilakukan Jokowi dengan luwes, dan spontan membuktikan adanya factor alami dalam kepribadian Jokowi untuk bersahabat dengan rakyat. Prabowo digambarkan sebagai pemimpin tegas, namun sisi lain dari kultur militer yang biasa mengikuti atasna cenderung tidak kreatif dalam menyelesaikan persoalan. Prajurit loyal tetapi tanpa kreatifitas tidak bisa menyelessaikan masaslah. Selain itu, isi pesan kampanye retorika Prabowo dinilai membuai masyarakat dengan memberikan harapan. Sementara fakta lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah terhitung melek politik, politik bukan lagi menjadi barang yang dirahasiakan. Dengan kata lain, pencitraan politisi Prabowo saat ini lebih kepada Strategi Challenger lebih kepada menunjukan kegagalan – kegagalan kebijakan pemerintah dan persaingan meraih kursi presiden

Berdasarkan pemikiran tersebut peneliti ingin meneliti tentang Perbandingan Frekuensi Obyektivitas Pemberitaan Calon Presiden Pada Media Cetak (Analisis Isi Terhadap Pemberitaan Calon Presiden Jokowi dan Prabowo pada Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka dalam penelitian ini rumusan masalah yang dikemukakan adalah Bagaimana frekuensi Obyektivitas Pemberitaan para calon presiden Jokowi dan Prabowo yang dikonstruksikan oleh media Cetak Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014?


(5)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi Obyektivitas Pemberitaan para calon presiden Jokowi dan Prabowo yang dikonstruksikan oleh media Cetak Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9 Juli 2014

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan atas wawasan serta bahan referensi bagi mahasiswa komunikasi pada jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Sehingga dapat memberikan pengetahuan tentang obyektivitas pemberitaan pada Media Cetak

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi calon legislatif maupun presiden dan partai politik agar dapat meningkatkan kreativitas, keunikan dalam membentuk suatu identitas diri di ajang pemilu dalam menarik massa atau simpatisan dan penelitian ini bisa menjadi refrensi baru bagi khalayak ramai bahwa tidak selamanya kampanye dalam pemilu bernuansa money politik, dan diharapkan dapat membantu dalam memahami makna tentang obyektivitas berita.


(6)

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI PENCITRAAN CALON PRESIDEN DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Framing Pemberitaan Tentang Prabowo Subianto di Detik.com dan Kompas.com

1 24 27

Analisis Framing Pemberitaan Perjalanan Koalisi Gerindra Dengan Ppp Pada Pilpres 2014 Di Harian Kompas

0 23 143

ANALISIS ISI KECENDERUNGAN AGENDA MEDIA PEMBERITAAN JOKOWI SEBAGAI CALON PEMIMPIN AUTENTIK DI HARIAN UMUM Analisis Isi Kecenderungan Agenda Media Pemberitaan Jokowi Sebagai Calon Pemimpin Autentik Di Harian Umum Solopos Edisi 10 Mei-8 Juli 2014.

0 1 15

ANALISIS ISI KECENDERUNGAN AGENDA MEDIA PEMBERITAAN JOKOWI SEBAGAI CALON PEMIMPIN AUTENTIK DI HARIAN Analisis Isi Kecenderungan Agenda Media Pemberitaan Jokowi Sebagai Calon Pemimpin Autentik Di Harian Umum Solopos Edisi 10 Mei-8 Juli 2014.

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Isi Kecenderungan Agenda Media Pemberitaan Jokowi Sebagai Calon Pemimpin Autentik Di Harian Umum Solopos Edisi 10 Mei-8 Juli 2014.

0 1 32

PEMBERITAAN MAJUNYA JOKOWI SEBAGAI CALON PRESIDEN DALAM MBM TEMPO DAN MBM GATRA.

0 0 2

PEMBERITAAN KEBIJAKAN PRESIDEN DALAM MENETAPKAN BUDI GUNAWAN SEBAGAI CALON KAPOLRI PADA SURAT KABAR KOMPAS (Studi Analisis Isi Kuantitatif Tentang Pemberitaan Kebijakan Presiden Dalam Menetapkan Budi Gunawan Sebagai Calon Kapolri Pada Surat Kabar Harian K

0 1 20

Pemberitaan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden di Surat Kabar Selama Masa Kampanye Pemilu 2014 (Studi Mengenai Pemberitaan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dalam Harian Kompas, Suara Merdeka, dan Solopos Pada Masa Kampanye Pemilu 2014).

0 0 18

POLITIK PEMBERITAAN JOKOWI DI MEDIA MASSA (Analisis Framing Politik Pemberitaan Jokowi di Majalah Tempo Edisi Januari-Juli 2014)

0 0 6

ANALISIS WACANA PEMBERITAAN PENCALONAN JOKOWI SEBAGAI CALON PRESIDEN 2014 PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS

0 0 16