III-32
3.1.3. Definisi Operasional Variabel
Menurut Prof. Dr. Sugiyono 2012 variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variansi
tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis membagi
variabel penelitian menjadi dua jenis berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, yaitu:
1. Variabel Independen X
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen Sugiyono, 2012. Pada penelitian penulis ini, variabel independen yang diteliti adalah sembilan variabel yang terdapat pada
model yaitu: SIZE, TLTA, WCTA, CLCA, NITA, FUTL, INTWO, OENEG, dan CHIN dengan persamaan regresi logistik model Ohlson
Y-score sebagai berikut ini:
-
= - 1,32 – 0,407
X1
+ 6,03
X2
- 1,43
X3
+ 0,0757
X4
- 2,37
X5
- 1,83
X6
+ 0,285
X7
- 1,72
X8
- 0,52
X9
a. X1 SIZE
Variabel independen pertama adalah SIZE. Variabel SIZE memiliki koefisien negatif yang mengakibatkan nilai Y-score
semakin kecil.
Produk Nasional Bruto PNB atau Gross National Bruto GNP meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh
penduduk suatu Negara selama satu tahun, termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga Negara yang
= log
[ ]
dimana,
Indeks Tingkat Harga PNB =
III-33
berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
Indeks Tingkat Harga PNB pada variabel SIZE didapatkan dengan membagi PNB Nominal dengan PNB Riil. PNB Nominal
mengukur nilai output pada harga yang berlaku selama periode produksi. Sedangkan PNB Riil mengukur nilai output yang
diproduksi dalam setiap periode berdasarkan harga tahun dasar yang ditentukan.
Rasio ini dipakai untuk menghitung ukuran perusahaan firm size. Dimana rasio ini lebih fokus pada eksternal perusahaan,
seperti ketidakpastian kondisi ekonomi makro yang diukur dari Indeks Tingkat Harga Pendapatan Nasional Bruto PNB.
b. X2 TLTA
Variabel independen ke-2 adalah TLTA total liabilities to total assets. Rasio ini termasuk ke dalam rasio utang leverage atau
rasio solvabillitas jangka panjang yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut
dilikuidasi. Variabel ini memiliki koefisien positif yang berarti semakin besar rasio ini, maka semakin besar kemungkinan
perusahaan mengalami
financial distress karena terjadi
peningkatan resiko berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya.
c. X3 WCTA
Variabel independen ke-3 adalah WCTA Working Capital divided by Total Assets yang merupakan salah satu rasio
likuiditas. Modal kerja yang dimaksud disini adalah modal kerja TLTA
=
WCTA
=
III-34
bersih, yaitu sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa
mengganggu likuiditasnya. Nilai WCTA yang semakin tinggi menunjukkan semakin besar
porsi modal kerja yang dimiliki perusahaan dari total aktivanya. Dengan modal kerja yang besar, diharapkan kegiatan operasional
perusahaan menjadi lancar sehingga pendapatan yang diperoleh akan meningkat dan pada akhirnya diharapkan terjadi peningkatan
laba perusahaan. Umumnya, apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan,
modal kerja akan turun lebih cepat dari pada total aktivanya sehingga menyebabkan variabel ini menjadi kecil karena variabel
ini memiliki koefisien negatif, yang dapat memperkecil nilai Y- score. Semakin kecil rasio tersebut menunjukkan bahwa semakin
buruk kinerja keuangan perusahaan.
d. X4 CLCA
Variabel independen ke-4 adalah CLCA Current Liability divided by Current Assets. CLCA merupakan salah satu rasio
likuiditas yang digunakan untuk mengungkapkan jaminan keamanan margin of safety perusahaan terhadap kreditor jangka
pendek. Jika perbandingan utang lancar melebihi aktiva lancarnya rasio ini menunjukan angka melebihi 1, maka perusahaan
dikatakan mengalami kesulitan melunasi utang jangka pendeknya. Semakin besar rasio CLCA yang dimiliki perusahaan, maka
semakin besar nilai Y-score dari perusahaan tersebut karena memiliki koefisien variabel ini adalah positif.
CLCA
=
III-35
e. X5 NITA
Variabel independen ke-6 adalah NITA Net Income divided by Current Assets. Rasio ini merupakan rasio rentabilitas untuk
mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari total aset yang tersedia. Semakin besar rasio ini maka nilai Y-score
akan semakin kecil karena variabel ini memiliki koefisien negatif. f.
X6 FUTL
Variabel independen ke-7 adalah FUTL. Rasio ini merupakan rasio solvabilitas dengan menghitung sejauh mana dana yang
digunakan untuk kegiatan utama perusahaan yaitu dana yang tersedia dari kegiatan operasi dipakai untuk membayar kewajiban
perusahaan atau hutang. Dana yang tersedia dari kegiatan operasi didapat dari laporan arus
kas. Jumlah aliran arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi
perusahaan dapat menghasilkan aliran kas yang cukup untuk melunasi kewajiban, pemeliharaan kemampuannya tersebut
membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan para sumber pendanaan dari luar.
NITA
=
FUTL =
III-36
g. X7 INTWO
{
INTWO merupakan variabel dummy yang dinyatakan dalam angka 1 dan 0. Jika selama dua tahun terakhir perusahaan
mengalami kerugian, maka nilai Y-score akan semakin besar dikarenakan koefisien variabel ini positif, sehingga semakin besar
kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
h. X8 OENEG
Sama seperti INTWO, OENEG juga merupakan variabel dummy yang dinyatakan dalam angka 1 dan 0. Dimana:
{ Angka 1 menunjukkan bahwa total aset yang tersedia tidak dapat
digunakan untuk menutupi total utang sehingga kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan semakin tinggi.
i. X9 CHIN
Variabel independen ke-9 ini memiliki koefisien negatif yang dapat memperkecil nilai Y-score. Rasio merupakan rasio
profitabilitas untuk
mengetahui kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan dengan cara mengukur perubahan laba
bersih yang diperoleh selama dua tahun terakhir. NI
t
Net Income merupakan laba bersih periode t, sedangkan NI
t-1
merupakan laba bersih untuk periode sebelum tahun penelitian.
CHIN =
III-37
2. Variabel Dependen Y
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
Sugiyono, 2012. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kondisi financial distress bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI. Dimana variabel dependen yang diteliti merupakan variabel dummy non-matriks dengan skala nominal, yaitu bank yang berada
dalam kondisi distress dinyatakan dalam nilai 1 dan bank yang berada
dalam kondisi non-distress aman dinyatakan dalam nilai 0.
Definisi operasional mengenai variabel-variabel yang digunakan pada penelitian penulis rangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel III.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Independen X Variabel
Konsep Koefisien
Indikator Skala
X1 : SIZE
Rasio ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan firm size. Semakin
besar rasio ini, maka kemungkinan bank mengalami kondisi distress semakin
kecil. Negatif -
Model Ohlson
Y-Score Rasio
X2 : TLTA
rasio solvabillitas
yang mengukur
kemampuan perusahaan
dalam membayar seluruh kewajiban. Semakin
besar rasio ini risiko perusaan mengalami kondisi distress semakin besar.
Positif + Rasio
X3 : WCTA
Rasio Likuiditas
untuk mengukur
kemampuan perusahaan
dalam mengelola modal kerja bersih dari total
aset yang dimiliki. Semakin besar rasio ini, maka kemungkinan perusahaan
mengalami kondisi distress semakin kecil
Negatif - Rasio
X4 : CLCA
Rasio Likuiditas untuk mengukur sejauh mana kemampuan aset lancar perusahaan
telah dibiayai penggunaan utang lancar. Semakin
besar rasio
ini, maka
kemungkinan bank mengalami kondisi distress semakin besar
Positif + Rasio
III-38
X5 : NITA
Rasio rentabilitas
untuk mengukur
kemampuan bank dalam menghasilkan profit dari total aset yang tersedia.
Semakin besar
rasio ini,
maka kemungkinan bank mengalami kondisi
distress semakin kecil Negatif -
Rasio
X6 : FUTL
Rasio solvabilitas
untuk mengukur
kemampuan bank dalam membiayai total utang dari dana operasi yang tersedia.
Semakin besar
rasio ini,
maka kemungkinan bank mengalami kondisi
distress semakin kecil Negatif -
Rasio
X7 : INTWO
Varibel dummy dinyatakan dalam angka 1 jika laba bersih dua tahun terakhir
negatif, atau angka 0 jika terjadi kondisi lainnya.
Positif + Nominal
X8 : OENEG
Varibel dummy dinyatakan dalam angka 1 jika
≥ angka 0 jika Total Utang Total Aset.
Negatif - Nominal
X9 : CHIN
Rasio profitabilitas untuk mengukur perubahan laba bersih yang dihasilkan
perusahaan pada periode tahun ke-t dan tahun sebelumnya t-1
Negatif - Rasio
Variabel Dependen Y Variabel
Konsep Indikator
Skala Prediksi
Kondisi Bank
Varibel dependen berupa variabel dummy yang dinyatakan dalam angka 1 apabila bank mengalami
kondisi distress Kemungkinan Kegagalan dari Nilai Y-score 0,5, atau angka 0 apabila bank
berada dalam kondisi non-distress Kemungkinan Kegagalan dari Nilai Y-score
≤ 0,5. Cut-off
point 0,5 Nominal
Sumber: Kerangka Pemikiran
III.2. Alat Analisis Penelitian
3.2.1. Statistik Deskriptif