PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK TEKANAN DI KELAS VIII SEMESTER II SMPN 1 7 MEDAN T . P . 2 0 1 5 / 2 0 1 6.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI POKOK TEKANAN DI KELAS VIII SEMESTER II
SMPN 17 MEDAN T.P. 2015/2016

Oleh:
Taufan Selamat Sejahtera Zebua
NIM 4123121075
Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

i


ii

RIWAYAT HIDUP

Taufan Selamat Sejahtera Zebua dilahirkan di desa Fadorosifulubanua
Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat, pada tanggal 07 Mei 1994. Ayah
bernama Obedi Zebua dan ibu bernama Bagaria Gulõ dan merupakan anak ke
empat dari empat bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri 008
Tualang kabupaten Siak provinsi Riau, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun
2006, penulis melanjut pendidikan di SMP Negeri 1 Mandrehe, dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri
Unggulan Sukma Nias, dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis
diterima di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA

MATERI POKOK TEKANAN DI KELAS VIII SEMESTER II
SMPN 17 MEDAN T.P. 2015/2016
Taufan Selamat Sejahtera Zebua (4123121075)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
inquiry training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok
Tekanan di kelas VIII Semester II SMP Negeri 17 Medan T.P. 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan populasi seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Medan yang terdiri dari 9 kelas. Sampel
penelitian diambil 2 kelas yang ditentukan dengan teknik cluster random
sampling, yaitu kelas VIII-8 dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training sebanyak 31 orang dan kelas VIII-9 dengan pembelajaran konvensional
sebanyak 31 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa berupa
tes keterampilan proses sains terdiri 10 item yang telah divalidkan.
Analisa data menunjukkan nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 21,22
dan kelas kontrol 20,84. Hasil analisis data pretes menunjukkan bahwa sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, varians kedua sampel homogen,
dan kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Kemudian diberikan
perlakuan pada kedua kelas dimana kelas eksperimen dengan menggunakan
model inquiry training dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Setelah dilakukan perlakuan diperoleh nilai rata-rata postes pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol masing-masing 52,45 dan 48,19. Hasil analisis data postes
menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
varians kedua sampel homogen. Hasil uji satu pihak diperoleh thitung = 1,96 dan
ttabel = 1.67 sehingga thitung > ttabel maka Ha diterima. Melalui analisis uji satu pihak
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan penggunaan model
pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains siswa pada
materi pokok tekanan di kelas VIII semester II SMP Negeri 17 Medan T.P.
2015/2016.
Kata Kunci : Model Inquiry training, Keterampilan Proses Sains, Tekanan

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kasih karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik
sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada
Materi Pokok Tekanan di Kelas VIII Semester II SMP Negeri 17 Medan T.P.

2015/2016”, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Betty
M. Turnip, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Mariati P.
Simanjuntak, M.Si., Dr. Eidi Sihombing, M.S., dan Dr. Makmur Sirait, M.Si.,
sebagai penguji 1, 2, dan 3 yang telah memberikan penilaian dan saran-saran
mulai perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih kepada Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si., sebagai dosen
pembimbing akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan, saran serta
dukungan moril selama perkuliahan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr.
Asrin Lubis, M.Pd., sebagai Dekan FMIPA, Alkhafi Maas Siregar, M.Si., sebagai
Ketua Jurusan Fisika, dan Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd., sebagai Ketua Prodi
Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Fisika yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drs. Pelan Tarigan,
sebagai Kepala SMP Negeri 17 Medan, Hastuty Panjaitan, S.Pd., sebagai guru
mata pelajaran fisika dan para guru serta staf di SMP Negeri 17 Medan yang telah

yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama
melakukan penelitian.

v

Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada Ayahanda dan Ibunda
tercinta yang terus memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak
pernah henti, kepada 3 saudara kandung penulis (Charisman Hayati Zebua, S.H.,
Tahir Sukma Hadirat Zebua, S.T., dan Sukahartono Zebua), serta sanak keluarga
(Yupiter Gulo, S.Pd “paman”, Ernawati Gulo, S.Pd “bibi” serta keempat adikadikku: Carlon, Jelita, Richard, Niken; Ramli Waruwu “bapa talu” dan Lisana
Gulo “mama talu”; Yulianus Zalukhu “bapa talu” dan Sidiati Gulo “mama talu”
serta keempat adik-adikku: Novrianus, Nengsih, Titus, Yustin; Peniel Waruwu
“abang” serta ponakan-ponakan terhebatku : Franklyn “abang cakep”, Sheila
“kakak cantik”, Loraine “kakak manis”, Ozora “abang mantap” dan sikecil “dedek
imut; serta Bapa talu dan mama talu Ina Harapan Harefa dan anak-anak “Iwan,
Yeni, Esti dan Edward” yang senantiasa memberikan motivasi dan doa yang tulus
kepada penulis dalam menyelesaikan studi hingga selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga untuk seluruh teman-teman Fisika Dik B 2012,
Kos Tekerebu (Om Kur, bang Agus, Alfandy, Invocavit, dan Jamal) dan temanteman sejurusan fisika, adikku Chayani Sarumaha, teman-teman sekolah: alumni
SDN 008 Tualang, SMPN 003 Tualang, SMPN 1 Mandrehe, SMAN USN, temanteman PPLT SMKN 1 Beringin serta keluarga besar SMKN 1 Beringin, Eklesia

Choir, HMJ Fisika Unimed, dan semua anggota IKBKF Unimed yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu. Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada yang
terkasih Maria Fransisca Zega.
Seperti kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak”, penulis juga
menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun tata
bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2016
Penulis,

Taufan S. S. Zebua
NIM. 4123121075

vi

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Daftar Riwayat Hidup

Abstrak
Kata Pengantar
Daftar isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Identifikasi Masalah
1.3
Batasan Masalah
1.4
Rumusan Masalah
1.5
Tujuan Penelitian
1.6
Manfaat Penelitian
1.7

Definisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoritis
2.1.1
Belajar
2.1.2
Keterampilan Proses Sains
2.1.3
Model Pembelajaran
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
2.1.3.2 Pembelajaran Konvesional
2.1.3.3 Model Pembelajaran Inquiry Training
2.1.3.3.1 Orientasi Model Inquiry Training
2.1.3.3.2 Struktur Pembelajaran Model Inquiry Training
2.1.3.3.3 Sistem Sosial Model Inquiry Training
2.1.3.3.4 Peran/Tugas Guru Dalam Model Inquiry Training
2.1.3.3.5 Sistem Pendukung Model Inquiry Training
2.1.3.3.6 Penyesuaian Tingkatan Umur Model Inquiry Training
2.1.3.3.7 Penyesuaian Lingkungan Belajar Model Inquiry Training

2.1.3.3.8 Dampak-Dampak Instruksional dan Pengiring Model
2.2
Materi Pembelajaran
2.2.1
Tekanan pada Zat Padat
2.2.2
Tekanan pada Zat Cair
2.2.2.1 Hukum Pascal
2.2.3
Hukum Archimedes
2.2.4
Tekanan Udara
2.3
Kerangka Konseptual
2.4
Hipotesis Penelitian

Halaman
i
ii

iii
iv
vi
viii
ix
x
1
1
6
6
7
7
7
8
9
9
9
10
11
11

11
12
13
15
19
20
20
23
25
25
26
26
27
27
29
30
31
33

vii

BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi
3.2.2
Sampel
3.3
Variabel Penelitian
3.3.1
Variabel Bebas
3.3.2
Variabel Terikat
3.4
Jenis dan Desain Penelitian
3.4.1
Jenis Penelitian
3.4.2
Desain Penelitian
3.5
Prosedur Penelitian
3.6
Instrumen Penelitian
3.6.1
Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains
3.6.1.1 Tes Pengetahuan Keterampilan Proses Sains
3.6.1.2 Tes Penilaian Keterampilan Proses Sains
3.6.2
Validitas Tes
3.6.2.1 Validitas Isi
3.7
Teknik Analisis Data
3.7.1
Menentukan mean dan simpangan baku
3.7.2
Uji Normalitas
3.7.3
Uji Homogenitas
3.7.4
Pengujian Hipotesi (Uji t)

34
34
34
34
34
34
34
34
35
35
35
36
38
38
38
39
39
39
40
40
40
41
42

BAB IV
4.1
4.1.1
4.1.2
4.1.2.1
4.1.2.2
4.1.2.3
4.1.3
4.1.3.1
4.1.3.2
4.1.4
4.1.4.1
4.1.4.2
4.1.4.3
4.2

44
44
45
45
45
46
47
47
49
49
51
51
52
52

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Data Pretes Keterampilan Proses Sains
Pengujian Analisis Data Pretes
Uji Normalitas Data Pretes
Uji Homogenitas Data Pretes
Uji Hipotesis Data Pretes
Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian
Perlakuan pada kelas eksperimen
Perlakuan pada kelas Kontrol
Deskripsi Data Postes Keterampilan Proses Sains
Uji Normalitas Data Postes
Uji Homogenitas Data Postes
Uji Hipotesis Penelitian
Pembahasan Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

55
55
56

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5

Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training
Memeras ujung atas kantong dan air memancar
dari lubang
Kondisi benda saat mengapung, melayang, dan
tenggelam
Skema Rancangan Penelitian
Diagram Batang Data Pretes Kelas Eksperimen
dan Kontrol
Hasil Observasi KPS setiap Pertemuan
Diagram Hasil LKS siswa setiap Pertemuan
Diagram Batang Data Postes Kelas Eksperimen
dan Kontrol
Diagram Batang pencapaian per Indikator soal postes

Halaman
10
28
30
37
44
48
48
50
50

ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8

Sintaks model inquiry training
Two Group Pretest – Postes Design
Tabel Spesifikasi Keterampilan Proses Sains
Distribusi frekuensi nilai pretes kelas eksperimen dan kontrol
Uji Normalitas Data Pretes kelas eksperimen dan kontrol
Uji Homogenitas Data Pretes kelas eksperimen dan kontrol
Uji Hipotesis data pretes kelas Eksperimen dan kontrol
Distribusi frekuensi nilai postes kelas eksperimen dan kontrol
Uji Normalitas Data Postes kelas eksperimen dan kontrol
Uji Homogenitas Data Postes kelas eksperimen dan kontrol
Uji Hipotesis data postes kelas Eksperimen dan kontrol

15
35
38
44
45
46
46
49
51
51
52

x

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
Lampiran 32

Halaman
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1
58
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2
72
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3
85
Lembar Kerja Siswa 1
96
Lembar Kerja Siswa 2
100
Lembar Kerja Siswa 3
104
Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains
109
Soal Instrumen Penilaian
116
Distribusi Hasil Pretes Kelas Eksperimen
120
Distribusi Hasil Postes Kelas Eksperimen
122
Distribusi Hasil Pretes Kelas Kontrol
124
Distribusi Hasil Postes Kelas Kontrol
126
Perhitungan Statistik Dasar
128
Uji Normalitas Data
136
Uji Homogenitas Data
144
Uji Hipotesis
146
Dartar Nilai Kritis untuk Uji Lilliefors
150
Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z
151
Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F
152
Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t
154
Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains
155
Rekap Observasi Aktifitas KPS Siswa
166
Rekap Nilai Lembar Kerja Siswa
172
Data Postes Kelas Eksperimen Per Indikator
173
Dokumentasi Penelitian
177
Validasi Instrumen
185
Surat Persetujuan Pembimbing Skripsi
191
Surat Izin Observasi
192
Surat Keterangan sudah melakukan observasi
193
Surat Izin Penelitian
194
Surat Keterangan sudah melakukan penelitian
195
Surat Persetujuan Hasil Revisi Skripsi
196

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (Trianto, 2009:1)
Pendidikan sains di Indonesia terdapat pada setiap tingkat satuan pendidikan
baik SD, SMP, atau SMA. Pendidikan sains atau yang lebih awam disebut Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan
keterampilan agar siswa mampu menjelajahi atau memahami alam sekitar secara
alamiah.
Tujuan pembelajaran sains yaitu agar siswa dapat menggunakan
keterampilan proses sains atau supaya siswa dapat mendefenisikan masalah
disekitar mereka, mengobservasi, menganalisis, membuat hipotesis, eksperimen,
menyimpulkan, menggeneralisasi, dan mengaplikasikan informasi yang mereka
punya dengan keterampilan dasar. Keterampilan proses sains membawa
kemampuan-kemampuan yang mana setiap individu dapat menggunakan setiap
langkah kehidupannya dengan kesadaran ilmiah dan meningkatkan kualitas dan
standar kehidupan dengan memahami ilmu pengetahuan alam.

2

Nur dan Wikandari mengatakan bahwa proses belajar mengajar sains lebih
ditekankan pada pendekatan keterampilan proses sains, sehingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah
siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan. Menurut Indrawati, keterampilan proses
sains merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif
maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep,
prinsip atau teori untuk

mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya,

ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada siswa kelas
VIII-IX SMP Negeri 17 Medan, ada beberapa permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dalam pembelajaran IPA. Perspektif siswa akan mata pelajaran yang
kurang baik. Pembelajaran IPA sering menjadi momok yang membosankan bagi
mereka, penuh dengan rumus-rumus, kurang menarik dan sulit memahami
kajiannya, bahkan ada sebagian pendapat yang mengungkapkan bahwa IPA itu
hanya untuk orang pintar dan ilmuan. Cara mengajar guru IPA di kelas cenderung
mencatat dan mengerjakan soal. Metode pengajaran yang monoton ini menjadi
alasan mengapa pembelajaran IPA menjadi pembelajaran yang kurang menarik
bagi siswa. Apalagi ketika diberikan soal kebanyakan siswa tidak mengerti
memahami soal dan menentukan rumus apa yang dipakai. Hal ini yang pada
akhirnya timbul dalam anggapan diri siswa bahwa mata pelajaran IPA hanya cocok
dipelajari oleh orang-orang yang ingin menjadi ilmuan.
Wawancara dengan ibu Hastuty panjaitan seorang guru IPA di SMP Negeri
17 Medan, mengatakan bahwa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,
keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal IPA yang diberikan oleh guru masih
kurang, walaupun masih bermodal melihat catatan tetapi hanya sebagian siswa
yang aktif. Hal lainnya ketika guru bertanya kepada siswa apakah materi yang
disampaikan tersebut bisa dimengerti, siswa sebagian besar hanya diam saja dengan
kata lain tidak ada siswa yang memberikan jawaban pasti. Hal serupa juga terjadi

3

ketika suatu kali guru memberikan demonstrasi, siswa juga kurang aktif dalam
pelaksanaannya karena tidak begitu menarik. Hal ini menunjukkan siswa hanya
menerima pengetahuan dari guru saja tanpa berinisiatif menemukannya sendiri.
Dari hal ini kita mengetahui bahwa keterampilan proses sains yang diinginkan
dalam pembelajaran sains yang seharusnya tidak tercapai.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi. Otak anak dipaksa
untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah mereka pintar
secara teoritik tetapi mereka miskin secara aplikasi.
Keterampilan proses sains di sekolah kebanyakan digunakan untuk menguji
konsep yang telah ada. Dengan adanya keterampilan proses sains, akan timbul
sikap ilmiah yang diperlukan dalam penemuan ilmu pengetahuan. Dengan
mengembangkan keterampilan proses sains, siswa akan mampu menemukan dan
mengembangkan

sendiri

fakta

dan

konsep

serta

menumbuhkan

dan

mengembangkan sikap ilmiah siswa. Namun, kegiatan praktikum yang jarang
dilakukan akan mengakibatkan keterampilan proses sains siswa tidak berkembang
dan berdampak juga kepada sikap ilmiah siswa. Sehingga merasa bahwa
pembelajaran IPA kurang menarik dan hal ini lah yang dapat menghambat sikap
ilmiah mereka.
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan dapat diupayakan
pemecahannya
mengembangkan

yaitu

dengan

keterampilan

mencoba
proses

tindakan–tindakan

sains.

Peneliti

yang

dapat

menawarkan

model

pembelajaran inquiry training. Sebelumnya model ini telah dipublikasikan dalam
bentuk jurnal baik di tingkat nasional maupun internasional. Hasil penelitian
(Hakim, 2012) menyimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar

siswa yang

4

dibelajarkan dengan model inquiry training dan konvensional pada materi gaya dan
hukum Newton di kelas VIII SMP Negeri 17 Medan. Hal serupa juga diungkapkan
dalam (Sirait dan Sahyar, 2013) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang diajarkan menggunakan model inquiry training dengan direct
instraction pada materi listrik dinamis. Sementara jurnal internasional yang
berkaitan (Pandey, 2011) menunjukkan pengaruh yang signifikan secara statistik
dari model inquiry training terhadap prestasi akademik siswa dan (Gillani, 2010)
dari Callifornia State University, Hayward menyatakan bahwa model inquiry
training mempengaruhi tingkat kesuksesan dan keefektifan dalam lingkungan elearning.
Model inquiry training juga pernah digunakan untuk penelitian di MTs.
Negeri 2 Medan pada materi suhu dan pengukurannya oleh Harahap yang
berkesimpulan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan
pembelajaran inquiry training dan berdasarkan hasil observasi terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa. Penelitian terkait dilakukan oleh Sari di MTs. Al Wasliyah
Tembung yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar siswa menggunakan model pembelajaran inquiry training. Kedua peneliti
tersebut, menyarankan untuk menggunakan waktu seefektif mungkin dan
perencanaan

jenis

pertanyaan

yang

mampu

meyakinkan

siswa

dalam

pelaksanaannya. Kedua peneliti tersebut, menyarankan untuk menggunakan waktu
seefektif mungkin dan perencanaan jenis pertanyaan yang mampu meyakinkan
siswa dalam pelaksanaannya. Dalam penerapannya peneliti sebelumnya mencari
pengaruh model ini dengan melihat dari hasil belajar siswa untuk model
pembelajaran inquiry training. Peneliti akan mencari tahu pengaruh model
pembelajaran inquiry training ini berdasarkan keterampilan proses sains siswa yang
diterapkan pada materi tekanan di kelas VIII semester II SMP Negeri 17 Medan
T.P. 2015/2016. Untuk mengatasi masalah waktu dari peneliti sebelumnya, peneliti
sendiri akan mengefektifkan waktu dengan menyampaikan materi pembelajaran
menggunakan media visual power point serta akan menyusun pertanyaan sederhana

5

yang mampu meyakinkan siswa dalam pelaksanaannya berdasarkan kehidupan
sehari-hari siswa.
Hasil pembelajaran utama dari model inquiry training adalah keterampilan
proses sains yang melibatkan aktivitas observasi, mengumpulkan dan mengolah
data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis,
merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan. Format dari model
inquiry training menawarkan pembelajaran yang aktif dan otonom. Siswa juga akan
menjadi lebih terampil dalam ekspresi verbal seperti dalam mendengarkan pendapat
orang lain dan mengingat apa yang telah diutarakan. Sistem sosial model
pembelajaran inquiry training bersifat kooperatif dan ketat dan dapat dirancang
dengan baik dimana guru mengontrol interaksi dan meresapkan prosedur-prosedur
penelitian. Meski demikian, standar penilaian adalah kerja sama, kebebasan
intelektual, dan keseimbangan. Interaksi antara siswa seharusnya juga didorong.
Lingkungan intelektual terbuka untuk semua gagasan yang relevan.
Model pembelajaran inquiry training atau disebut juga latihan penelitian
dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode
waktu yang singkat. Latihan penelitian akan meningkatkan pemahaman ilmu
pengetahuan, produktivitas dalam berpikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan
dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Model ini sebenarnya tidak lebih
efektif dari pada metode-metode konvensional dalam hal pemerolehan informasi,
tetapi latihan ini seefisien metode pengulangan dan pengajaran yang dibarengi
dengan pengalaman-pengalaman laboratorium. Metode tersebut dapat bekerja
dengan baik asalkan ada banyak pertentangan, yang memunculkan teka-teki dan
membangkitkan rasa ingin tahu, dan ada materi-materi instruksional yang dapat
digunakan siswa untuk mengeksplorasi topik-topik penelitian. Baik siswa sekolah
dasar maupun sekolah lanjutan dapat memperoleh keuntungan dari model ini.
(Joyce, 2009:202).

6

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Materi Pokok Tekanan Kelas VIII
Semester II SMP Negeri 17 Medan T.P. 2015/2016”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasikan
masalah yang ada di sekolah, yaitu:
1. Perspektif siswa akan pelajaran IPA yang kurang baik;
2. Kurang tepatnya model pembelajaran IPA yang digunakan;
3. Keadaan siswa yang hanya menerima pengetahuan dari guru saja tanpa
berinisiatif menemukannya sendiri;
4. Kurang adanya praktik atas teori yang dipelajari dan penggunaan
laboratorium yang kurang efektif disekolah;
5. Proses pembelajaran IPA masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep
dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa yang
menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains (KPS).

1.3 Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
inquiry training untuk siswa kelas VIII Semester II SMP Negeri 17
Medan T.P. 2015/2016 pada materi pokok tekanan.
2. Keterampilan proses sains siswa di kelas VIII Semester II SMP Negeri
17 Medan T.P. 2015/2016 pada materi pokok tekanan.

7

1.4 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah:
1. Bagaimanakah keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran
konvensional pada materi pokok tekanan di kelas VIII semester II SMP
Negeri 17 Medan T.P. 2015/2016?
2. Bagaimanakah keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran
inquiry training pada materi pokok tekanan di kelas VIII semester II SMP
Negeri 17 Medan T.P. 2015/2016?
3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
keterampilan proses sains siswa pada materi pokok tekanan di kelas VIII
semester II SMP Negeri 17 Medan T.P. 2015/2016?

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin diperoleh dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran
konvensional pada materi pokok tekanan di kelas VIII semester II SMP
Negeri 17 Medan T.P. 2015/2016.
2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan model inquiry
training pada materi pokok tekanan di kelas VIII semester II SMP Negeri
17 Medan T.P. 2015/2016.
3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
keterampilan proses sains siswa pada materi pokok tekanan di kelas VIII
semester II SMP Negeri 17 Medan T.P. 2015/2016.

1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, memudahkan dalam memahami pelajaran IPA khususnya pada
materi pokok tekanan.

8

2. Bagi guru, sebagai bahan alternatif dalam penggunaan model pembelajaran
di dalam kelas untuk peningkatan keterampilan proses sains siswa.

1.7 Definisi Operasional
1. Model pembelajaran merupakan pola interaksi peserta didik dengan guru di
dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran yang ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2. Model pembelajaran Inquiry Training adalah upaya pengembangan para
pembelajar yang mandiri, metodenya mensyaratkan partisipasi aktif siswa
dalam penelitian ilmiah. Siswa sebenarnya memiliki rasa ingin tahu dan
hasrat yang besar untuk tumbuh dan berkembang. Model pembelajaran
Inquiry Training memanfaatkan eksplorasi kegairahan alami siswa,
memberikan

siswa

arahan-arahan

khusus

sehingga

siswa

dapat

mengeksplorasi bidang-bidang baru secara efektif (Joyce, 2009:202).
3. Keterampilan Proses Sains Menurut Indrawati merupakan keseluruhan
keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang
dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan

55

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan dan pengujian
hipotesis maka disimpulkan bahwa:
1. Keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran konvensional pada
materi pokok tekanan di kelas VIII semester II SMP Negeri 17 Medan T.P.
2015/2016 memiliki nilai rata-rata pretes 20,84 dan postes 48,19 mengalami
peningkatan nilai rata-rata hanya sebesar 27,35.
2. Keterampilan proses sains siswa dengan model inquiry training pada materi
pokok tekanan di kelas VIII semester II SMP Negeri 17 Medan T.P.
2015/2016 memiliki nilai rata-rata pretes 21,22 dan postes 52,45 mengalami
peningkatan nilai rata-rata sebesar 31,23.
3. Ada

pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran inquiry

training terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok tekanan
di kelas VIII semester II SMP Negeri 17 Medan T.P. 2015/2016.

5.2 Saran
Peneliti mempunyai saran-saran sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang didemonstrasikan
kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mendapatkan petunjuk
untuk menjawab penyebab terjadinya fenomena tersebut.
2. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dapat mengolaborasi pembelajaran yang
lebih atraktif dan sederhana seperti halnya penerapan pola permainan dalam
belajar untuk meningkatkan daya tarik siswa terhadap materi tekanan.
3. Siswa sangat mudah jenuh bila belajar terus-menerus selama proses
pembelajaran

berlangsung.

Peneliti

selanjutnya

menghadirkan ice breaker agar siswa tidak jenuh.

diharapkan

dapat

56

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka
Cipta, Jakarta
Aktamis, Hilal, (2008), The effect of scientific process skills education on
student’s scientific creativity, science attitedes and academic
achievements, Vol. 9, Issue 1, Article 4 [online]. (Diakses 25 januari
2016)
Azizah, A., dan Parmin, (2012), Inquiry Training Untuk Mengembangkan
Keterampilan Meneliti Mahasiswa, Unnes Science Education Journal, 1 :
1-11
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan
Gillani, B. B., (2010) Inquiry-Based Training Model and The Design of ELearning Environments, Informing Science Institute Journal, 7 : 1-9
Hakim, A., dkk, (2012), Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang dibelajarkan dengan
Model Pembelajaran Inquiry Training dan Konvensional pada Materi
Pokok Gaya dan Hukum Newton di Kelas VII SMP Negeri 17 Medan,
Jurnal Online Pendidikan Fisika, 1 : 8-16
Harahap, F., (2012), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Materi Suhu dan Pengukurannya di Kelas VII
Semester I MTs. Negeri 2 Medan T.P. 2012/2013, Skripsi FMIPA
Unimed, Medan
Istarani, (2011), 58 model pembelajaran inovatif, Media persada, Medan
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Models Of Teaching. Yogyakarta:
Percetakan Pustaka Belajar
Kanginan, Marthen, (2002), IPA FISIKA untuk SMP Kelas VIII, Erlangga, Jakarta
Pandey, A., (2011), Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional
Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in
India, Journal of Innovative Research in Education, 1 : 7-20
Sani, R. A., (2011), Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Latihan Inkuiri dengan Pembelajaran Konvensional pada

57

Mata Pelajaran Fisika. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika:
25-30, ISSN 2085-5281. (Diakses 23 Desember 2015)
Sirait, R. dan Sahyar, (2013), Analisis Penguasaan Konsep Awal Fisika dan Hasil
Belajar Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Training
Pada Materi Listrik Dinamis, Jurnal Online Pendidikan Fisika, 2 : 1-9
Sudjana, (2012), Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung
Tim Abdi Guru, (2013), IPA TERPADU untuk SMP/MTs Kelas VIII, Erlangga,
Jakarta
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA KELAS VIII SMPN 1 TUMIJAJAR TP 2011/2012

1 7 36

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (project based learning) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/20

2 8 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUBUH TUMBUHAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Merbau Mataram, Lampung Selatan T.P 2012/2013)

0 15 81

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR

2 21 132

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR

17 74 124

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI POKOK FOTOSINTESIS

6 68 68

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN EKSPOSITORI DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII MTSN 1 MATARAM TAHUN AJARAN 20142015

0 0 7

PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY DAN GUIDED INQUIRY TERHADAP HASIL KOGNITIF, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMPN 3 PALANGKA RAYA

1 2 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK TEKANAN KELAS VIII SEMESTER II MTsN 2 PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN 20142015

0 0 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN KELAS IV SEMESTER 2 SDN 1 BULUNGCANGKRING

0 0 23