Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan Rakyat Sengon Di Kabupaten Sukabumi

ASPEK EKONOMI
PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT SENGON
DI KABUPATEN SUKABUMI

OLEH :
HERMAN SETYAWAN

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
HERMAN SETYAWAN.
Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan Rakyat Di
Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh DUDUNG DARUSMAN dan HARDJANTO.
Kebutuhan kayu di Jawa yang semakin meningkat saat ini dihadapkan pada
semakin menurunnya kualitas dan kuantitas hutan negara yang dapat mengancam
kelestarian hutan dan pasokan hasil hutan berupa kayu. Salah satu sumber alternatif
bagi pasokan kayu adalah dari pengusahaan hutan rakyat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
masyarakat petani memilih kegiatan pengusahaan hutan rakyat sengon, menganalisis

kontribusi hasil hutan rakyat terhadap total pendapatan petani pemiliknya serta
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap total pendapatan petani, mempelajari saluran
dan marjin pemasaran, serta struktur pasar kayu sengon.
Praktek pengusahaan hutan rakyat sengon secara umum masih menggunakan
cara-cara yang sederhana. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam penentuan pilihan yaitu faktor total pendapatan nyata pada taraf
2,4% ; keanggotaan dalam kelompok tani nyata pada taraf 11,6% ; luas pemilikan
sawah nyata pada taraf 13,0% dan kelerengan lahan nyata pada taraf 27,3%. Hal
yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap pengarnbilan keputusan petani adalah
motif ekonomi dan faktor budaya.
Kontribusi pendapatan dari hutan rakyat sengon 2,84% dari total pendapatan
petani. Kontribusi terbesar diperoleh dari pendapatan non pertanian sebesar 54,06%
dan dari pertanian non hutan rakyat sengon sebesar 43,10%.
Pendapatan dari non hutan rakyat sengon per KK dan luas hutan rakyat sengon
per KK secara statistik berpengaruh nyata terhadap total pendapatan petani pada
tingkat kepercayaan 99%.
Di tingkat petani pemasaran kayu sengon hasil hutan rakyat sebagian besar
dilakukan dalam bentuk pohon berdiri kepada pedagang pengumpul. Terdapat
delapan saluran pemasaran kayu sengon. Saluran pemasaran yang paling menguntungkan bagi petani adalah saluran pemasaran kesatu (% keuntunganlbiaya = 23 I%),
yaitu; Petani -(KO)+ Konsumen Kayu Olahan. Sedangkan saluran pemasaran yang

menguntungkan bagi semua pelaku pemasaran yaitu pada salwan pemasaran ketiga
(% k/b = 144,46%) : Petani -(KB)+ Pedagang Pengumpul -(KO)+ Pedagang
Pengecer -(KO)+ Konsumen Kayu Olahan
Tingkat konsentrasi pedagang pengumpul secara keseluruhan berdasarkan nilai
indeks Herfindahl sebesar 0,20808 ; pedagang kayu olahan sebesar 0,4503 dan
pedagang kayu bulat sebesar 0,2155. Namun karena langkanya inforrnasi pasar dan
ketergantungan petani pada pedagang tengkulak dalam memasarkan kayu hasil hutan
rakyatnya, menimbulkan struktur pasar oligopsoni.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
ASPEK EKONOMI PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT SENGON
DI KABUPATEN SUKABUMI

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 1$ Pebruari 2002


~ e r m a nSetvawan
'
N R P . 98220

ASPEK EKONOMI
PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT SENGON
DI KABUPATEN SUKABUMI

OLEH :
HERMAN SETYAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002


Judul Tesis

: Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan Rakyat Sengon Di

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi

Kabupaten Sukabumi
: Herman Setyawan
: 98220
: Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menyetujui ,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dudunn Darusman, M.A.
Ketua


Ir. Hardianto, MS,
Anggota

Mengetahui,

-

2. Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof. Dr.Ir.Dodi Nandika. MS.

Tanggal Lulus : 15 Pebruari 2002

Program Pascasarjana

PRAKATA
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadlirat Allah SWT atas
rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang telah membimbing penulis sehingga pada

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan thesis ini dengan baik. Banyak
peristiwa dan cobaan yang telah terjadi selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
Alhamdullillah semuanya dapat penulis lalui.
Ungkapan terima kasih yang teramat dalam terutama ingin penulis dedikasikan
kepada istri dan anak tercinta Sri Wahyuni dan Anggara Putra Pratama serta kedua
orang tua penulis, Bapak Soekarrnan dan Ibu Soejatni yang dengan segala kasih
sayang, kedekatan dan perhatiannya telah sangat membantu penulis melalui masamasa pendidikan di program pasca sarjana IPB ini serta memberikan do'a dan
dorongan semangat agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik.
Rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga penulis
haturkan kepada yang terhormat bapak-bapak dosen pembimbing thesis penulis,
terutama kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA yang telah sangat
banyak memberikan kesempatan dan waktunya kepada penulis sedari awal studi di
program pasca sarjana untuk berkonsultasi dan memohon bimbingan dan saran, baik
untuk kepentingan studi maupun di luar studi dengan segala keramahan, kekeluargaan
dan penuh kesabaran.
Juga kepada Bapak Ir. Hardjanto, MS penulis menyampaikan rasa terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala keluangan waktu yang selalu
beliau berikan di sela-sela tugas keseharian yang teramat padat. Penulis menyadari

tanpa bimbingan dan arahan Bapak, semua ini mungkin tidak tenvujud. Semoga

amal dan budi baik bapak-bapak mendapat pahala yang setinggi-tingginya dari Allah
SWT.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan dan staf Dinas
Perhutanan dan Konservasi Tanah Kabupaten Sukabumi beserta petugas penyuluh
lapangan kehutanan yang telah memberikan bantuan data, tenaga dan akomodasi
selama penulis melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Sukabumi serta atas
keramahan dan rasa kekeluargannya.
Akhirnya tak kalah pentingnya kepada teman-teman seangkatan penulis
selama mengikuti perkuliahan di program pasca sarjana IPB, sahabat yang tidak dapat
penulis sebut satu per satu, yang telah membantu penulis pada saat kesulitan, atas
jasa-jasa dan budi baiknya penulis sampaikan terima kasih dan semoga mendapat
pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa thesis ini masih jauh dari sempurna. Namun
demikian penulis berharap semoga thesis ini berguna dan bermanfaat bagi siapa saja
yang membutuhkannya.

Bogor, Pebruari 2002

Penulis


DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................vi

..

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
vii

...

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... VIII

PENDAHULUAN ...................................................................................................
-1
Latar Belakang....................................................................................................
1
...........................................................................................
Perurnusan Masalah
-6

Kerangka Pemikiran ..........................................................................................
-7
Tujuan Penelitian................................................................................................9
Hipotesis ............................................................................................................-9
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................
10
Hutan Rakyat ....................................................................................................1 0
Tinjauan tentang kayu sengon (Paraserianthesfalcataria)..............................13
Biaya Produksi Pengusahaan Hutan Rakyat ......................................................
14
Pendapatan Pengusahaan Hutan Rakyat ............................................................
16
Pasar dan Struktur Pasar ....................................................................................
17
19
Saluran Pemasaran dan Margin Pemasaran .......................................................
METODE PENELITIAN.........................................................................................
21
............................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian

-21
Sumber Data ......................................................................................................
21
Metode Pengambilan Contoh ...........................................................................
-22
Batasan dan Pengertian (Terrninologi) ..............................................................
22
Analisis Data ..................................................................................................-23
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................27
Praktek Pengusahaan Hutan Rakyat ..................................................................
27
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Terhadap
Pengusahaan Hutan Rakyat............................................................................. 33
38
Pendapatan Petani dari Pengusahaan Hutan Rakyat .........................................
Saluran dan Margin Pemasaran Hasil Hutan Rakyat Sengon ...........................42
Struktur Pasar ....................................................................................................
50
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................
-55

Kesimpulan.......................................................................................................
-55
Saran ..................................................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
-58
LAMPIRAN ...........................................................................................................1

DAFTAR TABEL
Halaman
Karakteristik dan Struktur Pasar .......................................................................
18
Tabel Regresi Logistik Faktor-faktor Yang Diduga Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan Dalam Penentuan Pilihan ..........................................
34
Rata-rata Pendapatan Petani Contoh Per Tahun ...............................................
38
Tabel Koefisien Regresi Berganda Faktor-faktor Yang Diduga
Mempengaruhi Pendapatan Petani....................................................................
40
Tabel Anova Persamaan Regresi Berganda Faktor-faktor YangDiduga
Mempengaruhi Pendapatan Petani ....................................................................
41
Margin (Biaya dan Keuntungan) Pemasaran Kayu Sengon per m3..................48
Pangsa Pasar dan Indeks Herfmdahl Seluruh Pedagang Pengumpul
Kayu Sengon....................................................................................................
1
Pangsa Pasar dan Indeks Herfmdahl Pedagang Pengumpul Kayu Olahan......51
Pangsa Pasar dan Indeks Herfindahl Pedagang Pengumpul Kayu Bulat.........51

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 . Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................................8

2. Saluran Pemasaran Kayu Hasil Hutan Rakyat ..................................................43

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 . Peta Kabupaten Sukabumi ................................................................................62
2. Identitas Petani Responden ..............................................................................
-63
3. Data Luas Kepemilikan Lahan (ha) ..................................................................
66

4 . Rekapitulasi Hasil Wawancara Mengenai Persepsi Petani Terhadap
Usahatani Hutan Rakyat ...................................................................................
69
71
5. Hasil Analisis Model Logit ...............................................................................
6 . Rata-rata Total Pendapatan Petani dan Pendapatan dari Hutan Rakyat
Sengon...............................................................................................................
72
7 . Hasil Regresi Rata-rata Pendapatan Petani Per Tahun .....................................75

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya laju pembangunan ekonomi dan perhunbuhan
penduduk ternyata menimbulkan dampak baik positif dan negatif terhadap hutan.
Kebutuhan terhadap lahan untuk pemukiman, industri, pertanian, perkebunan dan
pengalihan kawasan hutan untuk peruntukan lainnya telah menyebabkan hutan negara
menjadi cenderung semakin menyempit. Selain itu dengan meningkatnya permintaan
kayu dan kurang efisiennya pemanfaatan kayu juga mendorong terjadinya
penebangan yang berlebih dan melebihi daya regenerasi hutan tersebut.
Kawasan hutan yang semakin banyak yang mengalami kerusakan, semakin
terasanya kekurangan hasil hutan berupa kayu dari kawasan hutan negara, semakin
menurunnya biodiversitas, laju perluasan lahan kritis dan lahan tidak produktif
semakin tinggi per tahunnya.
Hutan sebagai salah satu sumberdaya alarn yang dapat diperbaharui
(renewable) mempunyai manfaat dan fungsi yang multiguna bagi m a t manusia.
Menurut Pearce dan Turner (1990), hutan dapat dikelola secara lestari sepanjang
walctu apabila berpegang pada dua prinsip. yaitu (1) pemanfaatannya tidak melebihi
daya regenerasinya dan (2) selalu mengendalikan jumlah aliran limbah ke
lingkungan, sama atau lebih kecil dari daya asimilasinya.
Jika hutan tidak dikelola secara baik dan bertanggungjawab akan sangat
berdampak pada kelestarian hutan clan bila terus menerus berlangsung dapat

menimbulkan malapetaka bagi manusia berupa kekeringan di musim kemarau, banjir
di musim hujan, kesuburan lahan yang semakin menurun dan tidak produktif serta
terganggunya sistem keseimbangan lingkungan. Apabila batas kritis ekologi hutan
dilanggar akan mengakibatkan kerusakan pada tumbuh-tumbuhan, margasatwa,
tanah, sumberdaya air, iklim mikro, prasarana serta struktur sosial ekonomi
tradisional, bahkan dalam keadaan tertentu tidak dapat dipulihkan lagi (Maydell diacu
dalam Steinlin, 1983).
Pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah penduduk terpadat yang hanya
memiliki luas total hutan sebesar

+ 3 juta ha atau 2,5% dari luas total di Indonesia.

Menurut Soeryohadikoesoemo (1980) dengan jumlah penduduk yang paling padat,
diduga bahwa kebutuhan kayu di P. Jawa adalah sekitar 9 juta m3 dan pada tahun
2000 diperkirakan akan meningkat mencapai sekitar 23 juta m3.

Selanjutnya

dinyatakan bahwa pada tahun 2000, produksi kayu Perurn Perhutani diperkirakan
mencapai 1,5 juta m3. Dari data tersebut, terlihat bahwa hutan yang dimiliki negara
tidak mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen.
Sedangkan Nasendi (1984) memproyeksikan demand kayu di wilayah Jawa
pada 2020 sebesar 199,110 juta m3/tahun sedangkan potensi supply wilayah Jawa
sebesar 18,953juta m3/tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan kayu sebanyak itu, tidak mungkin dipenuhi oleh
produksi kayu di Jawa saja (Perhutani), maka peran kayu dari luar Jawa dan kayu
rakyat yang berasal dari hutan rakyat sangat dibutuhkan. Kayu rimba dari luar Jawa
yang masuk ke Jawa menurut hasil studi Fakultas Kehutanan IPB dan UGM diacu

dalam Soeryohadikoesoemo (1980) mencapai 2,s juta m3 dan akan meningkat sekitar
12 juta m3 pada tahun 2000. Dari hutan rakyat diharapkan dapat diproduksi sebanyak
8,7 juta m3 / tahun atau sekitar 25% dari produksi hutan alam, yang berarti bahwa

masyarakat diberikan kepercayaan besar untuk ikut serta dalam memproduksi kayu
untuk kebutuhan konsumsi kayu Indonesia.
Perum Perhutani (1995) menyatakan bahwa di Pulau Jawa, sebanyak 70-90
persen kebutuhan kayu pertukangan dan kayu bakar di penuhi dari hasil hutan rakyat.
Hal tersebut juga dinyatakan oleh Suyana (1976) bahwa kayu rakyat yang beredar di
pasaran di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat setiap tahun mencapai 87,60 persen dari
jumlah volume kebutuhan penduduk atau dari volume perdagangan kayu.
Terjadinya peningkatan permintaan kayu untuk berbagai keperluan yang tidak
diiringi oleh peningkatan produksi kayu dari hutan alam serta di lain pihak pada saat
ini cukup banyak terdapat lahan kritis dan lahan tidur akan menciptakan peluang bagi
pengembangan hutan rakyat.
Upaya pemenuhan kebutuhan hasil hutan dan konservasi sumberdaya hutan
dan lingkungan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat merupakan ha1 yang
tidak bisa ditawar lagi. Salah satu alternatif yang mempunyai prospek yang baik
adalah pengembangan kegiatan pengusahaan hutan rakyat. Alasan-alasan yang dapat
mendukung kegiaan pengembangan hutan rakyat antara lain :
1. Kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat,
baik manfaat langsung maupun manfaat yang secara tidak langsung dapat
dirasakan.

Manfaat yang langsung dapat dirasakan antara lain pemenuhan

kebutuhan kayu bakar, kayu pertukangan, bahan baku industri, penyerapan tenaga

kerja pedesaan dan lain-lain yang dapat meningkatkan pendapatan. Sedangkan
manfaat yang tidak secara langsung dirasakan (manfaat ekologis), antara lain
berupa peningkatan kesuburan lahan, penanggulangan erosi, pengaturan tata air
suatu wilayah daerah aliran sungai (APHI, 1995).
2. Potensi kayu yang &pat dihasilkan dari kawasan hutan rakyat yang telah ada saat

ini diperkirakan sebanyak 8,71 juta m3 per tahun atau sekitar 22,7% dari total
produksi nasional pephut, 1994).
3. Bentuk-bentuk hutan rakyat pada umumnya sudah dikenal masyarakat pedesaan,

namun tingkat pemanfaatannya masih belum optimal atau masih relatif sangat
rendah, baik dari segi silvikultur biofisik maupun dari segi sosial ekonominya.
4. Hak kepemilikan (property right) atas tanahllahan hutan rakyat yang jelas
mendorong pemiliknya untuk memanfaatkan, memelihara dan menjaganya
dengan lebih baik.
Lembaga Penelitian IPB (1986) mengemukakan bahwa hutan rakyat
mempunyai peranan ymg penting diantaranya adalah (1) meningkatkan pendapatan
masyarakat, (2) memanfaatkan secara maksimal dan lestari lahan-lahan yang tidak
produktif, (3) menghasilkan kayu bakar, (4) menghasilkan kayu bahan bangunan dan
bahan baku industri, (5) membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis, (6)
menghasilkan buah-buahan, umbi-umbian, bahan obat-obatan, sayuran dan pakan
ternak, dan (7) membantu peresapan air di tempat-tempat recharge area.
Hutan rakyat sebagai salah satu sumber penghasil kayu rakyat telah dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat petani pemilik hutan rakyat baik secara fmasial maupun
sesuatu yang tidak &pat terukur seperti suasana lingkungan, tata air dan lain-lain.

Apabila pengusahaan hutan rakyat dapat berjalan dengan baik, maka akan
tercipta peluang untuk memenuhi kebutuhan kayu tanpa harus mengeksploitasi hutan
negara secara berkelebihan. Selanjutnya juga dapat mengurangi tekanan terhadap
hutan negara baik berupa penebangan liar, perambahan lahan hutan, maupun proses
degradasi sumberdaya hutan.

Selain itu dengan terbentuknya hutan-hutan rakyat

yang memenuhi azas kelestarian hutan dan kelestarian usaha akan mendukung
tenvujudnya

pembangunan

pedesaan

yang

benvawasan

lingkungan

dan

berkelanjutan.
Menurut Simon (1995) keberhasilan pembangunan hutan rakyat, akan
memberikan sumbangan yang positif terhadap pembangunan nasional dalam bentuk
(1) meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan ikutan, (2) memperluas kesempatan
kerja dan aksesibilitas di pedesaan, (3) memperbaiki sistem tata air dan meningkatkan
perlindungan permukaan tanah dari gangguan erosi, (4) meningkatkan proses
penguraian oksida karbon (C02) dan polutan lainnya di udara karena adanya proses
fotosintesis di permukaan bumi, (5) proses fotosintesis juga menjaga agar kadar
oksigen di udara tetap pada tingkat yang menguntungkan bagi makhluk hidup, dan (6)
dapat menyediakan habitat yang dapat menjaga keragaman hayati (biodiversitas) flora
dan fauna.
Dengan demikian hut& rakyat pada dasarnya merupakan penvujudan
penyatuan yang serasi antara hutan dan masyarakat sebagai upaya untuk peningkatan
kesejahteraan dan sekaligus berfungsi sebagai pelestarian lingkungan hidup.

Perurnusan Masalah

Hal yang perlu dicermati dalam kaitannya dengan produksi kayu di Indonesia
adalah mengenai semakin menipisnya sumberdaya hutan. Adanya permintaan kayu
yang lebih besar dibandingkan dengan persediaan kayu yang bisa disupply dari hutan
negara, menyebabkan hams dicari alternatif / penganekaragaman sumber kayu.
Di sisi lain semakin banyak lahan-lahan marginal yang kurang produktif yang
dibiarkan terlantar. Dalam mengatasi ha1 tersebut pemerintah banyak menganjurkan
para pemilik lahan untuk memanfaatkan lahannya untuk pembangunan hutan rakyat
sebagai alternatif penghasil kayu.
Sebagai sumber pendapatan, kelestarian hutan rakyat sangat tergantung kepada
pasar yang ada dan kepada motivasi para petani lahan kering untuk membangun dan
memelihara hutan rakyat secara teratur. Upaya untuk meningkatkan pendapatan
petani yang umumnya masih tergolong miskin memerlukan pemahaman seksama dan
mendalam dari kondisi sosial, ekonomi dan budaya dari masyarakat setempat,
termasuk pola kehidupan dan sumber mata pencaharian lainnya di hutan rakyat
karena bagi masyarakat, hutan rakyat hanyalah merupakan pelengkap dari
keseluruhan sumber penghasilan dan biasanya ditanam di tanah-tanah yang tidak
subur bagi tanaman pangan (Haerurnan, 1994).
Faktor pasar dan pemasaran merupakan faktor penting dalam pengusahaan
hutan rakyat.

Dari pemasaran ini petani berkesempatan untuk memperoleh

pengembalian modal dan keuntungan dari usaha yang telah dilakukannya. Baik

buruknya sistem pemasaran hasil hutan rakyat sengon akan sangat menentukan
pendapatan yang diperoleh petani dari pengusahaan hutan rakyat sengon.
Berdasarkan ha1 tersebut di atas, maka dalam penelitian beberapa ha1 yang
ingin dikaji antara lain : (1) Bagaimana praktek pengusahaan hutan rakyat di
Kabupaten Sukabumi dan faktor-faktor apa saja yang berperanan dalam menentukan
pilihan untuk mengusahakan hutan rakyat, (2) berapa besar bagian sumbangan
pendapatan dari hutan rakyat sengon terhadap total pendapatan rumah tangganya dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, (3) bagaimana saluran pemasaran
kayu rakyat sengon, (4) bagaimana struktur pasar yang terjadi dalam perdagangan
kayu rakyat sengon, (5) berapa biaya pemasaran dan marjin pemasaran dalarn
perdagangan kayu rakyat sengon.
Kerangka Pemikiran

Kebutuhan kayu di Jawa yang semakin meningkat saat ini dihadapkan pada
semakin menurunnya kualitas dan kuantitas hutan negara yang dapat mengancam
kelestarian hutan dan pasokan hasil hutan berupa kayu. Salah satu sumber alternatif
bagi pasokan kayu adalah dari pengusahaan hutan rakyat.
Pengusahaan hutan rakyat di Jawa selain memiliki faktor pendukung juga
menghadapi beberapa kendala antara lain kepemilikan lahan per KK sempit, kepemilikan terdiri dari banyak orang, pemilik lahan HR lebih mengutamakan penanaman tanaman semusim.
Dalam pembangunan hutan rakyat, karena sifatnya yang jangka panjang maka
kepastian usaha dan kelestarian usaha sangat menentukan kesinambungan

Untuk itu diperlukan adanya tinjauan mengenai

pengusahaan hutan rakyat.

pengusahaan hutan rakyat khususnya tentang kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan total petani dan tata niaga kayu hasil hutan rakyat. Secara ringkas kerangka
pemikiran dalam penelitian ini sebagaimana disajikan dalam diagram berikut.
Kondisi :
+ Potensi Demand >
Potensi Supply
+ Inefisiensi
+ Perarnbahan hutan
+ Penjarahan hutan
+ Over eksploitation
+ Pemahaman nilai
penting surnber daya
hutan kuran

Kondisi dan Dampak
Pemanfaatan Hutan
Negara di Jawa

,

,.........

v

Kendala :

Pendukung :
+ Potensi yang ada
cukup besar
+ Memberikan manfaat ..........
ganda yang besar
+ Sudah lama dikenal
oleh masyarakat petani
+ Hak kepemilikanjelas

V

,

Ekologi

Dampak :
+ Produktivitas menurun
+ Biodiversitas menurun
+ Lahan kritis meningkat
+ Erosi, banjir, kekeringan meningkat
+ Keseimbangan
lingkungan hidup
terganggu

Pengusahaan
Hutan Rakyat

(.

+ Kepemilikan lahan /
KK sempit
+ Kepemilikan terdiri
dari banyak orang
+ Pemilik Lahan HR
lebih mengutamakan
penanaman tanaman
semusim.

Ekonomi
I

Kegiatan Studi
Faktor-faktor insentif?
Pendapatan dari hutan
rakyat ?
Saluran Pemasaran?
Margin Pemasaran?
Struktur Pasar?

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Kelembagaan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:
1.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat petani mernilih
kegiatan pengusahaan hutan rakyat sengon,

2.

Menganalisis kontribusi hasil hutan rakyat terhadap total pendapatan petani
pemiliknya serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap total pendapatan
petani,

3.

Mempelajari saluran clan marjin pemasaran, serta struktur pasar kayu sengon.
Hipotesis

1.

Pemasaran kayu sengon yang mudah dan ketersediaan tenaga kerja dalarn
keluarga merupakan faktor pendorong petani memilih kegiatan pengusahaan
hutan rakyat sengon.

2.

Kontribusi pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat masih kecil terhadap total
pendapatan petani pemiliknya.

3.

Struktur pasar dalam tata niaga kayu sengon di Kabupaten Sukabumi bukan
merupakan pasar dengan persaingan.

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Rakyat

Pengertian hutan rakyat pada dasarnya dapat berbeda-beda tergantung pada
lawas yang diberikan terhadap batasan hutan rakyat.

Menurut Suyana (1976),

pengertian hutan rakyat tidaklah sama dengan hutan dengan hutan komunal yang
dirniliki masyarakat adat seperti yang terdapat di Sumatera, Kalimantan dan wilayah
hukum adat yang lain, serta hutan swapraja seperti yang terdapat di Yogyakarta dan
Swakarta. Sedangkan Alrasjid (1979) mendefinisikan hutan rakyat sebagai hutan
yang dibangun pada lahan milik atau gabungan dari lahan milik yang ditanami pohon,
yang pembinaan dan pengelolaannya dilakukan oleh pemiliknya atau oleh badan
usaha seperti koperasi, dengan berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang sudah
digariskan pemerintah.
Hutan rakyat adalah hutan yang hunbuh di atas tanah yang dibebani hak milik
maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha dan penutupan tajuk
tanaman kayu-kayuan lebih dari 50 % dan atau pa& tahun pertama sebanyak minimal
500 tanaman setiap hektar (Dephut, 1999).
Berdasarkan jenis tanaman dan pola penanamannya hutan rakyat dapat
digolongkan ke dalam bentuk-bentuk hutan rakyat murni, hutan rakyat campuran, dan
hutan rakyat dengan sistem wanatani atau tumpang sari (Dephut, 1990).
Hutan rakyat murni adalah hutan rakyat yang terdiri dari satu jenis tanaman
pokok yang ditanam dan diusahakan secara homogen atau monokultw. Hutan rakyat

mumi lebih mudah dalam pembuatan, pengelolaan dan pengawasannya namun dari
segi silvikultur bentuk hutan rakyat mumi mempunyai beberapa kelemahan,
diantaranya mudah dan peka terhadap serangan hama penyakit dan gangguan alam
seperti angin. Dari segi ekonomi hutan rakyat murni kurang fleksibel, tidak ada
diversifikasi komoditas, sehingga ketahanan ekonominya kurang karena tergantung
hanya pada satu jenis komoditas saja dan resiko yang besar.
Hutan rakyat campuran adalah hutan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis
pohon-pohonan yang ditanam secara carnpwan. Dari segi silvikultur bentuk hutan ini
lebih baik daripada hutan rakyat murni. Hutan rakyat campuran lebih tahan terhadap
serangan hama penyakit dan gangguan alam (angin). Selain itu dapat mengurangi
terjadinya persaingan penggunaan zat hara oleh akar dan penggunaan cahaya
matahari.

Dari segi ekonomi, hutan rakyat campuran memiliki ketahanan dan

fleksibilitas yang lebih tinggi, karena terdapat diversifikasi komoditas secara
horisontal dan dan resiko yang lebih kecil sehingga tidak tergantung pada satu jenis
komoditas saja.
Hutan rakyat dengan sistem wanatani merupakan hutan rakyat yang
mempunyai bentuk usaha kombinasi kehutanan dengan usahatani lainnya seperti
perkebunan, pertanian, peternakan dan lain-lain secara terpadu pada satu lokasi.
Hutan rakyat dengan sistem wanatani berorientasi kepada optimalisasi pemanfaatan
lahan, baik dari segi ekonomi maupun ekologi. Bentuk hutan seperti ini mempunyai
daya tahan terhadap hama penyakit dan angin. Secara ekonomi, bentuk hutan ini
memberikan

keuntungan

ganda

melalui

pemanenan

bertahap

yang

berkesinambungan. Adanya diversifikasi komoditas secara vertikal dan horisontal

mengakibatkan nilai ekonomi diperoleh semakin tinggi dan penyerapan tenaga kerja
semakin banyak dan berkelanjutan.
Hutan rakyat dapat juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu hutan rakyat
tradisional dan hutan rakyat inpres. Hutan rakyat tradisional adalah hutan yang
dibangunlditanam diatas tanah milik dan atas inisiatif pemiliknya sendiri tanpa ada
subsidi atau bantuan pemerintah. Sedangkan hutan rakyat inpres adalah hutan rakyat
yang dibangun melalui kegiatan atau program bantuan (Lembaga Penelitian IPB,
1986).
Menurut Balai Informasi Pertanian (1982), hutan rakyat memiliki ciri-ciri khas
sebagai berikut :
1.

Tidak merupakan suatu kawasan yang kompak, tetapi terpencar-pencar di antara
lahan peruntukan lainnya.

2.

Bentuk usahanya tidak selalu murni berupa kayu-kayuan tetapi bisa terpadu atau
dikombinasikan dengan berbagai tanaman perkebunan rumput pakan ternak dan
tanaman pangan.
Sedangkan pengusahaan hutan rakyat menurut Hardjanto (2000), memiliki

beberapa ciri sebagai berikut :
1. Usaha hutan rakyat dilakukan oleh petani, tengkulak dan industri dimana petani
masih memiliki posisi tawar yang lebih rendah.
2.

Petani belum dapat melakukan usaha hutan rakyat menurut prisnip usaha dan
prinsip kelestarian yang baik.

3.

Bentuk hutan rakyat sebagian besar berupa budidaya carnpuran, yang
diusahakan dengan cara-cara sederhana.

4.

Pendapatan dari hutan rakyat bagi petani masih diposisikan sebagai pendapatan
sampingan dan bersifat insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10% dari
pendapatan total.
Tinjauan tentang kayu sengon (Paraserianthesfalcataria)

Sengon yang dalam bahasa latin disebut Paraserianthes falcataria, terrnasuk
farnili Mimosaceae, keluarga petai-petaian.
"albisia".

Kadang-kadang sengon disebut pula

Di Indonesia sengon memiliki beberapa nama daerah seperti sebagai

berikut :
Jawa

: Jeunjing, jeunjing laut (Sunda), klabi, sengon landi, sengon laut atau

sengon sabrang.
Maluku : Seia (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate) dan gosui (Tidore)
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomis pada tanaman sengon
adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30 - 40 meter dan diameter
batang sekitar 70 - 80 cm. Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah,
papan, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp,
kertas dan lain-lain.
Batang sengon twnbuh tegak lurus. Kulit luar batangnya licin d m berwarna
kelabu keputih-putihan. Kayu sengon mempunyai serat membujur dan berwarna
putih. Di lokasi penelitian ditemukan dua varietas sengon yaitu yang berkayu putih
dan putih kemerah-merahan.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung yang tidak rimbun
daunnya. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda, sedangkan anak daunnya

kecil-kecil dan mudah rontok.

Daunnya yang mudah rontok itu justru cepat

meningkatkan kesuburan tanah.
Akar sengon relatif menguntungkan dibandingkan akar pohon lainnya. Akar
tunggangnya cukup kuat menembus ke dalam tanah.

Semakin besar pohonnya

semakin dalam akar tunggangnya menembus ke dalam tanah. Sementara itu, akar
rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun atau sernrawut dan tidak menonjol ke
permukaan tanah. Akar rambut tersebut justru dimanfaatkan oleh pohon induknya
untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu di sekitar pohon sengon akan menjadi
subur (Santoso, 1993).
Sengon termasuk jenis yang cepat tumbuh tanpa memerlukan tindakan
silvikultur yang nunit dan berkembang dengan baik pada tanah yang relatif kering,
agak lembab bahkan di daerah tandus. Di daerah tropis seperti Indonesia. dapat
tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang lembab dengan tipe iklim A, B dan C
menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson (Griffoen, 1954 diacu dalam Alrasjid,
1973). Kecepatan pertumbuhan jenis ini ditunjukkan dengan produksi kayunya yang
dapat mencapai 156 m3per hektar pada saat benunur 6 tahun (Alrasjid, 1973).
Biaya Produksi Pengusahaan Hutan Rakyat

Biaya adalah satuan-satuan nilai yang dikorbankan untuk proses produksi.
Pengorbanan ini hanya merupakan biaya, jika nilai yang dikorbankan mempunyai
nilai ekonomis yang bertujuan untuk memprodusir barang-barang atau jasa
(Adikoesoemah, 1982).

Selanjutnya Adikoesoemah (1982) menyatakan bahwa biaya dapat dibagi
dalam kategori-kategori biaya yang diklasifikasikan :
1. Pengorbanan dan biaya dari bahan baku dan bahan baku penolong,
2.

Pengorbanan dan biaya dari alat-alat produksi tahan lama,

3.

Pengorbanan dan biaya dari tanah,

4.

Pengorbanan dan biaya dari tenaga kerja manusia,

5.

Pengorbanan dan biaya dari pemberian jasa-jasa,

6.

Pajak.
Menurut Hernanto (1989) ada dua kategori atau pengelompokan biaya yaitu :

a.

Biaya tetap, dimaksudkan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu
masa produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain : pajak tanah,
pajak air, penyusutan alat dan bangunan pertanian dan lain sebagainya.

b.

Biaya Variabel atau biaya-biaya berubah. Besar kecilnya sangat tergantung
kepada biaya skala produksi. Tergolong dalam kelompok ini antara lain : biaya
untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, biaya pengolahan tanah
baik yang berupa kontrak atau upah harian.
Dalam pengusahaan hutan rakyat, petani hutan rakyat sengon pada umumnya

menjual hasil hutannya berupa kayu dalam bentuk pohon berdiri kepada pedagang
perantara (tengkulak).

Oleh karena itu maka biaya pemanenan, pengangkutan,

pengolahan dan pemasaran tidak ditanggung oleh petani melainkan ditanggung oleh
pembeli tersebut (Wahyuningsih, 1993). Jadi biaya produksi yang ditanggung oleh
petani hanyalah biaya pembangunan dan pengelolaannya hutannya yaitu mulai dari

biaya sewa tanah, pengadaan barang modal (peralatan) pengadaan bibit, tenaga kerja
(buruh), pupuk, obat-obatan pembasmi hama dan penyakit, bunga modal dan pajak.
Pendapatan Pengusahaan Hutan Rakyat

Menurut Worrel(1959) pendapatan yang diperoleh dari suatu proses produksi
tergantung dari ;
1.

Jumlah barang yang dihasilkan tiap jenis dan kualita,

2.

Harga tiap satuan dari masing-masing jenis dan kualita.
Pendapatan rumah tangga umurnnya tidak berasal dari satu sumber, tetapi

dapat berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. BPS (1993) menyatakan bahwa
pendapatan rumah tangga petani tidak hanya berasal dari usaha pertaniannya saja,
tetapi juga berasal dari sumber-sumber lain di luar sektor pertanian, seperti
perdagangan, jasa pengangkutan, industri pengolahan dan lain-lain. Bahkan kadang
penghasilan di luar usaha pertanian justru lebih besar dari pendapatannya dari
pertanian.
Pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat diperoleh dari penjualan dari hasil
hutan rakyat baik berupa kayu pertukangan maupun kayu bakar. Untuk menghitung
besarnya pendapatan dari pengusahaan hutan rakyat dapat didasarkan pada
banyaknya rata-rata panen dari bentuk produk pohon berdiri per satuan luas dikalikan
dengan harga yang berlaku saat itu.
Menurut Sumarta (1963), besarnya pendapatanlpenerimaan dari pengusahaan
hutan rakyat belum merupakan indikator bagi besarnya keuntungan yang diperoleh
petani pemiliknya karena masih tergantung pada besar-kecilnya ongkos produksi

yang dikeluarkan. Besarnya keuntungan pengusahaan hutan rakyat tergantung pada
faktor-faktor lokasi (ekonomi) clan kesuburan tanah, cara pembinaan, jenis tanaman
campuran dan harga hasil produksinya.
Pasar dan Struktur Pasar

Azzaino (198 1) mendefinisikan pasar antara lain sebagai berikut ;
1

Pasar adalah suatu lokasi secara fisik dimana terjadi jual beli.

2.

Pasar sebagai suatu tempat dimana penawaran dan permintaan membentuk
suatu harga tertentu.

3.

Pasar adalah suatu keadaan terbentuknya suatu harga dan terjadinya
pemindahan hak milik dari produk tertentu.
Pasar dalam teori ekonomi berarti pertemuan atau perpotongan kurva

permintaan dan penawaran.

Titik perpotongan kedua kurva tersebut akan

menentukan harga pasar dan jumlah produk yang diperjualbelikan (Azzaino, 1981).
Sementara itu menurut Hirshleifer (1985), perpotongan antara kurva-kurva
permintaan dan penawaran menentukan nilai-nilai keseimbangan dari harga dan
jumlah yang dipertukarkan. Selanjutnya dinyatakan pula, apabila permintaan naik,
harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan keduanya naik. Apabila penawaran
naik, jumlah kesimbangan naik tetapi harga keseimbangan turun.
Dari sudut pandang seorang konsumen, pasar terdiri dari produsen darimana
konsumen itu dapat membeli produk tertentu. Dari sudut pandang seorang produsen,
pasar terdiri dari pembeli-pembeli dan kepada orang itu dapat dijual suatu produk
tertentu (Azzaino dan Gafur, 1976).

Struktur pasar menurut Caves (1976), mempunyai beberapa unsur utama yaitu
antara lain konsentrasi penjual atau pembeli barang, deferensiasi produk, hambatan
terhadap masuknya suatu perusahaan baru dalam suatu industri, tingkat pertumbuhan
pemintaan pasar, elastisitas harga pasar dan rasio biaya tidak tetap terhadap biaya
tetap untuk jangka pendek.
Harnmond dan Dahl (1977) menyatakan ada empat karakteristik untuk
membedakan struktur pasar yaitu : (1) jumlah dan ukuran perusahaan, (2) pandangan
pembeli terhadap sifat produk, (3) kondisi keluar masuk pasar, (4) tingkat
pengetahuan seperti biaya, harga dan kondisi pasar di antara partisipan. Karakteristik
masing-masing pasar dapat dilihat pada tabel
Tabel 1. Karakteristik dun Struktur Pasar
Karakteristik
Jumlah Perusahaan Sifat
Banyak
Standarblomogen
Banyak
Diferensiasi
Standarblomogen
Sedikit
Sedikit
Diferensiasi
Satu
Unik

Struktur Pasar
Dari Sudut Penjual
Dari Sudut Pembeli
Persaingan Murni
Persaingan Murni
Persaingan Monopolistik Persaingan Monopolistik
Oligopoli Murni
Oligopoli Murni
Oligopoli Diferensiasi
Oligopoli Diferensiasi
Monopoli
Monopsoni

Sumber :Hammond dan Dahl, 1977

Untuk mengukur tingkat konsentrasi dapat digunakan berbagai alat pengukur.
Alat pengukur yang terpenting dan banyak dipergunakan adalah rasio konsentrasi.
Rasio konsentrasi adalah suatu ukuran yang didasarkan pada besarnya prosentase
penjualan empat buah (atau kadang-kadang delapan buah) perusahaan terbesar dari
suatu industri tertentu.

Bila jumlah penjualan empat buah perusahaan terbesar

tersebut melebihi 40 % dari seluruh penjualan barang maka dikatakan bahwa dalam
industri tersebut terdapat suatu konsentrasi.

Derajat atau tingkat konsentrasi pasar dapat dijelaskan secara kuantitatif
berdasarkan suatu indeks yang diperkenalkan Herfindahl (1950) diacu dalam
Clarkson dan Miller (1983), sebagai berikut :

dimana :
H = Indeks Herfmdahl; Jika H mendekati satu, berarti yasar terkonsentrasi ;
jika H = 1 berarti pasar monopoli dan jika H mendekati no1 berarti pasar
semakin kompetitif
Xi = Volume penjualan (m3) yang dikuasai pedagang ke-i (i = 1,2,...n). n =
jumlah pedagang
T = Total volume penjualan

Saluran Pemasaran dan Margin Pemasaran

Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan produsen untuk
menyalurkan produknya kepada konsumen. Dalam proses penyaluran produk dari
petani hingga ke tangan konsumen memiliki banyak alternatif saluran pemasaran dan
melibatkan

lembaga-lembaga

pemasaran

yang

merupakan

badan

yang

menyelenggarakan kegiatan dan fimgsi pemasaran. Produk-produk yang melalui
beberapa lembaga pemasaran akan mengalami peningkatan harga. Peningkatan harga
ini terjadi karena adanya biaya yang harus dikeluarkan dalam proses pendistribusian
dan keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran. Biaya-biaya
yang digunakan oleh lembaga pemasaran ditujukan untuk melakukan fimgsi
pemasaran yang akan dapat meningkatkan kegunaan bentuk, waktu dan tempat dari
produk yang didistribusikannya.

Secara umum lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pendistribusian
produk dari fungsi pemasaran dari podusen ke konsumen adalah pedagang
pengumpul sampai pedagang besar.
Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses barang dari
produsen ke konsumen akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut di
antara tingkat produsen dan konsumen akhir dan semakin besar pula harga yang hams
dibayar oleh konsumen akhir. Perbedaan harga tersebut disebut margin pemasaran.
Menurut Tomek dan Robinson (1997), margin pemasaran terdiri atas dua
bagian. Bagian pertama merupakan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen
dengan harga yang diterima petani. Bagian kedua margin pemasaran merupakan
biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan
penawaran dari jasa-jasa pemasaran tersebut.

Defmisi pertarna menggambarkan

margin pemasaran sebagai perbedaan harga yang sederhana antara kurva permintaan
asal (primary demand) dan permintaan'turunan (derived demand) untuk setiap bagian
barang.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat pada
beberapa desa penelitian. Penentuan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara
sengaja (purposive sampling), sebagai berikut ;
1.

Tingkat kecamatan, dipilih tiga kecarnatan yang merupakan kecarnatan yang
memiliki areal hutan rakyat terluas.

2.

Tingkat desa, dipilih masing-masing dua desa untuk setiap kecamatan dengan
kriteria sekurang-kurangnya 50 persen dari jumlah rumah tangganya adalah
petani yang memiliki lahan untuk pengusahaan hutan rakyat.
Penelitian lapang dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan Mei 2000

sampai dengan bulan Juni 2000.
Sumber Data

Sumber data yang dikurnpulkan untuk penelitian ini berasal dari data primer
dan sumber data sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif.
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan perlengkapan daftar
pertanyaan kepada petani, pedagang serta pengolah kayu hasil hutan rakyat dan
observasi langsung ke lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor
Statistik, Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah Kabupaten Sukabumi. Data primer
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah ; (1) Karakteristik petani meliputi sikap,

pendidikan, umur, jumlah keluarga, jenis pekerjaan selain pengusahaan hutan rakyat,
pengeluaran dan pendapatan.

Pendapatan dan pengeluaran diukur dalam satuan

rupiah. (2) Data pendapatan petani baik dari hutan rakyat maupun bukan dari hutan
rakyat. Pendapatan petani dari hutan rakyat berupa hasil penjualan pohon sengon.
Pendapatan petani diukur dalam rupiah. (3) Biaya pemanenan dan pengolahan kayu
hutan rakyat (4) Harga kayu bulat dan kayu olahan sengon pada tingkat petani sampai
pengolah (5) Saluran pemasaran kayu sengon (6) Volume penjualan kayu sengon.
Metode Pengambilan Contoh

Populasi yang diambil dalarn penelitian ini adalah rumah tangga petani yang
mengusahakan hutan rakyat dan pedagang serta pengolah kayu hasil hutan rakyat.
Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode purposive.
Jumlah contoh rumah tangga petani yang diambil sebanyak 10 rumah tangga
pada tiap-tiap desa. Untuk pedagang pengumpul atau tengkulak (dari dalam desa)
masing-masing diambil2 orang.
Batasan dan Pengertian (Terminoiogi)
1.

Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik
yang terdiri dari pohon berkayu yang diusahakan secara monokultur atau
campuran, baik yang ditanam atas usaha sendiri maupun dengan bantuan
pemerintah.

2.

Hutan rakyat murni adalah areal hutan rakyat yang seluruhnya ditanami kayukayuan.

3.

Hutan rakyat campuran adalah areal hutan rakyat yang ditanami dengan
tanaman kayu-kayuan yang dicampur dengan tanaman pertanian dengan
perbandingan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50%.

4.

Kayu rakyat adalah komoditas utama yang berasal dari hutan rakyat yang
berupa pohon berkayu yang ditanam oleh pemiliknya atau tumbuh secara alami.

5.

Pemasaran kayu rakyat adalah penjualan kayu rakyat dalam bentuk tertentu
(pohon berdiri, kayu bulat, kayu olahan).

6.

Pendapatan pengusahaan hutan rakyat adalah pendapatan yang diperoleh dari
penjualan kayu rakyat, khususnya sengon.

7.

Penelitian ini menitik beratkan pada hutan rakyat dengan jenis tanaman sengon
(Paraserianthes falcataria).

Dengan demikian istilah hutan rakyat dalam

penelitian ini mengandung pengertian hutan rakyat dengan jenis tanaman
sengon.

Analisis Data
1.

Praktek Pengusahaan Hutan Rakyat
Untuk melihat gambaran praktek pengusahaan hutan rakyat dilakukan analisis
deskriptif terhadap data-data yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan
kuesioner. Praktek pengusahaan hutan rakyat yang dimaksudkan disini adalah
meliputi pengalaman mengusahakan hutan rakyat, tujuan utama penanaman
sengon, sumber ide penanaman sengon, sumber bibit sengon dan pemeliharaan
sengon, pemanenan hasil kayu sengon, waktu menebanglmenjual sengon,

perhatian terhadap perkembangan harga kayu sengon dan keanggotaan dalam
kelompok tani.
2.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap
pengusahaan hutan rakyat
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam
menentukan pilihan atau pengambilan keputusan terhadap pengusahaan hutan
rakyat sengon digunakan analisis regresi logistik (logit). Model logit dapat
digunakan untuk menganalisis peluang seseorang memilih option tertentu
(Gasperz, 1991).
Faktor-faktor yang diperkirakan mempunyai korelasi dalam pengambilan
keputusan terhadap pengusahaan hutan rakyat sengon yang akan diamati antara
lain adalah :

XI = Total pendapatan petani (Rp/thn)
X2

=

X3
X4

=

Xs

X6

=
=
=

Luas sawah per keluarga petani (ha)
Luas kebun campur per keluarga (ha)
Jumlah tenaga kerja per keluarga (orang)
Kelerengan lahan kebun campur milik petani (%)
Keanggotaan dalam kelompok tani

Model logit untuk mengetahui peluang petani dalam pemilihan pengusahaan
hutan rakyat sengon adalah sebagai berikut;
1
~(=
i )---, dimana
1+ e-"

Keterangan :
P(i) = Peluang petani memilih untuk mengusahakan hutan rakyat
e = Bilangan natural (2,7 1828)

Zi

3.

=

PO

=

Pj
Xk

=
=

Pengusahaan hutan rakyat
Intersep
Koefisien regresi (j = 1,2,...,5)
Faktor ke-k (k=1,2,...,5)

Analisis Pendapatan Petani
Analisis pendapatan petani meliputi pendapatan petani baik dari hutan rakyat
sengon maupun berasal dari non hutan rakyat. Analisis ini juga menghitung
kontribusi pendapatan dari hutan rakyat terhadap total pendapatan rumah tangga
petani untuk memperoleh garnbaran bagaimana peranan pengusahaan hutan
rakyat sengon terhadap kehidupan ekonomi rumah tangga petani. Selanjutnya
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap total pendapatan
petani dilakukan analisis regresi.
Model persamaan regresi untuk total pendapatan petani adalah sebagai berikut ;

Keterangan :

YT

=

PO =

pj
X1
X2
X3
X4
X5
4.

=
=

=
=
=

=

Total pendapatan petani per kepala keluarga
Intersep
Koefisien regresi (j = 1,2 ...,5)
Pendapatan dari hutan rakyat sengon per KK
Pendapatan dari non hutan rakyat sengon per KK
Luas kepemilikan lahan per KK
Luas sawah per KK
Luas hutan rakyat sengon per KK

Analisis Struktur Pasar
Struktur pasar dapat dilihat dengan melihat derajat konsentrasi pasar dengan
menggunakan pendekatan indeks Herfindahl. Indeks ini akan mengukur tingkat
konsentrasi pasar yang terjadi dengan memperhitungkan penjurnlahan hasil

kuadrat dari pangsa pasar setiap pedagang. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut ;

dimana :
H = Indeks Herfmdahl; Jika H mendekati satu, berarti pasar terkonsentrasi ;
jika H = 1 berarti pasar monopoli clan jika H mendekati no1 berarti pasar
semakin kompetitif
Xi = Volume penjualan kayu rakyat sengon (m3) yang dikuasai pedagang kei (i = 1,2,...n). n =jumlah pedagang kayu sengon
T = Total volume penjualan kayu rakyat sengon (m3)
Selain dengan menggunakan pendekatan indeks Herfmdahl, struktur pasar juga
akan dianalisis secara deskriptif.

5.

Analisis Saluran Pemasaran
Untuk melihat peranan masing-masing pelaku pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran kayu rakyat sengon di daerah penelitian, dilakukan analisis saluran
pemasaran secara deskriptif.

6.

Analisis Marjin Pemasaran
Untuk menghitung marjin pemasaran, rurnus yang digunakan sebagai berikut :

dimana :
M = Marjin pemasaran (Rp.Im3).
Mj = Marjin pemasaran (Rp.Im3) lembaga pemasaran ke-j (j = 1,2,...,m);
m=jumlah lembaga pemasaran yang terlibat.
Cij = Biaya pemasaran ke-i (Rp.Im3) lembaga pemasaran ke-j (j = 1,2,...,m);
n=j&nlah jenis pembiayaan
= Marjin keuntungan (Rp.Im3) lembaga pemasaran ke-j (j = 1,2,...,m)
j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktek Pengusahaan Hutan Rakyat
Untuk mengetahui praktek pengusahaan hutan rakyat sengon dilakukan
wawancara kepada 60 orang petani responden dengan bantuan daftar pertanyaan
(kuesioner). Rekapitulasi hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut ;
1. Pengalaman Mengusahakan Hutan Rakyat.
Sebagian besar petani responden yaitu sebanyak 37 orang (61,7%) mengaku
mempunyai pengalaman mengusahakan hutan rakyat selama lebih dari 10 tahun.
Sedangkan 18 orang (30,0%) mengaku berpengalaman selarna 5 sampai dengan
10 tahun dan 5 orang (8,3%) berpengalaman selama 3 sampai dengan 5 tahun.
Selanjutnya ketika ditanyakan apakah dalam jangka waktu tersebut terus
menerus mengusahakan hutan rakyat, mayoritas responden (57 orang, 95,0%)
menjawab ya, sedangkan sisanya (3 orang ; 5%) menjawab tidak.
Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
petani di Kabupaten Sukabumi sudah cukup lama memiliki pengalaman dalam
pengusahaan hutan rakyat sengon. Jika petani memperoleh kesan yang baik
selama mengusahakan hutan rakyat sengon, ha1 ini akan semakin memperkuat
keinginan untuk terus mengusahakan hutan rakyat sengon di masa-masa
mendatang.

2.

Alasan Memilih Sengon
Alasan responden memilih sengon dalam pengusahaan hutan rakyat ternyata
cukup bervariasi. Dari rekapitulasi hasil wawancara alasan terbanyak memilih
sengon adalah karena mudah dijual (18 orang ; 30,0%). Kemudian berturu