D 700 mgkg BB
24 4
12 23
15 20
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah mencit betina dara
Mus musculus
Swiss Webster. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah mencit betina dara sebanyak 24
ekor. Mencit yang digunakan adalah mencit betina yang siap kawin, yaitu mencit betina yang berumur sekitar 8-12 minggu. Mencit betina yang dipakai adalah mencit betina
yang memiliki bobot konstan 25-30 gr lalu diamati perkembangan embrio praimplantasi setelah diberi ekstrak rimpang temulawak secara oral dengan jarum
gavage
selama 3 hari usia kebuntingan. Embrio praimplantasi didapatkan dari mencit betina yang telah
diberi perlakuan pemberian ekstrak rimpang temulawak dengan cara
flushing.
Embrio praimplantasi ini dianalisis jumlah dan persentase setiap tahapan perkembangan, embrio
abnormal dan ukuran diameter embrio praimplantasi yang telah mencapai tahap blastokista.
D. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2014. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Struktur Hewan, Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Rumah Hewan, Kebun Botani, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Pemeliharaan mencit dilakukan di Rumah
Hewan, sedangkan pengamatan embrio praimplantasi dilakukan di Laboratorium Struktur Hewan.
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pra-Penelitian
a. Penyiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat dan bahan untuk proses pemeliharaan hewan percobaan, pembuatan ekstrak rimpang
temulawak, pemberian ekstrak rimpang temulawak pada hewan percobaan sebagai perlakuan dan analisis perkembangan embrio praimplantasi mencit
betina dara yang telah diberi ekstrak temulawak. Pada proses pemeliharan dibutuhkan kandang mencit berukuran 30 x 20 x 12 cm beserta tutupnya.
Kandang yang dibutuhkan sebanyak enam kandang berisi satu hingga empa mencit betina. Total mencit yang dibutuhkan adalah 24 ekor mencit betina.
Selain itu, dibutuhkan juga sekitar enam ekor mencit jantan untuk dipakai dalam proses mengawinkan.
Pembuatan ekstrak dibutuhkan satu kilogram rimpang temulawak yang digiling oleh penggilingan atau
blender
. Pemberian ekstrak temulawak menggunakan jarum
gavage
dan
syringe
1 ml. Ekstrak temulawak yang telah ditimbang menggunakan timbangan
Dial-O-Gram
dilarutkan dalam 0,3 ml aquades pada setiap dosisnya.
Analisis pengaruh ekstrak temulawak terhadap perkembangan embrio praimplantasi membutuhkan
syringe
1 ml dengan jarum 26 G untuk melakukan
flushing
uterus. Pelaksanaan
flushing
ini menggunakan larutan PBS
phosphate buffered saline
komposisi pada Lampiran 8 yang ditampung di kaca arloji. Analisis pengaruh ekstrak temulawak terhadap perkembangan embrio
menggunakan Mikroskop Listrik Binokuler. Alat dan bahan pada penelitian ini dapat dilihat secara lengkap pada
Lampiran 7.
b. Pembuatan Ekstrak Rimpang Temulawak
Temulawak yang dipakai adalah galur Roxb. Dengan usia 11-12 bulan Rahardjo, 2001; Setyawan, 2003. Rimpang temulawak diperoleh dari Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat BALITRO Lembang. Pembuatan ekstrak temulawak menggunakan metode
aqueous extract
atau ekstraksi air berdasarkan penelitian yang dilakukan Halim 2012 yang dimodifikasi. Hal ini
dilakukan sebagai adaptasi konsumsi temulawak dengan pelarut air yang biasa dilakukan masyarakat luas. Selain itu, temulawak yang diekstraksi air
dinyatakan memiliki potensi anti fertilitas Chattopadhyay, 2004. Alasan lain menggunakan metode ini adalah sebagai bentuk adaptasi dari penelitian yang
dilakukan Yadav dan Jain 2010 dan 2011 yang mengekstraksi
Curcuma longa
dengan metode ekstraksi air yang diindikasi memiliki efek anti implantasi. Langkah pembuatan ekstrak diawali dengan proses pembuatan serbuk
rimpang temulawak. Satu kilogram rimpang temulawak yang masih segar dicuci bersih. Setelah itu, rimpang temulawak dirajang hingga menjadi
potongan kecil dengan ketebalan kurang lebih 1-2 mm. Selanjutnya, hasil rajangan dihilangkan kandungan airnya secara tradisional, yaitu dengan
menjemur hasil rajangan di bawah sinar matahari hingga kering Cahyono
et al.
, 2011. Rajangan rimpang temulawak yang telah kering digiling menggunakan
blender
hingga halus. Untuk mendapatkan serbuk yang halus, hasil gilingan diayak menggunakan ayakan dapur. Setelah proses pengayakan, hasil serbuk
rimpang temulawak diekstrak menggunakan air. Ekstraksi air serbuk temulawak dilakukan menggunakan metode Halim
2012 dengan beberapa modifikasi. Proses awal ekstraksi adalah dengan mencampurkan air panas 60
o
C dan serbuk temulawak dengan perbandingan air ml dan serbuk gr 16:1. Proses pencampuran dilakukan selama 30 menit
dan dilakukan pengadukan agar tidak terjadi pengendapan. Setelah itu, dilakukan penyaringan menggunakan kain. Penggunaan kain sebagai penyaring
dengan alasan kain memiliki ukuran pori-pori yang kecil, sehingga serbuk dapat tertahan dan menghasilkan filtrat yang halus. Ekstraksi dilakukan sebanyak tiga
kali pengulangan. Hasil ekstraksi disatukan dan diendapkan dengan cara didedahkan pada udara. Endapan kental yang terbentuk dikeringkan lalu
dihancurkan menggunakan
blender
hingga mendapatkan serbuk halus. Serbuk dimasukkan ke dalam plastik dan disimpan di kulkas dan siap digunakan.
c. Penentuan Dosis