b.     Two   methods   to   control   the   effect   of   confounding   variables   are   …… ………………
c.  Carefully see Figure 10-9 in  Greenberg  page 150. Calculate the OR for all subjects, OR for the obese group, and OR for the non-obese group. What is
your conclusion after calculating those three ORs? d.  The method used above no. c controls the effect of confounding variables by
…
Self Assessments: 1. Explain the concept of variability in one patient and in medical research.
2. Explain individual  population variability, variability related to measurement, 3. Explain the definition of validity and bias.
4. Explain the difference between internal validity and external validity. 5. What is the difference between  selection bias,  information bias, and confounding
bias?
6. A teenager wanted to be a study subject related with
lung cancer. His father was
death due to lung cancer. Even though he was not selected as sample, what could be most possible bias if he was join the study? source: UKDI
Recall bias? or Berkson bias? or Misclasification bias? or Ney man bias? or Volunteer bias?
REFERENCES
Mausner and Bahn, Epidemiology an Introductory text Kirkwood B.R  Sterne, A.C. 2008, Medical Statistics, Blackwell Publishing Company
Greenberg, R.S. 2004, Medical Epidemiology, 3
rd
ed, McGraw-Hill, New York, USA SPSS V.11.5 Manual
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2014, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi ke-2, CV Sagung Seto, Jakarta.
Bahan SGD jurnal, hasil penelitian
Udayana University Faculty of Medicine, DME
105
ANNEX-1
FILM SUMMARY
Udayana University Faculty of Medicine, DME
106
And The Band
Played On
SINOPSIS DAN PENJELASAN TAMBAHAN FILM “AND THE BAND PLAYED ON”
 Film ini merupakan kisah nyata yang menceritakan tentang terjadinya wabah suatu
penyakit yang tidak diketahui penyebabnya pada awal tahun 1980.
Kisah yang mirip dengan film juga diuraikan di    Buku Greenberg halaman 1 – 7 lihat buku reference yang telah dibagikan.
Dikisahkan dalam film ini bahwa untuk meneliti atau mengungkapkan penyebab suatu   penyakit  banyak   bidang   ilmu   yang   terlibat,   yaitu:  ilmu   klinik,   statistik,
Udayana University Faculty of Medicine, DME
107
epidemilogi,   ilmu  sosial,   imunologi,   virologi,  etika   dan   profesionalime.   Juga banyak aspek yang berperan, yaitu aspek sosial, politik, dan ekonomi.
Demikian   pula   dalam  pencegahan   dan   penanggulangannya  dikisahkan   bahwa suatu   penyakit   baru   bisa   dicegah   setelah   diketahui   determinannya,   cara
penularannya,   teknologi   untuk   diagnosanya   alat   test,   dan   banyak   aspek   yang berperan antara lain: aspek sosial stigma pada kelompok gay, politik rezim yang
berkuasa di pemerintahan, ekonomi pembiayaan.
Film dimulai dengan  Dr. Don Francis seorang dokter yang menekuni Bidang Epidemiologi   dan   pencegahanyang   diminta   oleh   Badan   Kesehatan   Dunia
WHOuntuk   meneliti wabah Ebola di Sungai Ebola Afrika. Ebola adalah suatu penyakit yang tingkat kematiannya hampir 100 dan dijumpai pertama kali di Sungai
Ebola.
 Setelah itu, ditunjukkan  bahwa  dokter dan rumah sakit di Kopenhagen,  Denmark
menemukan seorang pasien yang sakit lalu meninggal dimana penyebab penyakit dan kematiannya  tidak diketahui.  Yang dijumpai oleh dokter rumah sakit tersebut
hanya T-sel suatu sel yang membentuk kekebalan tubuh manusia hampir nol dalam pemeriksaan lab-nya.
 Selanjutnya bermunculan kasus-kasus serupa yang dijumpai oleh dokter di sejumlah
rumah sakit di Amerika, pasien dengan T-sel amat rendah, dan secara klinis dijumpai ada semacam tumor kulit Kaposi Sarcoma, infeksi oleh jamur di mulut pasien,
radang pada otaknya oleh kuman  toksoplasmosis. Bakteri ini biasanya  dijumpai pada kucing atau anjing.
 Hampir   semua   kasus-kasus   tersebut   diumpai   pada   kalangan   gay   di   Amerika
terutama Negara Bagian California dan New York. Karena itu, pada saat itu penyakit misterius tsb disebut saja dengan penyakit gay.
 Kemudian pihak Communicable Diseases Control CDC atau lembaga Kementrian
Kesehatan   Amerika   yang   bertanggung   jawab   terhadap   penyakit   menular   yang kantor pusatnya di Atlanta, Negara Bagian Georgia minta bantuan Dr. Don Francis
ikut dalam Tim untuk meneliti penyakit ini lebih lanjut. Dia dipilih oleh CDC karena Dr. Don Francis pernah meneliti penularan Hepatitis B dan Wabah Ebola. CDC sama
dengan Dirjen P2M Penanggulangan Penyakit Menular di Kementrian Kesehatan RI.
 Dr.   Don   Francis   bergabung   dalam   Tim   CDC   bersama-sama   dengan   pakar   ilmu
sosial, statistik, parasitologi, dokter ahli penyakit menular seksual, dll. 
Saat   itu   kegiatan   CDC   banyak   menemui   hambatan   karena   tidak   didukung pendanannya   oleh   Pemerintah   Pusat  Amerika   karena   penyakit   tersebut   banyak
dijumpai pada kalangan gay. Partai yang berkuasa saat itu adalah Partai Republik dengan Reagan sebagai presidennya yang ideologi politiknya tidak menyetujui atau
tidak menyukai homosek-sualitas. Sedangkan Partai Demokrat partai oposisi tidak menentang   keberadaan   komunitas   gay.   Permintaan   CDC   untuk   meningkatkan
Udayana University Faculty of Medicine, DME
108
laboratoriumnya   termasuk   untuk   membeli   mikroskop   elektron   juga   menemui hambatan.
 Penelitian yang  pertama kali dilakukan oleh CDC  adalah menentukan apakah  ini
penyakit menular dan bagaimana cara menularnya. 
Dari data deskriptif dimana hampir semua kasus dijumpai pada kalangan gay dan dengan   penelitian   contact   tracing,   kemudian   CDC   mendapat   petunjuk   bahwa
penyakit ini menular melalui hubungan seksual.  Contact tracingatau penelusuran kontak adalah     salah satu cara untuk mencari sumber penularan suatu penyakit
yang ditularkan melalui kontak   langsung termasuk kontak seksual. Catatan: cara penularan penyakit SARS diketahui dengan cara penelitian contact tracing. Catatan:
Wabah SARS terjadi tahun 2003 yang bermula di Hongkong kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia.
 Namun selanjutnya  CDC  menerima laporan bahwa  kasus-kasus yang  sama juga
dijumpai pada perempuan migran dari Haiti. Dengan demikian maka penyakit ini bukan lagi penyakit pada gay.
Juga ada laporan bahwa dijumpai pada anak-anak  penderita hemofilia penyakit
genetik  dimana  terjadi   kelainan   pada  sistem pembekuan   darah,  pasien  operasi yang mendapat transfusi darah. Catatan: penderita hemofilia harus rutin mendapat
transfusi darah.
 Tim CDC semakin bingung karena penyakit ini ternyata bukan saja menular melalui
seksual tetapi juga melalui darah atau produk darah.
 Karena   bukan   lagi   pada   gay   saja,   kemudian   tercetus   istilah   bahwa   penyakit   ini adalah   suatu
Acquired   Immunodeficiency   Syndrome AIDS,   yaitu   suatu
syndrome   kumpulan   gejala   yang   didapat   karena   terganggunya   kekebalan tubuh..
 Secara kebetulan
Dr. Don Francis melihat temannya yang main game di suatu kantin,  dan   dia   terinspirasi   dari   game   tersebut   bahwa   ada   virus   yang
menghancurkan   T-sel   pasien. Tim   CDC   kemudian   mencurigai   bahwa   penyebab
penyakit ini kemungkinan suatu virus yang termasuk dalam  famili rotavirus. Pada tahap   ini,   kemudian   penelitian   difokuskan   untuk   bisa   menemukan   virus   tersebut
pada  pasien.  Pada   saat  itu  pakar  yang   sedang  meneliti   rotavirus  adalah  Robert Gallo  seorang   ahli   virology   ternama   di  Amerika   Serikat.   Saat   itu   Robert   Gallo
meneliti rotavirus pada pasien-pasien leukemia.
 Robert Gallo mengklaim bahwa rotavirus yang dia jumpai adalah penyebab pasien-
pasien Acquired Immunodeficiency Syndrome pada saat itu.
 Karena fasilitas penelitian virus yang saat itu masih terbatas di Amerika, kemudian
Dr. Don Francis CDC juga minta bantuan kepada  Dr. Luc Montagnier  ilmuwan dan   peneliti   di  Lembaga   Pasteur   di   Perancis   untuk   menemukan   virus   yang
menyebabkan pasien-pasien AIDS. Saat itu fasilitas di Lembaga Pasteur di Perancis lebih lengkap dibanding di Amerika.
Udayana University Faculty of Medicine, DME
109
Dalam hal inilah terjadi  moral hazard  pelanggaran etika dan kelakuan yang tidak professional   dimana   Robert   Gallo   mengklaim   bahwa   dirinyalah   penemu   HIV,
padahal   yang   menemukan   pertama   kali   adalah   Tim   dari  Lembaga   Pasteur   di Perancis.  Menemukan   suatu   virus   baru   dalam   suatu   sampel   yang   diambil   dari
pasien tidaklah  mudah karena virus harus  bisa dibiakkan  dibuat  kultur sehingga tidak mati agar kemudian bisa dilihat dengan elektron mikroskop.
 Perselisihan   antara   Robert   Gallo   dan   Lembaga   Pasteur   hampir   dibawa   ke
pengadilan   tetapi   batal   dan   terus   berkepanjangan.   Karena   itu,   Panitia   Hadiah Nobel dalam waktu lama tidak memutuskan pemberian hadiah Nobel kepada pihak
manapun,   tetapi   akhirnya   baru   diberikan   pada  tahun   2008  kepada  Tim dariLembaga Pasteur di Perancis setelah HIV dijumpai pada tahun 1984 setelah
24 tahun.
 Test antibodi pertama untuk mengetahui seseorang tertular HIV dijumpai pertama
kali pada tahun 1984.
Hal-hal lain yang dikemukakan dalam film ini:  Pencegahan   penyakit   bisa   dilaksanakan   ketika   cara   penularannya   telah   bisa
dipastikan walaupun kuman penyebabnya HIV belum diketemukan secara pasti. Hal yang sama juga terjadi pada penyakit-penyakit lainnya. Kejadian kolera dengan
penelitian epidemiologi   diumpai pada tahun 1854 dan sudah mulai bisa dilakukan pencegahannya   saat   itu   dengan   konsumsi   air   bersih,   sedangkan   kuman   kolera
baru  dijumpai  30  tahun  kemudian.   Demikian  pula  dengan    penyakit-penyakit  lain TBC, polio, dll.
 Upaya   pencegahan  AIDS   yang   diusulkan   oleh   Dr.   Don   Francis   saat   itu   banyak menemukan hambatan, baik hambatan politik partai republik tidak mau memberikan
biaya, hambatan ekonomi PMI-nya Amerika menolak test pada donor darah karena biayanya   akan   amat   mahal,   hambatan   sosial   stigma   pada   komunitas   gay   dan
penolakan   penutupan   tempat   saunabathhouse   yang   biasa   dipergunakan   oleh komunitas gay untuk berkumpul.
 Dalam film juga ditunjukkan bahwa hambatan yang dijumpai bukan saja dalam hal
pencegahan tetapi juga dalam hal perawatan pasien AIDS.  Dokter di salah satu negara di Eropa dipanggil dan ditegur oleh direkturnya karena banyak merawat
pasien   AIDS.   Direktur   RS   mengatakan   citra     RS-nya   tercoreng.   Si   dokter menjawab:  “Saya     tetap akan merawat mereka, dimanapun saya mendapat
tempat”.
 Sampai saat ini Dr. Don Francis berdomisili di California dan banyak melaksanakan program-program pencegahan.
 Catatan: Dr .  Mervyn
Silverman yang dalam film ditunjukan sebagai Kepala Dinas
Kesehatan San Franscisco Public Health
Director saat itu yang terlambat datang
satu  jam  dalam   pertemuan   di  bathhouse  dan  bersusah   payah   menengahi   upaya penutupan  bathhouse  komunitas gay,  sampai saat ini sering berkunjung ke Bali
Udayana University Faculty of Medicine, DME
110
karena   putrinya   menikah   dengan   seorang   pemuda   dari   suatu   desa   di Kabupaten Gianyar.
=====================
Udayana University Faculty of Medicine, DME
111
ANNEX -2
ARTIKEL KORAN
BALI POST
Bali Post, Senin, 19-6-1995
Udayana University Faculty of Medicine, DME
112
Dipertanyakan, Pasien Kurang Mampu Masuk RSUP Denpasar
Denpasar, Bali Post
Pihak RSUP Denpasar mempertanyakan pasien kurang mampu masuk RSUP Denpasar yang jumlahnya cenderung terus meningkat.Munculnya pertanyaan itu, karena dari data
yang ada jumlah pasien yang kurang mampu masuk RSUP justru paling banyak dari Kabupaten Badung 179 orang, Gianyar 171 orang, dan Tabanan 150 orang.Padahal
ketiga daerah ini dinilai sebagai daerah yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi dari daerah lainnya di Bali.
Hal tersebut diungkapkan Humas RSUP   Denpasar,   Y.H.L.,   ketika
ditemui   Jumat   166.Dia   menilai tidak   masuk   akal   ketiga   daerah
yang   pendapatan   perkapitanya cukup   tinggi   justru   warganya
paling   banyak   menyatakan kurang   mampu.   Padahal   Daerah
Bali yang perekonomiannya dinilai semakin   maju,   sebagai   dampak
pariwisata, jumlah masyarakatnya yang kurang mampu makin sedikit
“Apakah mungkin mereka sengaja mengaku   kurang   mampu   dan
gampang   mendapatkan   surat keterangan   kurang   mampu   dari
aparat desanya,” kata Y.
Ketika   ditanya   apakah   hal   itu merugikan   RSUP   yang   kini
menjadi swadana, Y tidak berani menjawab.Namun direktur RSUP,
dr.   IGLMR,   ketika   dikonfirmasi megatakan   hal   itu   sebenarnya
tidak   terlalu   berpengaruh terhadap
keberadaan RSUP.Meskipun   kini   menjadi
swadana, RSUP
tetap mempertahankan
fungsi sosialnya.
“Jangan   hanya   mengejar keuntungan  belaka, fungsi  sosial
harus   tetap   diperhatikan.” Ujarnya.
Menurut   R,   asalkan  tempat  tidur berkelas   penuh,   sebenarnya
pasien   kurang   mampu   tidak masalah bagi RSUP. Sebab kalau
tempat   tidur   berkelas   itu   penuh, keuntungan dari sana yang akan
dipakai   membantu   para   pasien kurang   mampu   yang   masuk
membludak,   tentu   hal   ini   akan menjadi masalah, paparnya.
Seleksi Surat Keterangan
Baik   R   dan   Y   mengharapkan pihak   aparat   terkait   lainnya,
benar-benar   menyeleksi   dalam memberikan   surat   keterangan
kurang   mampu.   Sebab,   tidak mungkin   pihak   RSUP   akan
mengecek apakah orang itu benar benar kurang mampu sampai ke
desanya.   Demikian   pula   pihak terkait,   seperti   camat,   Depsos,
dan lain-lain, tidak akan mungkin tahu   dengan   persis   dan   detai
keadaan   pemohon   surat keteragan kurang mampu. “Untuk
itu seleksi aparat desa diharapkan lebih   ketat   lagi   dalam
mengeluarkan   surat   keterangan kurang mampu.” ujar Y.
Sejak Januari sampai Juni 1995, tercatat   271   pasien   kurang
mampu   telah   dibantu   biaya perawatannya oleh pihak RSUP.
Sedangkan   sebelumnya   dari Januari-Desember   1994   tercatat
606  pasien  kurang  mampu yang telah   ditolong.   Itu   berarti   877
pasien   kurang   mampu   ditolong keringanan   biaya   perawatannya
oleh RSUP. Dari jumlah tersebut, Kabupaten   Badung   menempati
posisi paling tinggi sebanyak 179 orang,   menyusul   Gianyar   171
orang   ,   Tabanan   150   orang, Karangasem   97   orang,   Kodya
Denpasar   75   orang,   Klungkung 52   orang,   Singaraja   50   oarang,
Jembrana   43   orang,   Bangli   42 orang,   Banyuwangi   9   orang,
Timtim 4 orang, NTB 3 orang, dan NTT 1 orang.
Sementara   jumlah   tempat   tidur yang tersedia di RSUP sebanyak
752   buah,  masing-masing  VIP A 17 buah, VIP B 18 buah, VIP C 15
Buah,   dan   sisanya   tempat   tidur kelas   I,   II,   III,   dan   biasa.
Sedangkan   tarif   yang   diberikan untuk tempat tidur berkelas VIP A
Rp   100.000,   VIP   B   Rp   70.000, VIP   C   Rp   55.000,   kelas   I   Rp
30.000,   kelas   II   Rp   15.000,   dan kelas III Rp  4.000 per hari. Dari
sinilah   keuntungan   yang diharapkan dapat membantu para
penderita   kurang   mampu   yang masuk RSUP.
Udayana University Faculty of Medicine, DME
113
.
Bali Post, Selasa, 20-6-1995
Masalah Pasien Kurang Mampu DPRD Pertanyakan Keluhan RSUP
Denpasar Bali Post
Keluhan   RSUP   Denpasar   tentang   terus meningkatnya   jumlah   pasien   kurang   mampu
yang   datang   berobat   Bali   Post,   196 durasakan   sebagai   hal   yang   mengherankan
oleh   Komisi   E   DPRD   Bali.   Karena   dalam kunjungan terakhir Komisi E ke RSUP sekitar
dua bulan lalu, didapat masukan jumlah pasien yang   menggunakan   kartu   miskin   menurun,
bahkan   banyak   orang   yang   kurang   mampu tidak   menunjukkan   surat   keterangan   miskin
karena malu.
Demikian keterangan yang dihimpun Bali Post dari   beberapa   anggota   Komisi   E   DPRD   Bali,
Senin   196   kemarin.   Ketua   Komisi   E   APN mempertanyakan, apakah hanya dalam waktu
singkat   sudah   terjadi   perubahan.   ”Kami   akan mengadakan   pertemuan   dengan   pihak   RSUP
untuk   mendapatkan   masukan   lebih   rinci. Mungkin   awal   Juli   nanti   sebagai   bagian   dari
acara   rapat   koordinasi   dengan   berbagai instansi yang merupakan mitra kerja Komisi E.”
tegasnya.
Berkenaan   dengan   jumlah   pasien   kurang mampu yang lebih banyak datang dari daerah
yang   memiliki   pendapatan   per   kapita   tinggi seperti   Badung,   Tabanan,   dan   Gianyar,
anggota   Komisi   E   lainnya,   S   berpendapat, masalah ini harus dikaji lebih mendalam.
Bisa   saja   suatu   daerah   pendapatan   per kapitanya tinggi tetapi banyak masyarakat yang
tergolong   kurang   mampu.   Mungkin   ada kesenjangan   pendapatan   di   mana   sebagian
kecil masyarakat pendapatannya sangat tinggi dan   sebagian   lainnya   rendah.   Kemudian
setelah   dirata-ratakan   pendapatan   per kapitanya tinggi,” ujarnya.
APN   kemudian   menambahkan   sama   saja dengan desa tertinggal. ”Belum tentu penduduk
di   desa   tertinggal   tergolong   kurang   mampu. Misalnya   Kintamani,   di   sana   banyak
penduduknya kaya-kaya, ” tandasnya.
Baik APN maupun S juga melihat ada hal lain yang perlu dipertimbangkan. Menurut mereka,
kesadaran penduduk di Badung, Tabanan, dan Gianyar   mungkin   lebih   tinggi   daripada
kabupaten lain. ”Meski tergolong tidak mampu, tetapi   karena   daerahnya   relatif   lebih   maju,
penduduk   di   tiga   kabupaten   itu   memiliki kesadaran   untuk   berobat   ke   rumah   sakit
dibanding   tempat   lain   seperti   ke   dukun. Sebaliknya, penduduk tak mampu di kabupaten
lain lebih memilih ke dukun. Jadi kelihatannya jumlah penduduk miskinnya lebih sedikit,” tutur
S.
Kriteria harus jelas
Sebelumnya   pihak   RSUP   juga   meminta   agar aparat desa melakukan seleksi yang lebih ketat
dalam   memberikan   surat   keterangan   miskin. Karena,   menurut   Y,   tidak   masuk   akal   daerah
yang pendapatan per kapitanya tinggi memiliki banyak masyarakat miskin.
Terhadap   hal   ini  APN,   yang   juga   Ketua   FKP menegaskan,   pemberian   surat   keterangan
miskin   harus   mengikuti   kriteria   yang   ada. Berdasarkan kriteria itulah kemudian ditetapkan
apakah seseorang tergolong miskin atau tidak. ”Saya   kira   kriteria   ini   perlu   diikuti   dalam
Udayana University Faculty of Medicine, DME
114
mengeluarkan surat keterangan miskin. Jangan sampai   masyarakat   merasa   aparat   desa   pilih
kasih.   Kalau   sudah   begitu   masyarakat   bisa ribut.” ujarnya.
Dia menambahkan, ”Kami sebagai wakil rakyat juga   menghimbau   agar   pihak   RSUP   tetap
mengutamakan   fungsi  sosialnya   dibandingkan masalah   administrasi.   ”Bagaimanapun
masyarakat miskin tetap harus dibantu. Kalau ada   masyarakat   miskin   terlanjur   datang   ke
rumah sakit,  apakah  harus ditolak? Saya  kira tidak. RSUP perlu mementingkan aspek sosial
daripada urusan administrasi.” ujarnya.
Direktur   RSUP   dr.   IGLMR   menegaskan, peningkatan   jumlah   pasien   tidak   mampu
sebenarnya   tidak   berpengaruh   terhadap keberadaan   RSUP   asalkan   tempat   tidur
berkelas   penuh.   RSUP   yang   kini   memiliki status   swadana,   lanjut   dia,   tetap
mengutamakan aspek sosialnya. jas
Udayana University Faculty of Medicine, DME
115
Bali Post, Jumat, 23 September 1983
KORBAN KANKER TERBANYAK PENDUDUK PEDESAAN, TINGKAT SOSEK RENDAH
– Perlu Penyebarluasan Pencegahan Lewat PKK dan Media Massa
Denpasar   Bali   Post.   Korban kanker   terbanyak   penduduk
pedesaan, kaum Ibu dan anak- anak.   Data   di   RSUP   Sanglah
menunjukkan   dari   296   kasus yang   diteliti,   ternyata   87,50
persen penderita dari golongan petani,   5,07   persen   pegawai,
4,73   persen   pedagang. Sisanya   2,7   persen   tidak
diketahui   profesinya.   Data tersebut   memberi   petunjuk
golongan   masyarakat   yang tingkat   sosial   ekonominya
rendah paling banyak diancam jiwanya   oleh   penyakit   ganas
itu.
Data tersebut terungkap dalam seminar   di   auditorium   unud,
Kamis, 229
yang diselenggarakan dalam rangka
dies natalis Unud ke-21. Tindakan   pencegahan   lebih
baik daripada pengobatan yang sampai saat ini belum berhasil
diselesaikan   secara   tuntas. Pengobatan   hanya   untuk
memperpanjang   penundaan kematian.
Dalam   hubungan   tersebut, rektor   Unud,   dr.   IBO   dalam
sambutannya   pada   acara pembukaan
seminar menyarankan   pengetahuan
tentang   kanker   dan   cara pencegahannya
disebarluaskan kepada
masyarakat,   misalnya   melalui kaum   Ibu   sebagai   juru
penerangnya di masing-masing rumah tangga. Penyebarluasan
ini   juga   penting   disalurkan lewat PKK dan media massa.
”Masalah pemberantasan
penyakit  kanker yang semakin tumbuh,   menjadi   semakin
penting.   Lebih-lebih   dikaitkan dengan   upaya   meningkatkan
kesejahteraan   umum.”   ujar rektor.
Rektor   IBO   juga   menghimbau dilakukan   pengawasan   yang
baik lewat
pelayanan wisatawan,
seperti pengawasan
kesehatan, kebersihan   lingkungan   dan
kebersihan   makanan   dan minuman di bar dan restauran.
Tempe Bosok
Dr. DNS mengungkapkan salah satu   penyebab   timbulnya
kanker adalah virus cendawan kuning   beracun   yang   terdapat
dalam   oncom,   tempe   bosok, kecap,   kacang,   kool,   kelapa,
ketela,   dll.   Juga   disebabkan oleh   faktor   keturunan,   ujar   dr.
AH,   disamping   zat-zat   kimia, zat   warna   merah,   perekat,
iradiasi.
Pengobatan   dilakukan   dalam berbagai   tingkat,   yakni   antara
lain   dengan   pembedahan, radiasi,   kombinasi   bedah,
diikuti   radiasi   dan   kemoterapi yang   lazimnya   dilakukan
sebagai tindakan paliatif. Prof.   Dr.   IGPA   menyinggung
terdapatnya pengobatan
kanker   secara   tradisional seperti   menggunakan   ”ketela
gendruwo” di salah satu rumah sakit   di   Jakarta   Barat.   Di
beberapa   daerah   lainnya seperti Sulsel, cara pengobatan
dilakukan   dengan   memakai ramuan dedaunan pada kanker
payudara,   seperti   daun   ”siput kuning”   dicampur   ”kumis
kucing”   dan   ”kapur   sirih” ditambah   air   digunakan   untuk
mengompres   payudara   yang diserang oleh tumor. Di Sulsel
juga   dilakukan   pengobatan dengan   menggunakan   besi
pijar   disertai   mantra-mantra, pengobatan   dengan   pijat,
dengan   kekuatan   batin, mediasi dll.
Seminar   yang   menarik perhatian
besar itu
menampilkan delapan
pembicara yakni Prof. Dr. IGPA mengenai   ’Kanker   Masalah
Kita:,   dr.   IBCM   ”Beberapa informasi   kanker   buah   dada”,
dr.   IGPS   ”Kanker   rahim”,   dr. WS   ”Beberapa   aspek   Kanker
Nasofaring di RSUP Sanglah”, dr.   DSN  ”Kanker  Hati”,   dr.  AH
”Kanker   Darah   pada   Anak- anak”,   dr.   GRT   ”Kanker   Mata
yang   Ganas”.   Seminar dikoordinasikan   oleh   panitia
penyelenggara diketuai
dr. IBT
ANNEX -3
ARTIKEL JURNAL
1. Dengue and other common causes of acute febrile