Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK
DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK

NINA TRIANA

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

RINGKASAN
NINA TRIANA. Hubungan antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi
Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak.
Dibimbing oleh Dr. Ir. SITI MADANIJAH, MS.
Tujuan umum penelitian ini adalah meneliti hubungan antara status gizi
masa lalu anak dan partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB pada murid
TK. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1) Mengetahui karakteristik sosial
ekonomi keluarga contoh; 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian TB pada murid TK; 3) Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di
Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK; 4) Meneliti hubungan antara
partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK; 5) Meneliti
hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu; 6) Meneliti hubungan antara status gizi masa lalu dengan kejadian
TB pada murid TK; dan 7) Meneliti hubungan antara pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu dengan kejadian TB pada murid TK
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian
di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang yang ditentukan secara purposive
dengan pertimbangan kepentingan peneliti sebagai petugas pelaksana program
gizi di wilayah tersebut. Penelitian dilaksanakan selama Bulan Januari sampai
dengan Mei 2006. Contoh pada penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu murid
TK yang TB dan tidak TB. Penentuan contoh dilakukan dengan cara acak
sebanyak 30 orang anak dari masing-masing kelompok.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi : karakteristik sosial ekonomi keluarga, faktor-faktor yang
mempengaruhi TB pada anak, partisipasi ibu di Posyandu, pengetahuan, sikap,
dan perilaku ibu. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner dan pengamatan. Sementara itu, data sekunder meliputi : data status TB
anak, tinggi badan, berat badan, umur, riwayat penyakit, kategori Keluarga

Sejahtera, data murid TK se-Kecamatan Paseh untuk kerangka sampling, dan data
gambaran lokasi penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Puskesmas, Kantor
Kecamatan, Kantor Cabang Dinas Pendidikan Nasional Kecamatan, dan dari
setiap TK di wilayah Kecamatan Paseh. Data yang terkumpul selanjutnya
diverifikasi dan diolah dengan menggunakan program SPSS 11 for Windows.
Untuk mengetahui perbedaan variabel antara dua kelompok dilakukan uji t dan uji
Mann Whitney. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji korelasi
Rank Spearman dan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel digunakan uji
regeresi linier berganda.
Rata-rata umur contoh kelompok TB relatif lebih tua dibanding kelompok
tidak TB, yaitu 72,3 bulan dibanding 71,2 bulan. Rata-rata berat badan kelompok
TB lebih ringan dibanding kelompok tidak TB, yaitu 16,7 kg dibanding17,8 kg.
Rata-rata tinggi badan kelompok TB lebih rendah dibanding kelompok tidak TB,
yaitu 107,3 cm dibanding 111,7 cm. Lebih dari 90% contoh pada kedua kelompok
memiliki berat badan lahir normal.. Uji beda terhadap karakteristik contoh hanya
menunjukkan perbedaan nyata dalam hal tinggi badan.

Rata-rata jumlah anggota keluarga kelompok TB lebih sedikit dibanding
kelompok tidak TB, yaitu 4 orang dibanding 5 orang. Rata-rata umur orang tua
kelompok TB lebih muda dibanding kelompok tidak TB, yaitu 35,1 tahun

dibanding 37,4 tahun (ayah) dan 29,5 tahun dibanding 32,8 tahun (ibu).
Pendidikan orang tua kedua kelompok berkisar antara SD-Perguruan Tinggi.
Walaupun demikian, jumlah orang tua yang pernah bersekolah di SMA/sederajat
dan PT lebih sedikit pada kelompok TB, yaitu 10,0% dibanding 23,4% (ayah) dan
13,3% dibanding 30,0% (ibu). Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai buruh
yaitu 56,7% (TB) dan 43,3% (tidak TB). Sebagian besar ibu contoh bekerja
sebagai ibu rumah tangga yaitu 83,3% (TB) dan 80,0% (tidak TB). Jumlah
pendapatan/bulan/kapita kelompok TB lebih rendah dibanding kelompok tidak
TB, yaitu Rp 181.916,- dibanding Rp 227.789,-. Jumlah contoh dengan status
sosial ekonomi kurang lebih banyak pada kelompok TB dibanding kelompok
tidak TB, yaitu 46,7% dibanding 3,3%. Jadi, karakteristik sosial ekonomi
kelompok TB cenderung kurang jika dibandingkan dengan kelompok tidak TB.
Uji beda terhadap karakteristik sosial ekonomi keluarga hanya menunjukkan
perbedaan nyata dalam hal umur ibu dan status sosial ekonomi.
Sebagian besar contoh pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki yaitu
53,3% (TB) dan 60,0% (tidak TB). Lingkungan fisik rumah kelompok TB
cenderung kurang baik dibandingkan kelompok tidak TB yang ditunjukkan
dengan rata-rata nilai kelompok TB yaitu 71,3 dibanding 90,0. Seluruh contoh
pada kedua kelompok pernah diimunisasi BCG sewaktu bayi. Hampir semua
contoh pada penelitian ini tidak pernah atau sedang menderita penyakit tertentu

yang dapat mempengaruhi kejadian TB, yaitu 96,7% (TB) dan 100,0% (tidak TB).
Seluruh contoh pada kelompok TB dan 63,3% pada kelompok tidak TB memiliki
riwayat kontak dengan penderita TB dewasa. Pada kelompok TB lebih sedikit
yang merokok di rumahnya yaitu 50,0% dibanding 66,7%. Perilaku sumber
penularan kelompok TB ada yang kurang sebanyak 20,0% sedangkan pada
kelompok tidak TB tidak ada. Pada kelompok TB terdapat 16,6% contoh dengan
status gizi masa lalu kurang dan buruk sedangkan pada kelompok tidak TB tidak
ada. Uji beda terhadap variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB
menunjukkan perbedaan nyata dalam hal lingkungan fisik rumah, riwayat kontak
dengan penderita TB dewasa, perilaku penderita TB dewasa, status sosial
ekonomi keluarga, dan status gizi masa lalu anak. Berdasarkan uji regresi linier
berganda faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian TB adalah perilaku
penderita TB dewasa. Besarnya pengaruh faktor tersebut adalah 59,0%.
Jumlah ibu dengan tingkat partisipasi di Posyandu dan tingkat pengetahuan
kurang lebih banyak pada kelompok TB, yaitu 56,7% dan 73,3% dibanding 26,7%
dan 26,7%. Jumlah ibu dengan perilaku dan sikap sedang dalam hal gizi dan
kesehatan lebih banyak pada kelompok TB, yaitu 10,0% dan 70,0% dibanding
3,3% dan 26,7%. Terdapat korelasi signifikan antara tingkat partisipasi ibu di
Posyandu, status gizi masa lalu anak, tingkat pengetahuan ibu, dan perilaku ibu
dengan kejadian TB pada murid TK. Terdapat korelasi signifikan antara tingkat

partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK (p=0,05; r=0,547), tingkat pengetahuan ibu (p=0,01; r=0,513), dan perilaku ibu (p=0,01; r=0,357). Sedangkan analisis terhadap hubungan antara sikap ibu dengan kejadian
TB pada murid TK dan tingkat partisipasi ibu di Posyandu dengan sikap ibu tidak
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan.

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK
DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK

NINA TRIANA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006


Judul Skripsi

:

Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan
Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis
pada Murid Taman Kanak-Kanak

Nama

:

Nina Triana

NIM

:

A54104303


Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Siti Madanijah, MS
NIP 130 541 472

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr
NIP 130 422 698

Tanggal Lulus : ………………………….

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya yang telah
memungkinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Antara
Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian
Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak”.

Terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Siti Madanijah, MS yang telah
membimbing penulis selama ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS yang telah memberikan berbagai saran
berharga kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada
Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang beserta seluruh jajarannya
untuk kesempatan penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selanjutnya, kepada rekan-rekan mahasiswa GMSK 39, 40, dan alih jenjang 41
terima kasih penulis ucapkan untuk segala bantuan dan dorongan yang diberikan
kepada penulis selama pembuatan skripsi ini. Kepada suami tercinta, papah,
mamah, dan seluruh keluarga penulis ucapkan terima kasih atas segala dukungan,
do’a dan pengertiannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2006
Nina Triana

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sumedang pada tanggal 10 Agustus 1974 dari ayah R. Yusuf
Supandi, BA dan ibu Ukayati, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Saat ini
penulis telah menikah dengan Budiana, S.Pd, M.Pd dan dikarunia seorang putri

bernama Annida Aulia Sholehah.
Pendidikan dasar hingga menengah penulis lalui di Sumedang yaitu di SDN
Sukaraja 1, SMPN 2, dan SMAN 1 dari tahun 1981-1993. Selanjutnya penulis
diterima kuliah di Akademi Gizi Depkes RI Bandung hingga lulus tahun 1996.
Penulis kemudian menjadi tenaga kontrak di lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang dan lulus menjadi CPNS pada tahun 1999. Selanjutnya,
penulis mendapat tugas menjadi pelaksana program gizi di Puskesmas Tomo
sampai mendapat tempat tugas baru di Puskesmas Paseh pada tahun 2000. Tahun
2004 penulis lolos seleksi me njadi peserta tugas belajar dengan dana bersumber
dari PHP II. Kemudian penulis diterima pada Program S1 Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………….

Viii

PENDAHULUAN…………………………………………………….


1

TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis (TB) pada Anak-Anak ………………………..…
Pemantauan Status Gizi dengan KMS di Posyandu………..…..
Partisipasi Ibu di Posyandu………………………………….....
Penilaian Status Gizi Masa Lalu Murid TK ……………...…....

6
12
13
14

KERANGKA PEMIKIRAN………………………………………….

16

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ……………………..…
Contoh dan Cara Penarikan Contoh…………………..………..

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ………...……..……………
Pengolahan dan Analisis Data ……...…….....…………………
Definisi Operasional ……………………………..…………….
Kategori dalam Pengolahan Data ……………………………...

18
18
18
19
19
20

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………..………………
Karakteristik Contoh ………………………………..…………
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga …………………..…...
Faktor-faktor yang Mempengaruhi TB …………………..……
Jenis Kelamin…………………………………………….
Status Imunisasi BCG……………………………………
Penyakit Tertentu…………………………………………
Lingkungan Fisik Rumah………………………………...
Perilaku Sumber Penularan………………………………
Riwayat Kontak…………………………………………..
Faktor Toksik……………………………………………..
Status Sosial Ekonomi……………………………………
Status Gizi………………………………………………..
Tingkat Partisipasi Ibu di Posyandu ………………...…..……..
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu...……….………
Hubungan Antar Variabel …………………………………….

23
24
27
34
34
35
36
36
37
39
40
41
41
43
46
50

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan…………………………………………………….
Saran……………………………………………………………

57
58

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………

60

DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

Kategori dalam pengolahan data ………….………………..…
Sebaran contoh menurut umur ……………………..…………
Sebaran contoh menurut berat badan ……………..…………..
Sebaran contoh menurut tinggi badan …………………..…….
Sebaran contoh menurut berat badan lahir ………………..…..
Sebaran contoh menurut jumlah anggota keluarga………..…..
Sebaran contoh menurut umur orang tua ……………………..
Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua………………..
Sebaran contoh menurut jenis pekerjaan ayah.. ………………
Sebaran contoh menurut jenis pekerjaan ibu…………………..
Sebaran contoh menurut pendapatan keluarga…..………...…..
Sebaran contoh menurut jenis kelamin…………..……………
Rata-rata nilai lingkungan fisik rumah…………………...……
Sebaran contoh menurut lingkungan fisik rumah…….....…….
Rata-rata nilai perilaku sumber penularan ……………...…….
Sebaran contoh menurut perilaku sumber penularan…...……..
Sebaran contoh menurut riwayat kontak... ……….…………..
Sebaran contoh menurut keberadaan faktor toksik…….……...
Sebaran contoh menurut status sosial ekonomi keluarga...……
Sebaran contoh menurut status gizi masa lalu...………..……..
Rata-rata nilai ibu menurut aspek partisipasi di Posyandu……
Sebaran contoh menurut tingkat partisipasi ibu di Posyandu....
Sebaran contoh menurut tingkat kehadiran ibu di Posyandu.....
Rata-rata nilai pengetahuan ibu menurut aspek yang diteliti….
Sebaran contoh menurut tingkat pengetahuan ibu…...………..
Rata-rata nilai sikap ibu menurut aspek yang diteliti……….....
Sebaran contoh menurut sikap ibu…....………...……………..
Rata-rata nilai perilaku ibu menurut aspek yang diteliti..…......
Sebaran contoh menurut perilaku ibu…..……....……………..
Hubungan partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa
lalu anak……………………………………………………….
Hubungan partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan,
sikap, dan perilaku ibu………………………………………..

21
24
25
25
26
27
28
30
31
32
33
34
36
37
38
39
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
48
49
50
51
53

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Murid TK termasuk dalam kelompok usia pra sekolah. Pada masa ini
seorang anak tengah berusaha membangun kemandiriannya. Tetapi karena
keterbatasan kemampuan yang dimiliki, dalam banyak hal mereka seringkali
gagal. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikisnya sehingga anak
pada masa ini rawan mengalami kecelakaan dan gangguan kesehatan (Hurlock
1999).
Anak yang sakit tidak akan menjadi orang dewasa yang sehat. Akibatnya, ia
tidak akan dapat berkarya untuk masyarakat dan bangsa. First Informal
Consultation on Growth of Children (Unicef 1998) menyepakati bahwa
pertumbuhan

anak

merupakan

indikator

kunci

dalam

kesehatan

dan

perkembangan anak dan dapat menggambarkan bagaimana suatu masyarakat akan
melaksanakan

pembangunan.

Dengan

kata

lain,

anak-anak

merupakan

sumberdaya manusia suatu bangsa.
Ukuran kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa dinyatakan dalam HDI
(Human Development Index) yang merupakan indeks kualitas kesehatan,
pendidikan, dan perekonomian suatu Negara. Laporan UNDP meyebutkan bahwa
peringkat HDI Indonesia pada tahun 2005 berada di urutan ke-111 dari 175 negara
di dunia. Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia masih
rendah. Menurut Khomsan (2002) kualitas SDM yang rendah dapat disebabkan
oleh rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan.
Salah satu masalah kesehatan yang akhir-akhir ini sering dijumpai pada
anak-anak adalah penyakit Tuberkulosis (TB) (Sujayanto & SK 2000).
Berdasarkan data dari Puskesmas Paseh Kabupaten Sumedang, pada tahun 2005
tercatat 88 (22,6%) murid sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) yang harus secara
teratur menjalani pengobatan TB sampai tuntas (minimal 6 bulan berturut-turut).
Angka ini merupakan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya sehingga
diperkirakan akan terjadi peningkatan angka kasus TB anak setiap tahun
berikutnya.

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK
DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK

NINA TRIANA

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

RINGKASAN
NINA TRIANA. Hubungan antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi
Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak.
Dibimbing oleh Dr. Ir. SITI MADANIJAH, MS.
Tujuan umum penelitian ini adalah meneliti hubungan antara status gizi
masa lalu anak dan partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB pada murid
TK. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1) Mengetahui karakteristik sosial
ekonomi keluarga contoh; 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian TB pada murid TK; 3) Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di
Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK; 4) Meneliti hubungan antara
partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK; 5) Meneliti
hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu; 6) Meneliti hubungan antara status gizi masa lalu dengan kejadian
TB pada murid TK; dan 7) Meneliti hubungan antara pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu dengan kejadian TB pada murid TK
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian
di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang yang ditentukan secara purposive
dengan pertimbangan kepentingan peneliti sebagai petugas pelaksana program
gizi di wilayah tersebut. Penelitian dilaksanakan selama Bulan Januari sampai
dengan Mei 2006. Contoh pada penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu murid
TK yang TB dan tidak TB. Penentuan contoh dilakukan dengan cara acak
sebanyak 30 orang anak dari masing-masing kelompok.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi : karakteristik sosial ekonomi keluarga, faktor-faktor yang
mempengaruhi TB pada anak, partisipasi ibu di Posyandu, pengetahuan, sikap,
dan perilaku ibu. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner dan pengamatan. Sementara itu, data sekunder meliputi : data status TB
anak, tinggi badan, berat badan, umur, riwayat penyakit, kategori Keluarga
Sejahtera, data murid TK se-Kecamatan Paseh untuk kerangka sampling, dan data
gambaran lokasi penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Puskesmas, Kantor
Kecamatan, Kantor Cabang Dinas Pendidikan Nasional Kecamatan, dan dari
setiap TK di wilayah Kecamatan Paseh. Data yang terkumpul selanjutnya
diverifikasi dan diolah dengan menggunakan program SPSS 11 for Windows.
Untuk mengetahui perbedaan variabel antara dua kelompok dilakukan uji t dan uji
Mann Whitney. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji korelasi
Rank Spearman dan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel digunakan uji
regeresi linier berganda.
Rata-rata umur contoh kelompok TB relatif lebih tua dibanding kelompok
tidak TB, yaitu 72,3 bulan dibanding 71,2 bulan. Rata-rata berat badan kelompok
TB lebih ringan dibanding kelompok tidak TB, yaitu 16,7 kg dibanding17,8 kg.
Rata-rata tinggi badan kelompok TB lebih rendah dibanding kelompok tidak TB,
yaitu 107,3 cm dibanding 111,7 cm. Lebih dari 90% contoh pada kedua kelompok
memiliki berat badan lahir normal.. Uji beda terhadap karakteristik contoh hanya
menunjukkan perbedaan nyata dalam hal tinggi badan.

Rata-rata jumlah anggota keluarga kelompok TB lebih sedikit dibanding
kelompok tidak TB, yaitu 4 orang dibanding 5 orang. Rata-rata umur orang tua
kelompok TB lebih muda dibanding kelompok tidak TB, yaitu 35,1 tahun
dibanding 37,4 tahun (ayah) dan 29,5 tahun dibanding 32,8 tahun (ibu).
Pendidikan orang tua kedua kelompok berkisar antara SD-Perguruan Tinggi.
Walaupun demikian, jumlah orang tua yang pernah bersekolah di SMA/sederajat
dan PT lebih sedikit pada kelompok TB, yaitu 10,0% dibanding 23,4% (ayah) dan
13,3% dibanding 30,0% (ibu). Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai buruh
yaitu 56,7% (TB) dan 43,3% (tidak TB). Sebagian besar ibu contoh bekerja
sebagai ibu rumah tangga yaitu 83,3% (TB) dan 80,0% (tidak TB). Jumlah
pendapatan/bulan/kapita kelompok TB lebih rendah dibanding kelompok tidak
TB, yaitu Rp 181.916,- dibanding Rp 227.789,-. Jumlah contoh dengan status
sosial ekonomi kurang lebih banyak pada kelompok TB dibanding kelompok
tidak TB, yaitu 46,7% dibanding 3,3%. Jadi, karakteristik sosial ekonomi
kelompok TB cenderung kurang jika dibandingkan dengan kelompok tidak TB.
Uji beda terhadap karakteristik sosial ekonomi keluarga hanya menunjukkan
perbedaan nyata dalam hal umur ibu dan status sosial ekonomi.
Sebagian besar contoh pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki yaitu
53,3% (TB) dan 60,0% (tidak TB). Lingkungan fisik rumah kelompok TB
cenderung kurang baik dibandingkan kelompok tidak TB yang ditunjukkan
dengan rata-rata nilai kelompok TB yaitu 71,3 dibanding 90,0. Seluruh contoh
pada kedua kelompok pernah diimunisasi BCG sewaktu bayi. Hampir semua
contoh pada penelitian ini tidak pernah atau sedang menderita penyakit tertentu
yang dapat mempengaruhi kejadian TB, yaitu 96,7% (TB) dan 100,0% (tidak TB).
Seluruh contoh pada kelompok TB dan 63,3% pada kelompok tidak TB memiliki
riwayat kontak dengan penderita TB dewasa. Pada kelompok TB lebih sedikit
yang merokok di rumahnya yaitu 50,0% dibanding 66,7%. Perilaku sumber
penularan kelompok TB ada yang kurang sebanyak 20,0% sedangkan pada
kelompok tidak TB tidak ada. Pada kelompok TB terdapat 16,6% contoh dengan
status gizi masa lalu kurang dan buruk sedangkan pada kelompok tidak TB tidak
ada. Uji beda terhadap variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB
menunjukkan perbedaan nyata dalam hal lingkungan fisik rumah, riwayat kontak
dengan penderita TB dewasa, perilaku penderita TB dewasa, status sosial
ekonomi keluarga, dan status gizi masa lalu anak. Berdasarkan uji regresi linier
berganda faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian TB adalah perilaku
penderita TB dewasa. Besarnya pengaruh faktor tersebut adalah 59,0%.
Jumlah ibu dengan tingkat partisipasi di Posyandu dan tingkat pengetahuan
kurang lebih banyak pada kelompok TB, yaitu 56,7% dan 73,3% dibanding 26,7%
dan 26,7%. Jumlah ibu dengan perilaku dan sikap sedang dalam hal gizi dan
kesehatan lebih banyak pada kelompok TB, yaitu 10,0% dan 70,0% dibanding
3,3% dan 26,7%. Terdapat korelasi signifikan antara tingkat partisipasi ibu di
Posyandu, status gizi masa lalu anak, tingkat pengetahuan ibu, dan perilaku ibu
dengan kejadian TB pada murid TK. Terdapat korelasi signifikan antara tingkat
partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK (p=0,05; r=0,547), tingkat pengetahuan ibu (p=0,01; r=0,513), dan perilaku ibu (p=0,01; r=0,357). Sedangkan analisis terhadap hubungan antara sikap ibu dengan kejadian
TB pada murid TK dan tingkat partisipasi ibu di Posyandu dengan sikap ibu tidak
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan.

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK
DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK

NINA TRIANA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Skripsi

:

Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan
Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis
pada Murid Taman Kanak-Kanak

Nama

:

Nina Triana

NIM

:

A54104303

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Siti Madanijah, MS
NIP 130 541 472

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr
NIP 130 422 698

Tanggal Lulus : ………………………….

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya yang telah
memungkinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Antara
Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian
Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak”.
Terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Siti Madanijah, MS yang telah
membimbing penulis selama ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS yang telah memberikan berbagai saran
berharga kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada
Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang beserta seluruh jajarannya
untuk kesempatan penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selanjutnya, kepada rekan-rekan mahasiswa GMSK 39, 40, dan alih jenjang 41
terima kasih penulis ucapkan untuk segala bantuan dan dorongan yang diberikan
kepada penulis selama pembuatan skripsi ini. Kepada suami tercinta, papah,
mamah, dan seluruh keluarga penulis ucapkan terima kasih atas segala dukungan,
do’a dan pengertiannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2006
Nina Triana

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sumedang pada tanggal 10 Agustus 1974 dari ayah R. Yusuf
Supandi, BA dan ibu Ukayati, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Saat ini
penulis telah menikah dengan Budiana, S.Pd, M.Pd dan dikarunia seorang putri
bernama Annida Aulia Sholehah.
Pendidikan dasar hingga menengah penulis lalui di Sumedang yaitu di SDN
Sukaraja 1, SMPN 2, dan SMAN 1 dari tahun 1981-1993. Selanjutnya penulis
diterima kuliah di Akademi Gizi Depkes RI Bandung hingga lulus tahun 1996.
Penulis kemudian menjadi tenaga kontrak di lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang dan lulus menjadi CPNS pada tahun 1999. Selanjutnya,
penulis mendapat tugas menjadi pelaksana program gizi di Puskesmas Tomo
sampai mendapat tempat tugas baru di Puskesmas Paseh pada tahun 2000. Tahun
2004 penulis lolos seleksi me njadi peserta tugas belajar dengan dana bersumber
dari PHP II. Kemudian penulis diterima pada Program S1 Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………….

Viii

PENDAHULUAN…………………………………………………….

1

TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis (TB) pada Anak-Anak ………………………..…
Pemantauan Status Gizi dengan KMS di Posyandu………..…..
Partisipasi Ibu di Posyandu………………………………….....
Penilaian Status Gizi Masa Lalu Murid TK ……………...…....

6
12
13
14

KERANGKA PEMIKIRAN………………………………………….

16

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ……………………..…
Contoh dan Cara Penarikan Contoh…………………..………..
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ………...……..……………
Pengolahan dan Analisis Data ……...…….....…………………
Definisi Operasional ……………………………..…………….
Kategori dalam Pengolahan Data ……………………………...

18
18
18
19
19
20

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………..………………
Karakteristik Contoh ………………………………..…………
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga …………………..…...
Faktor-faktor yang Mempengaruhi TB …………………..……
Jenis Kelamin…………………………………………….
Status Imunisasi BCG……………………………………
Penyakit Tertentu…………………………………………
Lingkungan Fisik Rumah………………………………...
Perilaku Sumber Penularan………………………………
Riwayat Kontak…………………………………………..
Faktor Toksik……………………………………………..
Status Sosial Ekonomi……………………………………
Status Gizi………………………………………………..
Tingkat Partisipasi Ibu di Posyandu ………………...…..……..
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu...……….………
Hubungan Antar Variabel …………………………………….

23
24
27
34
34
35
36
36
37
39
40
41
41
43
46
50

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan…………………………………………………….
Saran……………………………………………………………

57
58

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………

60

DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

Kategori dalam pengolahan data ………….………………..…
Sebaran contoh menurut umur ……………………..…………
Sebaran contoh menurut berat badan ……………..…………..
Sebaran contoh menurut tinggi badan …………………..…….
Sebaran contoh menurut berat badan lahir ………………..…..
Sebaran contoh menurut jumlah anggota keluarga………..…..
Sebaran contoh menurut umur orang tua ……………………..
Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua………………..
Sebaran contoh menurut jenis pekerjaan ayah.. ………………
Sebaran contoh menurut jenis pekerjaan ibu…………………..
Sebaran contoh menurut pendapatan keluarga…..………...…..
Sebaran contoh menurut jenis kelamin…………..……………
Rata-rata nilai lingkungan fisik rumah…………………...……
Sebaran contoh menurut lingkungan fisik rumah…….....…….
Rata-rata nilai perilaku sumber penularan ……………...…….
Sebaran contoh menurut perilaku sumber penularan…...……..
Sebaran contoh menurut riwayat kontak... ……….…………..
Sebaran contoh menurut keberadaan faktor toksik…….……...
Sebaran contoh menurut status sosial ekonomi keluarga...……
Sebaran contoh menurut status gizi masa lalu...………..……..
Rata-rata nilai ibu menurut aspek partisipasi di Posyandu……
Sebaran contoh menurut tingkat partisipasi ibu di Posyandu....
Sebaran contoh menurut tingkat kehadiran ibu di Posyandu.....
Rata-rata nilai pengetahuan ibu menurut aspek yang diteliti….
Sebaran contoh menurut tingkat pengetahuan ibu…...………..
Rata-rata nilai sikap ibu menurut aspek yang diteliti……….....
Sebaran contoh menurut sikap ibu…....………...……………..
Rata-rata nilai perilaku ibu menurut aspek yang diteliti..…......
Sebaran contoh menurut perilaku ibu…..……....……………..
Hubungan partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa
lalu anak……………………………………………………….
Hubungan partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan,
sikap, dan perilaku ibu………………………………………..

21
24
25
25
26
27
28
30
31
32
33
34
36
37
38
39
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
48
49
50
51
53

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Murid TK termasuk dalam kelompok usia pra sekolah. Pada masa ini
seorang anak tengah berusaha membangun kemandiriannya. Tetapi karena
keterbatasan kemampuan yang dimiliki, dalam banyak hal mereka seringkali
gagal. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikisnya sehingga anak
pada masa ini rawan mengalami kecelakaan dan gangguan kesehatan (Hurlock
1999).
Anak yang sakit tidak akan menjadi orang dewasa yang sehat. Akibatnya, ia
tidak akan dapat berkarya untuk masyarakat dan bangsa. First Informal
Consultation on Growth of Children (Unicef 1998) menyepakati bahwa
pertumbuhan

anak

merupakan

indikator

kunci

dalam

kesehatan

dan

perkembangan anak dan dapat menggambarkan bagaimana suatu masyarakat akan
melaksanakan

pembangunan.

Dengan

kata

lain,

anak-anak

merupakan

sumberdaya manusia suatu bangsa.
Ukuran kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa dinyatakan dalam HDI
(Human Development Index) yang merupakan indeks kualitas kesehatan,
pendidikan, dan perekonomian suatu Negara. Laporan UNDP meyebutkan bahwa
peringkat HDI Indonesia pada tahun 2005 berada di urutan ke-111 dari 175 negara
di dunia. Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia masih
rendah. Menurut Khomsan (2002) kualitas SDM yang rendah dapat disebabkan
oleh rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan.
Salah satu masalah kesehatan yang akhir-akhir ini sering dijumpai pada
anak-anak adalah penyakit Tuberkulosis (TB) (Sujayanto & SK 2000).
Berdasarkan data dari Puskesmas Paseh Kabupaten Sumedang, pada tahun 2005
tercatat 88 (22,6%) murid sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) yang harus secara
teratur menjalani pengobatan TB sampai tuntas (minimal 6 bulan berturut-turut).
Angka ini merupakan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya sehingga
diperkirakan akan terjadi peningkatan angka kasus TB anak setiap tahun
berikutnya.

Seorang anak yang terkena penyakit TB akan menjadi seorang manusia
yang lemah. Akibatnya, ia tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
bahkan dapat mengalami kematian. Jika kelak ia menjadi manusia dewasa,
produktivitas kerjanya akan rendah, pendapatannya kecil, dan jatuh pada kondisi
kemiskinan (Ikhsan 2002).
Penyakit TB masih merupakan masalah besar dan serius di dunia meskipun
sudah ditemukan paduan obat yang ampuh untuk menyembuhkannya. Pada tahun
1993 WHO menyatakan situasi ini sebagai global emergency karena setiap tahun
selalu terjadi peningkatan kasus TB akibat penyebarannya yang sangat cepat dan
meluas. Di Indonesia, berdasarkan hasil SKRT tahun 2001 TB menduduki
peringkat pertama penyebab kematian dalam kelompok penyakit infeksi. Laporan
internasional bahkan menunjukkan bahwa Indonesia adalah penyumbang kasus
pasien TB terbesar ketiga di dunia setelah India dan Cina (WHO 2003).
TB pada anak tidak lepas hubungannya dengan orang dewasa karena
penularannya berasal dari orang dewasa yang menderita TB (Ismail 2003). Selain
itu, faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk dan HIV/AIDS (Depkes RI
et.al. 2001). Kuman TB juga mengalami masa inkubasi, yaitu waktu yang
diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit. Dengan demikian, kejadian TB
yang terdeteksi pada murid TK memiliki kemungkinan akibat adanya infeksi pada
masa lalu anak yang didukung oleh status gizi yang kurang baik.
Masalah gizi yang dialami oleh anak disebabkan oleh faktor utama yaitu
konsumsi gizi yang kurang memadai dan adanya penyakit infeksi. Kedua faktor
utama tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh pola asuh gizi dan kesehatan
yang diterapkan oleh ibu. Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Pengasuhan anak
dalam hal perilaku yang diterapkan sehari-hari seperti pemberian makan,
pemeliharaan kesehatan, stimulasi mental, serta dukungan emosional dan kasih
sayang akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap tumbuh kembang
intelektual anak (Engel et.al. 1998 diacu dalam Wahidah 2004).
Anak-anak dapat dengan mudah tertular penyakit TB apabila ibunya tidak
menerapkan pola pengasuhan kesehatan yang baik seperti menghindarkan anak

dari kontak langsung dengan penderita TB dewasa, pemeliharaan status gizi anak,
dan pemeliharaan higiene dan sanitasi lingkungan. Pola asuh yang diterapkan oleh
ibu terhadap anaknya antara lain dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu
terutama mengenai kesehatan dan gizi. Pengetahuan ibu selain ditentukan oleh
karakteristik ibu (umur, pendidikan, keadaan sosial ekonomi) juga dipengaruhi
oleh akses terhadap informasi

(Madanijah 2003). Pengetahuan masyarakat

khususnya ibu-ibu mengenai penyakit TB dapat mempengaruhi tingkat
penyebaran penyakit ini.
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh
ibu untuk memperoleh pelayanan dan informasi kesehatan. Ibu-ibu dapat
memanfaatkan Posyandu yang terdekat sebagai sumber informasi untuk
meningkatkan pengetahuannya dalam hal gizi dan kesehatan. Melalui kegiatan di
Posyandu, pemantauan status gizi dan kesehatan anak dapat dilakukan dengan
baik.

Selain

itu,

anak

dapat

memperoleh

pelayanan

imunisasi

untuk

melindunginya dari penyakit menular seperti TB.
Sayangnya, menjelang anak usia TK sebagian besar ibu-ibu jarang atau
bahkan tidak pernah lagi datang ke Posyandu sehingga status gizi anaknya
menjadi tidak terpantau dengan baik. Kenyataan ini dapat dilihat dari angka DO
(Drop Out) sasaran Posyandu di wilayah Kecamatan Paseh yang mencapai 36,0%
pada tahun 2005. Selain itu, cakupan tingkat partisipasi di Posyandu (D/S) pada
kelompok umur 3-5 tahun di Kecamatan Paseh hanya mencapai sekitar 20% dari
target 80% pada tahun yang sama. Oleh karena itu, kemungkinan seorang anak
mengalami masalah gizi pada masa ini cukup besar. Akibatnya, daya tahan tubuh
anak menjadi lemah sehingga mudah terkena penyakit menular seperti TB.
Roedjito (1987) menyatakan bahwa TB dapat dipakai sebagai patokan untuk
menilai keadaan gizi yang lalu maupun sekarang, asal umur anak diketahui
dengan tepat. Selain itu, retardasi pertumbuhan dan pubertas yang terlambat dapat
dihubungkan dengan penyakit kronis (Behrman & Vaughan 1988). Berdasarkan
hal tersebut diatas penulis ingin meneliti hubungan antara status gizi masa lalu
anak dan partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK.

Tujuan

Umum : Meneliti hubungan antara status gizi masa lalu anak dan partisipasi ibu
di Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK.
Khusus :
1.

Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga murid TK yang TB dan
yang tidak TB.

2.

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB pada murid
TK.

3.

Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB
pada murid TK.

4.

Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi
masa lalu murid TK.

5.

Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan,
sikap, dan perilaku ibu dalam hal gizi dan kesehatan anak.

6.

Meneliti hubungan antara status gizi masa lalu anak dengan kejadian TB
pada murid TK.

7.

Meneliti hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam hal
gizi dan kesehatan anak dengan kejadian TB pada murid TK.
Hipotesis

1.

Terdapat hubungan negatif antara partisipasi ibu di posyandu dengan status
gizi anak pada masa lalu.

2.

Terdapat hubungan positif antara partisipasi ibu di posyandu dengan
kejadian TB pada murid TK.

3.

Terdapat hubungan positif antara partisipasi ibu di posyandu dengan
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu.

4.

Terdapat hubungan negatif antara status gizi masa lalu anak dengan kejadian
TB pada murid TK.

5.

Terdapat hubungan negatif antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu
dengan kejadian TB pada murid TK.

Kegunaan

Bagi dunia ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat diterima sebagai
tambahan informasi mengenai variabel status gizi masa lalu anak dan partisipasi
ibu di Posyandu sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian TB pada murid
TK. Bagi masyarakat, penelitian ini berguna dalam upaya penangulangan TB dan
mendorong peran serta masyarakat di Posyandu sebagai bagian dari upaya
revitalisasi Posyandu. Sedangkan bagi peneliti, penelitian ini adalah sebagai suatu
tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam rangka menerapkan dan menggali
ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah. Selain itu, menjadi bekal untuk
kembali melaksanakan tugas perbaikan gizi masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis (TB) pada Anak-Anak

Patogenesis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena
itu disebut pula sebagai Basil tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun (Depkes RI et.al 2001).
Seorang anak menjadi terserang TB oleh kuman TB yang ada di
sekelilingnya yang berasal dari penderita TB dewasa. Ketika seorang penderita
TB dewasa batuk, percikan dahaknya akan menyebar di udara. Percikan ini
mengandung basil TB yang masih hidup. Jika seorang anak menghirup udara yang
sudah mengandung basil TB ini, perlahan-lahan basil akan berkembang biak dan
menyebabkan lesi pada paru-paru (Biddulph & Stace 1999). Selain itu, kuman TB
dapat menulari anak melalui makanan atau susu dari sapi yang terinfeksi TB serta
melalui kulit yang luka dan terbuka (Crofton et.al 2002).
Basil TB menyebar di dalam tubuh melalui saluran limfe dan aliran darah.
Sebagian basil menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar getah bening
(nodus limfatikus). Basil lalu tumbuh dan menyebabkan pembesaran nodus
(Biddulph & Stace 1999). Pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher
menjadi alat deteksi petugas kesehatan dalam menjaring anak yang terinfeksi TB.
Sementara itu, basil TB yang menyebar melalui aliran darah akan mencapai
berbagai organ tubuh terutama organ dengan tekanan oksigen yang tinggi seperti
hepar, lien, ginjal, tulang, otak, dan sebagainya. Basil tersebut dapat langsung
menyebabkan penyakit di organ-organ tersebut atau hidup dorman dalam jaringan
dan dapat menyebabkan TB aktif bertahun-tahun kemudian (Rahajoe 2002).

Banyak anak yang terinfeksi TB tapi hanya sedikit yang menjadi sakit. Hal
ini ditentukan oleh tingkat kekebalan anak (imunitas spesifik). Pada sebagian
besar anak, imunitas spesifik yang terbentuk biasanya cukup kuat untuk
menghambat perkembangbiakan basil TB. Dengan demikian, mereka tidak akan
sakit. Beberapa anak mungkin sakit untuk sementara dengan gejala demam dan
penurunan berat badan kemudian mereka akan sembuh dengan sendirinya. Pada
anak dengan kekebalan lemah (imunitas spesifik tidak terbentuk atau tidak cukup
kuat) akan terjadi penyakit TB dalam 12 bulan atau lebih setelah infeksi (Rahajoe
1994).
Pada umumnya, reaksi daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan
kuman TB. Bahkan, 25% penderita TB akan sembuh sendiri dengan daya tahan
tubuh yang tinggi. Apabila terjadi penurunan daya tahan tubuh pada seseorang
yang telah terpapar kuman TB, akan timbul TB pasca primer yaitu kerusakan paru
yang luas. Penurunan daya tahan tubuh dapat terjadi akibat terinfeksi HIV/AIDS
atau status gizi yang buruk (Depkes RI et.al 2001).
Diagnosis TB pada Anak
Diagnosis TB pada anak sulit ditegakan. Hal ini karena specimen untuk
pemeriksaan mikrobiologis seperti sputum (dahak) atau bilasan lambung sukar
didapat. Seandainya pun specimen itu di dapat, hasil pemeriksaan mikroskopis
dengan biakan sering negatif (Rahajoe 2002). Berdasarkan Depkes RI et.al. 2001,
seorang anak harus dicurigai menderita TB kalau :


Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA
positif,



Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7
hari),



Terdapat gejala umum TB, yaitu :



Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang
baik (failure to thrive).



Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.



Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.



Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya
multipel, paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).



Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari
(setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri
dada.



Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak
sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan
tanda-tanda cairan dalam abdomen.
Crofton et.al (2002) sangat menganjurkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan klinis dalam upaya menghindari kesalahan-kesalahan dalam
pengobatan TB pada anak-anak. Pemeriksaan tersebut terutama meliputi : riwayat
kesehatan keluarga, berat badan, bunyi nafas, perabaan kelenjar getah bening, tes
Mantoux (reaksi tuberkulin), dan foto toraks (Rontgen).
Dalam kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak yang dilaksanakan
oleh Puskesmas Paseh, dilakukan pemeriksaan dengan cara perabaan/palpasi
kelenjar limfe di daerah leher anak. Bila teraba adanya pembengkakan, maka anak
akan dirujuk ke Puskesmas dan rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam
rangka penegakan diagnosis TB.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya TB
1.

Umur
Bayi dan anak kecil mempunyai daya tahan tubuh yang lemah. Anak
kecil mempunyai lebih sedikit kekebalan tubuh dibanding anak yang lebih
tua. Makin muda umur anak makin rentan ia terhadap serangan penyakit
(Crofton et.al. 2002). Sementara itu penelitian Atmosukarto et.al. (2000)
diacu dalam Na’im (2004) menunjukan bahwa risiko terkena TB pada
kelompok usia 0-4 tahun adalah 6 kali lebih besar daripada kelompok usia
5-14 tahun.

2.

Jenis Kelamin
Data WHO menunjukan bahwa TB paru adalah pembunuh wanita
nomor 1 di dunia. Wanita usia reproduksi mempunyai risiko lebih besar

dibandingkan dengan laki-laki pada usia yang sama untuk menderita TB
paru. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap hal tersebut adalah
karena hormon dan keadaan gizi wanita terutama saat hamil melemahkan
sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanan tubuh untuk terkena
infeksi TB paru (Mulyadi 2003).
3.

Ras
Terdapat bukti-bukti yang jelas bahwa populasi terasing seperti orang
Eskimo atau orang Indian ketika pertama kali mereka terkena TB daya tahan
tubuhnya sangat buruk (Crofton et.al 2002). Penelitian John Adam di
Amerika Serikat diacu dalam Mulyadi (2003) juga menunjukan bahwa ras
kulit hitam dan hispanik mempunyai risiko terkena TB aktif lebih besar
dibandingkan dengan orang kulit putih.

4.

Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi mengarah pada kemiskinan dan kondisi
pemukiman yang terlampau padat atau kondisi kerja yang buruk sehingga
dapat menurunkan daya tahan tubuh dan memudahkan terjadinya infeksi.
Orang-orang yang hidup dalam kondisi ini juga sering bergizi buruk.
Masalah yang sangat kompleks ini lebih memudahkan TB berkembang
menjadi penyakit (Crofton et.al. 2002).

5.

Status Gizi
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan
untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi
menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti
kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap serangan infeksi
menjadi turun (Moehji 1988).
Selain itu, Depkes RI et.al (2001) menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah
daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau
HIV/AIDS. Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi, sebaliknya
infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi. Hal tersebut dapat
berlangsung melalui beberapa cara, yaitu mempengaruhi nafsu makan,

menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare atau muntah-muntah,
dan mempengaruhi metabolisme makanan (Santoso & Ranti 1999).
Infeksi TB sering dianggap sebagai biang keladi penyebab utama
kesulitan makan pada anak (Judarwanto 2005). Hal ini dapat mengakibatkan
munculnya masalah gizi pada anak terutama kejadian KEP (Kurang Energi
Protein). Masalah gizi ini merupakan akibat dari interaksi antara berbagai
faktor, tetapi yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang
kurang memadai dan adanya penyakit infeksi (Beck 1995).
TB lebih banyak terjadi pada anak yang kurang gizi sehubungan
dengan lemahnya daya tahan tubuh anak yang kurang gizi. TB juga
memperburuk gizi anak dan ini merupakan satu sebab lingkaran setan
malnutrisi dan infeksi (Biddulph & Stace 1999). Anak-anak dengan
penyakit

kronis

seperti

TB

biasanya

mengalami

keterlambatan

pertumbuhan, tubuh mereka akan menjadi kecil terutama bila pengobatan
tidak diberikan sejak dini (Jellife & Jellife 1979).
6.

Lingkungan Fisik Rumah
Dengan memperhatikan cara keluar kuman TB

dari penderita TB

BTA (+) dan sifat kuman TB yang tahan panas, mati apabila terkena sinar
matahari langsung, serta tahan beberapa jam di tempat lembab, maka
ruangan yang gelap dan relatif tertutup dengan ventilasi minimum akan
memperpanjang umur kuman.
Kusnindar et.al. (1993) diacu dalam Mulyadi (2003) menyatakan
bahwa lingkungan perumahan yang merupakan faktor risiko penularan TB
paru adalah kepadatan hunian terutama kamar tidur, pencahayaan terutama
sinar matahari dan perhawaan (ventilasi). Untuk mengurangi risiko tersebut
Depkes RI (1994) mensyaratkan rumah sehat harus memiliki rasio luas
lantai dengan penghuni minimal 9 meter persegi perorang dan ventilasi
minimal seperlima luas lantai.
7.

Adanya Penyakit Tertentu
The Advertising Committee for Elimination of Tuberculosis-CDC
Atlanta (1990) diacu dalam Mulyadi (2003) merekomendasikan perlunya
dilakukan screening terhadap beberapa kelompok untuk infeksi TB. Salah

satu diantaranya adalah kelompok yang mempunyai risiko medis, yaitu :
silicosis, Gastrectomy, berat badan kurang (10% atau lebih di bawah ideal),
gangguan ginjal kronik, diabetes mellitus, beberapa kelainan hematologis,
leukemia, dan sebagainya. Biddulph & Stace (1999 ) juga menyatakan
bahwa TB lebih mudah menyebar dalam tubuh anak yang sudah diperlemah
oleh adanya penyakit batuk rejan, campak atau infeksi lainnya seperti
malaria atau diare kronik.
8.

Kontak dengan Sumber Penyakit ( Penderita TB Dewasa)
Kontak erat seperti dalam keluarga

dan pemaparan besar-besaran

seperti pada petugas kesehatan memungkinkan penularan lewat percikan
dahak. Hubungan fisik yang erat dengan sumber penyakit bisa
mempengaruhi

kemungkinan

infeksi.

Makin

menigkatnya

berhubungan dengan penderita juga memberi kemungkinan yang

waktu
lebih

besar pada kontak dengan sumber penyakit (Mulyadi 2003).
9.

Imunisasi BCG
BCG adalah vaksin yang terdiri dari basil h