Deteksi Dini Pertumbuhan Dan Status Gizi Murid Taman Kanak-Kanak Duafa Di Medan Binjai 2010

(1)

DETEKSI DINI PERTUMBUHAN DAN STATUS GIZI MURID TAMAN KANAK-KANAK DUAFA DI MEDAN BINJAI 2010

OLEH :

MUNIROH HANAFIAH

070100392

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

DETEKSI DINI PERTUMBUHAN DAN STATUS GIZI MURID TAMAN KANAK-KANAK DUAFA DI MEDAN BINJAI 2010

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

MUNIROH HANAFIAH

070100392

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : DETEKSI DINI PERTUMBUHAN DAN STATUS GIZI MURID TAMAN KANAK-KANAK DUAFA DI MEDAN BINJAI 2010 Nama : MUNIROH HANAFIAH

NIM : 070100392

Pembimbing Penguji I

(dr. Sri Sofyani, Sp A(K) ) (Prof. Dr. dr. Harun Al Rashyid SpPD SpGK) NIP : 140328817 NIP : 19501105 197903 1 004

Penguji II

( dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes) NIP : 19690609 199903 2 001

Medan, 14 November 2010 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Latar Belakang

Indonesia memiliki populasi 214.6 juta penduduk, dari jumlah tersebut 8.88% adalah anak-anak yang berumur 0 hingga 5 tahun. Jumlah populasi yang besar menyebabkan Indonesia mengalami masalah untuk memenuhi kebutuhan anak dari segi pelanyan kesehatan dan pendidikan.

Tujuan

Tujuan peneliatian ini adalah untuk meneliti dekteksi dini pertumbuhan dan perekembangan serta status gizi anak-anak yang bersekolah di TK Duafa Medan.

Metode

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 60 orang anak. Penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2010. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah stadiometer untuk mengukur tinggi badan anak; timbangan untuk mengukur berat badan anak dan KPSP ( Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Kurva CDC digunakan untuk menentukan jika pertumbuhan anak sesuai dengan anak seusianya dan untuk menentukan status gizi anak digunakan Tabel Berat Badan/Tinggi Badan (Direktorat Gizi Masyarakat 2002).

Hasil

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar anak-anak murid Taman Kanak-kanak Duafa memiliki status gizi yang baik dengan jumlah 53 orang anak (81.5%) dan 1 orang anak (1.5%) dengan gizi buruk. Dari persentil tinggi badan ada 44 orang anak (73.3%) dengan tinggi badan yang sesuai dengan usianya sedangkan 16 orang anak (26.7%) dengan perawakan pendek. Pada persentil berat badan ada 30 orang anak (50%) dengan berat badan normal dan 30 orang (50%) lainnya memiliki berat badan rendah. Dari hasil KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) hanya ada 9 orang anak (48.3%) dengan perkembangan yang sesuai dengan usianya dan 29 orang dengan perkembangan meragukan sedangkan 22 orang anak (36.7%) mengalami penyimpangan.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan anak-anak murid taman kanak-anak-kanak-anak, peneliti dan petugas kesehatan supaya dapat meningkatkan kwalitas status gizi, pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Kata Kunci: Deteksi dini, Pertumbuhan, Perkembangan, Status gizi.


(5)

ABSTRACTS

Background

Indonesia consists of 214.6 million people from which 8.88% are children with the age range from 0 to 5 years old. The huge number of population resulted Indonesia to meet a lot of problem in providing health care as well as education.

Aim

The main aim of this research is to detect as early as possible in the children of the kindergarten of Duafa in Medan for any delayed in growth development as well as if there was any problem with their nutrition status.

Method

The method in this research is classified as descriptive with a total sample of 60 children. The research is done during the month of July 2010. The instrumens used in this research are stadiometer for the height measurement, weighing scale and KPSP or PDQ (Prescreening Development Questionnaire)to measure the development of children. The CDC percentile curve is used to determined whether the children height and weight is suitable according to their age. For their nutrition status the classification is based on the table of mass/height according to the Direktorat Gizi Masyarakat 2002.

Results

The results obtain shows that a large number of the children in Duafa kindergarten have a good nutrition status with a total of 53 children (81.5%) and only 1 child (1.5%) has a bad nutrition status. According to the height/age percentile there are 44 children (73.3%) with normal stature, while the remaining 16 children (26.7%) fall in the short stature classification. The body mass/age percentile shows that there are equal number of children with a normal body mass and those that falls into the underweight classification. The KPSP or PDQ shows that only 9 children (48.3%) are at the required development stage according to their age while 29 children are classified into the uncertain category and the remaining 22 children (36.7%) are classified as delayed development.

Conclusion

From the data obtain from this research, hopefully it may be of use to kindergarten teachers and children as well as health care worker to improve the quality of the children nutrition status, growth as well as development.


(6)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke pada Allah SWT dalam rangka menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Deteksi Dini Pertumbuhan, Perkembangan dan Status gizi murid Taman Kanak-kanak Duafa di Medan Binjai 2010”.

Di sini, saya ingini berterimakasih kepada dosen pembimbing saya, dr. Sri Sofyani, Sp. A (K) yang telah sabar dalam membimbing saya sepanjang proses bimbingan untuk proposal ini, disertai dengan dosen-dosen penguji yang telah banyak member saran dan perbaikan. Saya juga ingin berterima kasih kepada kepala sekolah Taman Kanak-kanak Duafa, Ibu Hj. Ety Mulyati, SE, SPd, disertai dengan guru-guru dan murid-murid Taman Kanak-kanak Duafa yang telah bersukarela menjadi bagian dari penelitian ini.

Selain itu, saya juga ingin berterima kasih kepada teman-teman yang banyak memberikan dukungan moral dalam pembuatan proposal ini, kepada keluarga besar saya yang tercinta yang tidak pernah putus memberikan bantuan, saran dan dukungan sepenuhnya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah dapat disiapkan dengan lancer.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari isi maupun susunan, maka dari itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Kepala Batas 14 November 2010


(7)

(8)

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Status Gizi anak Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan Berat badan dan Tinggi badan……….. 22 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan Status Gizi………. 22 5.3 Distribusi Persentil Tinggi Badan dengan perbandingan Umur anak

Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC………... 23 5.4 Distribusi Persentil Berat Badan dengan perbandingan Umur Anak

Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC... 25 5.5 Distribusi Status Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Duafa

menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)………….. 26 5.6 Distribusi Jenis Kelamin Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa

berdasarkan Tahap Perkembangan menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)……….. 27 5.7 Distribusi Jumlah Tahap Perkembangan Terhambat yang dialami Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)………... 28


(10)

DAFTAR SKEMA

Nomor Judul Halaman


(11)

ABSTRAK

Latar Belakang

Indonesia memiliki populasi 214.6 juta penduduk, dari jumlah tersebut 8.88% adalah anak-anak yang berumur 0 hingga 5 tahun. Jumlah populasi yang besar menyebabkan Indonesia mengalami masalah untuk memenuhi kebutuhan anak dari segi pelanyan kesehatan dan pendidikan.

Tujuan

Tujuan peneliatian ini adalah untuk meneliti dekteksi dini pertumbuhan dan perekembangan serta status gizi anak-anak yang bersekolah di TK Duafa Medan.

Metode

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 60 orang anak. Penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2010. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah stadiometer untuk mengukur tinggi badan anak; timbangan untuk mengukur berat badan anak dan KPSP ( Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Kurva CDC digunakan untuk menentukan jika pertumbuhan anak sesuai dengan anak seusianya dan untuk menentukan status gizi anak digunakan Tabel Berat Badan/Tinggi Badan (Direktorat Gizi Masyarakat 2002).

Hasil

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar anak-anak murid Taman Kanak-kanak Duafa memiliki status gizi yang baik dengan jumlah 53 orang anak (81.5%) dan 1 orang anak (1.5%) dengan gizi buruk. Dari persentil tinggi badan ada 44 orang anak (73.3%) dengan tinggi badan yang sesuai dengan usianya sedangkan 16 orang anak (26.7%) dengan perawakan pendek. Pada persentil berat badan ada 30 orang anak (50%) dengan berat badan normal dan 30 orang (50%) lainnya memiliki berat badan rendah. Dari hasil KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) hanya ada 9 orang anak (48.3%) dengan perkembangan yang sesuai dengan usianya dan 29 orang dengan perkembangan meragukan sedangkan 22 orang anak (36.7%) mengalami penyimpangan.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan anak-anak murid taman kanak-anak-kanak-anak, peneliti dan petugas kesehatan supaya dapat meningkatkan kwalitas status gizi, pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Kata Kunci: Deteksi dini, Pertumbuhan, Perkembangan, Status gizi.


(12)

ABSTRACTS

Background

Indonesia consists of 214.6 million people from which 8.88% are children with the age range from 0 to 5 years old. The huge number of population resulted Indonesia to meet a lot of problem in providing health care as well as education.

Aim

The main aim of this research is to detect as early as possible in the children of the kindergarten of Duafa in Medan for any delayed in growth development as well as if there was any problem with their nutrition status.

Method

The method in this research is classified as descriptive with a total sample of 60 children. The research is done during the month of July 2010. The instrumens used in this research are stadiometer for the height measurement, weighing scale and KPSP or PDQ (Prescreening Development Questionnaire)to measure the development of children. The CDC percentile curve is used to determined whether the children height and weight is suitable according to their age. For their nutrition status the classification is based on the table of mass/height according to the Direktorat Gizi Masyarakat 2002.

Results

The results obtain shows that a large number of the children in Duafa kindergarten have a good nutrition status with a total of 53 children (81.5%) and only 1 child (1.5%) has a bad nutrition status. According to the height/age percentile there are 44 children (73.3%) with normal stature, while the remaining 16 children (26.7%) fall in the short stature classification. The body mass/age percentile shows that there are equal number of children with a normal body mass and those that falls into the underweight classification. The KPSP or PDQ shows that only 9 children (48.3%) are at the required development stage according to their age while 29 children are classified into the uncertain category and the remaining 22 children (36.7%) are classified as delayed development.

Conclusion

From the data obtain from this research, hopefully it may be of use to kindergarten teachers and children as well as health care worker to improve the quality of the children nutrition status, growth as well as development.


(13)

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang

Indonesia adalah negara ke empat yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Hal ini terbukt i dari data sensus tahun 2004, Indonesia memiliki populasi 214.6 juta penduduk. Dari jumlah penduduk tahun 2004 tersebut, 8.88% adalah anak-anak yang berumur 0 hingga 5 tahun (Atmaria, 2005). Oleh karena jumlah populasi yang besar, Indonesia mengalami masalah untuk memenuhi kebutuhan anak, dari segi pelayanan kesehatan maupun pendidikan. Hampir lebih dari 2 juta anak anak di bawah umur 5 tahun mengalami gizi buruk dan sepertiga dari anak berusia 5-9 tahun tidak mendapat pendidikan sekolah (Atmaria, 2005). Prevalensi pada anak pra-sekolah di Indonesia yang mengalami malnutrisi sekarang meningkat sebanyak 40% dibandingkan pada tahun 1990. Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak dijumpai dikalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan intra-uterin, malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A, anemia defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005).

Anak-anak yang mengalami defisiensi gizi, berat badan lahir rendah dan penghambatan pertumbuhan akan tumbuh menjadi remaja dan juga orang dewasa yang mengalami malnutrisi (Atmaria, 2005). Masalah malnutrisi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak anak dan remaja, di Indonesia sendiri banyak dijumpai gangguan pertumbuhan dan perkembangan namun jumlah yang pasti untuk seluruh Indonesia seperti Medan belum ada data yang tercantumkan. Pada tahun 2005 di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo di Surabaya, dijumpai sebanyak 205 anak dan remaja yang mengalami gangguan perkembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut gangguan berbahasa terdapat 190 kasus, gangguan perkembangan motorik kasar maupun halus didapati 133 kasus, ada 45 kasus Sindrom Down, sedangkan anak yang menderita Cerebral Palsy ada 33 kasus. Pada kasus mikrosefali ada 22 anak, autisme maupun ADHD (Attention Defisit Hiperactivity disorder) terdapat 20


(14)

anak, ada 14 kasus anak anak dengan epilepsi, hidrosefalus terdapat 13 kasus dan mental retardasi dijumpai 12 kasus (Suryawan A, Narendra M.B, 2006).

Gangguan perkembangan akan semakin baik prognosisnya jika dijumpai pada tahap dini hal ini dapat terjadi jika dilakukan deteksi secara dini agar dapat segera diintervensi pada tahap awal (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005). Oleh karena itu program-program melakukan deteksi dini untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan semangkin meningkat. Di Indonesia pun program deteksi penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak telah giat dilakukan. Deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat skrining seperti Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP). KPSP adalah suatu alat skrining yang mudah dan murah sehingga diharapkan dapat dipakai secara luas

Meskipun program deteksi dini sudah disosialisasikan sejak tahun 2005 kepada petugas kesehatan tetapi belum semua anak berusia 0-6 tahun pernah dideteksi pertumbuhan dan perkembangannya terutama pada anak-anak yang berada di daerah terpencil, begitu juga dengan program untuk mendeteksi status gizi buruk, terutama pada anak–anak dengan orang tua yang kurang mampu. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti memilih TK Duafa. Taman Kanak-kanak Duafa adalah salah satu taman kanak-kanak di Medan bagi kaum Duafa.

1.2. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas peneliti merumuskan masalah penelitian untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan serta status gizi murid TK Duafa?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk meneliti deteksi dini tumbuh kembang dan menentukan status gizi pada anak yang bersekolah di TK Duafa Medan.


(15)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian:

1. Untuk mengetahui pertumbuhan anak-anak di Taman Kanak-kanak Duafa. 2. Untuk mengetahui perkembangan motorik kasar dan halus anak-anak di

Taman Kanak-kanak Duafa.

3. Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak-anak di Taman Kanak-kanak Duafa.

4. Untuk mengetahui perkembangan sosial dan kemandirian anak-anak di Taman Kanak-kanak Duafa.

5. Untuk mengetahui status gizi anak-anak di Taman Kanak-kanak Duafa.

1.4.Manfaat Penelitian.

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat:

1. Untuk peneliti dalam meningkatkan penulisan karya ilmiah dan menambahkan keperdulian secara sosial kepada lingkungan.

2. Sebagai masukan untuk Staf pengajar TK untuk bisa menjadi lebih menyadari kepentingan peran mereka dalam menyediakan lingkungan yang layak buat anak anak berusia 5 hingga 6 tahun yang kurang mampu. Ganguan tumbuh kembang di TK Duafa bisa terdeksi secepat mungkin.

3. Sebagai masukan untuk para petugas kesehatan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan orang tua dari murid Taman Kanak-kanak Duafa tentang pertumbuhan dan perkembangan anak-anak berusia 5 hingga 6 tahun kota medan.

4. Sebagai ide masukan bagi rekan-rekan mahasiswa, dan bagi para peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Doyle (2009), pertumbuhan atau physical growth adalah peningkatan dalam ukuran tubuh yaitu tinggi badan, berat badan dan juga bertambah besarnya ukuran organ kecuali jaringan limfa yang akan mengecil ketika usia anak bertambah.

Dorland Medical Dictionary (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah proses normal dari pembesaran ukuran organisme yang disebabkan oleh

accretion (pertumbuhan) jaringan tubuh. Sedangkan Tanuwidjaya (2002),

mendefinisikan pertumbuhan sebagai bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, yang bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat.

Doyle (2009) menyatakan bahwa perkembangan adalah peningkatan fungsi dan kapabilitas seorang anak. Dalam mempelajari perkembangan dapat dibagi atas beberapa kategori yang spesifik seperti gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, perkembangan bahasa, sosial dan emosional. Pada anak yang normal, proses perkembangan terjadi dalam kecepatan yang berbeda misalnya ada anak yang berjalan dalam usia yang lebih cepat dari sebagian anak lain namun lambat dalam perkembangan berbicaranya dan Tanuwidjaya (2002) menyebutkan bahwa perkembangan anak ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dan bersifat kualitatif.

2.2.Masa Pertumbuhan dan Perkembagan

Pertumbuhan dan perkembangan secara garis besar terbagi dua tahap,yaitu masa prenatal, dan masa post natal. Masa prenatal, adalah masa janin didalam kandungan, dan terdiri atas dua periode yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah periode setelah konsepsi hingga umur kehamilan 8 minggu, dimana ovum yang dibuahi akan mengalami diferensiasi yang berlangsung cepat hingga membentuk suatu sistem organ dalam tubuh. Masa fetus adalah


(17)

kehamilan pada awal minggu ke 9, dan dibagi pada dua tahap yaitu masa fetus dini dan masa fetus lanjut. Masa fetus dini mulai saat kehamilan berusia 9 minggu sampai dengan trimester kedua. Pada tahap ini, terjadi kecepatan yang meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk manusia dengan organ – organ tubuh yang mulai berfungsi. Masa akhir trimester kedua memasuki trimester ketiga, menunjukkan fasa fetus dini memasuki fase fetus lanjut dimana, pertumbuhan berlangsung dengan pesat dan perkembangan fungsi-fungsi tubuh mulai terlihat. Pada fase ini juga terjadi transfer immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta sedangkan di daerah otak dan retina fetus terjadi akumulasi asam lemak essensial dari seri omega 3 dan omega 6 (Tanuwidjaya.S, 2002).

Sesudah lahir, tahap pertumbuhan dan perkembangan akan masuk ke masa

post natal. Masa post natal terdiri dari beberapa periode, yaitu masa neonatal

(0-28 hari), masa bayi (bayi dini dan bayi lanjut), masa prasekolah, masa sekolah atau pra-pubertas dan masa remaja (adolescent) (Tanuwidjaya.S, 2002).

Tahap awal neonatus adalah beradaptasi terhadap lingkungan, yang termasuk perubahan sirkulasi darah dan mulainya berfungsi berbagai organ – organ tubuhnya yang lain seperti parunya (Tanuwidjaya. S, 2002).

Setelah berakhirnya masa neonatus, fase berikutnya adalah fase bayi, yang terbagi dua fase yaitu bayi dini dan bayi lanjut. Fase bayi dini yang berawal dari usia 1 bulan hingga 12 bulan. Pada fase bayi dini pertumbuhan akan terjadi dengan pesat dan proses pematangan organ akan berlangsung secara berkelanjutan terutama meningkatnya fungsi sistem saraf (Tanuwidjaya.S, 2002). Setelah bayi mencapai usia 1 tahun, ia akan masuk ke masa bayi akhir,

yang berlangsung hingga ia mencapai usia 2 tahun, ditahap ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan ada kemajuan pada perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.

Pada saat usianya masuk 2 tahun, dia akan memasuki tahap prasekolah (preschooler), di usia ini pertumbuhan anak akan berlangsung dengan stabil dan terjadi perkembangan dengan aktifitasnya sehari-hari dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Masa sekolah atau masa prapubertas terjadi


(18)

pada anak wanita dikalangan usia 6 hingga 10 tahun, sedangkan anak laki laki usia 8 hingga 12 tahun, diperiode ini anak-anak akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, dia senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. Anak wanita biasanya akan memasuki masa adolesensi 2 tahun lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Usia anak wanita memasuki masa adolesensi adalah antara usia 10 hingga 18 tahun, sedangkan anak laki -laki akan mengalami masa adolensensi diusia 12 hingga 20 tahun. Masa ini merupakan transisi periode anak memasuki tahap menjadi seorang dewasa. Ada terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth spurt yang disertai juga dengan terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda- tanda kelamin sekunder (Tanuwidjaya. S, 2002).

2.3. Monitoring pertumbuhan dan perkembangan

Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan dengan parameter ukur tertentu seperti fisik, gizi, maturitas dan penilaian milestones perkembangan (Narendra, 2002). Penilaian pertumbuhan anak menggunakan parameter ukuran antropometrik yang sering dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik yaitu berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit dan lingkaran lengan atas panjang (Narendra, 2002).

Untuk berat badan pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan seperti timbangan injak. Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak dan juga cairan tubuh. Berat badan pada saat ini merupakan indikator yang baik untuk menentukan status gizi anak serta keadaan tumbuh kembang anak (Narendra, 2002).

Pengukuran tinggi badan pada usia hingga 2 tahun diukur dengan menggunakan alat infantometer. Bayi dalam posisi berbaring diantara alat, dan satu bagian dari alat menempel dibagian ubun-ubun bayi. Untuk anak usia diatas 2 tahun dapat digunakan alat seperti stadiometer, microtoise, dan tinggi duduk


(19)

(Narendra, 2002). Tujuan dari pengukuran ini adalah mendapatkan jarak tinggi dari permukaan kepala hingga telapak kaki, atau hingga ujung tulang sacrum pada tinggi duduk. Anak biasanya disarankan untuk menarik nafas dalam-dalam dan berdiri tegak untuk meluruskan posisi tubuh jika sang anak menderita kifosis atau lordosis. Keistimewaan dari pengukuran tinggi badan adalah nilai tinggi badan yang terus meningkat walaupun laju tumbuh akan berubah dari masa ke masa. Tinggi badan hanya menyusut pada usia lanjut maka dari itu nilai tinggi badan dapat digunakan untuk dasar perbandingan terhadap perubahan-perubahan relatif seperti berat badan dan lingkaran lengan atas (Narendra, 2002).

Pengukuran lingkaran kepala dilakukan pada daerah occipitofrontal anak, dan mencerminkan volume intrakranial yang merupakan ukuran pertumbuhan otak. Laju tumbuh akan pesat dalam waktu 6 bulan pertama semenjak lahir, dan akan terus berkurang hingga usia 3 tahun. Maka manfaat pengukuran lingkaran kepala terbatas hingga usia 3 tahun kecuali pada kasus hidrosefalus (Narendra, 2002).

Lingkaran lengan atas dilakukan dari biasanya pada lengan kiri. Lengan dibiarkan menggantung bebas disamping badan. Batas pengukuran adalah pertengahan antara akromion dan olekranon pada lengan dibengkokkan 90 derajat. Pengukuran lingkaran lengan mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak dipengaruhi terlalu banyak oleh jumlah cairan tubuh seperti berat badan. Ini juga bisa dipakai untuk menilai status gizi dan keadaan tumbuh kembang pada anak di dalam kelompok usia prasekolah (Narendra 2002).

Ketebalan lipatan kulit atau skinfold, dilakukan agar dapat menilai tebalnya lemak subkutan. Alat yang dapat digunakan adalah Harpenden skinfold

caliper dan pengukuran dilakukan pada daerah biceps, triceps, subskapula dan

daerah panggul. Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapuler merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang merceminkan kecukupan energi. Dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan menipis dan dalam keadaan gizi yang berlebihan seperti obesitas lipatan kulit dapat menebal (Narendra, 2002).


(20)

Selain menggunakan pengukuran antropometrik untuk menilai pertumbuhan anak, dapat juga dilakukan pemantauan terhadap bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh dan bagiannya, pertumbuhan rambut termasuk warna rambut, diameter ketebalan atau ketipisan rambut dan akar rambut.Pemantauan juga dapat dilakukan terhadap gigi, melihat kapan gigi susu anak tumbuh atau erupsi dan penggantian dengan gigi permanen (Narendra, 2002).

Kemajuan perkembangan pada anak dapat ditentukan oleh kemampuan fungsionalnya yang dicapainya dengan prinsip-prinsip seperti terdapat pola kemajuan perkembangan yang nyata dan konsisten dan dapat digambarkan dengan patokan kemampuan perkembangan (milestones) berjenjang yang penting. Kemajuan perkembangan pada setiap tahap harus dipertimbangkan tercapai dalam batasan usia yang sesuai patokan dan dalam jangka waktu yang tepat (Narendra, 2002).

Perkembangan anak pada fase awal dapat dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional yaitu motorik kasar, motorik halus serta penglihatan, berbahasa, berbicara dan pendengaran dan juga secara sosial emosi dan perilaku. Adanya kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat mempengaruhi kemampuan-kemampuan seperti perhatian, kemampuan konsentrasi dan sejauh mana kemampuan individual anak terintegrasi (Narendra, 2002). Terdapat variasi pada pola batas pencapaian dan kecepatan baik pada perkembagan motorik sosial maupun perilaku. Kurangnya stimulasi mungkin berkaitan dengan keterlambatan perkembangan terutama pada kemampuan berbicara, bahasa dan sosial. Selain mencapai tahap perkembangan, kualitas yang dicapai juga penting. Anak mungkin akan mencapai tolok ukur berbahasa, menyusun kalimat, pada tahap yang sesuai akan tetapi tidak mampu atau lemah dalam berdikusi atau berkomunikasi dengan orang dilingkungannya (Narendra, 2002).


(21)

Penilaian perkembangan anak kecil dilakukan diprogram kegiatan surveilans dan skrining, kepedulian orang tua dan apabila terdapat hal-hal yang ganjil ditemukan oleh para profesional pada perkembangan anak (Narendra, 2002). Skrining perkembangan adalah instrumen yang standard dan valid yang telah diteliti kepekaannya untuk mendeteksi gangguan perkembangan pada anak. Instrumen standard pengukuran memerlukan kepekaan dan spesifisitas sebanyak 70-80% (Glascoe, 2004). Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk deteksi gangguan perkembangan anak, salah satu yang paling sering digunakan secara internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test) (Narendra, 2002). Sedangkan di Indonesia alat yang paling sering digunakan oleh para ahli medis seperti dokter, bidan , perawat dan juga dikalangan masyarakat oleh petugas PADU terlatih atau Guru TK terlatih, adalah KPSP atau Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005).

KPSP adalah suatu kuesioner yang berisi 9 hingga 10 pertanyaan yang disusun merurut umur anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0 hingga 72 bulan. Acuan yang digunakan dalam penyusunan KPSP adalah 'Prescreening

Developmental Questionaire' (PDQ) dari Frankenburg dkk pada tahun 1976.

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Faktor faktor yang berpengaruh digolongkan ke dalam dua golongan, internal dan eksternal atau faktor lingkungan.

Faktor internal yang mempengaruhi perutumbuhan dan perkembangan adalah perbedaan ras, etnik atau bangsa, usia mengalami pubertas, jenis kelamin (wanita lebih cepat dewasa dibandingkan laki - laki), kelainan gen atau kromosom.

Faktor eksternal atau peranan lingkungan adalah faktor prenatal ibu yang termasuk status gizi ibu pada saat hamil, posisi fetus normal atau tidak, salah satu kelainan kongenital yang bisa disebabkan oleh abnormalitas posisi fetus adalah

club foot. Toksin atau obat-obatan yang bisa menyebabkan kelainan kongenital

seperti thalidomide. Kelainan gejala endokrin seperti yang dialami oleh ibu hamil yang menderita gestational diabetes mellitus, (GDM), bayinya bisa mengalami


(22)

makrosomia atau kardiomegali atau hiperplasia adrenal. Paparan terhadap sinar radiasi seperti X-ray dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata dan jantung. Ibu yang mengalami infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dan penyakit menular seksual dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung congenital. Jika sang ibu memiliki golongan darah yang berbeda antara dirinya dan janin maka ada kemungkinan terjadi Eritroblastosis fetalis, dimana tubuh sang ibu akan membentuk antibodi terhadap darah sel darah merah janin, dan akan mengalir ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang akan mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus, yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak janin. Gangguan fungsi plasenta seperti anoksia embrio juga dapat mengganggu pertumbuhan janin. Psikologis ibu juga berperan penting dalam perkembangan janin.

Faktor eksternal yang lainnya adalah faktor pasca natal, yaitu bila gizi yang diperlukan bayi untuk bertumbuh dan berkembang mencukupi. Jika sang anak atau bayi mengalami penyakit kronis atau kelainan congenital, serta lingkungan fisik dan kimia, contohnya adalah tempat tinggal anak sanitasinya baik atau tidak, kecukupan terpapar dengan sinar matahari untuk membentuk vitamin D, terpapar terhadap rokok, merkuri dan biji timah hitam, yang memberikan dampak negatif pada anak. Psikologis sang anak, caranya berhubungan dan berinteraksi dengan orang sekitarnya, apakah sang anak tidak dikehendaki oleh orang tuanya dan merasa tertekan. Gangguan hormon tiroid anak dapat mengakibatkan anak mengalami dwarfnism (hypothyroid) atau

gigantism (hyperthyroid) dan juga retardasi mental pada hypothyroid.

Sosio-ekonomi keluarga sang anak, apakah kebutuhannya ditemui, serta apakah ia tumbuh pada lingkungan yang mendukung atau tidak (Tanuwidjaya, 2002).


(23)

2.5. Peyimpangan pada Pertumbuhan 2.5.1. Perawakan Pendek

Perawakan pendek atau dwarfinism adalah ketinggian yang berada dibawah persentil kedua atau 0.4th centile. Hanya 1 dari 50 anak lebih pendek

dari pada persentil kedua dan hanya 1 dari 250 anak lebih pendek dari 0.4th

centile. Kebanyakan anak-anak walaupun memiliki badan yang kecil tetap

berkembang normal namun ada kemungkinan besar ada gangguan patologis pada tahap pertumbuhannya (Lissauer, Clayden, 2002).

2.5.2. Perawakan Tinggi

Walaupun jarang orang tua mengeluh tentang anaknya yang lebih tinggi dibandingkan kawan-kawannya, anak-anak remaja merasa cemas pada saat

pubertal growth spurt, disebabkan tinggi mereka yang meningkat dengan cepat.

Kebanyakan anak yang tinggi disebabkan genetik orang tua dan juga disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang berlebihan. Ini mengakibatkan obesitas pada anak dan pertumbuhan yang cepat (Lissauer, Clayden, 2002).

2.5.3. Pertumbuhan Kepala Abnormal

Pertumbuhan pesat kepala terjadi dalam dua tahun pertama dan 80% dari ukuran kepala dewasa telah dicapai pada usia 5 tahun. Ini memberi gambaran terhadap pertumbuhan otak, namun ukuran besar atau kecilnya kepala biasanya juga tergantung terhadap faktor keturunan dan biasanya perlu menggunakan

mid-parental head percentile untuk menentukannya(Lissauer, Clayden, 2002).

Pada saat lahir sutura dan fontanel masih belum tertutup. Setelah beberapa bulan hidup, sirkumferens kepala bayi akan lebih melebar, terutama ukuran badan bayi kecil dibanding umur gestasionalnya. Bagian posterior kepala tertutup dalam minggu ke delapan, sedangkan bagian anterior fontanel tertutup dalam 12 hingga 18 bulan. Jika terjadi kecepatan pada kelebaran sirkumferens kepala, maka peningkatan tekanan intrakranial harus di eksklusikan.


(24)

Berbagai gangguan pertumbuhan kepala yang dialami adalah termasuk mikrosefali, makrosefali, kepala asimetris dan kraniositosis (Lissauer, Clayden, 2002).

2.6. Penyimpangan pada Perkembangan 2.6.1. Gangguan Perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu seperti faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan dimana pada keluarganya rata-rata perkembangan motorik lambat dan faktor lingkungan pula seperti anak tidak kesempatan untuk belajar karena terlalu dimanjakan, selalu digendong atau diletakkan di babywalker terlalu lama dan juga anak yang mengalami deprivasi maternal. Disamping itu, faktor kepribadian anak misalnya anak sangat penakut, gangguan retardasi mental juga adalah penyebab perkembangan motorik yang lambat. Selain itu, kelainan tonus otot, obesitas, penyakit neuromuskular seperti penyakit duchenne muscular dystrophy dan buta juga merupakan antara gangguan perkembangan motorik (Soetjiningsih, 2002).

2.6.2. Gangguan Perkembangan bahasa

Gangguan perkembangan bahasa dapat diakibatkan oleh berbagai faktor termasuk faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi yang rendah, kurang pergaulan dan kurang interaksi dengan lingkungan sekitarnya, maturasi yang lambat, gangguan lateralisasi dan juga masalah yang dialami oleh disleksia dan afasia.

Gagap atau strutter mungkin disebabkan oleh tekanan dari orang tua supaya anak berbicara dengan jelas, ada juga kemungkinan disebabkan sang anak meniru seseorang dikeluarganya yang gagap, rasa tidak aman dan juga bisa oleh kepribadian anak. Penyebab lain yang dapat menganggu perkembangan sang anak dalam berbicara adalah kelainan kongenital seperti bibir sumbing atau cleft


(25)

2.6.3. Retardasi Mental

Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntunan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

2.6.4. Cerebral Palsy

Cerebral Palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak

progresif, dan disebabkan oleh karena kerusakan atau gangguan di sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).

2.6.5. Sindrom Down

Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat jumlah kromosom 21 yang berlebihan. Perkembangan pada anak anak dengan sindrom down biasanya lebih lambat dari anak yang normal.

Anak dengan sindrom down biasanya juga menderita kelainan seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat dan juga masalah biologis lainya yang dapat berperan dalam menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan menolong diri sendiri (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005).

2.6.6. Gangguan Autisme

Ini adalah gangguan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat dan mempengaruhi anak dengan sepenuhnya. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).


(26)

2.6.7. Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah

Disfungsional susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan akedemik yang berada dibawah normal, kelainan perilaku dan juga gangguan dalam berinteraksi sosial, salah satu contoh adalah kasus ADHD dan disleksia (Soetjiningsih,2002).

2.7. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak

Gizi memegang peran yang penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermula dari saat bayi ada di dalam kandungan ibu, bila ibu mendapat makanan yang mencukupi, maka bayi yang dikandungnya akan lahir dengan berat badan lahir bayi normal, sedangkan ibu yang kurang gizi akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Maka dari itu asupan gizi pada ibu hamil harus mendapat perhatian yang lebih terutama pada triwulan terakhir kehamilan, karena pada masa itu terjadi proliferasi sel-sel otak yang pesat dan akumulasi long chain polyunsaturated fatty acids (LCPUFAs) pada retina dan otak yang pesat (Soetjiningsih, IKG, 2002).

Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, proliferasi sel-sel otak dan akumulasi LCPUFAs masih berlangsung; disertai dengan proses mielinasi pertumbuhan dendrit dan sinaps yang pesat; sehingga terbentuk jaringan otak yang kompleks. Periode kritis pertumbuhan otak terletak pada masa triwulan terakhir kehamilan hingga anak berusia tiga tahun. Pada masa kritis ini anak harus mendapat gizi yang esensial dan memadai untuk mencukupi kebutuhan gizinya (Soetjiningsih, IKG, 2002).

ASI adalah salah satu sumber yang baik untuk memenuhi kebutuhan anak karena ASI telah dibuktikan mengandung LCPUFAs dalam jumlah yang memadai untuk pertumbuhan otak anak. Selain gizi yang baik, pada masa periode kritis tersebut, anak juga harus mendapat stimulasi mental dini yang memadai dan dijaga kesehatannya agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik (Soetjiningsih, IKG, 2002).


(27)

Pada bayi yang berusia 6 bulan ke atas disarankan agar memberikan makanan tambahan untuk mendamping-ASI atau makanan sapihan, bagi bayi yang tidak disusui lagi oleh ibunya. Proses ini dikenal sebagai proses weaning. Pada tahap ini diet bayi akan berubah dari ASI saja ke makanan orang dewasa. Masa transisi ini merupakan masa yang sangat kritikal bagi bayi, karenakan bayi akan mudah terkena infeksi terutama infeski saluran cerna. Gangguan gizi juga sering terjadi pada tahap ini disebabkan oleh keluarga atau sang ibu yang kurang pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan-makanan yang bergizi yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya dan juga peran ekonomi, dimana keluarga sang anak kurang mampu menyediakan makanan yang bergizi (Soetjiningsih, IKG, 2002).

Pada anak-anak yang berusia setahun hingga pra-remaja lebih cenderung mengalami gangguan gizi yang disebabkan oleh asupan-asupan makanan yang tidak tepat, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi asupan makanan seperti keluarga yaitu orang tua anak dan juga saudara-saudaranya, media massa dimana gencaran iklan makanan dalam televisi dapat bermain peran yang besar terhadap makanan asupan. Teman sebaya sang anak terutama pada anak-anak pra-remaja karena bertambah luasnya kontak sosial anak dengan lingkungannya maka tidak dapat dihindari. Penyakit dapat juga berpengaruh terhadap nafsu makan sang anak dan juga asupan makanannya (Soetjiningsih, IKG, 2002).

2.8. Penentuan Status Gizi Anak

Status gizi anak dapat diukur dengan beberapa cara yaitu dengan cara pengukuran antropometrik, klinik dan laboratorik. Diantara ketiganya, pengukuran antropometrik adalah yang relatif paling sederhana dan banyak dilakukan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003).

Pengukuran antropometrik dilakukan dengan membandingkan pengukuran berat badan dibadingkan dengan umur atau dengan perbandingan pengukuran berat badan anak dengan tinggi badan anak dengan menggunakan Tabel Berat Badan/Tinggi Badan (Direktorat Gizi Masyarakat 2002) (Departemen Kesehatan


(28)

Republik Indonesia, 2003). Dari pengukuran antropometri, status gizi anak dapat diketahui dan dapat dibagi menjadi; status gizi baik (normal); status gizi kurang (kurus); status gizi buruk (kurus sekali) dan status gizi lebih (gemuk) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Untuk penelitian ini kerangka konsep yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diuraikan berdasarkan variabel-variabel seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1. di bawah ini:

1.4. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala

penguku ran

Pertumbuhan Bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, yang bersifat kuantitatif. Mengukur berat badan anak serta tinggi badannya. Timbangan (berat badan) dan Stadiometer (tinggin badan) BB rendah BB normal Perawakan pendek Perwakan tinggi Perawakan normal Ordinal

Perkembangan peningkatan fungsi dan kapabilitas Data akan didapatkan melalui KPSP yaitu kuesioner pra skrining Tidak ada penyimpangan. Gangguan gerakan Nominal Deteksi Dini pertumbuhan dan

perkembangan anak KPSP

Pengukuran antopometrik


(30)

seorang anak, pada penelitian ini yang akan dinilai adalah pergerakan motorik halus, motorik kasa, berbahasa disertai berbicara, sosialisasi dan kemandirian wawancara dengan anak.

perkembangan kasar.

Gangguan gerakan halus. Gangguan bicara dan berbahasa. Gangguan sosialisasi dan kemandirian.

Status gizi Satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu dalam suatu variabel Diperlukan tinggi badan anak dan timbangan berat badan anak Diukur dengan menggunakan tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002)

Status gizi baik (-2 SD hingga 2 SD).

Gizi yang kurang baik atau kurus (< -2 SD hingga 3SD)

Gizi buruk (< -3 SD)


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif observasional secara cross sectional, yaitu peneliti akan melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak tanpa ada intervensi.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK Duafa di Jalan Sukatego no.4 STM atas daerah Medan Binjai. TK Duafa adalah sekolah dari pemerintah bagi kaum duafa. Penelitian ini akan berlangsung di bulan Juli 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi yang terjangkau pada penelitian ini adalah murid TK yang berumur 4 hingga 6 tahun di TK Duafa di tahun 2010. Jumlah murid yang diprediksi sekitar 60 orang.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, yaitu semua anak di TK Duafa akan dinilai pertumbuhan dan perkembangannya.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu mendapatkan sumber informasi secara langsung dari murid TK. Data akan diambil dengan menggunakan alat-alat pengukuran antropometri serta kurva pertumbuhan WHO Child Growth Standard dan CDC-NCHS 2000, KPSP dan table BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002), untuk mengukur perkembangan anak-anak tersebut.


(32)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Analisa data dilakukan dalam beberapa tahap, tahap pertama adalah

editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data sesuai

dengan murid-murid TK yang dipakai untuk penelitian ini, dan masuk ke dalam tahap kedua coding, dimana kode atau angka tertentu diberikan pada data yang diperoleh untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, dan pada tahap ketiga entry data yang telah diperoleh akan dimasukkan ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS. Pada tahap yang terakhir, akan dilakukan cleaning dimana data yang telah di entry diperiksa ulang untuk mengetahui bila ada kesalahan atau tidak. Setelah itu hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak Duafa di Kecamatan Medan Binjai. Sekolah ini adalah sekolah gratis bagi penduduk kaum duafa yang tinggal di sekitar daerah tersebut. Sekolah ini memiliki sekitar 60 orang anak murid yang dibagi kepada 3 kelompok.

Hari sekolah di Taman Kanak-kanak Duafa mulai dari hari Senin hingga Sabtu, dari jam 8 pagi hingga jam 11 siang. Murid-murid Taman Kanak-kanak Duafa ini diberikan makanan ringan dari sekolah setiap hari dengan menu yang berbeda-beda tiap hari contoh seperti hari Senin nasi goreng, Selasa bubur kacang hijau dan seterusnya.

5.1.2. Deskripsi karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada murid Taman Kanak-kanak Duafa di Kecamatan Medan Binjai tahun 2010, data diperoleh dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan anak serta perkembangan anak dengan menggunakan KPSP.


(34)

Tabel 5.1.

Distribusi Status Gizi anak Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan Berat badan dan Tinggi badan

BB/TB (status gizi) n Persen (%)

Sangat kurus (%) 1 1,5

Kurus (%) 6 9,2

Normal (%) 53 81,5

Total 60 100

Anak-anak yang berpartipasi pada penelitian ini adalah anak-anak yang berumur antar 4 tahun hingga 6 tahun. Dari Tabel 5.1 terdapat majoritas anak-anak memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 53 orang (81,5%), sedangkan yang paling sedikit adalah satu anak yang memiliki status gizi buruk atau sangat kurus.

Tabel 5.2.

Distribusi Jenis Kelamin Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan Status Gizi

Jenis Kelamin

Status gizi P L

Kurus 5 (8,3%) 1 (1,7%)

Kurus sekali 1 (1,7%) 0 (0%)

Normal 20 (33,3%) 33 (55%)

Total 25 (41,6%) 35 (58,4%)

Tabel 5.2 menunjukan jumlah anak berdasarkan jenis kelamin dan kelompok status gizinya. Pada kedua jenis kelamin anak murid Taman Kanak-kanak Duafa majoritas memiliki status gizi yang normal, dengan jumlah murid perempuan 33 orang (55%) dan pada anak laki laki ada 20 orang anak (33,3%).


(35)

Pada murid laki-laki tidak ada yang mengalami status gizi yang buruk atau kurus sekali, sedangkan pada murid perempuan ada 1 orang (1,7%). Pada status gizi kurang baik atau kurus hanya ada 1 orang murid perempuan (1,7%) sedangkan pada murid laki-laki ada 5 orang (8,3%).

Tabel 5.3.

Distribusi Persentil Tinggi Badan dengan perbandingan Umur anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC

Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar dari anak murid Taman Kanak-kanak Duafa memiliki perawakan pendek dengan jumlah 16 orang anak (26,7%) dan yang memiliki tinggi badan normal ada 44 orang (73,3%). Dari Tabel 5.3 tidak ada anak yang memiliki tinggi badan yang berada di atas persentil 90 atau dengan perawakan tinggi.

Tabel 5.4.

Distribusi Persentil Berat Badan dengan perbandingan Umur Anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC

BB(BB/U) n Persen (%)

Normal 30 50

Berat Badan Rendah 30 50

Tabel 5.4 menunjukan distribusi persentil berat badan dibandingkan dengan umur anak murid taman kanak kanak Duafa, dari tabel di atas bisa dilihat bahwa 30 orang dari murid Taman Kanak-kanak Duafa memiliki berat badan yang

TB(TB/U) n Persen(%)

Normal 44 73,3

Perawakan Pendek 16 26,7


(36)

ideal untuk anak seusianya (50%). Sedangkan 30 orang lagi memiliki berat badan yang rendah untuk anak seusianya (50%). Dari data yang diperoleh tidak ada anak-anak yang memiliki berat badan di atas persentil 90 atau berat badan yang lebih (overweight).

Tabel 5.5.

Distribusi Status Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

Dari Tabel 5.5 diatas tingkat perkembangan anak dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu penyimpangan atau perkembangan anak yang jauh dibelakang anak-anak seusianya menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Anak digolongkan mengalami perkembangan yang meragukan jika tindakan yang seharusnya bisa ia lakukan dengan sempurna namun masih belum bisa seperti mengancing baju sendiri dalam waktu yang lama.

Berdasarkan Tabel 5.5 hasil yang diperoleh menunjukan kebanyakan anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-anak-kanak-anak Duafa mempunyai nilai KPSP yang meragukan dengan jumlah 29 anak (48,3%), sedangkan tingkat perkembangan anak yang paling sesuai dengan usianya hanyalah 9 orang anak (15%).

KPSP n Persen (%)

Penyimpangan 22 36,7

Meragukan 29 48,3

Sesuai 9 15


(37)

Tabel 5.6.

Distribusi Jenis Kelamin Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa

berdasarkan Tahap Perkembangan menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

Jenis Kelamin

Tingkat Perkembangan KPSP Perempuan Laki-laki

Sesuai 7 (11,7%) 2 (3,3%)

Meragukan 13 (21,7%) 16 (26,7%)

Penyimpangan 15 (25%) 7 (11,7%)

Total 35 (58,4%) 25 (41,7%)

Tabel 5.8 di atas menunjukkan perbandingan tahap perkembangan anak dengan jenis kelaminnya. Pada anak perempuan majoritasnya terdapat pada tahap perkembangan dengan penyimpangan dengan jumah 15 orang anak (25%) sedangkan pada anak laki-laki kebanyakan 16 orang anak (26,7%) mengalami perkembangan yang meragukan. Pada anak perempuan ada 7 orang anak (11,7%) dengan tingkat perkembangan yang sesuai sedangkan anak laki-laki hanya ada 2 orang (3,3%). Pada anak perempuan 13 orang anak (21%) mengalami perkembangan yang meragukan dan pada anak laki-laki ada 7 orang anak (11,7%) yang mengalami perkembangan dengan penyimpangan.


(38)

Tabel 5.9.

Distribusi Jumlah Tahap Perkembangan Terhambat yang dialami Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

Tabel 5.9 menunjukan distribusi jumlah tahap perkembangan terhambat yang dialami anak berdasarkan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Hanya 9 orang anak (15%) Taman Kanak-kanak Duafa yang tidak terhambat dalam tahap perkembangannya. Kebanyakan anak murid Taman Kanak-kanak Duafa mengalami gangguan perkembangan dalam tiga bidang yaitu gerakan motorik kasar dan perkembangan sosial dan kemandirian dengan jumlah 18 orang anak (30%). Ada 8 orang anak (13,3%) yang mengalami perkembangan terhambat dalam satu bidang dan ada 18 orang anak (30,0%) yang mengalami perkembangan terhambat pada dua bidang sedangkan ada 6 orang anak (10,0%) yang mengalami perkembangan terhambat pada semua 4 bidang.

Jumlah Perkembangan

yang Terhambat n Persen (%)

0 9 15

1 8 13.3

2 18 30

3 19 31.7

4 6 10


(39)

Tabel 5.10.

Distribusi Jenis Perkembangan yang Terhambat dialami oleh Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

Jenis perkembangan n Persen

(%)

Normal 9 15

Bicara dan berbahasa, sosial dan kemandirian 7 11,7

Bicara dan berbahasa 3 5

Bicara dan berbahasa, gerak halus 7 11,7

Bicara dan berbahasa, gerak halus, gerak kasar 2 3,3 Bicara dan berbahasa, gerak halus, gerak kasar,

sosial dan kemandirian

6 10

Bicara dan berbahasa, gerak halus, sosial dan kemandirian

11 18,3

Bicara dan berbahasa, gerak kasar, sosial dan kemandirian

5 8,3

Gerak halus 2 3,3

Gerak halus, gerak kasar, sosial dan kemandirian

1 1,7

Gerak halus, sosial dan kemandirian 4 6,7

Sosial dan kemandirian 3 5

Total 60 100

Tabel 5.10 di halaman sebelumnya menunjukan jenis perkembangan, dimana anak mengalami keterhambatan. Anak murid Taman Kanak-kanak Duafa yang hanya mengalami gangguan bicara dan berbahasa ada 3 orang anak (5%), sedangkan pada anak yang mengalami gangguan berbicara dan berbahasa disertai bidang yang lain seperti sosial dan kemandirian, ada 38 orang anak (63,3%). Hanya ada 2 orang murid (3,3%) yang mengalami gangguan gerakan halus, sedangkan jumlah anak yang mengalami gangguan gerakan motorik halus disertai bidang yang lain ada 31 orang anak (60%). Pada gangguan gerakan motorik kasar semua anak anak yang mengalami keterhambatan juga mengalami gangguan pada bidang yang lain, tidak ada anak anak yang hanya mengalami gangguan gerakan motorik kasar. Jumlah murid yang mengalami gangguan pada perkembangan sosial dan kemandirian ada 3 orang anak (5%) dan yang mengalami gangguan sosial dan kemandirian disertai bidang yang lain ada 27 orang anak (16.7%).


(40)

5.2 Pembahasan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi pertumbuhan, perkembangan dan status gizi anak murid Taman Kanak-kanak Duafa dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan anak disertai juga dengan menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai alat ukur perkembangan pada anak. Pada penelitian ini, anak-anak yang dipilih sebagai sampel adalah anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Duafa yang berusia 4 hingga 6 tahun. Sampel yang dipilih memiliki usia 4 hingga 6 tahun karena penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin jika ada keterhambatan pada pertumbuhan atau perkembangan sang anak dan usia ini adalah usia yang ideal dan mudah untuk dilakukan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan. Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk menjadi tolak ukur dalam pembahasan dan dapat diuraikan sebagai berikut:

5.2.1. Distribusi Status Gizi anak Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan Berat badan dan Tinggi badan

Dari Tabel 5.1 dapat diamati bahwa hanya 1 orang anak yang memiliki status gizi yang buruk atau sangat kurus sedangkan majoritas lainnya, anak murid Taman Kanak-kanak Duafa memiliki status gizi yang baik atau normal. Hasil yang diperoleh berkontradiksi dengan hasil yang diperoleh Atmaria (2005), dimana jumlah anak yang mengalami gizi burk atau sangat kurus meningkat dibandingkan tahun1990. Hal ini berkemungkinan karena majoritas dari populasi masyarakat sekarang memeliki kesadaran terhadap nutrisi baik untuk kehidupan sehari-hari, dan juga di sekolah anak-anak diberi makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhannya.

5.2.2. Distribusi Persentil Tinggi Badan dengan perbandingan Umur anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC

Hasil yang diperoleh dari Tabel 5.3 menunjukan perbandingan tinggi badan anak dengan usianya. Walaupun berdasarkan perbadingan berat badan dan tinggi badan anak bisa dibilang memiliki status gizi yang baik, namun dari segi


(41)

perbandingan tinggi badan dan umur anak bisa saja diklasifikasikan memiliki perawakan pendek.

Seperti yang bisa diamati dari Tabel 5.3 ada 16 orang anak (26,7%) yang memiliki perawakan pendek; ini berkemungkinan disebabkan masalah status gizi yang kronis dan telah terjadi pada waktu jangka yang panjang seperti pada anak masih berada dalam kandungan, faktor keturunan dan juga faktor sosial dan ekonomi keluarga sang anak.

5.2.3. Distribusi Persentil Berat Badan dengan perbandingan Umur Anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC

Dari Tabel 5.4 bisa diperoleh data tentang perbandingan berat badan anak dengan umurnya. Seperti pembahasan di atas sebelumnya, walaupun anak memiliki status gizi yang normal pada perbandingan berat badan dengan tinggi badannya, belum tentu ia memiliki berat badan yang sesuai untuk anak seusianya. Pada Tabel 5.4 jumlah anak yang mengalami berat badan rendah dan anak dengan berat badan normal masing-masing memiliki jumlah yang sama yaitu 30 orang anak (50,0%).

Anak murid Taman Kanak-kanak Duafa yang memiliki berat badan rendah disebabkan karena sang anak memilih makanan yang dikonsumsinya (picky

eater); pengetahuan orang tua yang kurang dalam pemberian jenis makanan yang

tepat dan memenuhi kebutuhan nutrisi sang anak seharian. Karena Taman Kanak-kanak Duafa adalah sekolah untuk masyarakat dengan status ekonomi menengah dan ke bawah, faktor penghasilan orang tua sang anak juga berkemungkinan berpengaruh terhadap jenis makanan yang dikonsumsi dan ada juga kemungkinan karena majoritas dari murid Taman Kanak-kanak Duafa dengan orang tua yang dua-duanya berkerja, ini menyebabkan orang tuanya kurang perhatian terhadap apa yang dikonsumsi sang anak.


(42)

5.2.4. Distribusi Status Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

Dari Tabel 5.7 bisa diperoleh data yang menunujukan status perkembangan anak murid Taman Kanak-kanak Duafa. Majoritas anak-anak Taman Kanak-kanak Duafa mengalami perkembangan yang meragukan dengan jumlah 29 orang anak (48,3%) dan hanya 9 orang anak (15,0%) dengan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Ini berkemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan biofisikopsikososial dan bisa juga disebabkan oleh faktor genetika.

Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah faktor lingkungan sekolah dan juga faktor lingkungan di rumah. Walaupun anak mendapat dukungan yang baik di sekolah dan dari gurunya yang misalnya yang memberikan pelajaran (stimulasi), namun kemungkinan dukungan dari orang tua sang anak sangat kurang, apalagi bila orang tuanya sibuk dengan perkejaan untuk memberi nafkah untuk keluarga maka perhatian orang tua terhadap sang anak berkurang. Ada juga kemungkinan pengetahuan orang tua terhadap kepentingan perkembangan anak kurang sehingga tidak mengetahui bagaimana penting peran mereka dalam tahap perkembagan sang anak. Status ekonomi juga berkemungkinan memengang peran yang penting dalam perkembangan sang anak, karena jika orang tua sang anak tidak dapat menafkahi sang anak dengan sempurna maka tidak dapat memenuhi kebutuhan anak yang diperlukan untuk perkembangan yang sesuai. Pemenuhan kebutuhan nutrisi juga berhubungan dengan perkembangan,banyak anak yang berperawakan pendek menunjukan kebutuhan nutrisi yang tidak mencukupi dan dukungan dari keluarga yang kurang mampu bisa menjadi penyebab perkembangan anak yang tidak optimal

Tabel 5.7 menunjukan bahwa kebanyakan anak-anak murid yang bersekolah di taman kanak-kanak Duafa mengalami gangguan perkembagan lebih dari satu domain, hal ini berkemungkinan disebabkan karena tahap perkembangan adalah tahap yang kontinious, jadi misalnya anak mengalami gangguan pada satu tahap perkembangan akan mempengaruhi tahap perkembangan yang lain. Hal ini dapat


(43)

dibuktikan dari tabel 5.8, anak-anak yang mengalami gangguan dalam berbicara dan berbahasa kebanyakan juga mengalami gangguan dalam bersosialisasi dan kemandirian. Ini berkemungkinan karena anak memiliki kepayahan dalam berkomunikasi kepada orang disekitarnya maka sang anak kurang berinteraksi dengan lingkunganya.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak murid Taman Kanak-kanak Duafa dan uraian dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

a. Mayoritas (73,3%) tinggi badan anak murid Taman Kanak-kanak Duafa adalah normal, namun ada beberapa orang yang memiliki tinggi badan yang dikategorikan sebagai perawakan pendek (26,7%).

b. Dari segi berat badan dibandingkan dengan umur dapat disimpulkan bahwa jumlah anak yang mengalami berat badan rendah dan jumlah anak dengan berat badan normal adalah sama yaitu (50%).

c. Dari penilaian status gizi anak murid Taman Kanak-kanak Duafa mayoritas (81,5%) memiliki status gizi yang baik atau normal sedangkan yang status gizi buruk hanya ada 1,5%.

d. Dari hasil tes perkembangan dengan menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai alat ukur dapat disimpulkan majoritas (48,3%) mengalami perkembangan yang meragukan, hanya 15% dari murid Taman Kanak-kanak Duafa yang memiliki perkembangan yang normal, sedangkan yang mengalami penyimpangan perkembangan ada 36,7%.

e. Perkembangan motorik kasar dan halus anak murid Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) menunjukan bahwa 63,3% yang mengalami gangguan yaitu pada perkembangan motorik kasar dan halus.


(45)

f. Dalam hal perkembangan berbahasa dan berbicara ada 68,3% yang mengalami gangguan. Berdasarkan jumlah ini dapat diuraikan yang mengalami penyimpangan pada bidang ini ada 35% sedangkan 33,3% lainya mengalami perkembangan berbahasa dan berbicara yang meragukan.

g. Pada penilaian perkembangan sosial dan kemandirian anak ada 61,7% yang mengalami perkembangan yang terhambat. Dari total ini dapat diuraikan yang mengalami penyimpangan ada 25% orang anak sedangkan yang mengalami perkembangan yang meragukan ada 36,7%.


(46)

6.2 Saran

a. Penelitian ini akan lebih baik lagi jika data mengenai riwayat tentang pertumbuhan anak sebelumnya bisa diperoleh supanya bisa dilihat bagaimana proses pertumbuhan anak.

b. Guru yang berkerja di Taman Kanak-kanak Duafa diharapkan untuk memberitahukan kepada orang tua tentang bagaimana peran mereka sangat penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan sang anak. c. Orang tua dari anak murid Taman Kanak-kanak Duafa dianjurkan

untuk melakukan konseling dalam hal pemberian nutrisi dan perkembangan untuk memperbaiki kondisi gizi yang kurang baik atau status perkembangan anak yang tidak sesuai dengan usianya. d. Petugas kesehatan diharapkan dapat membantu anak di Taman

Kanak-kanak Duafa untuk meningkatkan kegiatan di taman kanak-kanak untuk meningkatkan status gizi, pertumbuhan dan perkembangan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Atmaria, 2005. An Integrated International Seminar and Workshop on Lifestyle – Related Diseases Gajah Mada University, Indonesia; Yogyakarta : 1-14. Available from:

http://www.gizi.net/download/nutrition%20problem%20in%20Indonesia .pdf. [Accessed March 2010]

Doyle A.D, 2009, Physical Growth and Development; Physical Growth, Merck Manual Professional. Available from:

http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch269/ch269b.html. [Accessed March 2010]

Doyle A.D, 2009, Physical Growth and Development; Development, Merck Manual Professional. Available from:

http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch269/ch269c.html. [Accessed March 2010]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pedoman Pelaksanaan

Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.

Glascoe F.P, 2004 Developmental Screening and Surveillance.. In: Behrman, Jenson, Kliegman, Stanton, 18thed. Nelson Textbook of Pediatrics.Philadelphia, PA : Saunders Elsevier, 76.

Lissauer T, Clayden G, 2007. Growth and Puberty. In: Illustrated Textbook of Paedriatrics, 3rd ed. Spain: Saunders Elsevier.


(48)

Narendra, M. B., 2002 Baku/standard tumbuh kembang. In: Narendra, Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh,. 1st ed. Tumbuh Kembang Anak dan

Remaja. Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 120.

Novak, 2004. Dorlands Pocket Medical Dictionary 27th ed. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier.

Soetjiningsih, 2002. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. In: Narendra, Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh,. 1st ed. Tumbuh Kembang Anak

dan Remaja Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 86.

Soetjiningsih, IKG, 2002. Gizi Untuk Tumbuh Kembang Anak. In: Narendra, Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh, 1st ed. Tumbuh Kembang Anak

dan Remaja Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 22.

Suryawan, Narendra M.B, 2006. Kuliah Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Air Langga RSU Dr . Soetomo Surabaya. Indonesia, Surabaya; 1-15 Available from:

http://www.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdf. [Accessed 01 May 2010]

Suyitno H, Narendra M.B., 2002. Pertumbuhan Fisik Anak. In : Narendra M.B., Sularyo T.S, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG.N.Gde., 1st ed. Tumbuh

Kembang Anak dan Remaja. Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 51.

Tanuwidjaya.S, 2002 Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. In:

Narendra, Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh. 1st ed Tumbuh


(49)

Lembar Penjelasan

Kepada Yth Kepala Sekolah Ibu Hj.Ety Mulyati SE,SPd

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, nama saya Muniroh Hanafiah, dari Fakultas Kedokteran USU.

Bersama ini saya ingin menyampaikan kepada Ibu kepala sekolah bahwa saya bermaksud mengadakan penelitian mengenai deteksi dini pertumbuhan, perkembangan dan status gizi murid TK Duafa. Oleh karena saya memohon keizinan ibu untuk membolehkan saya mengukur berat badan, tinggi badan dan melakukan pemeriksaan untuk pengisian Kuesioner pra-skrining perkembangan (KPSP) pada murid TK Duafa.

Jika Ibu bersedia maka kami mengharapkan ibu menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan. Demikianlah kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Ibu dapat menghubungi Peneliti setiap waktu bila ingin menanyakan lebih jelas lagi tentang penelitian ini yang belum ibu pahami melalui:

Muniroh Hanafiah


(50)

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Penelitian

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama: Ibu Hj.Ety Mulyati SE,SPd

Alamat: Taman Kanak-kanak Duafa, Medan Binjai

Setelah mempelajari dan telah menerima serta mengerti penjelasan dokter mengenai penelitian “Deteksi Dini Pertumbuhan, Perkembangan dan Status Gizi Anak di TK Duafa”.

Dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya sebagai Kepala Sekolah TK Duafa menyatakan setuju dan bersedia bahwa anak-anak murid menjadi peserta penelitian tersebut.

Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.

Medan,……….2010

Yang membuat pernyataan, Peneliti,


(51)

FORMULIR DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Lokasi :... Kec:... Kab/Kota:... Prov:...

I. IDENTITAS ANAK

1. Nama :... Laki-laki/Perempuan 2. Nama Ayah :...; Nama Ibu

:...

3. Alamat :... 4. Tanggal Pemeriksaan :.../.../20....

5. Tanggal Lahir :.../.../... 6. Umur Anak :...bulan

II. ANAMNESIS:

1. Keluhan Utama :

...

... ...

... ...

2. Apakah anak punya masalah tumbuh kembang :...

... ...

... ...

III. PEMERIKSAAN RUTIN SESUAI JADWAL

1. BB :...Kg; PT/TB :...Cm. BB/TB : a. Gizi baik; b. Gizi kurang; c. Gizi buruk; d. Gizi lebih;

e. Rujuk: Ya/Tidak 2. Perkembangan anak :

a. Sesuai

b. Meragukan : b1. GK, b2 GH, b3. B-bahasa, b4. Sos Kemandirian, b5. Rujuk : Ya/Tidak

c. Penyimpangan : c1. GK, c2. GH, c3. B-bahasa, c4. Sos Kemandirian, c5. Rujuk : Ya/Tidak

IV. PEMERIKSAAN ATAS INDIKASI/JIKA ADA KELUHAN

1. Autis: a. Risiko tinggi; b. Risiko rendah; c. Gangguan lain; d. Batas normal, e. Rujuk : Ya/Tidak


(52)

V. Kesimpulan

... ... ...

... ...

VI. TINDAKAN INTERVENSI

1. konseling stimulasi bagi ibu: a. Diberikan; b. Tidak diberikan;

2. Intervensi stimulasi perkembangan: a.GK; b. GH; c. B-bahasa; d.Sos Kemandirian;

e. Tgl evaluasi... 3.Tindakan pengobatan lain :

...

... ... ...

4. Dirujuk ke...: a. Ada surat rujukan; b. Tidak ada surat rujukan


(53)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muniroh Hanafiah

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 04 Juli 1989

Agama : Islam

Alamat : Jalan Tongkol no.5 Belawan Bahagia, Medan Indonesia Jumlah Bersaudara : 5 orang

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Hang Tua 1995-1996 2. Park House English Speaking School 1997-1999

3. Al-Khor International School 2000-2007

Riwayat Pelatihan :


(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)