Estimation model of birthweight based on waist circumference

(1)

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN

PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL

CHAIRUNITA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2006


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

”Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran Lingkar Pinggang

Ibu Hamil”

adalah benar merupakan hasil karya sendiri di bawah bimbingan Dr. Hardinsyah M.S dan Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain dalam tesis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2006


(3)

ABSTRAK

CHAIRUNITA. Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran Lingkar Pinggang Ibu Hamil. Di bawah bimbingan HARDINSYAH dan CESILIA METI DWIRIANI.

Status gizi ibu hamil dapat diukur dengan antropometri yang mudah digunakan dan murah. Lingkar p inggang ibu hamil diduga kuat dapat mencerminkan uterus dan pertumbuhan fetus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun suatu model penduga berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang ibu hamil selama trimester ketiga. Sebanyak 250 orang ibu hamil dipilih secara purposif dari 6 Puskesmas, 15 Posyandu dan 5 klinik bidan praktek swasta di Kecamatan Tanah Sareal, Bogor. Berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan pinggul, lingkar lengan atas, dan tinggi fundus diukur pada umur kehamilan 28, 32 dan 36 minggu. Berat badan sebelum hamil, riwayat kehamilan dan kelahiran, gangguan dan penyakit selama kehamilan, serta konsumsi pangan diperoleh melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan dua model penduga berat bayi lahir terbaik adalah berdasarkan lingkar pinggang (R2=28.58%) dan berat badan (R2=28.27%) pada umur kehamilan 28 minggu dengan persamaan sebagai berikut : berat bayi lahir = 166.4(lingkar pinggang)3 - 977.6(lingkar pinggang)2 + 1914.7(lingkar pinggang) - 1246.6 dan berat bayi lahir = 14.7(berat badan)3 - 79.4(berat badan)2 + 143.1(berat badan) - 82.5. Model penduga berat bayi lahir dengan 2 peubah (lingkar pinggang dan berat badan) memberikan nilai keterandalan yang lebih tinggi, yaitu 36.19%. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar pinggang dan berat badan ibu hamil dapat digunakan sebagai penduga berat bayi lahir dan pertumbuhan fetus yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran antropometri lainnya.


(4)

ABSTRACT

CHAIRUNITA. Estimation Model of Birthweight Based on Waist Circumference. Under the direction of HARDINSYAH and CESILIA METI DWIRIANI.

Nutritional status of pregnant women can be measured by anthropometry which is simple and non expensive. Waist circumference of pregnant women (WCP) may reflects uterus dan fetus growth. The objective of this study is to develop an estimation model of birthweight based on WCP during the third trimester. For this purpose 250 pregnant women were selected from six health centers and five midwife clinics of Tanah Sareal, Bogor. Body height and weight, waist and hip circumferences, mid -upper arm circumference, fundal height were measured on 28th, 32nd , and 36th week of gestation. Body weight prior to pregnancy, history of preg nancy and birth , symptoms and diseases, and food consumption was collected through an interview. The results show the two most appropriate estimation models of birthweight are based on WCP (R2=28.58%) and body weight (R2=28.27%) on 28 week of gestation, with the equations are : birthweight = 166.4(WCP)3 - 977.6(WCP)2 + 1914.7(WCP) - 1246.6 and birthweight = 14.7(body weight)3 - 79.4(body weight)2 + 143.1(body weight) - 82.5. This implies that the WCP and body weight can be used as a simple predictor of birthweight and of fetus growth.


(5)

RINGKASAN

Status gizi ibu hamil dapat diukur dengan antropometri yang mudah digunakan dan murah. Lingkar pinggang ibu hamil diduga kuat dapat mencerminkan uterus dan pertumbuhan fetus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) mempelajari karakteristik ibu hamil trimester ketiga di lokasi penelitian, (2) menganalisis status gizi ibu sebelum hamil dengan pertambahan berat badan selama kehamilan (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir, (4) menentukan model penduga berat bay i lahir dari berbagai parameter antropometri terutama lingkar pinggang.

Penelitian ini menggunakan desain cohort prospektif dan cross sectional. Contoh diikuti perubahan ukuran -ukuran tubuhnya (antropometri) setiap bulan sesuai dengan umur kehamilan pada trimester 3. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu hamil mulai usia 28 minggu ke atas yang mengunjungi 6 Puskesmas , 15 Posyandu dan 5 klinik bidan praktek swasta di Kecamatan Tanah Sareal. Dari penelitian ini diperoleh contoh sebanyak 76 orang dengan umur kehamilan 28 minggu, 85 orang dengan umur kehamilan 32 minggu dan 89 orang dengan umur kehamilan 36 minggu. Total jumlah contoh adalah 250 orang.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah karakteristik contoh dan keluarga, riwayat kehamilan dan kelahiran , gangguan dan penyakit selama kehamilan, perubahan selera makan dan pantangan makan, konsumsi pangan serta ukuran antropometri contoh dan bayi baru lahir. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan keadaan umum lokasi penelitian. Data antropometri bayi adalah berat lahir yang diukur maksimal pada 1x24 jam setelah kelahiran. Pola konsumsi pangan selama 1 bulan merupakan data semi kuantitatif yang dikumpulkan melalui wawancara menggunakan semiquantitative food frequency questionnaires (FFQ) yang diukur pada trimester 3. Untuk mengetahui adanya hubungan antar peubah digunakan software SPSS versi 13. Data konsumsi pangan diolah dengan menggunakan program Excel. Untuk membangun model penduga berat bayi lahir digunakan software Datafit versi 7.1. Pemilihan model penduga terbaik ditentukan berdasarkan kriteria nilai sisaan baku memiliki nilai homogen, koefisien determinasi (R2) terbesar dan nilai standar deviasi (S) terkecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (91.2%) adalah ibu rumah tangga, 48% contoh berusia 19-25 tahun dan 37% berpendidikan SD. Umur kehamilan contoh saat mengikuti penelitian adalah 28 minggu (30.4%), 32 minggu (34%) dan 36 minggu (35.6%). Sebagian besar keluarga (77.6%) termasuk ke dalam kategori tidak miskin.

Sebanyak 52% contoh melahirkan bayi laki-laki dan sisanya 48% melahirkan bayi perempuan dengan rata -rata berat lahir bayi laki-laki lebih besar daripada rata-rata berat lahir bayi perempuan. Rata-rata umur kehamilan dalam penelitian ini adalah 38.4±1.6 minggu. Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa umur kehamilan berhubungan positif nyata dengan berat bayi lahir. Sebagian besar contoh (56.4%) melahirkan dengan bantuan bidan.

Rata-rata indeks IMT contoh sebelum hamil adalah 21.2 ± 2.8 kg/m2. Berdasarkan IMT (IOM 1990), 34.8% contoh memiliki status gizi kurus sebelum hamil dengan rata-rata pertambahan berat badan 11.7 kg dan 57.6% contoh memiliki status gizi normal sebelum hamil dengan rata-rata pertambahan berat


(6)

badan 11.7 kg. Pertambahan berat badan pada contoh dengan status gizi normal sudah ideal, sedangkan pada status gizi kurus masih di bawah standar, yaitu minimal 12.5 kg.

Rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein contoh adalah 86.3% dan 82.4%. Meskipun demikian secara individu masih banyak contoh yangtingkat kecukupan energi dan proteinnya masih di bawah 80%, yaitu sebanyak 30.4% dan 43.6% contoh. Uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan positif nyata antara konsumsi energi protein dengan berat bayi lahir.

Rata-rata berat bayi lahir dalam penelitian ini adalah 3086.4 ± 272.5 gram Faktor-faktor yang berhubungan positif nyata dengan berat bayi lahir dalam penelitian ini adalah berat badan sebelum hamil, status gizi ibu sebelum hamil (IMT), pertambahan berat badan selama hamil, ukuran antropometri yang diukur pada setiap umur kehamilan, serta konsumsi energi dan protein. Meskipun rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh sudah memadai, tetapi secara individu masih banyak contoh yang memiliki tingkat kec ukupan energi dan protein di bawah 80%, yaitu sebanyak 30.4% dan 43.6% contoh. Berdasarkan keanekaragaman pangannya, jumlah konsumsi kacang-kacangan, sayuran, dan buah masih jauh dibawah angka yang dianjurkan.

Model penduga berat bayi lahir yang dibangun berupa regresi non linier dengan bentuk third order polinomial (pangkat tiga). Hasil penelitian menunjukkan dua model penduga berat bayi lahir terbaik adalah berdasarkan lingkar pinggang (R2=28.58%) dan berat badan (R2=28.27%) yang diukur pada umur kehamilan 28 minggu dengan persamaan sebagai berikut : berat bayi lahir = 166.4(lingkar pinggang)3 - 977.6(lingkar pinggang)2 + 1914.7(lingkar pinggang) - 1246.6 dan berat bayi lahir = 14.7(berat badan)3 - 79.4(berat badan)2 + 143.1(berat badan) - 82.5. Model penduga berat bayi lahir dengan kombinasi peubah pada umur kehamilan 28 minggu dapat memberikan nilai keterandalan yang lebih baik (29-36%), terutama dengan seluruh ukuran antropometri yang menghasilkan nilai keterandalan (R2) tertinggi, yaitu 36.35%. Meskipun demikian, model penduga berat bayi lahir dengan 2 peubah (lingkar pinggang dan berat badan) memberikan nilai keterandalan yang relatif sama, yaitu 36.19%.

Model penduga berat bayi lahir dengan 2 peubah (lingkar pinggang dan berat badan) disarankan penggunaannya untuk pemeriksaan klinis. Sedangkan model penduga berat bayi lahir dengan satu peubah (lingkar pinggang atau berat badan) lebih sederhana sehingga disarankan penggunaannya untuk pendugaan berat bayi lahir pada pelayanan gizi masyarakat. Meskipun demikian, model penduga dengan 2 peubah juga dapat digunakan pada pelayanan gizi masyarakat dengan menggunakan tabel dugaan berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang dan berat badan ibu hamil pada kehamilan 28 minggu.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membangun model yang lebih terandalkan dengan mengurangi variasi antar data dan dengan jumlah contoh yang proporsional pada setiap umur kehamilan sehingga hasilnya lebih signifikan. Untuk mengurangi variasi antar data yang diambil dari peubah bebas yang dipilih, maka disarankan untuk melakukan pengelompokan contoh. Misalnya pengelompokkan berdasarkan status gizi sebelum hamil atau jumlah kehamilan dan kelahiran.


(7)

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN

PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL

CHAIRUNITA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2006


(8)

Judul Tesis : Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran Lingkar Pinggang Ibu Hamil

Nama : Chairunita

NRP : A551030071

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Hardinsyah, M.S. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Noto diputro, M.S.


(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai tugas akhir pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada para pembimbing, Dr. Hardinsyah, M.S selaku ketua komisi dan Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku anggota komisi yang tiada henti-hentinya memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh pengertian mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan teima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

Ucap an terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Kotamadya Bogor yang telah memberikan ijin penelitian dan juga kepala Puskesmas di Kecamatan Tanah Sareal, para bidan dan kader yang telah membantu selama pengumpulan data. Kepada teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu dan bekerja sama selama mengikuti pendidikan dan memberi semangat hingga tugas akhir serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga bantuan dan amal baik yang telah diberikan mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta yang selalu memberikan doa, semangat dan bantuan demi keberhasilan penulis. Terima kasih yang tak terhingga juga penulis ucapkan kepada bapak pembimbingku Bapak Alexander yang tak pernah putus dalam memberikan doa restu, dorongan serta arahan dalam menuntut ilmu untuk mencapai apa yang penulis cita-citakan. Kepada suami tercinta Dr. Endang Hilmi, S.Hut., M.S. dan anak tercinta Fadlan yang merupakan sumber inspirasi dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini, kedua adikku Lia dan Nizar serta keluarga besar H. Supandi, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surakarta pada tanggal 13 April 1980 dari ayah Chairuddin Hassan dan ibu Tati Sri Sulartiningsih. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 1999 penulis lulus dari SMU 47 Jakarta dan pada tahun yang sama masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri pada program studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Penulis menyelesaikan program S1 pada tahun 2003. Penulis menjadi asisten pada Klinik Konsultasi Gizi dan Klub Diet G MSK pada tahun 2002 -2003. Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Gizi Masyarakat, Sekolah Pascasarjana IPB. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Epidemiologi Gizi pada program S1. Peneliti juga menjadi asisten peneliti pada beberapa kegiatan penelitian d i Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi IPB.


(11)

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN

PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL

CHAIRUNITA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2006


(12)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

”Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran Lingkar Pinggang

Ibu Hamil”

adalah benar merupakan hasil karya sendiri di bawah bimbingan Dr. Hardinsyah M.S dan Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain dalam tesis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2006


(13)

ABSTRAK

CHAIRUNITA. Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran Lingkar Pinggang Ibu Hamil. Di bawah bimbingan HARDINSYAH dan CESILIA METI DWIRIANI.

Status gizi ibu hamil dapat diukur dengan antropometri yang mudah digunakan dan murah. Lingkar p inggang ibu hamil diduga kuat dapat mencerminkan uterus dan pertumbuhan fetus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun suatu model penduga berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang ibu hamil selama trimester ketiga. Sebanyak 250 orang ibu hamil dipilih secara purposif dari 6 Puskesmas, 15 Posyandu dan 5 klinik bidan praktek swasta di Kecamatan Tanah Sareal, Bogor. Berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan pinggul, lingkar lengan atas, dan tinggi fundus diukur pada umur kehamilan 28, 32 dan 36 minggu. Berat badan sebelum hamil, riwayat kehamilan dan kelahiran, gangguan dan penyakit selama kehamilan, serta konsumsi pangan diperoleh melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan dua model penduga berat bayi lahir terbaik adalah berdasarkan lingkar pinggang (R2=28.58%) dan berat badan (R2=28.27%) pada umur kehamilan 28 minggu dengan persamaan sebagai berikut : berat bayi lahir = 166.4(lingkar pinggang)3 - 977.6(lingkar pinggang)2 + 1914.7(lingkar pinggang) - 1246.6 dan berat bayi lahir = 14.7(berat badan)3 - 79.4(berat badan)2 + 143.1(berat badan) - 82.5. Model penduga berat bayi lahir dengan 2 peubah (lingkar pinggang dan berat badan) memberikan nilai keterandalan yang lebih tinggi, yaitu 36.19%. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar pinggang dan berat badan ibu hamil dapat digunakan sebagai penduga berat bayi lahir dan pertumbuhan fetus yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran antropometri lainnya.


(14)

ABSTRACT

CHAIRUNITA. Estimation Model of Birthweight Based on Waist Circumference. Under the direction of HARDINSYAH and CESILIA METI DWIRIANI.

Nutritional status of pregnant women can be measured by anthropometry which is simple and non expensive. Waist circumference of pregnant women (WCP) may reflects uterus dan fetus growth. The objective of this study is to develop an estimation model of birthweight based on WCP during the third trimester. For this purpose 250 pregnant women were selected from six health centers and five midwife clinics of Tanah Sareal, Bogor. Body height and weight, waist and hip circumferences, mid -upper arm circumference, fundal height were measured on 28th, 32nd , and 36th week of gestation. Body weight prior to pregnancy, history of preg nancy and birth , symptoms and diseases, and food consumption was collected through an interview. The results show the two most appropriate estimation models of birthweight are based on WCP (R2=28.58%) and body weight (R2=28.27%) on 28 week of gestation, with the equations are : birthweight = 166.4(WCP)3 - 977.6(WCP)2 + 1914.7(WCP) - 1246.6 and birthweight = 14.7(body weight)3 - 79.4(body weight)2 + 143.1(body weight) - 82.5. This implies that the WCP and body weight can be used as a simple predictor of birthweight and of fetus growth.


(15)

RINGKASAN

Status gizi ibu hamil dapat diukur dengan antropometri yang mudah digunakan dan murah. Lingkar pinggang ibu hamil diduga kuat dapat mencerminkan uterus dan pertumbuhan fetus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) mempelajari karakteristik ibu hamil trimester ketiga di lokasi penelitian, (2) menganalisis status gizi ibu sebelum hamil dengan pertambahan berat badan selama kehamilan (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir, (4) menentukan model penduga berat bay i lahir dari berbagai parameter antropometri terutama lingkar pinggang.

Penelitian ini menggunakan desain cohort prospektif dan cross sectional. Contoh diikuti perubahan ukuran -ukuran tubuhnya (antropometri) setiap bulan sesuai dengan umur kehamilan pada trimester 3. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu hamil mulai usia 28 minggu ke atas yang mengunjungi 6 Puskesmas , 15 Posyandu dan 5 klinik bidan praktek swasta di Kecamatan Tanah Sareal. Dari penelitian ini diperoleh contoh sebanyak 76 orang dengan umur kehamilan 28 minggu, 85 orang dengan umur kehamilan 32 minggu dan 89 orang dengan umur kehamilan 36 minggu. Total jumlah contoh adalah 250 orang.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah karakteristik contoh dan keluarga, riwayat kehamilan dan kelahiran , gangguan dan penyakit selama kehamilan, perubahan selera makan dan pantangan makan, konsumsi pangan serta ukuran antropometri contoh dan bayi baru lahir. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan keadaan umum lokasi penelitian. Data antropometri bayi adalah berat lahir yang diukur maksimal pada 1x24 jam setelah kelahiran. Pola konsumsi pangan selama 1 bulan merupakan data semi kuantitatif yang dikumpulkan melalui wawancara menggunakan semiquantitative food frequency questionnaires (FFQ) yang diukur pada trimester 3. Untuk mengetahui adanya hubungan antar peubah digunakan software SPSS versi 13. Data konsumsi pangan diolah dengan menggunakan program Excel. Untuk membangun model penduga berat bayi lahir digunakan software Datafit versi 7.1. Pemilihan model penduga terbaik ditentukan berdasarkan kriteria nilai sisaan baku memiliki nilai homogen, koefisien determinasi (R2) terbesar dan nilai standar deviasi (S) terkecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (91.2%) adalah ibu rumah tangga, 48% contoh berusia 19-25 tahun dan 37% berpendidikan SD. Umur kehamilan contoh saat mengikuti penelitian adalah 28 minggu (30.4%), 32 minggu (34%) dan 36 minggu (35.6%). Sebagian besar keluarga (77.6%) termasuk ke dalam kategori tidak miskin.

Sebanyak 52% contoh melahirkan bayi laki-laki dan sisanya 48% melahirkan bayi perempuan dengan rata -rata berat lahir bayi laki-laki lebih besar daripada rata-rata berat lahir bayi perempuan. Rata-rata umur kehamilan dalam penelitian ini adalah 38.4±1.6 minggu. Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa umur kehamilan berhubungan positif nyata dengan berat bayi lahir. Sebagian besar contoh (56.4%) melahirkan dengan bantuan bidan.

Rata-rata indeks IMT contoh sebelum hamil adalah 21.2 ± 2.8 kg/m2. Berdasarkan IMT (IOM 1990), 34.8% contoh memiliki status gizi kurus sebelum hamil dengan rata-rata pertambahan berat badan 11.7 kg dan 57.6% contoh memiliki status gizi normal sebelum hamil dengan rata-rata pertambahan berat


(16)

badan 11.7 kg. Pertambahan berat badan pada contoh dengan status gizi normal sudah ideal, sedangkan pada status gizi kurus masih di bawah standar, yaitu minimal 12.5 kg.

Rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein contoh adalah 86.3% dan 82.4%. Meskipun demikian secara individu masih banyak contoh yangtingkat kecukupan energi dan proteinnya masih di bawah 80%, yaitu sebanyak 30.4% dan 43.6% contoh. Uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan positif nyata antara konsumsi energi protein dengan berat bayi lahir.

Rata-rata berat bayi lahir dalam penelitian ini adalah 3086.4 ± 272.5 gram Faktor-faktor yang berhubungan positif nyata dengan berat bayi lahir dalam penelitian ini adalah berat badan sebelum hamil, status gizi ibu sebelum hamil (IMT), pertambahan berat badan selama hamil, ukuran antropometri yang diukur pada setiap umur kehamilan, serta konsumsi energi dan protein. Meskipun rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh sudah memadai, tetapi secara individu masih banyak contoh yang memiliki tingkat kec ukupan energi dan protein di bawah 80%, yaitu sebanyak 30.4% dan 43.6% contoh. Berdasarkan keanekaragaman pangannya, jumlah konsumsi kacang-kacangan, sayuran, dan buah masih jauh dibawah angka yang dianjurkan.

Model penduga berat bayi lahir yang dibangun berupa regresi non linier dengan bentuk third order polinomial (pangkat tiga). Hasil penelitian menunjukkan dua model penduga berat bayi lahir terbaik adalah berdasarkan lingkar pinggang (R2=28.58%) dan berat badan (R2=28.27%) yang diukur pada umur kehamilan 28 minggu dengan persamaan sebagai berikut : berat bayi lahir = 166.4(lingkar pinggang)3 - 977.6(lingkar pinggang)2 + 1914.7(lingkar pinggang) - 1246.6 dan berat bayi lahir = 14.7(berat badan)3 - 79.4(berat badan)2 + 143.1(berat badan) - 82.5. Model penduga berat bayi lahir dengan kombinasi peubah pada umur kehamilan 28 minggu dapat memberikan nilai keterandalan yang lebih baik (29-36%), terutama dengan seluruh ukuran antropometri yang menghasilkan nilai keterandalan (R2) tertinggi, yaitu 36.35%. Meskipun demikian, model penduga berat bayi lahir dengan 2 peubah (lingkar pinggang dan berat badan) memberikan nilai keterandalan yang relatif sama, yaitu 36.19%.

Model penduga berat bayi lahir dengan 2 peubah (lingkar pinggang dan berat badan) disarankan penggunaannya untuk pemeriksaan klinis. Sedangkan model penduga berat bayi lahir dengan satu peubah (lingkar pinggang atau berat badan) lebih sederhana sehingga disarankan penggunaannya untuk pendugaan berat bayi lahir pada pelayanan gizi masyarakat. Meskipun demikian, model penduga dengan 2 peubah juga dapat digunakan pada pelayanan gizi masyarakat dengan menggunakan tabel dugaan berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang dan berat badan ibu hamil pada kehamilan 28 minggu.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membangun model yang lebih terandalkan dengan mengurangi variasi antar data dan dengan jumlah contoh yang proporsional pada setiap umur kehamilan sehingga hasilnya lebih signifikan. Untuk mengurangi variasi antar data yang diambil dari peubah bebas yang dipilih, maka disarankan untuk melakukan pengelompokan contoh. Misalnya pengelompokkan berdasarkan status gizi sebelum hamil atau jumlah kehamilan dan kelahiran.


(17)

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN

PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL

CHAIRUNITA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2006


(18)

Judul Tesis : Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran Lingkar Pinggang Ibu Hamil

Nama : Chairunita

NRP : A551030071

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Hardinsyah, M.S. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Noto diputro, M.S.


(19)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai tugas akhir pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada para pembimbing, Dr. Hardinsyah, M.S selaku ketua komisi dan Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku anggota komisi yang tiada henti-hentinya memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh pengertian mulai dari penyusunan proposal hingga penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan teima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

Ucap an terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Kotamadya Bogor yang telah memberikan ijin penelitian dan juga kepala Puskesmas di Kecamatan Tanah Sareal, para bidan dan kader yang telah membantu selama pengumpulan data. Kepada teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu dan bekerja sama selama mengikuti pendidikan dan memberi semangat hingga tugas akhir serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga bantuan dan amal baik yang telah diberikan mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta yang selalu memberikan doa, semangat dan bantuan demi keberhasilan penulis. Terima kasih yang tak terhingga juga penulis ucapkan kepada bapak pembimbingku Bapak Alexander yang tak pernah putus dalam memberikan doa restu, dorongan serta arahan dalam menuntut ilmu untuk mencapai apa yang penulis cita-citakan. Kepada suami tercinta Dr. Endang Hilmi, S.Hut., M.S. dan anak tercinta Fadlan yang merupakan sumber inspirasi dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini, kedua adikku Lia dan Nizar serta keluarga besar H. Supandi, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis


(20)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surakarta pada tanggal 13 April 1980 dari ayah Chairuddin Hassan dan ibu Tati Sri Sulartiningsih. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 1999 penulis lulus dari SMU 47 Jakarta dan pada tahun yang sama masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri pada program studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Penulis menyelesaikan program S1 pada tahun 2003. Penulis menjadi asisten pada Klinik Konsultasi Gizi dan Klub Diet G MSK pada tahun 2002 -2003. Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Gizi Masyarakat, Sekolah Pascasarjana IPB. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Epidemiologi Gizi pada program S1. Peneliti juga menjadi asisten peneliti pada beberapa kegiatan penelitian d i Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi IPB.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iv

PENDAHULUAN... Latar Belakang ... 1

Tujuan dan Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kehamilan dan Pertambahan Berat Bayi Lahir... 4

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir ... 6

Jumlah kehamilan dan Paritas ... 9

Umur Kehamilan ... 10

Gangguan Selama Kehamilan ... 10

Ukuran Antropometri Ibu Hamil dalam Kaitannya dengan Berat Bayi Lahir... 11

Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Berat Bayi Lahir ... 17

Konsumsi Pangan dan Gizi Ibu Hamil ... 19

Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Ibu Hamil ... 20

Kebiasaan Makan Ibu Hamil... 21

Gizi Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir ... 21

Status Gizi Bayi dan Pengukurannya ... 22

Besar Keluarga... 22

Pendapatan Keluarga ... 23

Modeling dan Aplikasinya ... 24

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 28

METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

Alat dan Bahan ... 31

Desain dan Cara Pengambilan Contoh... 31

Prosedur Penelitian ... 32


(22)

Definisi Operasional... 36 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 38 Karakteristik Contoh ... 38 Karakteristik Keluarga ... 40 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran ... 41 Gangguan Selama Kehamilan ... 42 Penyakit... 43 Karakteristik Bayi dan Penolong Persalinan ... 44 Umur Kehamilan ... 46 Ukuran Antropometri... 47 Status Gizi Sebelum Hamil dan Pertambahan Berat Badan... 51 Perubahan Selera Makan ... 53 Pantangan Makan ... 54 Konsumsi Pangan ... 54 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Berat Bayi Lahir... 58 Model Penduga Berat Bayi Lahir ... 62

SIMPULAN DAN SARAN ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN ... 79


(23)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Panjang dan berat janin menurut umur... 4 2. Pertambahan berat badan ibu hamil per trimester ... 6 3. Distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada kehamilan

minggu... 7 4. Pertambahan berat badan berdasarkan BMI sebelum hamil ... 9 5. Usia Kehamilan dan Tinggi Fundus ... 13 6. Rata-rata Tinggi dan Berat Badan Sebelum Hamil pada Wanita ... 14 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Janin dalam

Kandungan ... 17 8. Peubah dan cara pengukuran ... 32 9. Pengolahan data dan skala pengukuran ... 35 10. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh dan keluarga... 39 11. Riwayat kehamilan dan kelahiran contoh... 41 12. Penyakit yang pernah diderita selama hamil ... 44 13. Sebaran contoh berdasarkan pertolongan pada saat sakit ... 44 14. Sebaran bayi baru lahir berdasarkan jenis kelamin dan berat lahir ... 44 15. Rata-rata ukuran antropometri contoh pada setiap umur kehamilan ... 47 16. Taksiran berat badan janin berdasarkan rumus Johnson-Toshack... 47 17. Sebaran contoh berdasarkan LLA dan berat bayi lahir ... 48 18. Rata-rata ukuran antropometri cohort selama trimester 3 ... 50 19. Sebaran contoh berdasarkan IMT (Depkes 1994) dan pertambahan

berat badan ... 51 20. Sebaran contoh berdasarkan IMT (IOM 1990) dan pertambahan

berat badan ... 52 21. Sebaran contoh berdasarkan perubahan selera makan ... 53 22. Sebaran contoh berdasarkan makanan pantangan dan alasannya... 54 23. Rata-rata konsumsi dan kecukupan energi dan protein contoh... 56 24. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein... 56 25. Sebaran contoh berdasarkan kelompok pangan yang dikonsumsi... 57 26. Tingkat konsumsi pangan contoh berdasarkan anjuran ... 58 27. Koefisien korelasi antara ukuran antropometri dengan berat bayi lahir .. 61


(24)

28. Model penduga berat bayi lahir berdasarkan ukuran antropometri ... 63 29. Model penduga berat bayi lahir berdasarkan ukuran antropometri cohort 65 30. Model penduga berat bayi lahir berdasarkan kombinasi ukuran

Antropometri ... 66


(25)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka pemikiran penyusunan model penduga berat bayi lahir ... 30 2. Sebaran contoh berdasarkan gangguan selama kehamilan ... 42 3. Sebaran contoh berdasarkan penolong persalinan ... 45 4. Rata-rata berat bayi lahir berdasarkan tinggi badan contoh... 49 5. Rata-rata berat bayi lahir berdasarkan status gizi sebelum hamil ... 59 6. Rata-rata berat bayi lahir berdasarkan pertambahan berat badan ... 60


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Dugaan berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang minggu ke-28 .... 79 2. Dugaan berat bayi lahir berdasarkan berat badan minggu ke-28 ... 80 3. Dugaan berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang dan berat

Badan minggu ke-28 ... 81 4. Hasil uji regresi stepwise antara berat bayi lahir dengan antropometri ... 84


(27)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor penting demi terciptanya kemajuan suatu bangsa. Sumberdaya manusia yang sehat dan tangguh akan mampu melakukan banyak hal dan menciptakan berbagai karya. Jika yang terjadi sebaliknya, maka sumberdaya manusia tersebut hanya akan menjadi beban bangsa dan dalam jangka panjang akan terjadi ”lost generation”. Artinya masa depan bangsa tergantung pada generasi muda yang akan datang. Karena itu, selayaknya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak masa dalam kandungan.

Masa kehamilan adalah periode yang sangat menentukan kualitas sumberdaya manusia. Tumbuh kembang seorang anak sangat ditentukan oleh kondisinya selama dalam kandungan. Oleh karena itu, status kesehatan dan gizi ibu selama hamil sangat penting diperhatikan. Ibu hamil yang sehat dengan asupan gizi yang baik tentunya akan menghasilkan bayi yang sehat. Sebuah penelitian di Bogor menunjukkan bahwa status gizi dan pertumbuhan linier pada bayi lebih dipengaruhi oleh lingkungan prenatal dari pada faktor-faktor postnatal (Schmidt, Muslimatun, West, Schultink, Gross dan Hautvast 2002). Rendahnya status gizi ibu selama kehamilan dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif. Antara lain, tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Selain itu, ibu beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Angka BBLR di negara berkembang empat kali lebih besar dibandingkan negara-negara maju. Selama tahun 1990-2000 berbagai sumber menunjukkan proporsi BBLR berkisar 2 – 17%. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari total penduduk, maka diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi akan lahir dengan berat lahir yang rendah (Depkes 2003). Lebih dari 9 juta bayi baru lahir meninggal setiap tahun, 98% terjadi di negara berkembang. Umumnya penyebab langsung adalah infeksi, kelahiran kurang bulan (pretermbirth), dan asphiksia. Penyebab tidak langsung yang juga penting adalah bayi dengan berat lahir rendah (IUGR) dan hipotermia (Costello & Osrin 2003).


(28)

2

Berat bayi lahir menjadi perhatian penting karena berpengaruh terhadap perkembangan bayi selanjutnya. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) yang disebabkan oleh IUGR mempunyai peluang meninggal sebelum berumur satu tahun 10-20 kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat lahir cukup (Chase 1973). Semakin rendah berat bayi lahir semakin tinggi risiko kematian perinatal. Selain tingginya risiko kematian perinatal, berat bayi lahir juga berhubungan dengan angka kesakitan. Bayi BBLR lebih rentan terkena diare dan pneumonia dalam waktu beberapa bulan setelah dilahirkan (Ashworth 1998). Bayi dengan masalah gizi tidak akan mampu mencapai potensinya dengan maksimal. Bayi BBLR menunjukkan kemampuan kecerdasan yang kurang dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal (Costello & Osrin 2003).

Berat bayi lahir sangat penting dalam pertumbuhan dan pertahanan tubuh bayi. Diperkirakan bayi-bayi normal di negara berkembang memiliki angka kematian 2/1000 kelahiran dan bayi BBLR memiliki angka kematian 86/1000 kelahiran (Wynn et al. 1991).

Berat bayi lahir dapat diduga berdasarkan penilaian status gizi ibu selama hamil. Penilaian status gizi ibu hamil meliputi berbagai aspek yang saling melengkapi, seperti antropometri, pemeriksaan adanya gejala klinis akibat defisiensi zat gizi dan uji laboratorium. Secara antropometri, ukuran tubuh yang biasa digunakan adalah berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit, dan lingkar lengan atas (Ziegler & Filer 1996).

Telah banyak metode dikembangkan untuk menduga berat bayi lahir. Pressman et al. (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa sonogram dapat menduga berat badan bayi lahir pada minggu ke-34 sampai minggu ke-37 dengan lebih akurat dibandingkan pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Brown et al. (1996) berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa rasio lingkar pinggang dan lingkar p inggul ibu sebelum hamil dapat menduga berat bayi lahir. Peningkatan 0.1 unit rasio lingkar pinggang dan pinggul menduga berat bayi lahir 120 gram lebih besar, 0.2 inci lebih panjang dan 0.3 cm lebih besar lingkar kepalanya.

Cara yang cukup akurat dilakukan dalam menduga berat bayi lahir adalah dengan menggunakan ultrasonografi yang memerlukan peralatan khusus dan


(29)

3

biaya yang relatif besar. Wang (2003) merekomendasik an pengukuran lingkar pinggang sebagai bagian dari pengukuran antropometri karena mudah dilakukan, murah dan dapat diandalkan. Cara yang relatif mudah untuk dapat menduga berat bayi lahir sampai saat ini belum dikembangkan. Perubahan pada abdomen terjadi karena uterus dan fetus membesar sehingga dinding abdomen harus terdorong keluar untuk menampung penambahan ukuran uterus dan fetus (Hamilton 1995). Karena itu, lingkar pinggang diduga kuat dapat mencerminkan ukuran fetus.

Penulis tertarik untuk mengembangkan cara sederhana untuk menduga berat bayi lahir dengan menggunakan lingkar pinggang ibu hamil. Dengan demikian diharapkan setiap orang dapat dengan mudah menduga berat bayi yang akan dilahirkan dan bila perlu dapat melakukan berbagai tindakan perbaikan dini jika terjadi indikasi berat bayi lahir rendah.

Pertanyaan utama yang akan dijawab pada penelitian ini adalah apakah lingkar pinggang ibu hamil dapat digunakan sebagai penduga berat bayi lahir. Jika ya, bagaimana aplikasinya pada trimester ketiga.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membangun model penduga berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang ibu hamil. Untuk mencapai tujuan utama tersebut diperlukan beberapa tujuan khusus yaitu :

1. Mempelajari karakteristik ibu hamil trimester ketiga di lokasi penelitian. 2. Menganalisis status gizi ibu sebelum hamil dengan pertambahan berat badan

selama kehamilan.

3. Menentukan dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir.

4. Menentukan model penduga berat bayi lahir terbaik dari berbagai ukuran antropometri terutama lingkar pinggang.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pemeliharaan kesehatan dan gizi ibu hamil. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi para praktisi di bidang kesehatan ibu hamil. Bagi ibu hamil, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memantau status gizinya dan menduga berat bayi lahir.


(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan dan Pertambahan Berat Bayi Lahir

Kehamilan melalui proses konsepsi yaitu pertemuan sel telur dengan sel mani; nidasi yaitu, menempelnya hasil konsepsi di dalam ruang rahim, tempat janin akan tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan tingkat pertumbuhan janin dalam kandungan, berbagai nama diberikan; dari umur 0-2 minggu setelah konsepsi disebut ovum, umur 3-5 minggu disebut embrio, umur di atas 5 minggu disebut fetus (janin) yang sudah mempunyai bentuk manusia (Obsgin FK Unpad 1983).

Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai kelahiran kurang lebih 280 hari (40 minggu) dan tidak leb ih dari 300 hari (43 minggu), dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan mature atau aterm (lahir cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu maka kehamilan disebut kehamilan postmature. Kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan preterm atau lahir kurang bulan (Husaini 1990).

Dalam praktik sehari-hari, umur kehamilan dihitung dari haid terakhir dalam hitungan bulan (setiap bulan dihitung empat minggu) sehingga kehamilan 3 bulan sama dengan kehamilan 12 minggu. Sebagai gambaran ditampilkan pertumbuhan janin pada akhir tiap -tiap bulan berdasarkan panjang (cm) dan berat janin (gram) pada Tab el 1.

Tabel 1. P anjang dan berat janin menurut umur

Umur (bulan) Panjang (cm) Berat (g) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

12 = 1 22 = 4 32 = 9 42 = 16 52 = 25 6 x 5 = 30 7 x 5 = 35 8 x 5 = 40 9 x 5 = 45 10 x 5 = 50

- 1,1 14,2 108 316 630 1045 1680 2478 3405 Sumber : Obsgin FK Unpad, 1983

Masa kehamilan dibagi dalam tiga tahap umur kehamilan, yaitu trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Trimester pertama merupakan masa penyesuaian ibu terhadap kehamilannya. Pertumbuhan janin masih


(31)

5

berlangsung lambat sehin gga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan janin juga belum begitu besar. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan gizi ibu hamil pada tahap ini masih sama dengan kebutuhan gizi wanita dewasa dalam mempertahankan kesehatannya. Pada tahap ini terjadi penurunan selera makan yang diakib atkan perubahan hormonal dan fak tor emosi.

Pada trimester kedua, pertumbuhan janin berlangsung cepat, separuh pertambahan berat badan ibu selama kehamilan terjadi pada masa ini. Selera makan menjadi normal kembali bahkan semakin meningkat. Kemampuan mencerna pada tahap ini semakin baik. Akibat yang mungkin ditimbulkan karena kekurangan gizi pada tahap ini adalah bobot bayi lahir di bawah normal. Husaini dan Husaini (1986) dalam penelitiannya di Bogor mendapatkan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar 4 kg.

Pada trimester ketiga pertumbuhan bayi tidak secepat tahap sebelumnya. Namun kekurangan gizi pada tahap ini menyebabkan bayi lahir kecil, kurang sehat dan ibu lemah sehingga tidak mampu melaksan akan persalinan dengan sempurna. Rata-rata pertambahan berat badan yang dicapai pada akhir trimester ketiga pada penelitian di Bogor didapatkan seb esar 3.8 kg (Husaini & Husaini 1986).

Sebelum 1961 istilah premature baby digunakan sebagai sebutan bagi semua bayi yang lahir <2500 gram. Sejak 1961 WHO mengganti istilah tersebut dengan Low Birth Weight baby (LBW). Hal ini karena tidak semua bayi dengan berat <2500 gram pada waktu lahir adalah premature baby. Dengan demikian, bayi dengan berat <2500 gram dapat dibedakan menurut umur kehamilan. Prematuritas murni yaitu bayi yang dilahirkan kurang bulan tetapi memiliki berat badan yang sesuai dengan umur kehamilan. Sedangkan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang dilahirkan cukup bulan tetapi memiliki berat badan <2500 gram (Prawirohardjo 1996).

Bayi dengan berat lahir 2000 sampai 2499 gram memiliki risiko kematian perinatal sebesar empat kali lipat dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dengan berat 2500-2999 gram, dan sepuluh kali lipat dibandingkan dengan mereka yang lahir dengan berat 3000-3499 gram (Ashworth 1998). Jika bayi BBLR bertahan, mereka memiliki angka kesakitan yang lebih besar dan


(32)

6

perkembangan syaraf yang kurang baik (pengelihatan lemah, penurunan pencapaian prestasi, tuli, dan autisme). Kerusakan pada sistem syaraf meningkat sejalan dengan turunnya berat lahir (Hackey Hospital 1991).

Identifikasi faktor risiko dilakukan melalui pengkajian terhadap riwayat kehamilan sebelumnya seperti kesulitan dalam kehamilan dan persalinan. Pemeriksaan fisik yang penting selama kehamilan meliputi : pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas (LLA). Bila didapatkan hasil tinggi badan kurang dari 145 cm atau LLA kurang dari 23.5 cm yang berarti ibu berisiko menderita kekurangan energi kronis yang dapat berpengaruh terhadap kehamilan (Depkes 2001).

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir

Berat badan ibu sebelum hamil, status gizi, dan pertambahan berat badan selama hamil merupakan indikator berat bayi lahir (Kramer 1987). WHO merekomendasikan pertambahan berat badan wanita hamil di negara-negara berkembang minimal 1 kg per bulan selama trimester kedua dan ketiga (ACC/SCN 2000). Pertambahan berat badan ibu hamil yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko retardasi pertumbuhan uterus (IUGR) dan kematian perinatal, sedangkan pertambahan berat badan yang tinggi dihubungkan dengan berat bayi lahir yang tinggi (Ziegler & Filer 1996).

Waktu pertambahan berat badan selama hamil juga penting diperhatikan. Banyak peneliti berpendapat bahwa pertambahan berat badan pada trimester kedua dan ketiga lebih penting untuk memastikan pertumbuhan fetus dibandingkan pertambahan berat badan pada trimester pertama (ACC/SCN 2000).

Tabel 2. Pertambahan berat badan ibu hamil per trimester

Trimester Pertambahan berat badan (kg) I

II III

<1 3 6

Sumber : Pudjiadi, 1990

Pudjiadi (1990) menyatakan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil mula-mula agak lambat pada trimester pertama, meningkat pada trimester kedua, setelah itu meningkat pesat pada trimester ketiga. Trimester ketiga adalah masa


(33)

7

yang paling kritis karena pertambahan berat badan ibu dan pertumbuhan janin paling cepat (Tabel 2). Kalau pada saat ini kebutuhan gizi tidak terpenuhi, pertambahan berat -badan ibu hamil kurang baik dan diikuti dengan bayi lahir dengan BBLR serta kurang gizi.

Pada trimester pertama pertambahan berat badan tidak lebih dari 1 kg, pada trimester kedua kurang lebih 3 kg, dan pada trimester ketiga sekitar 6 kg. Pada trimester kedua sekitar 50% dan pada trimester ketiga sekitar 90% dari pertambahan berat badan ibu hamil merupakan komponen pertambahan janin, ari-ari dan bertambahny a air ketuban (Pudjiadi 1990). Husaini dan Husaini (1986) pada penelitiannya di Bogor mendapatkan rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester pertama sebesar 1,0 kg.

Suhardjo (1989) menyatakan bahwa masa pertumbuhan yang paling cepat dalam siklus kehidupan manusia adalah pada masa kanak-kanak, terlebih pada waktu masih dalam kandungan (janin). Untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang cepat ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang besar pada tubuh ibu yang mengandungnya. Dalam kondisi normal, berat ibu hamil bertambah dengan kira-kira 20% selama masa mengandung. Di berbagai negara maju, ibu-ibu hamil yang sehat selama masa hamil rata-rata berat badannya bertambah sebanyak 12.5 kg. Pertambahan berat ini terdiri dari bagian-bagian sebagaimana tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada k ehamilan 40 minggu

Distribusi pertambahan berat badan Berat (g) Fetus

Plasenta Volume darah Uterus dan Payudara Cairan Amniotik

Simpanan lemak & cairan retensi lainnya

3000-3500 650 1300 1300 800 4200-6000 Total 11.550-13.550

Sumber : Watson & Wall, 2002.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil adalah sebagai berikut : (a) berat badan ibu sebelum hamil, pertambahan berat badan ibu hamil optimal kira-kira 20% dari berat badan sebelum hamil; (b) masukan gizi selama hamil, makin baik masukan gizi makin baik pertambahan


(34)

8

berat badan ibu hamil; (c) penyakit -penyakit kronis yang diderita ibu hamil, bila ibu hamil menderita penyakit kronis seperti tuberculosis, cacingan, dan lain -lain, walaupun masukan gizi cukup baik, pertambahan berat badan ibu hamil tidak seperti ibu hamil yang sehat; (d) sirkulasi antara rahim dengan ari-ari, bila sirkulasi ini terganggu akan menyebabkan pertumbuhan janin terganggu, secara tidak langsung juga mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil (Kardjati 1985; Hakimi 1990).

Tafari (1981) menjelaskan hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama hamil dengan pertambahan berat janin. Sampai dengan usia kehamilan 30 minggu sebanyak 44% pertambahan berat ibu diperuntukkan bagi kepentingan ibu (pembentukan plasenta, p embesaran payudara dan uterus, dan cairan ketuban) dan hanya 18% diperuntukkan bagi pertumbuhan janin. Selanjutnya hampir seluruh pertambahan berat badan ibu pada usia kehamilan 30 minggu sampai dengan 40 minggu diperuntukkan bagi pertumbuhan janin.

Ada hubungan yang sangat erat antara kecukupan gizi ibu selama hamil dengan pertambahan berat badan ibu hamil, gizi bayi dan berat bayi yang dilahirkan. Makin besar pertambahan berat badan ibu, makin besar berat badan bayi yang dilahirkan. Korelasi ini hanya tampak nyata pada ibu hamil yang berbadan kurus dan korelasi menjadi kurang nyata pada ibu hamil yang lebih gemuk. Pada ibu yang gemuk, tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir. Hal ini barangkali karena pada ibu yan g gemuk, janin mendapatkan cukup zat-zat gizi dari simpanan di dalam badan ibu, sedangkan dari ibu yang kurus, janin lebih tergantung dari zat-zat gizi yang dikonsumsi ibu selama hamil (Husaini 1985).

National Academy of Scienses (1970) menganjurkan pertambahan berat badan sekitar 9-11.3 kg. Pada tahun 1983 usu lan ini diubah menjadi 10-12.2 kg, dan tahun 1990 bersama dengan Institue of Medicine angka tersebut diperbaiki 11.3-15.9 kg (bagi wanita yang berat terhadap tinggi badannya normal).

Laju pertambahan berat badan selama hamil merupakan petunjuk sama pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri. Karena itu disarankan untuk mematok besaran pertambahan berat badan sampai kehamilan berakhir sekaligus memantau prosesnya untuk kemudian dicatat dalam KMS Ibu Hamil. Selama


(35)

9

trimester pertama, kisaran pertambahan berat badan sebaiknya 1-2 kg (350-400 g/mg); sementara trimester kedua dan ketiga sekitar 0.34 -0.50 kg tiap minggu. Pertambahan yang berlebihan setelah minggu ke-20 menyiratkan terjadinya retensi air, sekaligus bertalian dengan janin besar dan risiko penyulit Disproporsi Kepala-Pinggul (DKP). Retensi berlebihan juga merupakan tanda awal preeklamsi. Sebaliknya, pertambahan berat <1 kg selama trimester kedua, apalagi trimester ketiga, jelas tidak cukup, dan sekaligus meninggikan risiko kelahiran berat badan rendah, peemunduran pertumbuhan dalam janin, serta kematian perinatal (Arisman 2002).

Tabel 4. Pertambahan berat badan berdasarkan IMT sebelum h amil

Nilai BMI (kg/m2) Pertambahan Berat Badan (kg) Kurang ( < 19,8)

Normal (19.8 - 26) Lebih (26.1 – 29.0) Obes ( > 29.0)

12.5 - 18 11.5 - 16 7.0 – 11.5

6 .0

Sumber : IOM (1990)

Namun demikian, masih ada pengecualian dalam penggunaan patokan umum di atas, karena pada hakikatnya tujuan pertambahan berat kumulatif itu didasarkan pada berat dan tinggi badan ibu sebelum hamil. Meskipun begitu, pertambahan berat badan kumulatif wanita pendek (150 cm) cukup sekitar 8.8 -13.6 kg. Mereka yang hamil kembar dibatasi sekitar 15.44 – 20.4 kg. Bagi mereka dengan berat berlebih, pertambahan berat diperlambat sampai 0.3 kg/minggu (Arisman 2002).

Jumlah Kehamilan dan Paritas

Jumlah kehamilan, paritas, dan umur ibu umumnya saling berkaitan sebagai faktor resiko pertumbuhan dan perkembangan anak. Landers (1984) dalam Satoto (1990) menemukan bahwa sampai dengan kehamilan ketiga, jumlah kehamilan berhubungan dengan berat bayi lahir rendah. Sedangkan setelah kehamilan ketiga, hubungan tersebut tidak lagi nyata. Mata dan Wyat (1971) dalam Satoto (1990) menganalisis bahwa paritas pada umumnya menggambarkan jarak dua kehamilan, yang manifestasinya nyata pada persediaan energi dan zat


(36)

10

gizi ibu dan kemampuan ibu untuk memelihara kehamilan dan memberikan ASI setelah kelahiran anak.

Depkes RI (1990) menyatakan faktor-faktor resiko kehamilan diantaranya adalah ibu hamil dengan paritas tinggi , yaitu ibu yang melahirkan 5 kali atau lebih yang mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami pendarahan. Hasil penelitian Sutaryanto (2002) menunjukkan bahwa 36.4% contoh merupakan kehamilan yang berisiko dengan rata-rata jumlah kelahiran 3.89 kali.

Umur Kehamilan

Cunningham et al. (1995) menyatakan suatu kelahiran yang tidak tepat waktu (<260 hari atau 37 minggu) merupakan salah satu dari risiko kesehatan bagi manusia. Sebagian besar orang yang dilembagakan secara permanen adalah mereka yang terganggu mental atau fisiknya karena lahir kurang bulan. Hal ini mungkin berkaitan dengan kematangan fetus. Bayi yang lahir cukup bulan berarti semua fungsi organ sudah berfungsi dengan baik sehingga memiliki risiko kesehatan yang rendah. Depkes RI (1990) menyatakan bahwa bayi yang lahir secara prematur punya risiko kematian lebih tinggi yang sering terjadi pada ibu muda < 20 tahun, hamil ganda, hipertensi dan penyakit ginjal.

Gangguan Selama Kehamilan

Beberapa wanita yang menyatakan dirinya hamil menggambarkan perasaan letih, pusing dan bahkan sakit kepala yang umum terjadi selama bulan pertama kehamilan. Gejala ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya hormon progesteron. Tanda-tanda tersebut juga mungkin dis ebabkan oleh depresi mental (Hamilton 1995).

Lebih dari separuh wanita hamil menderita mual dan muntah. Kondisi ini lebih umum pada kehamilan pertama dibandingkan kehamilan berikutnya. Hal ini merupakan gejala dini. Kadang -kadang timbul segera dalam dua minggu setelah terlambatnya mesntruasi yang semestinya, dan keadaan ini berlangsung sampai minggu ke-12 dan ke-14. istilah morning sickness sebenarnya tidak tepat karena hampir seluruh wanita hamil mengalami hal ini pada saat kapanpun, tidak hanya pagi hari. Pada wanita normal, muntah pada awal kehamilan biasanya tidak


(37)

11

menimbulkan gangguan metabolisme dan sedikit gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Mual datang dengan cepat dan setelah muntah biasanya akan merasa lebih enak selama beberapa waktu (Chamberlain & Dewhurst 1994).

Rasa mual dan muntah adalah tanda-tanda baik kehamilan. Perasaan mual yang tidak berat biasanya dapat diatasi dengan memberikan ketenangan dan mengatur makanan. Pemberian makanan dengan cara sedikit demi sedikit tetapi sering dapat membantu mencegah dehidrasi dan hipoglikemia (Rayburn & Carey 2001).

Ukuran Antropometri Ibu Hamil dalam Kaitannya dengan Berat Bayi Lahir As’ad (2002) menyebutkan bahwa indikator untuk status gizi secara antropometri pada ibu hamil yaitu berat badan dan lingkar lengan atas. Rata-rata berat badan yang diperoleh oleh primigravida sehat yang makan tanpa batasan adalah 12.5 kg. Berat badan perolehan ini menunjukkan dua komponen utama, yaitu:

a. Produk konsepsi : fetus, cairan amniotik dan plasenta

b. Tambahan jaringan maternal : ekspansi darah dan cairan ekstraseluler, pembesaran uterus dan payudara, serta jaringan lemak.

Berat badan rendah dikaitkan dengan meningkatnya risiko IUGR dan mortalitas perinatal. Berat badan yang besar dikaitkan dengan bayi lahir dengan berat badan yang besar, utamanya berkaitan dengan risiko peningkatan komplikasi yang berhubungan dengan disproporsi kepala pinggul (DKP), yaitu ketidaksesuaian antara ukuran kepala bayi dengan ukuran pinggul sehingga terjadi kesulitan persalinan (Arisman 2002 ). Bukti epidemiologi dari keadaan ini menunjukkan secara lebih meyakinkan bahwa berat badan ibu sebelum hamil maupun tingginya merupakan penentu pertumbuhan fetus. Oleh karena berat badan yang lebih pada bayi yang baru lahir menunjukkan risiko yang lebih rendah maka rekomendasi bagi perolehan berat badan selama kehamilan lebih tinggi kepada wanita yang kurus dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal dan lebih rendah pada wanita dengan berat badan berlebih dan wanita obesitas (As’ad 2002).


(38)

12

Indikator antropometri dapat menggambarkan kejadian masa lampau, memprediksi kejadian yang akan datang, atau indikasi status gizi saat ini. Penilaian status ibu selama kehamilan umumnya berdasarkan pada berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan berbagai pengukuran tebal lipatan kulit. Selain itu pertambahan berat badan selama hamil dan tinggi fundus dapat merefleksikan status pertumbuhan fetus (WHO 1995).

Lingkar Pinggang dan Lingkar Pinggul

Lingkar pinggang saat ini digunakan sebagai pengukuran yang praktis untuk menilai distribusi jaringan lemak. Pengukuran lingkar pinggang seringkali digunakan untuk menilai hubungan dengan adanya penyakit seperti hipertensi, obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Indeks lingkar pinggang dan lingkar pinggul juga seringkali digunakan. Brown et al. (1996) menggunakan pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul sebagai penduga berat bayi lahir. Peningkatan 0.1 unit rasio lingkar pinggang dan pinggul menduga berat bayi lahir 120 gram lebih besar, 0.2 inci lebih panjang dan 0.3 cm lebih besar lingkar kepalanya. Wang (2003) merekomendasikan pengukuran lingkar pinggang sebagai bagian dari pengukuran antropometri karena mudah dilakukan, murah dan reliabel. Kelemahan pengukuran lingkar pinggang adalah ketelitiannya tergantung pada ketrampilan peneliti. Kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi adalah menentukan posisi yang tepat untuk mengukur lingkar pinggang. Wang (2003) merekomendasikan empat posisi lingkar pinggang pada orang dewasa, yaitu (1) tepat di bawah tulang iga, (2) lingkar pinggang terpendek, (3) tepat di tengah antara tulang iga dan tulang pinggul, dan (4) tepat di atas tulang pinggul.

Tinggi Fundus

Tinggi fundus biasa digunakan untuk menilai umur kehamilan dan sebagai indikator pertumbuhan fetus. Tinggi uterus dapat merefleksik an seluruh ukuran yang akhirnya merefleksikan ukuran dari isi uterus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tinggi fundus merupakan variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi berat bayi lahir rendah (WHO 1995). Mochtar (1998) menyatakan bahwa umur kehamilan dapat diperkirakan dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis, seperti disajikan dalam Tabel 5.


(39)

13

Tabel 5. Usia kehamilan dan tinggi fundus

Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus (cm) 22 - 28

28 30 32 34 36 38 40

24-25 26.7 29.5 – 30 29.5 – 30

31 32 33 37.7

Sumber : Mochtar (1998)

Berdasarkan ukuran tinggi fundus, berat badan janin dalam kandungan dapat diduga dengan menggunakan rumus Johnson-Toshack (Mochtar 1998) :

BBJ = (TF – 12) x 155 gram BBJ = berat badan janin dalam gram

TF = tinggi fundus dalam cm

Tinggi Badan

Tinggi badan orang dewasa mencerminkan interaksi potensi genetik bagi pertumbuhan dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi potensi tersebut. Di berbagai negara berkembang, potensi genetik merupakan penentu utama tinggi badan, karena lingkungan membatasi, seperti penyakit akut dan kronis, malnutrisi, dan kondisi sosial ekonomi yang minim selama masa pertumbuhan linier. Pada negara-negara maju, sebaliknya, kebanyakan tinggi badan orang dewasa adalah akibat dari pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan linier, terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan. Penggunaan tinggi badan ibu sebagai indikator kesehatan dan status gizi harus memperhitungkan lingkungan dimana ia tumbuh (WHO 1995).

Tinggi badan ibu, meskipun juga menyumbang terhadap massa total ibu, memiliki nilai yang lemah dalam menilai adanya IUGR dibandingkan berat badan atau BMI. Tinggi badan yang rendah merupakan indikator komplikasi seperti gangguan kelahiran yang memerlukan penanganan khusus (WHO 1995).

Tinggi badan wanita dewasa merupakan salah satu determinan berat bayi yang dilahirkan (Dougherty & Jones 1982). Di samping itu, tinggi badan wanita dewasa dapat menggambarkan riwayat kesehatan dan gizinya pada masa tumbuh kembang. Tinggi badan rata-rata wanita dewasa di Jawa Barat adalah 148 cm,


(40)

14

dengan berat badan 43.5 kg pada awal dekade empat puluhan (Postmus & Veen 1949).

Berat Badan

Berat badan yang diukur pada berbagai waktu selama kehamilan telah biasa digunakan untuk menilai status kesehatan ibu. Karena berat badan berubah dengan cepat selama kehamilan, perubahan berat badan pada setiap umur kehamilan secara rutin dipantau sebagai bagian dari perawatan prenatal (WHO 1995).

Berat badan sebelum hamil dapat digunakan untuk memprediksi berat bayi lahir rendah (BBLR), yaitu kurang dari 2500 gram. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa wanita dengan berat badan sebelum hamil kurang dari 59 kg memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan wanita dengan berat bad an sebelum hamil lebih dari 59 kg (Taffel 1980). Dalam sebuah studi meta analisis antropometri ibu hamil dengan berat bayi lahir, disepakati bahwa berat badan sebelum hamil dapat memprediksi BBLR dengan baik, di samping pertambahan berat badan pada bulan ke-5, 7 dan 9 kehamilan yang juga merupakan prediktor BBLR yang baik (SCN 1994).

Table 6. Rata-rata tinggi badan dan berat badan sebelum hamil pada wanita di Amerika dan negara-negara b erkembang

Negara Jumlah Contoh

Tinggi Badan (cm)

Berat

Badan (kg) Sumber Banglades 2161 147.9 40.4 Huffman et al. 1985 Indonesia 634 149.0 42.4 Kardjati et al. 1982 Nigeria 360 159.0 52.1 Morley et al. 1968 Senegal 2088 162.0 58.3 Briend 1985 Brazil 85 153.0 57.0 Desai et al. 1980

Guatemala 576 148.9 49.0 Lechtig et al. 1975; 1978 Amerika Serikat NA 163.7 56.6 WHO 1983

Catatan : Wanita dari negara berkembang pada penelitian ini berasal dari kelas sosial ekonomi rendah, sementara wanita Amerika berasal dari kelas sosial ekonomi menengah. Sumber : SCN 1994.

Hasil penelitian lain menemukan bahwa berat badan ibu sebelum hamil yang kurang dari 40 Kg dapat digunakan untuk memprediksi BBLR. Tripathi et al. (1987) menyebutkan bahwa 60% bayi Indian dengan berat lahir rendah menurut umur kehamilan dilahirkan oleh ibu-ibu dengan berat badan sebelum hamil kurang dari 40 kg dan pertambahan berat badannya kurang dari 5 kg.


(41)

15

Lingkar Lengan Atas (LLA)

Lingkar lengan atas merupakan salah satu parameter status gizi, cara pengukurannya mudah dilakukan dan alat pengukurnya mudah digunakan. Penggunaan parameter LLA harus mendapat perhatian jika digunakan sebagai parameter tunggal. LLA juga dapat mencerminkan status gizi masa lampau dan saat ini, tetapi kurang responsif dibandingkan berat badan yan g berubah dengan cepat sesuai kondisi kesehatan dan status gizi. LLA relatif stabil selama kehamilan dan bahkan ketika diukur pada akhir masa kehamilan, mungkin lebih reflektif dibandingkan berat badan sebelum hamil (WHO 1995).

Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi ibu hamil mendapat perhatian lebih. Hal ini karena kemampuannya memprediksi berbagai outcome kehamilan dan kepraktisan penggunaannya dibandingkan dengan antropometri lainnya. Husaini (1986) menemukan bahwa LLA wanita di Bogor selama hamil hampir konstan, sekitar 23.7 cm. Angka ini lebih rendah dari hasil penelitian di Indramayu, sekitar 24.3 cm (Achadi 1992). Sedangkan Kardjati et al. (1978) dalam penelitiannya di Jawa Timur melaporkan rata-rata LLA ibu hamil sekitar 22.9 cm.

Ambang batas LLA pada wanita usia subur di Indonesia adalah 23.5 cm (Depkes 1995). Apabila ukuran LLA kurang dari 23.5 cm atau di bagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko kekurangan energi kronis dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah. BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Supariasa, Bakri, dan Fajar 2001).

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh didefinisikan sebagai berat badan (kg) dibandingkan dengan tinggi badan kuadrat (m2). IMT ibu lebih merefleksikan timbunan lemak daripada massa jaringan, yang tentunya berhubungan kuat dengan berat badan. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara IMT ibu pada saat konsepsi, pertambahan berat badan selama hamil dan berat bayi lahir. Wanita Indonesia di daerah pedesaan relatif pendek dengan tinggi badan rata-rata 150 cm dan berat badan rata-rata sebelum hamil sekitar 42 kg dengan rata-rata IMT sekitar 17.4


(42)

16

kg/m2. IMT ini lebih rendah dari angka minimal yang dianjurkan, yaitu 18.5 kg/m2 (Allen 2001).

Ibu hamil dengan IMT yang rendah dan tidak mencapai pertambahan berat badan yang cukup berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (IOM 1990). Pertambahan berat badan memiliki pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan fetus pada ibu hamil yang kurus dibandingkan dengan ibu hamil yang gemuk. Ibu hamil dengan IMT yang tinggi akan melahirkan bayi yang lebih berat. Penelitian di Meksiko dan Kenya menunjukkan adanya hubungan antara IMT ibu hamil pada trimester pertama dengan berat bayi lahir. Semua bayi BBLR di Kenya lahir dari ibu dengan IMT kurang dari 21 kg/m2. IMT juga berhubungan dengan panjang bayi lahir di Kenya, tetapi hubungan tersebut tidak terjadi di Meksiko (Allen, Lung’aho, Shaheen, Harrison, Neumann & Kirksey (1992). Meskipun demikian, IMT ibu yang rendah merupakan penduga gangguan pertumbuhan fetus (IUGR) yang lemah dibandingkan berat badan ibu sebelum hamil atau pencapaian berat badan selama hamil. Kelemahan lain dari IMT sebagai indikator risiko IUGR adalah timbunan lemak atau kegemukan yang mempengaruhi adaptasi terhadap ketersediaan energi selama kehamilan (Allen 2001).

Rekomendasi pertambahan berat badan di Amerika dan Eropa berbanding terbalik dengan IMT saat konsepsi. Di Jawa Timur, Indonesia, Pakistan, Taip eh, Cina dan Meksiko, pertambahan berat badan tertinggi tejadi pada ibu hamil yang kurus. Interaksi antara IMT sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama hamil dapat dijelaskan dengan bukti bahwa laju metabolisme ibu hamil meningkat secara nyata sela ma hamil, oleh karena itu konsumsi energi yang lebih banyak dan menuju pada pencapaian berat badan yang lebih rendah (King, Butte, Bronstein, Kopp, & Lindquist 1994). Sebaliknya, laju metabolisme pada ibu hamil yang kurus dapat turun pada awal kehamilan (Lawrence, Coward, Cole, & Whitehead 1987). Penggunaan energi selama hamil menjadi jauh lebih rendah dan pertambahan berat badan dapat menjadi lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang gemuk (Allen 2001).

Respon fisiologis ini terhadap IMT ibu kemungkinan dipengaruhi oleh hormon leptin. Konsentrasi serum leptin berhubungan kuat dengan IMT ibu


(43)

17

terutama pada kehamilan trimester kedua. Kadar leptin yang tinggi biasanya berhubungan dengan tingginya laju metabolisme. Sebaliknya, ibu hamil yang kurus menjadi lebih efisien dalam menggunakan energi untuk pertambahan berat badan selama hamil. Hal ini terutama terjadi jika konsumsi energi dari diet rendah (Lawrence et.al. 1987). Berdasarkan pertimbangan ini, tampaknya penggunaan IMT yang rendah sebagai indikator risiko IUGR menjadi kurang tepat dibandingkan dengan berat badan rendah sebelum hamil atau pencapaian berat badan. Rendahnya massa jaringan memprediksi IUGR lebih baik dibandingkan rendahnya massa lemak (Allen 2001).

Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Berat Bayi Lahir

Peristiwa-peristiwa tertentu yang timbul selama masa prenatal (kehamilan) dan intrapartum (persalinan) dapat memberi pengaruh kurang baik terhadap bayi dalam perkembangan selanjutnya (Hobel et.al. 1973). Faktor-faktor yang mempengaruhi janin dalam kandungan dapat berasal dari unsur-unsur yang terdapat pada ibu, interaksi ibu-janin dan unsur-unsur yang terdapat pada janin (Karyadi 1987; Penrose 1961). Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 .

Tabel 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi p erkembangan janin dalam kandungan

Unsur Ibu Interaksi Ibu-Janin Unsur Janin

Unsur genetik Status gizi saat ini Status gizi sebelumnya Tinggi badan

Kenaikan berat badan selama hamil

Umur Paritas

Jarak kehamilan terakhir Keadaan kesehatan

Adaptasi terhadap lingkungan

Perokok Polusi Ketinggian (altitude) Suhu Infeksi Diabetes Toksemia Aktifitas fisik ibu Struktur plasenta Jenis kelamin Ras Umur kehamilan Kembar Ketidakcocokan ibu-janin

Sumber : Penrose, L.S. ed. 1961

Thomson (1973) menyatakan bahwa hasil kehamilan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor tersebut ternyata unsur-unsur yang terdapat pada ibu yang mempunyai pengaruh yang sangat besar. Wanita adalah produk dari suatu hereditas (keturunan) dan lingkungannya, oleh karena itu perikehidupan wanita


(44)

18

hamil perlu dipelajari. Perikehidupan tersebut mencakup tingkat pendidikan, kepribadian dan latar belakang keluarganya. Selain itu juga perlu diperhatikan pekerjaannya, pekerjaan suaminya, serta status kesehatan sebelum dan selama kehamilan.

Keadaan gizi sebelum dan selama kehamilan dan menyusui akan mempengaruhi perkembangan janin dan perkembangan bayi selanjutnya. Binatang percobaan sering digunakan untuk mengetahui pengaruh makanan pada waktu hamil terhadap perkembangan janin dan hasil kehamilan. Hasil dari penemuan pada binatang percobaan memberikan gambaran yang mungkin dapat dianalogikan terjadi pula pada wanita hamil (Nat. Acad. of Sciences 1970).

Sudah dilakukan banyak penelitian terhadap berbagai faktor risiko pada ibu hamil yang berhubungan dengan berat bayi lahir pada negara-negara maju. Faktor-faktor tersebut dapat berupa indikator klinik, fisiologik, biokimia, maupun cairan amniotik. Selain itu digunakan pula indikator pertumbuhan berat badan, status sosial ekonomi, dan lain-lain (Jelliffe & Jelliffe 1982).

Husaini (1990) menyebutkan faktor-faktor risiko dalam kehamilan yang dibagi menjadi tiga, yaitu risiko sosio demografi, risiko mediko obstetrik, dan riwayat kesehatan selama kehamilan.

Risiko sosio demografi dibagi dalam sub-sub bagian: (1) umur ibu dan nomor urut anak yang dilahirkan, (2) pendidikan, (3) status ibu, (4) status ekonomi, (5) perokok berat atau pecandu narkotika.

Risiko mediko obstetrik dibagi menjadi sub-sub bagian : (1) riwayat kesehatan yang diketahui pada kunjungan pertama ke tempat pemeriksaan, (2) riwayat kesehatan selama kehamilan, (3) keadaan pada waktu melahirkan, dan (4) keadaan gizi ibu.

Riwayat kesehatan selama kehamilan meliputi : (1) pernah menderita sakit kuning, TBC, Tifus, atau ginjal kronis sebelum hamil, (2) pernah aborsi atau keguguran, (3) pernah melahirkan bayi kurang bulan (preterm baby), (4) pernah melahirkan bayi BBLR, (5) eklamsi, (6) jarak kehamilan < 6 bulan, (7) sering melahirkan.


(45)

19

Konsumsi Pangan dan Gizi Ibu Hamil

Wanita hamil harus betusl-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah energi dan protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan gizi sebelum dan selama kehamilan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, pendarahan pasca persalin an, dan lain-lain. Sedangkan makan berlebihan, karena dianggap untuk 2 orang (ibu dan janin) dapat mengakibatkan komplikasi seperti kegemukan, pre eklamsi, janin besar, dan sebagainya. Zat-zat gizi yang diperlukan oleh wanita hamil adalah energi, protein, k arbohidrat, lemak, mineral terutama kalsium, fosfor, dan zat besi, serta vitamin dan air (Mochtar 1998).

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan tunggal atau beragam yang dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan konsumsi pangan adalah memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Hardinsyah & Martianto 1989). Kebiasaan mengkonsumsi pangan yang baik akan menghasilkan status gizi yang baik pula. Status gizi yang baik hanya akan terjadi jika ada keseimbangan antara banyaknya jenis -jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (S uhardjo 1990).

Pada masa kehamilan kebutuhan zat gizi ibu meningkat. Hal ini karena metabolisme tubuh meningkat dan konsumsi pangan juga meningkat untuk kebutuhan ibu, bayi yang dikandung dan persiapan ASI. Berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan menambah frekuensi makan atau meningkatkan kualitas makanan.

Sebaiknya seorang ibu hamil mendapatkan asupan makanan yang baik, baik sebelum maupun selama kehamilan. Makanan yang baik mengandung sejumlah kalori, protein, vitamin dan mineral yang cukup. Gizi yang baik sebelum kehamilan lebih penting karena akan menentukan masa depan bayi dalam jangka panjang, sebagai anak, dewasa, maupun pada usia tua. Selama kehamilan berat badan dan asupan makanan perlu diperhatikan (Eastwood 2003).

Konsumsi pangan yang cukup untuk ibu hamil adalah jika setiap hari dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi dalam kuantitas maupun kualitasnya. Kualitas makanan menunjukkan adanya semua zat-zat gizi yang diperlukan tubuh


(46)

20

dalam menu makanan. Kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh (Sediaoetama 1993).

Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian secara kualitatif dapat menunjukkan aspek-aspek yang berhubungan dengan kebiasaan makan seperti frekuensi makan dalam periode waktu tertentu, frekuensi menurut jenis makanan yang dikonsumsi maupun cara memperoleh makanan. Penilaian kuantitatif menitikberatkan pada jumlah makanan yang dikonsumsi. Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan baik pada tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat. Penilaian konsumsi pangan pada tingkat individu dapat menggunakan metode seperti penimbangan (weighed method), metode mengingat-ingat (recall), riwayat makan (dietay history) frekuensi pangan (food frequency) dan metode kombinasi (Kusharto & Sutandi 2004).

Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Ibu Hamil

Selama kehamilan kebutuhan energi lebih besar karena meningkatnya semua faktor-faktor yang berhubungan dengan total energi ekspenditur. Energi yang lebih besar diperlukan untuk pembentukan sel-sel baru dan jaringan pada ibu hamil dan fetus (Rosso 1990). Angka kecukupan energi bagi ibu hamil menurut WNPG (2004) adalah 2150 Kal per hari.

Kehamilan merupakan masa meningkatnya kebutuhan protein. Tambahan protein dperlukan oleh ibu hamil dan plasenta bagi pertumbuhan fetus. Protein makanan menyediakan asam amino untuk mensintesis protein tubuh dan berbagai substansi lainnya. Sembilan asam amino esensial, yaitu histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin, yang tidak dapat disintesa oleh jaringan tubuh mamalia harus tersedia dari diet. Kebutuhan protein juga dipengaruhi oleh kadar asupan energi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan nitrogen berubah sekitar 0.25 g nitrogen dari setiap 100 Kal energi yang ditambahkan dari diet (Rosso 1990). Angka kecukupan prote in pada ibu hamil berdasarkan WNPG (2004) adalah 67 gram per hari.


(47)

21

Kebiasaan Makan Ibu Hamil

Selama 12 minggu usia kehamilan, konsumsi pangan ibu hamil adalah seperti pada waktu sebelum hamil, tetapi kebanyakan wanita justru selera makannya meningkat, dan jumlah pangan yang dimakan lebih banyak dibandingkan sebelum hamil. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan ibu selama hamil adalah hormon, plasenta, penggunaan zat gizi oleh janin, energi yang dikeluarkan untuk pertumbuhan berat badan dan pengurangan aktivitas fisik (Rosso 1990).

Wanita hamil juga mengalami perubahan selera makan. Beberapa wanita sangat suka pada makanan tertentu atau sebaliknya dengan alasan yang tidak jelas. Sejumlah pangan yang sangat disukai terutama pada saat ”ngidam” yaitu makanan yang lebih sedap dan asin dibandingkan biasanya (Rosso 1990). Akibat mengidam dan pantang terhadap pangan tertentu terhadap ibu maupun bayinya belum diketahui. Namun tampaknya masalah ini tidak begitu serius terhadap perubahan pola makan yang akan merugikan. Sebagian wanita hamil juga mengalami gangguan makan akibat mual dan muntah pada awal kehamilan. Gangguan kehamilan seperti mual dan muntah pada awal kehamilan mempengaruhi 50– 90% wanita hamil (Eastwood 2003).

Banyak wanita hamil berpendapat bahwa selagi hamil makan dikurangi, karena takut janin menjadi besar sehingga sulit melahirkan. Pendapat ini tidak mempunyai dasar, sebenarnya ibu hamil memerlukan tambahan beberapa zat -zat gizi untuk pertumbuhan janinnya agar sehat, dan ini hanya bisa diperoleh dari makanan (Mochtar 1998).

Gizi Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir

Berat bayi lahir dipengaruhi oleh asupan energi protein selama hamil. Kekurangan energi protein pada masa ini dapat mempengaruhi perkembangan bayi selanjutnya. Pada trimester kedua, jaringan lemak ibu menurun untuk persiapan kebutuhan fetus selanjutnya. Pada trimester ketiga pertambahan berat badan ibu mempengaruhi berat bayi lahir. Berat bayi lahir dari ibu dengan gizi baik rata-rata lebih tinggi dibandingkan ibu dengan gizi kurang. Jika berat badan ibu kurang dari 40 kg, maka bayi beresiko berat lahir rendah. Ketika bayi lahir


(48)

22

dengan berat kurang dari 2500 gram maka kesempatan untuk bertahan hidup menurun. Bayi-bayi yang dilahirkan kurang bulan (preterm) juga sangat rentan. Bayi-bayi yang lahir sebelum 22 minggu kehamilan jarang yang bisa bertahan. Selain itu, 27% dari bayi-bayi yang lahir pada 23 hingga 28 minggu kehamilan menderita cacat (Eastwood 2003).

Di negara-negara berkembang, defisiensi zat besi dan iodium merupakan bahaya terbesar dalam kehamilan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan, sanitasi yang buruk, dan gangguan gizi (Eastwood 2003). Malnutrisi pada ibu hamil berhubungan dengan malnutrisi pada janin. Meskipun hubungannya telah diketahui antara malnutrisi pada ibu hamil, volume plasenta, dan berat bayi lahir, kemungkinan hubungannya adalah multifaktor. BBLR berhubungan dengan asupan ibu hamil yang kekurangan sayuran berdaun hijau, tingginya pengeluaran energi pada ibu hamil serta beban kerja. Tingginya angka malnutrisi pada ibu hamil dan BBLR dapat juga berhubungan dengan tingginya angka penyakit tidak menular pada masa dewasa kelak, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes (Bhutta, Gupta, Silva, Manandhar, & Awasthi 2004).

Status Gizi Bayi dan Pengukurannya

Pengukuran pertumbuhan bayi sebagai manifestasi pertumbuhan dalam kandungan adalah ukuran bayi saat lahir, yaitu berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala (Barker et al. (1993). Selain itu juga dapat dinilai berdasarkan skor-Z dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan panjang badan menurut umur (PB/U) (WHO 1995). Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan palig sering digunakan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan bayi normal apabila berat bayi lahir lebih d ari atau sama dengan 2500 gram dan BBLR bila kurang dari 2500 gram (Dewa, Bakri, & Fajar 2001).

Besar Keluarga

Hubungan antara jumlah anggota keluarga dan kurang gizi sangat nyata pada masing -masing keluarga. Terutama pada keluarga yang penghasilannya


(1)

Lampiran 3. Dugaan berat bayi lahir berdasarkan lingkar pinggang dan berat badan minggu ke-28

Lingkar pinggang (cm)

75 76 77 78 79 80 81 82 83 84

BB 45 2385 2542 2651 2725 2774 2805 2825 2840 2851 2861 (kg) 46 2445 2605 2718 2794 2843 2875 2896 2911 2923 2933 47 2491 2654 2768 2846 2896 2928 2950 2965 2977 2988 48 2524 2689 2805 2883 2934 2967 2989 3004 3016 3027 49 2546 2713 2830 2909 2960 2993 3015 3030 3043 3054 50 2560 2727 2845 2924 2976 3009 3031 3047 3059 3070 51 2567 2735 2853 2932 2984 3018 3040 3055 3068 3079 52 2569 2738 2856 2935 2987 3021 3043 3058 3071 3082 53 2569 2737 2855 2935 2987 3020 3042 3058 3070 3081 54 2566 2734 2852 2932 2984 3017 3039 3055 3067 3078 55 2563 2731 2849 2928 2980 3014 3036 3051 3063 3074 56 2560 2728 2846 2925 2977 3010 3032 3048 3060 3071 57 2558 2726 2843 2922 2974 3008 3030 3045 3057 3068 58 2557 2725 2842 2921 2973 3006 3028 3044 3056 3067 59 2558 2725 2843 2922 2974 3007 3029 3045 3057 3068 60 2560 2728 2845 2925 2976 3010 3032 3047 3060 3071 61 2564 2732 2850 2929 2981 3014 3036 3052 3064 3075 62 2569 2737 2856 2935 2987 3021 3043 3058 3070 3082 63 2576 2744 2863 2943 2995 3028 3050 3066 3078 3090 64 2583 2753 2871 2951 3004 3037 3059 3075 3088 3099 65 2591 2761 2880 2961 3013 3047 3069 3085 3097 3109 66 2600 2770 2890 2970 3023 3057 3079 3095 3107 3119 67 2608 2779 2899 2980 3032 3066 3089 3104 3117 3128 68 2615 2787 2907 2988 3041 3075 3097 3113 3126 3137 69 2621 2793 2913 2994 3047 3082 3104 3120 3133 3144 70 2625 2797 2917 2999 3052 3086 3109 3124 3137 3148 71 2626 2798 2919 3000 3053 3087 3110 3126 3138 3150 72 2624 2796 2916 2998 3051 3085 3108 3123 3136 3147 73 2618 2790 2910 2991 3044 3078 3101 3117 3129 3140 74 2608 2779 2899 2979 3032 3066 3089 3104 3117 3128 75 2593 2763 2882 2962 3015 3048 3071 3086 3099 3110 76 2572 2741 2859 2939 2991 3024 3046 3062 3074 3085 77 2546 2713 2830 2909 2960 2993 3015 3031 3043 3054 78 2513 2678 2794 2872 2922 2955 2977 2992 3004 3015 79 2474 2637 2750 2827 2877 2909 2931 2946 2958 2968 80 2429 2588 2700 2775 2824 2856 2877 2891 2903 2914


(2)

Lanjutan

Lingkar pinggang (cm)

85 86 87 88 89 90 91 92 93 94

BB 45 2872 2882 2892 2902 2912 2921 2929 2936 2943 2951 (kg) 46 2944 2954 2965 2975 2985 2994 3002 3010 3017 3025 47 2998 3009 3020 3030 3040 3050 3058 3066 3073 3081 48 3038 3049 3060 3070 3080 3090 3098 3106 3114 3122 49 3065 3075 3087 3097 3108 3117 3126 3134 3141 3149 50 3081 3092 3103 3114 3124 3134 3143 3150 3158 3166 51 3090 3101 3112 3123 3133 3143 3151 3159 3167 3175 52 3093 3104 3115 3126 3136 3146 3154 3162 3170 3178 53 3092 3103 3114 3125 3135 3145 3154 3162 3169 3178 54 3089 3100 3111 3122 3133 3142 3151 3159 3166 3175 55 3085 3096 3107 3118 3129 3138 3147 3155 3162 3171 56 3082 3093 3104 3115 3125 3135 3143 3151 3159 3167 57 3079 3090 3101 3112 3123 3132 3141 3149 3156 3165 58 3078 3089 3100 3111 3121 3131 3139 3147 3155 3163 59 3079 3090 3101 3112 3122 3132 3140 3148 3156 3164 60 3081 3092 3104 3114 3125 3134 3143 3151 3159 3167 61 3086 3097 3108 3119 3130 3139 3148 3156 3163 3172 62 3093 3104 3115 3126 3136 3146 3154 3162 3170 3178 63 3101 3112 3123 3134 3144 3154 3162 3170 3178 3186 64 3110 3121 3132 3143 3153 3163 3172 3180 3187 3196 65 3120 3131 3142 3153 3163 3173 3182 3190 3198 3206 66 3130 3141 3152 3163 3174 3183 3192 3200 3208 3216 67 3139 3151 3162 3173 3184 3193 3202 3210 3218 3226 68 3148 3159 3171 3182 3192 3202 3211 3219 3227 3235 69 3155 3166 3178 3189 3199 3209 3218 3226 3234 3242 70 3160 3171 3182 3193 3204 3214 3223 3231 3239 3247 71 3161 3172 3184 3195 3205 3215 3224 3232 3240 3249 72 3159 3170 3181 3192 3203 3213 3222 3230 3238 3246 73 3152 3163 3174 3185 3196 3206 3214 3222 3230 3239 74 3139 3150 3162 3173 3183 3193 3202 3210 3218 3226 75 3121 3132 3143 3155 3165 3175 3183 3191 3199 3208 76 3096 3107 3119 3130 3140 3150 3158 3166 3174 3182 77 3065 3076 3087 3098 3108 3117 3126 3134 3141 3150 78 3026 3036 3047 3058 3068 3077 3086 3094 3101 3109 79 2979 2989 3000 3011 3021 3030 3038 3046 3053 3061 80 2924 2934 2945 2955 2965 2974 2982 2990 2997 3005


(3)

Lanjutan

Lingkar pinggang (cm)

95 96 97 98 99 100

BB 47 3091 3105 3124 3151 3190 3243 (kg) 48 3132 3146 3165 3193 3232 3286 49 3160 3173 3193 3221 3260 3315 50 3177 3191 3210 3238 3278 3333 51 3186 3200 3219 3247 3287 3342 52 3189 3203 3222 3251 3290 3345 53 3188 3202 3222 3250 3289 3345 54 3185 3199 3219 3247 3286 3341 55 3181 3195 3215 3243 3282 3337 56 3177 3191 3211 3239 3279 3333 57 3175 3189 3208 3236 3276 3331 58 3174 3188 3207 3235 3275 3329 59 3174 3188 3208 3236 3275 3330 60 3177 3191 3211 3239 3278 3333 61 3182 3196 3215 3244 3283 3338 62 3189 3202 3222 3250 3290 3345 63 3197 3211 3230 3259 3298 3354 64 3206 3220 3240 3268 3308 3364 65 3216 3230 3250 3279 3319 3374 66 3227 3241 3261 3289 3329 3385 67 3237 3251 3271 3299 3340 3396 68 3246 3260 3280 3309 3349 3405 69 3253 3267 3287 3316 3356 3413 70 3258 3272 3292 3321 3361 3418 71 3259 3273 3293 3322 3363 3419 72 3257 3271 3291 3320 3360 3417 73 3249 3264 3284 3312 3353 3409 74 3237 3251 3271 3299 3340 3396 75 3218 3232 3252 3280 3320 3376 76 3193 3206 3226 3254 3294 3349 77 3160 3174 3193 3221 3260 3315 78 3120 3133 3152 3180 3219 3273 79 3071 3085 3104 3131 3169 3222 80 3015 3028 3046 3073 3111 3163


(4)

Lampiran 4. Hasil uji regresi stepwise antara berat bayi lahir dengan antropometri Stepwise Regression Minggu 28: BB bayi lahir versus antropometri

Antopometri : lingkar pinggang, lingkar pinggul, tinggi badan, tinggi fundus, LLA, berat badan, berat badan awal, ? berat badan, IMT

Response is bb_lhr on 8 predictors, with N = 76

Step 1 2 Constant 2.353 2.488

l.pinggang 0.59 0.50 T-Value 4.69 4.01 P-Value 0.000 0.000

? berat badan 0.033 T-Value 2.47 P-Value 0.016

S 0.0299 0.0289 R-Sq 22.94 28.91 R-Sq(adj) 21.90 26.96

Stepwise Regression Minggu 32: BB bayi lahir versus antropometri Response is bb_lhr on 8 predictors, with N = 161

Step 1 2 3 4 5 6 Constant 2.108 2.254 2.189 1.681 1.708 1.630

l.pinggang 0.705 0.608 0.560 0.534 0.291 0.349 T-Value 8.16 6.63 5.79 5.46 1.72 2.02 P-Value 0.000 0.000 0.000 0.000 0.087 0.045

? berat badan 0.045 0.044 0.040 0.059 0.068 T-Value 2.72 2.65 2.36 2.95 3.27 P-Value 0.007 0.009 0.020 0.004 0.001

Tinggi fundus 0.112 0.118 0.145 0.136 T-Value 1.53 1.62 1.95 1.83 P-Value 0.129 0.108 0.053 0.068

Tinggi badan 0.25 0.35 0.40 T-Value 1.52 2.00 2.26 P-Value 0.130 0.047 0.025

IMT 0.138 0.207 T-Value 1.76 2.26 P-Value 0.080 0.025

LLA -0.17 T-Value -1.45 P-Value 0.150

S 0.0333 0.0327 0.0325 0.0324 0.0322 0.0321 R-Sq 29.53 32.69 33.68 34.65 35.93 36.79 R-Sq(adj) 29.09 31.84 32.41 32.97 33.86 34.33 C-p 13.8 8.1 7.7 7.4 6.3 6.2


(5)

Lanjutan

Stepwise Regression Minggu 36: BB bayi lahir versus antropometri Response is bb_lhr on 8 predictors, with N = 250

Step 1 2 Constant 2.813 2.121

Berat badan 0.380 0.304 T-Value 10.86 9.61 P-Value 0.000 0.000

Tinggi fundus 0.560 T-Value 9.02 P-Value 0.000

S 0.0325 0.0282 R-Sq 32.21 49.00 R-Sq(adj) 31.94 48.59 C-p 86.6 6.3

MODEL COHORT

Stepwise Regression Minggu 28 : BB bayi lahir versus antropometri Antopometri : lingkar pinggang, lingkar pinggul, tinggi badan, tinggi

fundus, LLA, berat badan, berat badan awal, ? berat badan, IMT

Response is bb_lhr on 8 predictors, with N = 76

Step 1 2 Constant 2.353 2.488

l.pinggang 0.59 0.50 T-Value 4.69 4.01 P-Value 0.000 0.000

? berat badan 0.033 T-Value 2.47 P-Value 0.016

S 0.0299 0.0289 R-Sq 22.94 28.91 R-Sq(adj) 21.90 26.96

Stepwise Regression Minggu 32 : BB bayi lahir versus antropometri Response is bb_lhr on 8 predictors, with N = 76

Step 1 2 Constant 2.205 2.307

l.pinggang 0.66 0.59 T-Value 5.33 4.67 P-Value 0.000 0.000

? berat badan 0.040 T-Value 2.09 P-Value 0.040

S 0.0290 0.0283 R-Sq 27.74 31.80 R-Sq(adj) 26.76 29.94


(6)

Lanjutan

Stepwise Regression Minggu 36 : BB bayi lahir versus antropometri Response is bb_bayi on 9 predictors, with N = 76

Step 1 2 3 4 Constant 1481.4 712.3 817.4 1052.0

l.pinggang 17.4 15.2 6.4 T-Value 4.59 4.04 1.14 P-Value 0.000 0.000 0.256

Tinggi fundus 32 37 41 T-Value 2.45 2.81 3.24 P-Value 0.017 0.006 0.002

Berat badan 9.5 13.5 T-Value 2.08 4.47 P-Value 0.041 0.000

S 209 202 198 198 R-Sq 22.17 28.06 32.13 30.90 R-Sq(adj) 21.12 26.09 29.30 29.00