Analisis keragaan ekonomi rumahtangga petani peserta dan non-peserta rice estate di lahan pasang surut delta telang I kabupaten banyuasin sumatera selatan

ANALPSIS KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA
PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA RICE ESTATE
DI LAHAN PASANG SURUT DELTA TELANG I
KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Oleh :

CHUZAIMAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
CHUZAIMAH. Analisis Keragaaan Ekonomi Rurnahtangga Petani Peserta dan
Non-Peserta Rice Estate di Lahan Pasang Surut Delta Telang I Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan. (HERMANTO SIREGAR sebagai Ketua,
HARIANTO sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

L&an pasang surut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai lahan
penghasil padi. Maka Pemda Sumatera Selatan, Pernkab Banyuasin dan BULOG

membuat sebuah pilot-project bernama "RiceEstate" yaitu usahatani padi seluas
1 000 ha pada lahan pasang surut di Delta Telang I, Kab.Banyuasin. Proyek ini
memberikan bantuan pinjaman modal, penyewaan alsintan, penampungan hasil
produksi dan pendampingan. Narnun tidak semua petani dapat disertakan dalam
proyek ini karena adanya keterbatasan dana proyek Untuk mengetahui darnpak
keberadaan proyek ini terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani maka
tujuan penelitian ini adalah menganalisis petani peserta proyek dan non peserta
dalam konteks: (1) tingkat pendapatan, pengeluaran dan nilai rasio pendapatanpengeluaran (R/C)dalam usahatani dan (2) faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi usahatani, alokasi tenaga kerja, pendapatan, pengelwan rumahtangga,
stok serta rekreasi. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari
nunahtangga contoh sebanyak 60 unit dan datz sekunder dari instansi terkait.
Tujuan pertarna dianalisis dengan menggucakan analisis kelayakan usahatani,
sementara yang kedua dengan menggunakan model ekonometrik persamaan
simultan. Pendugaan parameter dilakukan dengan metode 2SLS menggunakan
SAS(ETS). Hasil penelitian menunjukkan pendapatan, pengeluaran serta RIC
petani peserta lebih besar dari petani non peserta, masing-masing 1.34 dan 1.04.
Dari model ekonometrik, untuk peserta dan non peserta, produksi dipengaruhi
oleh luas lahan dan jumlah pupuk. Alokasi tenaga kerja keluarga dalam usahatani
dipengaruhi oleh luas lahan, upah, pendapatan dan umur kepala keluarga. Alokasi
tenaga kerja keluarga di luar usahatani dipenganihi oleh pendapatan, sementara

pendapatan di luar usahatani dipegaruhi oleh alokasi tenaga kerja di luar usahatani
dan total pendapatan. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh total pendapatan dan
jumlah tanggungan keluarga, sementara non pangan dipengaruhi oleh konsumsi
pangan. Stok gabah dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan total pendapatan.
Kegiatan rekreasi dipengaruhi oleh total pendapatan untuk petani peserta.
Kata Kunci: Usahatani, Ekonorni Rumahtangga, Rice Esrate, Rurnahtangga
Petani Peserta dan Non Peserta.

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa dalam tesis saya yang
berjudul :
ANALISIS KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
PESERTA DAN NON-PESERTA RICE ESTATE DI LAHAN PASANG SURWT
DELTA TELANG I KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN
Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan pembimbingan
Kornisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukin rujukannya. Tesis ini
belurn pernah diajukan untuk mtuk memperoleh gelar pada program sejenis dari
Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan diperiksa kebenarannya.


Bogor, Mei 2006

Chuzaimah
Nrp. A151020361

@Hak Cipta milik C h d a h , tahun 2006
Hak Cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apapun baik cetak, fotocopy, microfilm dan sebagainya.

ANALISIS KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA
PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA RICE ESTATE
DI LAI-IAN PASANG SURUT DELTA TELANG I
KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Oleh :

cmwm


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pads
Program Studi Ilmu Ekonomi Perkmian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul Penelitian

: Analisis Keragaan Ekonomi Rumahtangga Petani Peserta

dan Non-Peserta Rice Estate Di Lahan Pasang Surut Delta
Telang I Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan
Nama Mahasiswa : Chuzairnah
Nomor Pokok


: A15 1020361

Program Studi

: Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc
Ketua

Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

Sekolah Pascasarjana


Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinana, MA

Tanggal Ujian: 24 April 2006

Tanggal Lulus: 0 5 J U N 2006

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Juli 1973 di Palembang, Surnatera
Selatan. Penulis merupakan anak ketiga dari enam orang bersaudara dari Bapak
Drs, H. Anwar Hasbullah dan Ibu Hj. Aidah Syarn, BA.

Penulis sudah

berkeluarga dengan suami Erwin Rangga Wijaya, SE.Ak dan telah dikaruniai satu
orang putra Muhammad A1 Ghifari Erza.
Pendidikan sarjana (S 1) penulis diselesaikan di Fakultas Pertanian Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian 1 Agribisnis, Universitas Sriwijaya Palembang lulus
pada tahun 1997. Sejak tahun 2001 sampai sekarang, penulis diterima sebagai staf
pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas IBA di Palembang, dan pada tahun
2002, penulis melanjutkan pendidikan Magister Sains pada Program Studi Ilmu

Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

PRAKATA
Alhamdulillahirabbala 'lamin.

Puji dm syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat clan
karunia-Nya kepada penulis sehingga Tesis yang merupakan salah satu syarat

untuk melaksanakan penelitian akhir dan penyelesaian studi pada Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dapat terselesaikan.
Tesis ini berjlldul "Analisis Keragaan Ekonomi Rumahtangga Petani
Peserta Dan Non-Peseita Rice Estate Di Lahan Pasang Surut Delta Telang I
Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan" disusun berdasarkan penelitian yang
penulis lakukan pada awal tahun 2005.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada :

1. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc sebagai Ketua Komisi Pembimbing,

dan


Dr. Ir. Harianto, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing, atas arahan dan
saran dalam penyempurnaan tulisan ini.

2. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS sebagai penguji luar komisi atas saran dalam
penyempurnaan tulisan ini
3. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga,

MA beserta staf yang telah memberikan kemudahan selama mengikuti

kegiatan akademik.
4. Kepada Suarniku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan

semangat selama studi ini, kepada putraku tersayang yang telah dengan sabar
dan penuh pengertian mengorbankan banyak waktunya untuk membantu
mama-nya menyelesaikan studi dan calon baby-ku yang juga ikut berkorban

vii

dalam penyelesaian tesis ini serta pengasuh anakku yang dengan sabar
mengasuh disaat penulis hams berkonsentrasi dalam menyelesaikan studi ini.

5. Secara khusus penulis mengucapkan rasa terimakasih dan hormat yang

mendalam pada Ayahanda H. Anwar Hasbullah dan Ibunda Hj. Aidah Syam,
Mertuaku, Saudaraku (Yunik, Y'Iba & K'Irni, K'Arnir & Sri, Lila & Salman, '

Kiki, Ayang) serta Keponakanku (Riza, Amat, Ria, Medy, Fikri, Fahmi, Pipit)
yang selalu mendukung dan mendoakan setiap aktivitas penulis untuk menjadi
orang yang bermanfaat.

6. Sahabat-sahabatku (Endang, Mbak Ida, Rama, Y Eka, Irma,Tinik, Bila, Nas,
B een, Wahyu,, Andre, Upik, Reny, Nana, Erni), teman-teman kos UGM dan
rekan-rekan angkatan 2002 EPN yang telah memberikan bahan masukan dan
semangat kepada penulis untuk penyelesaian tesis ini.

7. Sernua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu terselesainya studi, dan penulisan tesis ini.
Penulis menyadari tulisan ini banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.


Bogor, Mei 2006

Penulis

DAFTAR IS1

xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

.

I

PENDAHULUAN ..............................................................................

.............................................................................
1.2. Perurnusan Masalah .....................................................................
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................
1.4. Ruang Lingkup d m Keterbatasan Penelitian ...............................

1.1. Latar Belakang

.

I1

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................

.............................................
2.2. Studi Tentang Usahatani ..........................................................
2.3. Studi Tentang Ekonomi Rumahtangga Petani ..........................
2.1. Studi Tentang Lahan Pasang Surut

.

In

KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................

...........................................
3.2. Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (RIG) ............................
3.3. Teori Ekonomi Rumahtangga ..............................................
3.4. Kerangka Pemikiran .............................................................
3.1. Analisis Pendapatan Usahatani

N . METODOLOGI PENELITIAN............................................
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

..................................................

4.2. Metode Penarikan Sarnpel ............................................................

................................................................
.......................................................................

4.3. Sumber dan Jenis Data
4.4. Metode Analisis

4.5. Model Analisis Usahatani

....................................................

4.6. Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga Peserta dan NonPeserta Rice Estate ........................................................................
4.6.1 . Produksi Usahatani .............................................................
4.6.2. Alokasi Tenaga Keja .........................................................
4.6.3. Pendapatan Rumahtangga Petani .......................................

xiv

..............
Konsumsi Non Pangan Rumahtangga Petani Peserta ........

7.1.5. Konsumsi Pangan Rurnahtangga Petani Peserta
7.1.6.

7.1.7. Stok Rumahtangga Petani Peserta .....................................

..............................
7.2. Model Ekonomi Rumahtangga Non-Peserta ................................
7.2.1. Produksi Petani Non-Peserta.............................................
7.1.8. Rekreasi Rumahtangga Petani Peserta

7.2.2. Alokasi Tenaga Kerja Keluarga Dalam Usahatasii Petani
Non-Peserta ......................................................................
7.2.3. Alokasi Tenaga Kerja Keluarga Petani Non-Peserta
Di Luar Usahatani .............................................................
7.2.4. Pendapatan Ru-ahtangga Petani Non-Peserta Luar
Usahatani .........................................................................
7.2.5. Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani Non-Peeerta

.....

7.2.6. Konsumsi Non Pangan Rumahtangga Petani Non-Peserta

............................................................................................
7.2.7. Stok Rumahtangga Petani Non-Peserta ...........................
7.2.8. Rekreasi Rumahtangga Petani Non-Peserta ....................
7.3. Sintesis Terhadap Hasil-hasil Analisis .......................................
VIII

.

.........................................................
8.1. Kesirnpulan ..................................................................................
8.2. Saran ............................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................

Nomor
1.

2.
3.

4.
5.

6.
7.

8.
9.
10.
11.

12.
13.

14.

Halaman
Distribusi Lahan Rawa yang Dikembangkan dengan Bantuan
Pemerintah di Indonesia, Tahun 2004 ..............................................

4

Rekapitulasi Persentase Pengembalim Pinjaman Petani Peserta
Kegiatan Rice Estate MTI 200312004 .............................................

7

Luas Lahan Pertanian Menurut Tipologinya di 11 Wilayah Pasang
Surut Sumatera Selatan yang Dikarakterisas; ...................................

16

Luas Lahan Pertanian Menurut Tipe Luapan Air di 11 Wilayah
Pasang Surut Sumatera Selatan .........................................................

17

Jumlab Populasi Petani Peserta dan Non-Peserta di Desa Telang
Karya dan Sumber Hidup ..................................................................

51

Model Analisis Usahatani Petani Peserta dan Non-Peserta
Rice Estate .........................................................................................

52

Identifikasi Model Rumahtangga Peserta dan Non-Peserta Rice Estate

...........................................................................................................

61

Komposisi Penduduk Desa Telang Karya Menurut Jenis Kelamin
dan Golongan Umur, Tahun 2004 .....................................................

67

Komposisi Penduduk Desa Sumber Hidup Menurut Jenis Kelarnin
dan Golongan Umur, Tahun 2004 .....................................................

68

Jumlah Ternak Menurut Jenis di Desa Telang Karya dan Sumber
Hidup, Tahun 2004 ...........................................................................

71

Karakteristi~rResponden Rurnahtangga Petani Peserta d m NonPeserta ...............................................................................................

80

Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Usahatani Petani Peserta
Per Hektar Per MT .....................................................................

85

Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Usahatani Petani Non-Peserta
Per Hektar Per MT ............................................................................

89

Perbandingan Antara Petani Peserta d m Non-Peserta Rice Estcrte
Per Hektar .........................................................................................

94

b i l Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan Produksi
Petani Peserta ....................................................................................
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan Alokasi
Tenaga Kerja Keluarga Dalarn Usahatani Petani Peserta ...............
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan Alokasi
Tenaga Kerja Keluarga Di Luar Usahatani Petani Peserta ...............
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan
Pendapatan Luar Usahatani Rumahtangga Petani Peserta ................
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan
Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani Peserta ...............................
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan
Konsumsi Non Pangan Rumahtangga Petani Peserta .......................
Hasil ~ e n d b ~ a Parameter
an
dan Elastisitas Pada Persamaan Stok
Rumahtangga Petani Peserta .............................................................
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan
Rekreasi Rurnahtangga Petani Peserta ..............................................
Hasil Pendugaan Parameter d m Elastisitas Pada Persamaan Produksi
Petani Non-Peserta ............................................................................
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan Alokasi
Tenaga Keja Keluarga Dalam Usahatani Petani Non-Peserta ......
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan Alokasi
Tenaga Kej a Keluarga Di Luar Usahatani Petani Non-Peserta .......
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan
Pendapatan Luar Usahatani Rumahtangga Petani Non-Peserta ........
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan
Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani Non-Peserta ......................
Hasil Pendugaan Parameter dm Elastisitas Pada Persamaan
Konswnsi Non Pangan Rumahtangga Petani Non-Peserta ...............
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan Stok
Rwnahtangga Petani Non-Peserta .....................................................
Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pada Persamaan Rekreasi
Rumahtangga Petani Non-Peserta .....................................................

..,

Xlll

DAFTAR GAMBAR

Halarnan

Nomor

Pohon Masalah Pertanian yang Teridentifikasi di Wilayah
Pasang Surut Sumatera Selatan, Tahun 2001 ....................................

9

2.

Kurva Indiferens.........,...................................:.:.....-..........................

39

3.

Perubahan Tingkat Upah dan Tingkat Kepuasan Individu ...............

40

4.

Kurva Hubungan Perubahan Pendapatan dengan Konsurnsi ............

47

5.

Alur Kerangka Pemikiran Penelitian Keragaan Ekonomi
Rumahtangga Petani Peserta dan Non-Peserta Rice Estate

..............

49

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk Desa
Telang Karya dan Sumber Hidup, Tahun 2004.................................

69

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pedidikan Penduduk
Desa Telang Karya dan Sumber Hidup, Tahun 2004........................

69

8.

Sistematika Pelaksanaan Kegiatan Rice Estate .................................

74

9.

Bagan Kelembagaan Petani Peserta dan Non-Peserta Rice Estate

1.

6.
7.

..........................................................................................................

79

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

. .

1.

Peta Provinsi Sumatera Selatan.................................................... 145

2.

Peta Kabupaten Banyuasin ................................................................

146

3.

Peta Kawasan Pasang Surut ..............................................................

147

4.

Peta Telang I ......................................................................................

148

5.

Perhitungan Jumlah Populasi Peserta dm Non-Peserta ....................

149

6.

Hasil Pendugaan Model Petani Peserta Program Rice Estate ........... 150

7.

Hasil Pendugaan Model Petani Non-Peserta Program Rice Estate ... 15 8

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang berlangsmg sejak pertengahan tahun 1999 telah
membawa dampak negatif cukup luas bagi kehidupan masyarakat secara
keselumhan.

Dengan terjadinya kontraksi ekonomi, pendapatan masyarakat

termasuk petani menurun. Bersamaan dengan itu daya beli masyarakat telah
mengalami p e n m a n yang sangat tajam pula sebagai akibat terjadinya inflasi
yang tinggi yang mengakibatkan melemahnya ketahanan pangan baik secara
nasional, regionaI maupun ditingkat rumahtangga. Dalam situasi demikian sektor
pertanian dituntut untuk dapat menghasilkaq bahan pangan dalam jumlah yang
cukup, mampu menyerap tenagakerja pengangguran sebanyak mungkin, mampu
menciptakan devisa negara serta diharapkan menjadi sektor andalan dan
penggerak roda perekonomian nasional (Renstra Sumatera Selatan, 2004).
Menurut Simatupang (1989), diantara komoditas tanaman pangan, piidilah
yang menempati kedudukan yang paling istimewa. Hal ini wajar, karena beras
merupakan komoditas utarna yang ketersediaan, distribusi dan tingkat harganya
berpengaruh terhadap stabilitas politik, ekonomi dan sosial, oleh karena itu
penyediaan bahan makanan pokok penduduk merupakan tugas utama pemerintah
yang paling krusial karena akibat kekurangannya akan mempunyai dampak yang
luas. Peran serta pemerintah yang sangat besar dalam pembangunan subsektor
tanaman pangan khususnya padi diantaranya dinyatakan dalam bentuk subsidi
input produksi, penyediaaan kredit, perlindungan harga, penyuluhan, penelitian,
pembangunan jaringan irigasi dan sarana penunjang lainnya.

Permasalahan pangan masih merupakan ha1 yang serius temtama di
negara berkembang. Meskipun Indonesia pernah berswasembada pangan untuk
pertama kalinya tahun 1984, dan dihargai oleh Badan Pangan dan Pertanian

Dunia, namun hanya bertahan beberapa tahun saja d m kembali mengimpor beras.
Tahun 1999 impor berm Indonesia sebesar 3.5 juta ton. Hal ini menunjukkan
masih rapuhnya sistem ketahanan pangan kita (Priyono, 2000). Menurut Saragih
(1998), ketahanan pangan terusik lagi berhubung dengan banyaknya masalah

untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu pangan. Tahun 1998 konsumsi beras di
Indonesia telah mencapai 135 kg,kapita/tahun. Selanjutnya menurut Kantor
Wilayah Departemen Pertaraim Provinsi Sumatera Selatan (2000), ketergantungan
penduduk yang demikian besarnya pada beras mengakibatkan fokus perhatian
dalam upaya mencapai ketahanan pangan adalah pada padi. Sumatera Selatan
merupakan salah satu dari 13 provinsi utama penghasil padi dan mengusahakan
padi di empat agroekosistem yakni: sawah irigasi, tadah hujan, pasang surut dan
sawah lebak.

Agroekosistcm pasang surut memiliki potensi besar dalam

menghasilkan padi di Sumatera Selatan.
Laju produksi padi mengalami hambatan antara lain karena menyusutnya
lahan pertanian produktif terutama di Jawa untuk kegiatan non pertanian seperti
industri, tapak pemukiman, infrastruktur dan kegiatan ekonomi lainnya. Selma
kurun waktu tahun 1983-1993 diperkirakan telah terjadi konversi lahan pertanian
seluas 425 000 ha untuk lahan sawah dan 510 000 ha untuk lahan kering
(Solahuddin, 1999).

Angka konversi yang hampir sama dikemukakan oleh

Sarwani (1994), yaitu kisaran 30 000-50 000 ha per tahun. Sementara itu Suryana
dan Purwoto (1998), mencatat angka lebih besar dimana pada periode yang sama,

secara nasional luas lahan pertanian mengalami penurunan sekitar 1.1 juta ha,
yaitu 16.7 juta ha pada tahun 1983 menjadi 15.6 juta ha pada tahun 1993. Dari
penurunan lahan seluas itu, sekitar 92.0 persen merupakan lahan pertanian di Jawa
yang relatif lebih subur daripada di luar Jawa.

Oleh karena itu, menurut

Solahuddin (1999), upaya untuk mempertahankan swasembada beras melalui
peningkatan produksi dengan penerapan teknologi tidak hanya dilakukan pada
lahan-lahan irigasi atau lahan-lahan yang secara intensif telah dimanfaatkan,
melainkan juga pada lahan-lahan alternatif seperti lahan pasang surut.
Menyusutnya lahan di Jawa yang subur mtuk berbagai kepentingan non
pertanian dan meningkatnya permintaan akan hasil pertanian seiring dengan
pertambahan penduduk dan perkembangan industri menjadikan pilihan terhadap
lahan pasang surut semakin strategis dalam pembangunan pertanian, khususnya
tanarnan pangan. Lahan pasang surut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
surnberdaya untuk memacu perturnbuhan produksi pertanian karena jenis lahan ini
mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi lahan produktif jika dikelola
dengan teknologi tepat guna dan teknologi untuk itu relatif tersedia. Masyarakat
telah lama mengenal pengelolaan lahan pasang surut. Pengembangan pertanian di
lahan pasang surut merupakan perwujudan dari upaya pemanfaatan potensi dam
secara optimal berbasis pertanian pangan dan diharapkan rnemberikan sumbangan
besar terhadap peningkatan produksi untuk mencapai ketahanan pangan terutarna
beras (Ananto et al., 1998).
Data terakhir tentang rawa yang telah dikembangkan adalah seluas 3.9
juta ha yang sekitar 65 persen berada di Pulau Sumatera sedangkan sisanya ada di
Kalimantan. Lahan rawa yang dikembangkan secara spontan oleh masyarakat

adalah 2.6 iuta ha sedang 1.3 juta ha lagi dengan bantuan pemerintah rnelalui
transnligrasi. Infidrnlasi lebih len&apnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel I . Distribusi Lallan Ra wa yang dikembangkan dengan Bantuan Pemerjntah
di Indonesia, Tahun 2004

Total
Pasane Surut
I Non Pasang Surut
(ha)
1 (%) 1 (ha)
(%)
(ha)
894.73
1.8
279.48
0.8
Sumatera
61 5.25
412.14
0.5
0.7
192.13
Kalimantan
2 19.95
6
0
6
0.02
0
Irian Jaya
0.0 1
2
0
2
0
Sulawesi
1.3 1 1314.87 1
Total
1
835.2
1 2.5
479.67
Sumber: Badan Urusan Logistik (BULOG) Sumatera Selatan, Tahun 2004
Lokasi

(%)

2.6
1.2
0.02
0.0 1
3.8

Pusat-pusat pertumbuhan baru merupakan alternatif penting untuk
menanlbah produksi pangan. Salah satu altematif untuk mengantisipasinya adalah
mengembangkan potensi lahan pasang surut. Menurut Ditjen Pengairan Sumatera
Selatan bahwa Provinsi Sumatera Selatan merniliki lahan pasang surut yang
potensial untrtk pertanian seluas lebih kurang 961 000 hekqar. Scluas 359 250
hektar (37.4%) diantaranya sudah direklanlasi dan 276 514 hektar (28.8%)
diantaranya merupakan daerah transmigrasi yang dihuni sekitar 73 500 kepala
keluarga. Namun demikian

pemanfaatannya belum optimal karena berbagai

kendala, dan ini terlihat pada tingkat produksi Fang masih rendah dan belum
meningkatkan kesejahterm~~
pctani pada umumnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Proyek Penelitian Pertanian di
Lahan Rawa, Balitbang Departenlen Pertanian dari tahun 1985 sampai dengan

1993. lahan raiva temyata men~ilikipotensi yang culiup besar untuk rnenul~jang
kernantapan swasembada pangan.

Hal ini dapat dilakukan, baik rnelalui

peningkatan produktifitas maupun perluaran areal tanaman. dengan pembukaan
lahan baru dan peningkatan intensitas tanam pada Iahan yang teId1 diusahakan.

Pada saat ini intensitas tanam pada semua tipologi lahan rawa khususnya rawa
pasang surut dan tipe luapan air pasang umumnya hanya satu kali tanam setahun
dengan produktivitas rendah akibat pengaruh jenis tanah, tipe luapan air serta
teknologi budidaya dan kondisi sosial ekonomi petani yang belum memadai.
Menurut peneliti dibidang pertanian, lahan marginal adalah lahan yang
mempunyai potensi rendah, namun dengan menerapkan teknologi dan system
pengelolaan yang tepa. guna, potensi lahan tersebut dapat menjadi lebih produktif
(Noor dan Muhammad, 1996).

Selanjutnya menurut Wahyu (2002),

pembangunan pertanian di lahan marginal (lahan kering dan rawa) dihadapkan
pada dua masalah yitu aspek agrofisik dan biologis (tanah masam, kesuburan
tanah rendah, kemungkinan terjadi keracunan alumunium dan besi, lapisan pirit,
gambut yang terlalu tebal, fluktuasi pasang dan surut, hama, penyakit, gulma dan
sebagainya), dan aspek sosial budaya yaitu pembangunan manusia yang mengarah
pada kualitas.
Secara umum kendala yang dihadapi dalarn pengembangan lahan pasang
surut mencakup aspek biofisik, sosial ekonorni dan kelembagaan.

Kendala

biofisik dicerminkan dari sifat fisika kimia lahan seperti rendahnya kesuburan dan
pH tanah, adanya zat b~racun(aluminium, besi, hidrogen sulfida dan natrium) dan

lapisan gambut, terjadinya kekeringan atau genangan air dan intrusi air asin.
Kendala sosial ekonomi meliputi keterbatasan modal dan tenaga kerja, tingkat
pendidikan petani yang rendah, kondisi sarana dan prasarana yang kurang
memadai, rendahnya harga hasil pertanian dan kurangnya dukungan eksternal,
seperti kelembagaan untuk penyediaan modal, sarana produksi clan pemasaran
hasil.

Berbagai faktor pembatas tersebut mempunyai keterkaitan satu sarna

lainnya, karena itu pemanfaatan lahan pasang surut harus meminimalkan semua
aspek pernbatas tersebut.
Rerbagai program pembangunan telah dilaksanakan di wilayah pasang
surut, baik berupa studi maupun proyek diantaranya: (1) Second irrigation Sector
Prbject, (2) Third Irrigation Sector Project, (3) Irrigation Sub-sector Project
(IISP-1 dan IISP-2), (4) Rice Seed Production and Distribution Project, (5)
Secondary Crops Production and Marketing Project, (6) Irrigated Command
Area Development Project, (7) Provincial Irrigated Agricultural Development
Project dan (8) Integrated Irrigation Sector Project. Namun berbagai program
dan proyek tersebut masih belum marnpu memeca'Ikan faktor pembatas secara
menyeluruh.

Faktor pembatas yang masih sangat menonjol smt ini adalah

kendala modal clan harga jual rendah.
Guna membantu memecahkan faktor pembatas melalui penyediaan input
seperti pemberian modal kepada petani dan penampungan hasi! yang semuanya
dirangkai dengan kegiatan pendarnpingan, maka Badan Urusan Logistik
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Sumatera Selatan dan Pemerintah
Kabupaten Banyuasin melaksanakan suatu program dengan nama "Rice Estate "
yang merupakan Pilot

Prcject 1 000 ha di lahan pasang surut Telang I.

Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil evaluasi dan monitoring program
Rice Estate yang telah berjalan, maka pengembalian kredit oleh petani kepada
BULOG, telah mencapai lebih dari 70 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa

program Rice Estate yang telah berjalan tersebut dapat dikatakan berhasil.
Rekapitulasi pengembalian pinjaman petani dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Persentase Pengembalian Pinjaman Petani Peserta Kegiatan
Rice Estate MT I 2003/2004
Persentase (%)
Pengembalian
98.00
1.
Sumber Mulyo
6
89.66
2.
2
Telang Makrnur
100.00
2
Sumber Hidup
3.
78.85
4.
9
Telang Karya
( 5. 1 Telang Rejo
13
72.28
Sumber: Badan Urusan Logistik (BULOG) Sumatera Selatan, 2004
No.

Nama Desa

Jumlah Kelompok Tani

Sebagai program pembangunan, maka program Rice Estate h a m mampu
memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya petani. Karena itu, dampak dan
manfaat Rice Estate perlu di estimasi untuk mendukung keberlanjutan program
dimasa mendatang, termasuk kendala yang dapat dipecahkan melalui kegiatan ini.
Perubahan kondisi perekonomian berdarnpak pada perubahan stmktm
ekonomi pedesaan khususnya masalah kesempatan kerja dan pendapatan
rumahtangga pedesaan.

Dampak perubahan tersebut sangat beragam antar

wilayah tergantung kepada keragaman kondisi agroekosistem dan tipe pertanian
yang dikembangkan di wilayah tersebut (Susilowati et al., 2001).
Rumahtangga petani padi pada dasarnya tidak hanya dapat dilihat sebagai
penyedia tenaga kerja karena kenyatzlannya rumahtangga tersebut dapat berperan
sebagai produsen dan konsumen. Keputusan alokasi tenaga kerja rumahtangga
baik disektor pertanian maupun diluar sektor pertanian akan mempengaruhi proses
produksi di pertanian, yang pada akhimya berpengaruh terhadap penghasilan
petani. Dan penghasilan tersebut akan mempengaruhi tingkat pola pengeluaran
rumahtangga petani. Oleh karenanya diperlukan infiormasi yang berkaitan dengan
pola ekonomi nunahtangga petani padi serta alokasi curahan tenaga kerjanya.

Adanya kecenderungan bahwa rumahtangga petani dalam mengusahakan
usahataninya masih mengutamakan untuk pemenuhan kebutuhan kelwga saja.
Dengan adanya program Rice Estate yang dilaksanakm di daerah pasang surut ini
diharapkan berdampak positif terhadap pendapatan petani, sehingga dengan
demikian perlu juga dilihat perbedaan pendapatan antara petani yang menjadi
peserta program dan non peserta program.
1.2. Perumusan Masalah
Daerah pasang surut Telang I yang luasnya mencapai 26 680 hektar
semula adalah lokasi pemukiman tra~smigrasipertanian berbasis tanaman pangan.
Daerah ini pertama kali dibuka pada tahun 197511976 clan penempatan
transmigrasi pertama pada tahun 1980. Daerah ini diiuni tidak kurang dari 5 000
kelwga transrnigrasi yang meliputi lebih dari 20 000 jiwa dan sebelumnya telah
ditempati oleh penduduk asli dan pendatang bersuku Bugis (Ditjen Pengairan,
1998).
Berbagai kendala yang amat menonjol adalah keterbatasan modal disertai
dengan harga jual yang rendah. Faktor pembatas lain yang dihadapi petani adalah
penanganan panen dan pascapanen. Musim panen yang jatuh dimusim hujan
disertai dengan terbatasnya fasilitas/alsintan yang dibutuhkan, menyebabkan
kerusakan gabah karena tertumpuk di sawah, tidak dapat segera dirontokkan dan
dikeringkan sehingga menghasilkan beras yang bermutu rendah yang dikenal
dengan berm batik yang pada akhirnya berpengaruh pada harga jual yang rendah.
Kompleksnya masalah pertanian di wilayah pasang surut dapat dilihat pada pohon
masalah seperti yang ada pada Gambar 1.

Gambar 1 . Disarikan dari Yazid dan Susanto (2001), Pohon Masalah Pertanian
yang Teridentifikasi di Wilayah Pasang Surut Sumatera Selatan

Berbagai permasalahan tersebut menyebabkan pendapatan yang diperoleh
oleh petani belum dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk dapat memenuhi
kebutuhan rumahtangganya, maka petani tidak hanya mencurahkan waktu kerja
dalam usaha pertanian, narnun juga di luar usaha tersebut. Adanya kegiatan Rice
Estate akan berpengaruh terhadap perolehan tingkat pendapatan, yang pada

akhirnya sangat mempenganrhi jumlah dan konsumsi rumahtangga.
Rumahtangga disebut sebagai unit dasar pengambilan keputusan karena
anggota keluarga dianggap akan bekerja dengan melihat pertirnbangan anggota
lain. Jadi keputusan penawaran tenaga kerja oleh keluarga merupakan hasil proses
simultan menuju kepuasan maksirnum dengan sumberdaya terbatas. Sebagai
contoh seorang isteri atau anak dewasa akan mencari nafkah jika pendapatan
suarni atau kepala keluarga tidak mencukupi kebutuhan keluarga, khususnya di
pedesaan seluruh anggota keluarga cenderung berperilaku sama dalam
mendistribusikan tenaga kerjanya bagi pencapaian kesejahteraan keluarga.
Pencenninan strategi rumahtangga untuk hidup dan sejahtera ditunjukkian
oleh kontribusi kerja atau alokasi waktu kepala keluarga untuk mencari nafkah,

dan kegiatan lainnya. Dalam ha1 ini kontribusi kerja merupakan refleksi sistem
produksi dalam nunahtangga. Tiap kegiatan kepala keluarga ditujukan untuk
mencapai nilai guna yang akhirnya menghasilkan kesejahteraan. Keputusan yang
diambil terkait dengan karakteristik rumahtangga seperti faktor jurnlah anggota
keluarga, tingkat pendidikannya, usia, pengalaman dan faktor-faktor lainnya.
Rumahtangga sebagai konsumen maupun produsen harus mampu
membuat pilihan dan mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan aktivitas
ekonominya. Keputusan yang diambil meliputi keputusan dalam mengalokasikan

waktu kerja, pendapatan dalam melakukan aktivitas produksi dan keputusan
dalarn melakukan aktivitas konsumsi mahtangga. Oleh karenanya penelitian ini
membahas pennasalahan sebagai berikut:
1. Bagamana pendapatan usahatani peserta dan non-peserta program Rice

Estate dan bagaimana pula jika ditinjau dari sisi pengeluaran usahatani serta
RC rasionya?

2. Bagaimana keragaan ekonomi rumahtangga antara petani peserta dan nonpeserts program Rice Estate ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka secara urnum tujuan
penelitian ini adalah melihat manfaat keberadaan program Rice Estate dengan
cara melakukan analisis usahatani dm mempelajari keputusan ekonomi
rumahtangga yang meliputi alokasi waktu kerja, pendapatan, pengeluaran, stok
dan rekreasi rumahtangga petani pada lahan pasang surut Telang I Kecarnatan

Muara Telang Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Secara khusus tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis tingkat pendapatan, pengeluaran usahatani dan R/C petani

peserta dan non-peserta Rice Estate.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani, alokasi

tenagakerja, pendapatan, pengeluaran, stok dan rekreasi rumahtangga petani
peserta dan non-peserta Rice Estate.
Diharapkan hasii penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi
terhadap perkembangan pengetahuan terutarna yang berkaitan dengan ekonomi
mahtangga petani. Demikian juga diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan

pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan-kebiljakan
bagi perencana maupun pelaksana pembangunan pertanian khususnya di daerah
pasang surut.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan

tujuan yang akan dicapai, maka pada penelitian ini

dilakukan analisis terhadap usahatani dan analisis terhadap ekonomi rumahtangga.
Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup pedesaan yaitu Desa Telang Karya

dan Desa Sumber Hidup. Rumahtangga yang menjadi objek penelitian adalah
rumahtangga petani peserta dan non peserta program Rice Estate. Penelitian pada
analisis usahatani mengkaji aspek penerimaan, aspek biaya tunai yang terdir; dari
biaya benih, pupuk (urea, TSP, KCl), pestisida, traktor, biaya tenaga kerja luar
keluarga dan pajak, aspek biaya yang diperhitungkan yang terdiri dari biaya sewa
lahan dm tenaga kerja keluarga dan aspek pendapatan serta pada akhirnya
mengkaji aspek kelayakan usaha yang tercermin dari RC rasio.
Analisis ekonomi rumahtangga menekankan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan ekonorni mahtangga dalam berproduksi, dalam
mengalokasikan waktu tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran konsumsi.
Penggunaan model simultan dalam penelitian ini dimaksudkan agar keterkitan
antar subsistem dari seluruh subsistem yang terdapat dalam sistem ekonomi

rumahtangga dapat diketahui dengan baik.

Hal ini disebabkan karena setiap

perubahan yang dilakukan rumahtangga pada suatu subsistem akan mempunyai
pengaruh terhadap subsistem lainnya.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pertama, validitas data yang
dikumpulkan sangat tergantung pada daya ingat dan kejujuran nunahtangga
responden dan kedua, masih adanya variable-variabel eksogen yang dianggap
berpengaruh terhadap variable endogen akan tetapi belum dimasukkan dalarn
model karena tidak tertangkap pada waktu pengambilan data primer di lapangan.

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Tentang Lahan Pasang Surut
Secara umum lahan pasang surut merupakan lingkungan pengendapan
bahan-bahan yang terbagi menjadi kelompok aluvial, kelompok marin dan
kelompok kubah gam3ut. Pada kelompok marin biasanya terdapat tanah yang
mempunyai lapisan pirit. Berdasarkan jangkauan pasang surut air, lahan rawa
dikelompokkan menjadi 3 zona yaitu zona pasang surut payadsdin, zona pasang
surut air tawar dan zona non pasang surut atau rawa lebak (Komaruddin et al.,

2000).
Peluang pemanfaatan lahan rawa pasang surut cukup besar, demikian pula
dengan tantangannya.

Penelaahan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di

Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Surnatera Selatan menunjukkan
bahwa lahan rawa dapat dikembangkan menjadi lahan yang produktif melalui
pengelolaan yang tepat. Hasil-hasil penelitian Proyek SWAMPS-I1 di Kalimantan
Selatan yang dilakukan sejak tahun 1985 menunjukkan bahwa padi merupdcan
salah satu komoditas utama dalam sistem usahatani lahan pasang surut yang dapat
diandalkan. Hal ini berarti bahwa lahan pasang surut yang selama ini tergolong
marginal, menjadi semakin penting artinya dan berpotensi untruk dimanfaatkan
sebagai salah satu surnber produksi padi (Syafaat dan Swastika, 1997).
Dalam hubungannya dengan pemanfatan dan pengelolaan, lahan rawa
pasang surut dikelompokkan lagi berdasarkan tipologi lahannya. Pengelompokan
lahan ini disesuaikan dengan macam dan tingkat kendala atau masalah
biofisiknya.

Berdasarkan faktor fisika-kimia tanah dan tingkat kendala yang

diperkirakan &pat ditimbulkan, lahan pasang surut dibagi ke dalam empat
tipologi utarna yaitu lahan potensial, lahan sulfat masam, lahan gambut dan lahan
salin (Yazid dan Susanto, 2001).
Lahan pasang surut dikelompokkanjuga berdasarkan jangkauan air pasang
atau ketinggidmuka air genangan yang dikenal dengan tipe luapan. Badan
Litbang Pertanian membagi tipe luapan ini berdasarkan siklus pasang bulanan
menjadi tipe luapan A, B, C dan D. Pengelompokkan ini selain penting untuk
arahan penataan dan pemanfaatan lahan, juga untuk penentuan sistem pengelolaan

air dan pola tanam. Lahan bertipe luapan A selalu terluapi air pasang besar dan
kecil, baik pada musim hujan maupun pada musim kemmu, sedangkan lahan
bertipe luapan B hanya terlu~piair pasang besar pada m u s h hujan saja Lahan
bertipe luapan C tidak terluapi air pasang tetapi kedalaman muka air tanahnya
kurang dari 50 cm, sedangkan lahan bertipe luapan D adalah seperti tipe C hanya
kedalaman muka air tanahnya lebih dari 50 cm (Badan Litbang Departemen
Pertanian, 2002).
Menurut tipologinya, sebagian besar lahan pertanian di 11 wilayah pasang
surut Sumatera Selatan yang sudah dikarakterisasi terdiri dari (diurutkan dari yang
paling luas) tipologi lahan potensial-2 seluas 58 849 ha (40.61%), sulfat masam
potensial 50 263 ha (34.69%), sulfat masam aktual 14 016 ha (9.67%), potensial-1
10 971 ha (7.57%) dan gambut dangkal 5 075 ha (3.50%). Sisanya adalah sulfat
masam potensial bergambut 3 833 ha (2.65%), gambut sedang 1 439 ha (0.99%)
dan bekas aliran sungai alam 458 ha (0.32%). Secara rinci sebaran tipologi lahan
pasang surut Surnatera Selatan yang telah dikarakterisasi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Lahan Pertanian Menurut Tipologinya di 11 Wilayah Pasang Surut
Sumatera Selatan yang Dikarakterisasi
Wilayah

Pot-1

1

Pot-2 ( SMP

I

SMP-G

/

SMA

I

GDK

I

GSD

aAS

1 Total
' 16710

............................................................. (ha)............................ .................................---

Sugihan Kanan
SugihanKiri
I1253
Cinta Manis
195
1 280
Delta Saleh
165
Delta Upang
4681
Delta Telang 1
Delta Telang I1
1 233
1713
h l a u Rimau
Karangagung Hulu
451
Kxangagung Tengah
Karangagung Hilir
10 971
Jumlah
Persentase
1 7.57

5 754
7218
1 970
8 158
2660
7314
4 611
4298
881
10 177
5 808
58 849
40.61

7 970
9298
75
992
2 328
4 111
1 887
9811
3 823
5 190
4 778
50 263
34.69

2128
488
80
155
931
51
3 833
2.65

2 986
3468
2260

959
3 588
336
205
214
14 016
1 9.67

-

2753

-

512

-

190
788

-

969

782

458

375

-

145

-

5 075
3.50

1439

-

-

26630
4500
10430
5831
16 974
8 845
22 550
5 040
16594
10800,

458 144904
0.99 10.32 1

Surnber: Ananto et al., 1998
Keterangan: Pot- 1
SMP
GDK
GSD

= Potensial- 1
= Sulfat Masam Potensial
= Gambut Dangkal
= Gambut

Pot-:! = Potensal-2
SMP-G = SMP bergambut
SMA = Sulfat Masam Aktual
BAS = Bekas Aliran Sungai

Tipe luapan yang mendominasi lahan pertanian adalah C dan B, berturutturut 66 132 ha (45.64%) dan 5 1 372 ha (35.345%), sedangkan untuk tipe luapan
A dan D hanya ditemukan seluas 13 258 ha (9.15%) dan 14 140 ha (9.76%).

Secara rinci sebaran tipe luapan air dari setiap wilayah pasang surut Sumatera
Selatan yang telah dikarakterisasi disajikan pada Tabel 4.
Kendala sosial ekonomi yang dihadapi petani dalam pengembangan
pertanian lahan pasang surut mencakup terbatasnya tenaga clan modal kerja,
pendidikan serta adat hudaya masyarakatnya. Hal ini menyebabkan sulitnya
penerimaan terhadap perubahan dan larnbannya adopsi teknologi baru.
Ketersediaan tenaga kerja yang cukup merupakan salah satu titik strategis yang
penting dalarn pengembangan pasang surut secara intensif. Daerah pasang surut
Sumatera Selatan umumnya merupakan tempat pemukiman transmigran, dengan
populasi penduduk yang rendah sehingga ketersediaan tenaga kerja untuk
mengelola lahan dan usahatani sangat terbatas. Struktur kelwga petani di

sembilan wilayah pasang surut Sumatera Selatan berkisar antara 4.1 - 5 orang/KK
(Yazid clan Susanto, 2001) atau rata-rata 4.73 orang/KK dengan jumlah tenaga
kerja potensial sekitar 2.79 orang/KK (Ananto et al., 1998). Hal ini
mengakibatkan rendahnya tingkat pengelolaan usahatani, petani hanya mengelola
usahataninya secara ekstensif sederhana.
Tabel 4. Luas Lahan Pertanian Menurut Tipe Luapan Air di 11 Wilayah Pasang
Surut Sumatera Selatan
Wilayah
A
Sugihan kanan
Sugihan Kiri
Cinta Manis
Delta Saleh
Delta Upang
Delta Telang I
Delta Telang II
Pulau Rimau
Karangagung Ulu
Karangagung Tengah
Karangagung Hilir
Jumlah
Persentase

359
13 258
9.15
Sumber: Ananto et al., 1998

I

Tipe Luapan Air (Ha)
B
I
C I
D

6 677
51 372
35.45

3 764
66132
45.64

,

14140
9.76

I

Total

10 800
144904

Menurut Pramono (2003j, dalarn mencapai keberhasilan pengembangan
sistem usaha pertanian lahan pasang surut, ti&

cukup hanya dengan

mengintroduksi teknologi, tetapi diperlukan adanya dukungan melalui pembinaan
dan perekayasaan

kelembagaan sebagai komponen sistem. Kelembagaan

merupakan pendukung dalam sistem usaha pertanian maka pemecahan masalah
kelembagaan merupakan komponen yang tidak dapat diabaikan bila ingin
mencapai sasaran yang diharapkan. Dinamika kelompok &ni yang belum begitu
baik berperan nyata di dalarn kekurang berhasilan usahatani yang dilakukan,
ketidakkompakan antarpetani di dalam menentukan jadwal tanamlsebar benih

merupakan awal dari kekurang hrhasilan usahatani yang dilakukan. Hal ini
menyebabkan perbedaan di dalam persiapan lahan, apalagi ditambah dengan
perbedaan varietas benih yang ditanam. Kegiatan Rice Estate memberikan
manfaat yang nyata bagi para petani peserta, ha1 ini dapat dilihat dari tingkat
pendapatan petani yang meningkat sebesar 145.98%.
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan P pada tanah potensial sulfat
masam, biasanya digunakan TSP yang memiliki daya larut cepat. Pemupukan
TSP pada tanah masam biasanya diperlukan dalam jumlah yang lebih besar
daripada TSP yang diberikan pada tanah yang bereaksi netral karena sebagian P
diikat oleh kompleks adsorpsi sehingga tidak bisa terserap oleh tanaman. Hal irli
tidak efisien karena TSP mahal harganya dan dibuat dengan proses yang rumit.
Oleh karenanya alternatif yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan
sumber P alam yang biaya pembuatannya lebih murah yaitu pemakaian pupuk P
alam secara langsung atau pupuk P alam y a k diasamkan sebagian (Subiksa et al.,
1990). Selanjutnya menurut Tampubolon et al. (1990) bahwa kendala yang
dihadapi petani transmigrasi di lahan pasang surut adalah (i) agro fisik berupa
rendahnya kesuburan tanah, tingginya kernasaman tanah, adanya lapisan pirit
yang sangat labil dan mudah membentuk besi yang berlzbihan dan merupakan

racun terhadap tanarnan, adanya gambut, genangan air dan peresapan air yang
berkadar tinggi, (ii) biologis dan harna penyakit terutama tikus, babi hutan,
wereng coklat, bias, patah leher dan lainnya, (iii) sosial ekonomi berupa
keterbatasan modal dan tenaga kerja, rendahnya mutu dan jumlah prasarana, serta
lambatnya perkembangan lembaga pemasaran.

Menurut penelitian Sisworo (1983) bahwa tanaman pa& yang
ditumbuhkan di atas tanah

bergambut Delta Upang Surnatera Selatan

menunjukkan respons perturnbuhan dan kenaikan bobot kering gabah terhadap
pemupukan nitrogen. Akan tetapi, takaran melebihi 1 250 mg N/pot (setara
dengan 200 kg N/ha) menyebabkan pembentukan anakan terus menerus, sehingga
kematangan tidak serempak bahkan menyebabkan menurunkan produksi.
Kemudian dituliskan juga bahwa peranan pupuk sebagai sumber N tanaman dan
keefisienan pemupukan nitrogen dipersawahan pasang surut lebih rendah
dibandingkan dengan di persawahan tanah mineral yang pengairannya mudah
dikendalikan.
Meskipun tingkat rata-rata produksi varietas padi lokal lebih rendah,
namun mempunyai stabilitas produksi lebih tinggi dibanding varietas unggul.
Rendahnya produksi padi di daerah pasang surut Delta Upang diduga karena
berkurangnya unsur hara, sulitnya pengaturan tata air clan intensitas serangan
hama yang tinggi. Kendala biologis adalah hama tikus yang menyerang (Jenahar,
1990).
Ekstensi-i

pertanian pada lahan pasang surut mengharuskan

digunakannya tenaga kerja yang banyak dan modal yang besar, sedangkan
efisiensi waktu relatif kecil dan areal pertanian pasang surut yang sudah dibuka
relatif masih kecil. Kendala utama pengembangan pertanian secara intensif di
lahan pasang surut adalah terbatasnya tenaga kerja. Alternatif untuk memecahkan
masalah ini adalah penggunaan alat dm mesin pertanian pra dan pascapenen
secara tepat guna yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat. Namun
karena kemampuan petani sangat terbatas dalam hal permodalan maupun

pengetahuan tentang pengelolaan alsintan dan prasarana penunjangnya, maka ha1
tersebut hanya merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah (Umar et al.,
2002).
Menurut Pramono (2003), dalam mencapai keberhasilan pengembangan
sistem usaha pertanian lahan pasang surut, tidak cukup hanya dengan
mengintroduksi teknologi, tetapi diperlukan adanya dukungan melalui pembinaan

dan perekayasaan

keiembagaan sebagai komponen sistem. Kelembagaan

merupakan pend~ikungdalam sistem usaha pertanian maka pemecahan masalah
kelembagaan merupakan komponen yang tidak dapat diabaikan bila ingin
mencapai sasaran yang diharapkan. Dinamika kelompok tani yang belum begitu
baik berperan nyata di dalam kekurang berhasilan usahatani yang dilakukan,
ketidakkompakan antar petani di dalam menentukan jadwal tanamhebar benih
merupakan awal dari kekurang berhasilan usahatani yang dilakukan. Hal ini
menyebabkan perbedaan di dalam persiapan lahan, apalagi ditambah dengan
perbedaan varietas benih yang ditanam.
Potensi varietas padi yang dilepas untuk lahan rawa dapat mencapai 6 ton
per ha, namun produktivitas aktual yang terjadi saat ini baru mencapai !.5 - 3 ton
per ha untuk padi lokal dan 2.5 - 3.5 ton per ha untuk padi unggul (Sabran et al.,
1998).

Penelitian lain tentang studi sumber perturnbuhan produksi padi di

Kalimantan Selatan memperlihatkan lahan rawa pasang surut dapat memberikan
tambahan kontribusi dalam peningkatan produksi padi sebesar 0.461 juta ton atau
39.1 persen dari potensi produksi sebesar 1.476 juta ton melalui perbaikan
teknologi seperti teknologi peningkatan produktivitas, pengurangan senjang hasil
dan peningkatan intensitas tanam (Sarwani et al., 1992).

2.2. Studi Tentang Usahatani
Usahatani adalah setiap organisasi dari dam, tenaga kerja dan modal yang
ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Usahatani terdiri dari atas
manusia petani (bersama keluarganya) merupakan unsur tenaga kerja, tanah
(alam), ada unsur modal (termasuk tanaman) dan unsur pengelolaan atau
manajemen yang peranan ini dipegang oleh petani itu sendiri (Soekartawi, 1991).
Sumberdaya petani menurut Harwood (1979) meliputi faktor fisik seperti
tanah, energi matahar;, air dan faktor sosial ekonomi seperti uang tunai, kredlt,
tenaga kerja dan pasar. Kombinasi faktor-faktor ini mempengaruhi output dan
metode produksi yang digunakan. Selanjutnya, menurut Malian et al. (1988)
bahwa tujuan petani melakukan aktivitas usahatani adalah memenuhi kebutuhan
konsumsi keluarga dan memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Tingkat
konsumsi yang berlaku di suatu daerah akan bervariasi satu sama lain.
Modal yang paling berpengaruh dalam usahatani adalah modal
operasional. Modal operasional dimaksud adalah bentuk tunai yang dapat ditukar
dengan barang lain, seperti sarana produksi, tenaga kerja dan biaya pengolahan.
Petani sebagai pengelola usahatani termasuk pembiayaannya adalah seorang yang
membutuhkan dan berperan dalam perencanaan kegiatan usahatani, yang meliputi
penyediaan dan pengalokasian dana. Menciptakan dana melalui pengendalian
sumber-sumber serta mengelolanya dalam kegiatan produksi seefektif mungkin.
Apa