Evaluasi Hasil Vaksinasi Avian Influenza (AI) di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang

EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI
KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG

ANI SITI NURFITRIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
ANI SITI NURFITRIANI. Evaluasi Hasil Vakisnasi Avian Influenza (AI) di
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dibimbing oleh SRI MURTINI dan
RETNO D. SOEJOEDONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program
vaksinasi yang dilakukan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
Pengambilan sampel dilakukan di lima desa di Kecamatan Jatinagor. Sampel
serum diambil ayam yang telah divaksinasi AI di lima desa yaitu Desa
Cintamulya, Desa Jatiroke, Desa Jatimukti, Desa Hegaramanah, dan Desa
Cikeruh. Pemeriksaan titer antibodi yang dilakukan dengan menggunakan uji
Hemaglutinasi Inhibisi (uji HI). Rataan titer antibodi dari masing-masing desa

dihitung berdasarkan Geometric Mean Titer (GMT). Hasil uji terhadap 100
sampel yang diperiksa menyatakan bahwa 32 diantaranya menunjukkan titer
protektif (=2 4) terhadap H5N1. serum dengan titer protektif terbanyak berasal dari
Desa Jatiroke (53.85%) dan terendah berasal dari Desa Cikeruh (11.11%). Rataan
antibodi masing-masing desa yaitu Desa Cintamulya 3.76, Desa Jatimukti 3.35,
Desa Jatiroke 4.38, Desa Hegarmanah 3.87, dan Desa Cikeruh 1.76 serta rataan
antibodi hasil vaksinasi di Kecamatan Jatinangor sebesar 3.19. Hal ini
menunjukkan bahwa vaksinasi yang dilakukan belum cukup menginduksi
kekebalan protektif dari ayam buras yang dipelihara oleh masyarakat di lima desa
di kecamatan Jatiangor.
Kata kunci : Avian Influenza, Uji Hemaglutinasi Inhibisi, Vaksinasi

EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI
KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG

ANI SITI NURFITRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul

: Evaluasi Hasil Vaksinasi Avian Influenza (AI) di Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang

Nama

: Ani Siti Nurfitriani

NRP

: B04103061


Program studi : Kedokteran Hewan

Disetujui

Dr. drh. Sri Murtini, MSi
Pembimbing I

Dr. drh. Retno D. Soejoedono, MS
Pembimbing II

Diketahui

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS.
Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal Lulus : 14 September 2007

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW kepada keluarga, sahabat, dan kita selaku

umatnya. Tema skripsi ini adalah vaksinasi Avian Influenza (AI), dengan judul
Evaluasi Hasil Vaksinasi Avian Influenza (AI) di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta (Iin Solihin
S.Sos, Msi dan Aroh Komariah). Pemimbing skripsi (Dr.drh. Sri Murtini, MSi
dan Dr. drh. Retno D. Soejoedono MS) serta dosen penilai dan penguji (Dr. drh. I
Wayan Teguh Wibawan), dosen pembimbing akademik (Dr. drh. Hera
Maheswari, Msi). Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang. Kantor
Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Jatinangor, Drh. Sri Pujiastuti, Drh. Mursyid,
Drh. Yuli Jazuli, sarjana pendamping raksa desa (Bapak Oleh), Kepala Desa
Jatimukti, Pak Yuyus dan masyarakat Jatinangor.
Terima kasih juga untuk keluarga tercinta di Tanjungsari. Tim Jatinangor
(Pritta, Akang Adi, A Luki, dan Aziz ’ntih’). Tim Laboratorium Mikrobiologi
Medik (drh. Ika, drh Okti, Pak Lukman, Pak Wahyu, dan Pak Nur). Muhammad
Aziz Hakim, teman satu bimbingan dan satu laboratorium (Ias, Kunto, dan Putra)
Sahabat tercinta (D’GOnZrenk, 3Gem,

3Reginer, MBV 2007, Nurul ‘Ulil’,

Wangsit, Yustin, kelompok Liqo, Arin, Asfini, Abud, Astri ‘Jamur’, Yasmine,

Bone, Hani, Kak Afif, Kak Marwah). Teman-teman angkatan 40, 41, dan 42.
BEM KM IPB, BEM FKH, DKM An-Nahl, DPM FKH. Serta semua pihak yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik serta
saran senantiasa penulis nantikan untuk kebaikan bersama.

Bogor, September 2007

Ani Siti Nurfitriani

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 19 Juni 1985 dari Ayah Iin
Solihin, S.Sos, MSi dan Ibu Aroh Komariah. Penulis merupakan putri pertama
dari dua bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMA Negeri I Tanjungsari dan pada tahun
yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Penulis memilih masuk Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan
yaitu sebagai anggota Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman (2003-2004), staf
Penelitian dan Pengembangan IMAKAHI (2003-2004), Departemen Sosial

Lingkungan BEM KM IPB (2004-2005), sekretaris kabinet BEM FKH (20052006), bagian keputrian DKM An-Nahl (2006-2007), dan pernah menjabat
sebagai bendahara umum DPM FKH (2006) dan aktif sebagai anggota Himpro
Ruminansia. Pada tahun ajaran 2004-2005 penulis menjadi asisten untuk mata
kuliah embriologi, penanggung jawab mata kuliah Ilmu Reproduksi dan Ternak
tahun ajaran 2004-2005 semester genap, penanggung jawab mata kuliah Ilmu
Kebidanan tahun ajaran 2005-2006 semester ganjil, dan penanggung jawab mata
kuliah Ilmu Kemajiran tahun ajaran 2006-2007 semester genap.

Penulis

mendalami ilmu pengobatan di Natural Healing Course tahun 2007. Pada tahun
yang sama penulis mendirikan les private untuk mata kuliah Fisiologi Veteriner
yaitu ‘Fisio Asik’.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………

viii


DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..

ix

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………

x

PENDAHULUAN ………………………………………………………….

1

Latar Belakang ……………………………………………………….

1

Tujuan Penelitian ……………………………………………………...

2


Manfaat Penelitian ………………………………………………….....

2

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………

3

Avian Influenza (AI) …………………………………………………..

3

Gejala Klinis AI ………………………………………………………

5

Program Pencegahan dan Pengendalian Avian Influenza (AI) ..............

5


Vaksin dan Vaksinasi Avian Influenza (AI) ..........................................

7

Evaluasi Vaksinasi dan Hemaglutinasi Inhibisi ....................................

10

BAHAN DAN METODE ............................................................................

13

Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................

13

Bahan Penelitian ...................................................................................

13


Metode Penelitian .................................................................................

13

Pengambilan Sampel (Serum) ..............................................................

13

Persiapan Uji HI ...................................................................................

14

Evaluasi Titer Antibodi Terhadap AI ..................................................

14

Kuisioner Peternak ...............................................................................

15


Data Sekunder ......................................................................................

15

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

16

Hasil Pengujian Antibodi Terhadap AI .................................................

16

Faktor-faktor Keberhasilan Vaksinasi ...................................................

18

Gambaran Peternak di Kecamatan Jatinangor ......................................

23

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

25

Kesimpulan .............................................................................................

25

Saran .......................................................................................................

25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

26

LAMPIRAN ..................................................................................................

29

DAFTAR TABEL
Halaman

1 Program vaksinasi pada unggas di Indonesia …………………….......

10

2 Jumlah sampel yang diambil dari lima desa di Kecamatan
Jatinangor ……………………………………………………………...

16

3 Hasil pengujian titer terhadap sampel dari lima desa di Kecamatan
Jatinangor ……………………………………………………………...

17

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Struktur virus H5N1 ……………………………………………......

3

2 Grafik titer antibodi pasca vaksinasi dari sampel pada lima desa di
Kecamatan Jatinangor ………………………………………...........

18

3 Grafik rataan titer antibodi (GMT) dari sample pada lima desa di
Kecamatan Jatinangor .......................................................................

18

4 Bagan Kegagalan Vaksinasi ………………………………………..

21

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Hasil Kegiatan Vaksinasi Flu Burung (AI) Tahap II Kecamatan
Jatinangor …………………………………………………………..

29

2 Hasil Uji HI Perdesa di Kecamatan Jatinagor ...................................

30

3 Kuisioner untuk Peternak ..................................................................

36

4 Hasil Kuisioner ..................................................................................

41

5 Foto Peternakan Sektor Empat Di Kecamatan Jatinangor ................

45

6 Peta Penyebaran AI di Kabupaten Sumedang ...................................

46

EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI
KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG

ANI SITI NURFITRIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
ANI SITI NURFITRIANI. Evaluasi Hasil Vakisnasi Avian Influenza (AI) di
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dibimbing oleh SRI MURTINI dan
RETNO D. SOEJOEDONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program
vaksinasi yang dilakukan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
Pengambilan sampel dilakukan di lima desa di Kecamatan Jatinagor. Sampel
serum diambil ayam yang telah divaksinasi AI di lima desa yaitu Desa
Cintamulya, Desa Jatiroke, Desa Jatimukti, Desa Hegaramanah, dan Desa
Cikeruh. Pemeriksaan titer antibodi yang dilakukan dengan menggunakan uji
Hemaglutinasi Inhibisi (uji HI). Rataan titer antibodi dari masing-masing desa
dihitung berdasarkan Geometric Mean Titer (GMT). Hasil uji terhadap 100
sampel yang diperiksa menyatakan bahwa 32 diantaranya menunjukkan titer
protektif (=2 4) terhadap H5N1. serum dengan titer protektif terbanyak berasal dari
Desa Jatiroke (53.85%) dan terendah berasal dari Desa Cikeruh (11.11%). Rataan
antibodi masing-masing desa yaitu Desa Cintamulya 3.76, Desa Jatimukti 3.35,
Desa Jatiroke 4.38, Desa Hegarmanah 3.87, dan Desa Cikeruh 1.76 serta rataan
antibodi hasil vaksinasi di Kecamatan Jatinangor sebesar 3.19. Hal ini
menunjukkan bahwa vaksinasi yang dilakukan belum cukup menginduksi
kekebalan protektif dari ayam buras yang dipelihara oleh masyarakat di lima desa
di kecamatan Jatiangor.
Kata kunci : Avian Influenza, Uji Hemaglutinasi Inhibisi, Vaksinasi

EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI
KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG

ANI SITI NURFITRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul

: Evaluasi Hasil Vaksinasi Avian Influenza (AI) di Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang

Nama

: Ani Siti Nurfitriani

NRP

: B04103061

Program studi : Kedokteran Hewan

Disetujui

Dr. drh. Sri Murtini, MSi
Pembimbing I

Dr. drh. Retno D. Soejoedono, MS
Pembimbing II

Diketahui

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS.
Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal Lulus : 14 September 2007

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW kepada keluarga, sahabat, dan kita selaku
umatnya. Tema skripsi ini adalah vaksinasi Avian Influenza (AI), dengan judul
Evaluasi Hasil Vaksinasi Avian Influenza (AI) di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta (Iin Solihin
S.Sos, Msi dan Aroh Komariah). Pemimbing skripsi (Dr.drh. Sri Murtini, MSi
dan Dr. drh. Retno D. Soejoedono MS) serta dosen penilai dan penguji (Dr. drh. I
Wayan Teguh Wibawan), dosen pembimbing akademik (Dr. drh. Hera
Maheswari, Msi). Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang. Kantor
Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Jatinangor, Drh. Sri Pujiastuti, Drh. Mursyid,
Drh. Yuli Jazuli, sarjana pendamping raksa desa (Bapak Oleh), Kepala Desa
Jatimukti, Pak Yuyus dan masyarakat Jatinangor.
Terima kasih juga untuk keluarga tercinta di Tanjungsari. Tim Jatinangor
(Pritta, Akang Adi, A Luki, dan Aziz ’ntih’). Tim Laboratorium Mikrobiologi
Medik (drh. Ika, drh Okti, Pak Lukman, Pak Wahyu, dan Pak Nur). Muhammad
Aziz Hakim, teman satu bimbingan dan satu laboratorium (Ias, Kunto, dan Putra)
Sahabat tercinta (D’GOnZrenk, 3Gem,

3Reginer, MBV 2007, Nurul ‘Ulil’,

Wangsit, Yustin, kelompok Liqo, Arin, Asfini, Abud, Astri ‘Jamur’, Yasmine,
Bone, Hani, Kak Afif, Kak Marwah). Teman-teman angkatan 40, 41, dan 42.
BEM KM IPB, BEM FKH, DKM An-Nahl, DPM FKH. Serta semua pihak yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik serta
saran senantiasa penulis nantikan untuk kebaikan bersama.

Bogor, September 2007

Ani Siti Nurfitriani

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 19 Juni 1985 dari Ayah Iin
Solihin, S.Sos, MSi dan Ibu Aroh Komariah. Penulis merupakan putri pertama
dari dua bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMA Negeri I Tanjungsari dan pada tahun
yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Penulis memilih masuk Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan
yaitu sebagai anggota Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman (2003-2004), staf
Penelitian dan Pengembangan IMAKAHI (2003-2004), Departemen Sosial
Lingkungan BEM KM IPB (2004-2005), sekretaris kabinet BEM FKH (20052006), bagian keputrian DKM An-Nahl (2006-2007), dan pernah menjabat
sebagai bendahara umum DPM FKH (2006) dan aktif sebagai anggota Himpro
Ruminansia. Pada tahun ajaran 2004-2005 penulis menjadi asisten untuk mata
kuliah embriologi, penanggung jawab mata kuliah Ilmu Reproduksi dan Ternak
tahun ajaran 2004-2005 semester genap, penanggung jawab mata kuliah Ilmu
Kebidanan tahun ajaran 2005-2006 semester ganjil, dan penanggung jawab mata
kuliah Ilmu Kemajiran tahun ajaran 2006-2007 semester genap.

Penulis

mendalami ilmu pengobatan di Natural Healing Course tahun 2007. Pada tahun
yang sama penulis mendirikan les private untuk mata kuliah Fisiologi Veteriner
yaitu ‘Fisio Asik’.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………

viii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..

ix

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………

x

PENDAHULUAN ………………………………………………………….

1

Latar Belakang ……………………………………………………….

1

Tujuan Penelitian ……………………………………………………...

2

Manfaat Penelitian ………………………………………………….....

2

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………

3

Avian Influenza (AI) …………………………………………………..

3

Gejala Klinis AI ………………………………………………………

5

Program Pencegahan dan Pengendalian Avian Influenza (AI) ..............

5

Vaksin dan Vaksinasi Avian Influenza (AI) ..........................................

7

Evaluasi Vaksinasi dan Hemaglutinasi Inhibisi ....................................

10

BAHAN DAN METODE ............................................................................

13

Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................

13

Bahan Penelitian ...................................................................................

13

Metode Penelitian .................................................................................

13

Pengambilan Sampel (Serum) ..............................................................

13

Persiapan Uji HI ...................................................................................

14

Evaluasi Titer Antibodi Terhadap AI ..................................................

14

Kuisioner Peternak ...............................................................................

15

Data Sekunder ......................................................................................

15

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

16

Hasil Pengujian Antibodi Terhadap AI .................................................

16

Faktor-faktor Keberhasilan Vaksinasi ...................................................

18

Gambaran Peternak di Kecamatan Jatinangor ......................................

23

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

25

Kesimpulan .............................................................................................

25

Saran .......................................................................................................

25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

26

LAMPIRAN ..................................................................................................

29

DAFTAR TABEL
Halaman

1 Program vaksinasi pada unggas di Indonesia …………………….......

10

2 Jumlah sampel yang diambil dari lima desa di Kecamatan
Jatinangor ……………………………………………………………...

16

3 Hasil pengujian titer terhadap sampel dari lima desa di Kecamatan
Jatinangor ……………………………………………………………...

17

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Struktur virus H5N1 ……………………………………………......

3

2 Grafik titer antibodi pasca vaksinasi dari sampel pada lima desa di
Kecamatan Jatinangor ………………………………………...........

18

3 Grafik rataan titer antibodi (GMT) dari sample pada lima desa di
Kecamatan Jatinangor .......................................................................

18

4 Bagan Kegagalan Vaksinasi ………………………………………..

21

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Hasil Kegiatan Vaksinasi Flu Burung (AI) Tahap II Kecamatan
Jatinangor …………………………………………………………..

29

2 Hasil Uji HI Perdesa di Kecamatan Jatinagor ...................................

30

3 Kuisioner untuk Peternak ..................................................................

36

4 Hasil Kuisioner ..................................................................................

41

5 Foto Peternakan Sektor Empat Di Kecamatan Jatinangor ................

45

6 Peta Penyebaran AI di Kabupaten Sumedang ...................................

46

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Avian Influenza (AI) atau yang lebih dikenal sebagai Flu Burung telah
dikenal sebagai penyakit ternak unggas semenjak tahun 1901. Pada tahun 1955,
flu burung lebih dikenal dengan nama Fowl plaque, penyakit ini menyerang
sistem pernafasan, sistem pencernaan, dan sistem syaraf dari unggas. Penyakit AI
dapat menyerang semua jenis burung, baik domestik maupun eksotik yang
ditemukan di darat dan unggas air. Penyakit AI tidak mengenal rentang umur.
Beberapa kasus ditemukan pada babi, kuda, hewan liar, bahkan manusia
(Soejoedono dan Handharyani 2005).
Penyebaran AI terjadi di berbagai negara termasuk di Indonesia. Wabah
AI di Indonesia terjadi pada pertengahan tahun 2003 seiring dengan merebaknya
wabah flu burung dikawasan Asia Tenggara. Meskipun demikian penyakit AI
baru resmi dinyatakan keberadaanya oleh pemerintah pada tanggal 25 Januari
2004. Di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat dan Jawa Barat, jumlah unggas yang mati akibat wabah AI
sangat besar yaitu 3.842.275 ekor. Kematian terbesar terjadi di Propinsi Jawa
Barat yaitu 1.541.427 ekor. Pemerintah melakukan berbagai tindakan untuk
mencegah mewabahnya penyakit AI, salah satunya dengan dilakukan vaksinasi
terhadap unggas (Kompas 2003; Deptan 2005).
Di berbagai daerah telah dilakukan vaksinasi masal terhadap unggas. Hal
ini dimaksudkan untuk mencegah semakin meluasnya wabah penyakit AI.
Beberapa daerah yang terserang dan dinyatakan positif terkena flu burung
melakukan depopulasi dengan memusnahkan ayam yang terdapat di peternakan.
Selain itu juga menghimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi terhadap
unggas peliharaannya.
Propinsi Jawa Barat merupakan daerah endemik AI hal ini dibuktikan
dengan banyaknya wilayah di Jawa Barat yang terserang AI, salah satunya di
Kabupaten Sumedang. Penyakit AI pertama kali dilaporkan di Kabupaten
Sumedang pada tanggal 15 Januari 2005, di Kecamatan Situraja kemudian
menyebar ke sepuluh kecamatan lainnya. Hal tersebut membuat Pemerintah

Kabupaten Sumedang melakukan program penanggulangan dan pemberantasan
AI di setiap kecamatan. Program tersebut meliputi penyuluhan, pemusnahan ayam
yang positif AI, serta vaksinasi unggas. Kegiatan tersebut terus dilakukan guna
mencegah meluasnya penyebaran AI di Kabupaten Sumedang. Salah satu daerah
yang mendapat perhatian dalam penanggulangan dan pemberatasan AI ini adalah
Kecamatan Jatinangor. Daerah tersebut berpotensi terjangkit wabah AI karena
terdapat peternakan rakyat dan merupakan daerah lalu lintas ternak dari luar
Kabupaten Sumedang.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program vaksinsinasi yang dilakukan di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten
Sumedang.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan informasi mengenai tingkat keberhasilan
program vaksinasi yang dilakukan di Kecamatan Jatinangor sehingga dapat
dilakukan tindak lanjutnya dalam usaha pencegahan dan pengendalian penyakit
AI.

TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Avian Influenza (AI)
Flu burung (Avian Influenza) merupakan penyakit hewan yang disebabkan
oleh virus dan bersifat zoonosis (Dhamayanti 2005). Avian influenza (AI)
disebabkan oleh virus RNA, yaitu Orthomyxovirus tipe A dari famili
Orthomyxoviridae. Virus influenza ini memiliki tiga genera yaitu influenza tipe
A, B, C. Terdapat perbedaan dari ketiga virus tersebut yang didasarkan pada
karakter protein M dari amplop virus dan nukleoprotein virus. Dari ketiga genera
ini, tipe A dapat menginfeksi hewan peliharaan seperti halnya ayam, itik, kalkun,
burung puyuh, babi dan kuda. Virus tipe A menyerang unggas dengan
menginfeksi saluran pencernanaan selain menginfeksi pada saluran pernafasan
(Fenner et al. 1995; Murphy et al. 2006).

Gambar 1. Struktur virus H5N1 (Sumber : Wikipedia 2004)

Virion dari virus influenza tipe A adalah bulat dan berdiameter sekitar 100
nm. Terdapat delapan senyawa genom, lima diantaranya merupakan genom
berstruktur dan tiga lainnya merupakan protein virus struktural yang berkaitan
dengan enzim RNA polimerase. Protein terbanyak adalah protein matriks (M1),

yang tersusun dari banyak monomer kecil serupa. Monomer ini terkait dengan
permukaan bagian dalam dari lapisan ganda lemak amplopnya (envelope). M2
adalah protein kecil yang menonjol sebagai pori-pori atau kanal ion yang melalui
membran. Virus ini memiliki dua antigen permukaan yang disebut haemaglutinin
(HA) dan neuraminidase (NA). Kedua antigen permukaan ini merupakan molekul
glikoprotein. Molekul HA merupakan trimer bentuk batang, sedangkan molekul
NA merupakan tetramer bentuk jamur. Kedua antigen tersebut digunakan sebagai
penanda dalam identifikasi subtipe virus karena membawa epitop khusus subtipe
(Fenner et al. 1995).
Virus tipe A memiliki 16 antigen H (hemaglutinin; HA) yaitu H1-H16 dan
9 antigen NA (neuraminidase) yaitu N1-N9. Kombinasi antigen HA dan NA
menghasilkan lebih dari 144 kombinasi subtipe virus AI, seperti H5N1, H5N2,
H7N1, dan kombinasi lainnya. Diantara 15 subtipe virus AI hanya H5 dan H7
yang bersifat ganas (virulen) pada unggas (OIE 2006). Berdasarkan tingkat
keganasannya digolongkan menjadi dua, yaitu Highly Pathogenic Avian Influenza
(HPAI) dan Low Pathonic Avian Influenza (LPAI) (Dharmayanti 2003;
Soejoedono dan Handharyani 2005; Akoso 2006).
Salah satu sifat virus AI adalah dapat mengaglutinasi sel darah merah
unggas dan ditemukan pada dinding pembuluh darah inang. Virus juga peka
terhadap lingkungan panas (56oC, 30 menit), pH yang ekstrim (asam, pH=3),
kondisi non isotonik, udara kering, relatif tidak tahan terhadap inaktivasi pelarut
lemak seperti detergen (Soejoedono dan Handharyani 2005). Menurut Fenner
(1995) senyawa ammonium 25%, lisol 1-2%, kresol 0,1% dan formalin 20% dapat
menginaktifkan virus. Pada lingkungan luar virus dapat bertahan pada suhu 20oC
selama tujuh hari dan di dalam feces pada suhu 4oC selama 30-35 hari. Virus AI
sangat unik karena memiliki kemampuan mengubah diri (bermutasi) dengan dua
cara yaitu antigenic drift dan antigenic shift sehingga sulit dikenali oleh sistem
pertahanan inang.

Gejala Klinis AI
Gejala klinis yang teramati pada unggas adalah anoreksia, emasiasi,
depresi, pruduksi telur menurun, gejala sesak nafas disertai eksudat keluar dari
hidung, edema daerah wajah, konjunktivitis, jengger dan pial berwarna kebiruan.
Beberapa daerah dibawah kulit termasuk tungkai mengalami perdarahan
Sementara itu beberapa kasus tidak menunjukkan gejala klinis. Jika dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut maka akan terlihat adanya peradangan pada langit-langit
mulut, trakhea, dan laring. Pada pemeriksaan histopatologi terlihat adanya
akumulasi sel-sel radang (limfosit) pada jengger ayam yang terinfeksi.
(Soejoedono dan Handharyani 2005).
Program Pencegahan dan Pengendalian Avian Influenza (AI)
Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian
mengeluarkan surat keputusan No. 17/kpts/PD.640/F/02.04 tentang pedoman
pengendalian dan pemberantasan influenza pada unggas (AI). Pada surat tersebut
dinyatakan lima prinsip dasar dan strategi penanggulangan AI. Lima prinsip dasar
dalam program pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan AI adalah :
1. Mencegah kontak antara hewan peka virus dan virus AI. Pelaksanaannya
dilakukan dengan cara menghentikan penyebaran infeksi virus AI melalui
karantina atau isolasi lokasi peternakan tertular serta mengawasi lalu lintas
hewan, bahan asal hewan, atau bahan lain yang dapat menyebarkan penyakit
dari lokasi peternakan tertular.
2. Menghentikan atau menghilangkan produksi virus AI oleh unggas tertular
dengan cara desinfeksi kandang, peralatan, kendaraan, dan bahan permanen
lainnya yang dapat menularkan penyakit serta pemusnahan bahan-bahan dan
perlatan tidak permanen yang terkontaminasi.
Tindakan yang dapat dilakukan berupa pemberian desinfektan dan
penanganan bahan-bahan yang mampu menyebarkan virus AI seperti
penanganan kotoran dan ayam mati. Desinfektan yang digunakan adalah
desinfektan yang dijual bebas dipasar dengan kandungan bahan seperti
formalin 2-5%, ammonium kuartener, asam parasetat, hidroperoksida,
iodoform kompleks, senyawa fenol, natrium hipoklorit, dan kalium hipoklorit.

Penangganan kotoran unggas sebaiknya dilakukan dengan cara mendesinfeksi
atau mensucihamakan. Cara ini dilakukan dengan mencampurkan kotoran
unggas dan kapur tohor aktif dipermukaannya, kemudian disiram atau
disemprot desikfektan, kotoran dimasukkan ke dalam kantong plastik, dan
apabila belum dikeluarkan kotoran unggas disimpan di tempat yang kering
serta jauh dari kandang. Penangganan kotoran unggas lainnya dapat dilakukan
dengan mengolah kotoran unggas menjadi pupuk kompos. Cara ini dilakukan
dengan

mencampurkan

kotoran

unggas

dan

dekomposer,

kemudian

menumpukkan kotoran unggas di atas tanah beralas plastik atau dalam lubang
yang sengaja digali, setelah itu kotoran uggas dicampur dengan kapur sesuai
perbandingan yaitu 10 kg kotoran unggas ditambahkan 2.5 liter air dan 0.5 kg
kapur.
Untuk penanganan ayam mati dapat dilakukan dengan cara dibakar

dan

dikubur. Pembakaran ayam mati dilakukan dengan bahan seperti kayu bakar,
minyak tanah, sekam, atau gas. Pembakaran sebaiknya dilakukan di daerah
yang jauh dari pemukiman penduduk minimum 20 meter untuk mencegah
polusi dan penyebaran penyakit lainnya. Tindakan mengubur ayam mati
sebaiknya dilakukan setelah ayam mati dibakar terlebih dahulu. Kedalaman
lubang untuk mengubur minimum 1.5 meter dan jauh dari sumber air.
3. Meningkatkan resistensi unggas dengan cara vaksinasi.
4. Menghilangkan sumber penularan virus. Pelaksanaannya dilakukan dengan
dua cara yaitu :
-

Melakukan pemusnahan terbatas (depopulasi) unggas yang sakit dan
unggas yang sehat yang berpotensi tertular dalam satu kandang di
daerah tertular.

-

Melakukan pemusnahan menyeluruh (stamping out) di daerah bebas
atau terancam.

5. Meningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) melalui pendidikan
kepada peternak dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui media
massa (elektronik atau cetak) serta penyebaran brosur dan leaflet.

Dalam melaksanakan lima prinsip diatas pemerintah menetapkan sembilan
langkah strategi sebagai tindakan penanggulangan yang saling terkait dengan
urutan sebagai berikut :
1. Meningkatkan biosekuriti.
2. Melakukan vaksinasi.
3. Melakukan depopulasi (Pemusnahan terbatas) di daerah tertular.
4. Mengendalikan lalu lintas unggas, produk unggas, dan limbah peternakan
unggas.
5. Melakukan surveillance dan penelusuran (tracing back).
6. Mengisi kandang kembali (restocking).
7. Melakukan stamping out (pemusnahan menyeluruh) di daerah tertular yang
baru.
8. Meningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness).
9. Melakukan monitoring dan evaluasi.
Vaksin dan Vaksinasi Avian Influenza (AI)
Pencegahan penyakit merupakan suatu tindakan untuk melindungi
individu terhadap serangan penyakit tertentu atau mengurangi keganasan suatu
penyakit. Tindakan vaksinasi adalah salah satu usaha agar hewan yang divaksin
memiliki kekebalan. Vaksin berasal dari kata vacca yang berarti sapi. Vaksin
pertama kali dibuat pada tahun 1789 oleh Jenner, saat itu pembuatan vaksin
dimaksudkan untuk menangani masalah small pox pada manusia (Murphy et al.
2006).
Vaksin dibedakan menjadi dua yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif.
Vaksin aktif merupakan vaksin dari virus hidup yang masih aktif dan avirulen.
Vaksin inaktif adalah vaksin virus mati dalam vaksin tersebut terkandung virus
yang sudah mati melalui proses inaktivasi virus menggunakan bahan pengaktivasi.
Virus yang terkandung dalam vaksin inaktif telah kehilangan sifat infektif namun
antigenitasnya masih dipertahankan. Sifat antigenitas inilah yang berperan dalam
menginduksi kekebalan tubuh (Fenner et al. 1995; Tizard 1995).
Program vaksinasi harus dilakukan pada semua jenis unggas sehat di
daerah yang telah diketahui terinfeksi maupun terancam terinfeksi virus AI.

Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif yang resmi atau telah terdaftar pada
instansi pemerintah yang berwenang (Soejoedono dan Handharyani 2005). Vaksin
yang dapat digunakan dalam pencegahan dan pemberantasan AI vaksin adalah
vaksin inaktif homolog. Vaksin homolog adalah vaksin dengan subtipe virus yang
sama dengan virus penyebab penyakit. Sebagai contoh di Indonesia penyakit AI
disebabkan oleh virus H5N1 dicegah dengan menggunakan vaksin dari virus
H5N1 juga. Vaksinasi dengan H5N1 pernah digunakan untuk pemberantasan AI
di Meksiko dan Pakistan. Vaksin ini terbukti mampu menurunkan kasus klinis dan
jumlah virus yang menyerang unggas (Akoso 2006). Deptan (2005) menyatakan
bahwa vaksinasi terhadap AI sebaiknya menggunakan vaksin heterolog. Vaksin
heterolog adalah vaksin yang berisi virus dengan mempunyai molekul HA yang
sama dengan penyebab wabah AI di lapangan akan tetapi mempunyai NA yang
berbeda, sebagai contohnya vaksin H5N2 atau H5N9. Di Indonesia sampai Juni
2006 telah terdaftar sebanyak dua belas vaksin AI, tiga diantaranya termasuk
HPAI (H5N1), sembilan termasuk LPAI (delapan buah H5N2 dan satu buah
H5N9).
Swayne et al. (2001) diacu dalam Indriyani (2005) menyatakan bahwa
pemberian vaksina AI pada unggas tidak hanya bertujuan untuk memproteksi
secara individu atau kelompok terhadap infeksi baru, tetapi juga untuk
mengurangi ekskresi virus yang menginfeksi. Efektivitas vaksinasi dan tingkat
kegagalannya tergantung banyak faktor, diantaranya kualitas vaksin, program
penerapan di lapangan, cara penanganan vaksin, kondisi ayam, serta cara
vaksinasinya. Vaksin AI bukan barang bebas sehingga penggunaannya harus di
bawah pengawasan dokter hewan (Fadilah et al. 2007).
Pemerintah melalui Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal
Peternakan mengambil kebijakan dalam rangka pengendalian penyakit AI, yaitu
vaksin yang digunakan harus vaksin heterolog. Tujuannya agar dapat
membedakan antibodi dari hewan yang diuji tersebut merupakan proses vaksinasi
atau muncul akibat paparan virus di lapangan. Dalam surat edaran (SE) Dirjen
Peternakan No.98/PD.640/F/12.06 tanggal 15 Desember 2006 menyatakan agar
penggunaan vaksin homolog H5N1 dihentikan.

Program vaksinasi bukan salah satu jaminan tingkat keberhasilan dalam
upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit AI. Vaksinasi yang
baik adalah bila dilakukan minimal dua kali pada hewan yang sama, namun
kekebalan akan lebih tercapai misal pada ayam kampung setelah dilakukan tiga
kali vaksinasi. Walaupun program vaksinasi telah dilakukan, faktor kegagalan
bisa saja terjadi. Kegagalan ini umumnya disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal vaksin itu sendiri. Faktor eksternal meliputi vaksinator, kondisi dan jenis
unggas yang divaksin, dan faktor lingkungan. Sementara faktor internal berasal
dari vaksin itu sendiri, dalam hal ini menyangkut kualitas serta kenyataan di
lapangan. Ketentuan vaksin dan vaksinasi meliputi :
1. Vaksin AI yang digunakan vaksin inaktif strain LPAI subtipe H5 yang
memiliki homologi sequens nucleotida atau asam amino dari antigen HA
diatas 80% terhadap isolat lokal.
2. Vaksin yang digunakan harus telah mendapatkan nomor registrasi dari
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian.
Pelaksanaan vaksinasi memiliki ketentuan sebagai berikut :
1. Vaksinasi dilakukan oleh pemerintah di daerah tertular dan terancam dengan
prioritas di peternakan sektor 4.
2. Tindakan vaksinasi dilakukan secara masal terhadap seluruh unggas yang
sehat di peternakan sektor 4.
3. Cakupan vaksinasi meliputi seluruh populasi unggas terancam di derah tertular
yakni ayam buras, bebek, itik, entok, kalkun, angsa, burung dara (merpati),
burung puyuh, ayam ras petelur dan ayam ras pedaging yang termasuk
peternakan sektor 4.
4. Program vaksinasi mengacu pada ketentuan (Tabel 1)

Tabel 1. Program vaksinasi pada unggas di Indonesia
Umur, dosis, aplikasi, dan lokus vaksinasi
No.

1.

Jenis Unggas

4-7 hari

Ayam buras,

0.2 ml

angsa, itik,
dan entok

4-7

12

minggu

minggu

0.5 ml

3-4 bulan

Ulangan

0.5 ml

0.5 ml

Setiap 3-4

Subkutan Subkutan

Subku-

Intramus-

bulan

, pangkal

Pangkal

tan

kular

leher

leher

Pangkal

Otot dada

leher,
atau otot
dada
2.

Broiler

0.2 ml
Subkutan
, pangkal

-

-

-

-

leher
3.

Burung

0.2 ml

0.2 ml

puyuh,

Subku-

Subkutan

tan

Pangkal

Pangkal

leher

merpati, dan

-

lainnya.

-

-

leher
(Sumber : Deptan 2005)
5. Memperhatikan secara seksama petunjuk teknis penggunaan vaksin yang
dikeluarkan oleh produsen vaksin yang tertulis pada brosur, etiket, atau wadah
vaksin (Deptan 2005).

Evaluasi Vaksinasi dan Hemaglutinasi Inhibisi
Peacock et al. (1980) menyatakan bahwa hemaglutinasi inhibisi adalah
suatu teknik invitro yang digunakan dalam mendeteksi antibodi virus tertentu
dalam serum. Prinsip uji HI adalah menghambat kemampuan hemaglutinasi virus.
Uji ini digunakan untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan selama terjadi
infeksi oleh virus. Uji HI memiliki dua fungsi yaitu pertama sebagai sarana untuk
mengidentifikasi jenis antigen tertentu dengan mereaksikannya terhadapa antibodi

homolog yang diketahui. Kedua untuk mengetahui jenis antibodi dan titernya,
dengan cara mereaksikan serum yang ingin diketahui jenis antibodinya dengan
antigen standar yang telah diketahui. Uji HI bereaksi positif jika ada hambatan
aglutinasi yang ditunjukkan dengan mengendapnya eritrosit berbentuk discus pada
dasar tabung percobaan. Titer uji HI adalah pengencer serum ayam tertinggi yang
masih bereaksi positif. Makin tinggi titer uji HI maka makin tinggi antibodi yang
terkandung didalamnya dan hewan akan lebih kebal terhadap penyakit (Peacock et
al. 1980; Malole 1988; Murphy et al. 2006).
Evaluasi pascavaksinasi AI dapat dilakukan dengan ketentuan yang diatur
dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Peternakan No. 45/Kpts/PD.610/F/06.06
tanggal 7 Juni 2006 tentang prosedur.operasional standar pengendalian penyakit
Avian Influenza di Indonesia yaitu :
1. Dilakukan pemantauan terhadap titer antibodi dan ekskresi (shedding) virus
pada unggas tiga minggu pasca vaksinasi.
2. Petugas pengambil sampel adalah petugas teknis kesehatan hewan dari Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan atau dinas yang membidangi fungsi
kesehatan hewan di tingkat propinsi, kabupaten, atau kota, dan laboratorium
veteriner.
3. Jumlah sampel serum dan swab cloaca yang harus diambil dari sektor 3
sebanyak 14 sampel dari setiap flock.
4. Jumlah sampel serum dan swab cloaca yang harus diambil dari sektor 4 di
setiap desa secara proposional harus sesuai contoh.
5. Sampel dikirim ke laboratorium veteriner regional atau laboratorium veteriner
daerah propinsi yang telah terakreditasi.
6. Melakukan pemeriksaan dengan uji HI menggunakan antigen H5, titer
dinyatakan dalam bilangan Log 2.
7. Melakukan pemeriksaan DIVA (N-typing) terhadap antigen N1.
8. Melakukan pemeriksaan virologis terhadap swab cloaca dengan uji Real timePCR, dengan primer H5.
9. Interpretasi hasil pemeriksaan virologis dengan vaksin AI inaktif konvensional
sebagai berikut :
-

Titer HI dinyatakan protektif jika lebih dari 4 Log 2

-

Unggas yang berada didalam satu flock dinyatakan protektif jika
memiliki lebih dari 70 % sampel memiliki titer protektif.

-

Jika dalam serum positif antibodi terhadap antigen N1, berarti
masih ada virus H5N1 di lingkungan.

10. Interpretasi hasil pemeriksaan virologis, jika real time RT-PCR positif berarti
masih ada ekskresi (shedding) virus dari ayam yang telah divaksin.
11. Melaporkan hasil evaluasi pasca vaksinasi kepada direktur kesehatan hewan
dengan tembusan kepala dinas peternakan propinsi setempat.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian berlangsung dari bulan Februari-April 2007. Pengambilan
sampel dilakukan pada tanggal 8-13 Februari 2007 di lima desa (Desa
Cintamulya, Desa Jatiroke, Desa Jatimukti, Desa Cikeruh, Desa Hegarmanah) di
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Pemeriksaan serum dan pengujian
titer antibodi dilakukan pada tanggal 28 Maret-4 April 2007 di Laboratorium
Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Insitut Pertanian Bogor.

Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serum dari ayam yang
telah divaksinasi di lima desa di Kecamatan Jatiangor. Antigen AI H5N1 inaktif
dari Balivet sebagai virus standar 4 HAU/0.025 ml, sel darah merah ayam 0.5%,
NaCl 0.85%. Alat yang digunakan untuk uji HI meliputi : mikropipet, microplate
u bottom, dan mikrotip. Perlengkapan survei dibutuhkan selama pengambilan
sampel dilapangan berupa : Microtube, spoit 3 ml, kapas beralkohol, kapas
kering, spidol tahan air, sarung tangan, masker, label nama, cooler box, ice pack,
dan kuisioner peternak.

Metode Penelitian
Pengambilan Sampel (Serum)
Penelitian ini merupakan kegiatan observasional dan pengambilan sampel
dilakukan

dengan

metode

penarikan

contoh

acak

(random

sampling).

Pengambilan darah untuk serum dilakukan dengan menggunakan spoit 3 ml
melalui vena axillaris sebanyak 1-2 ml. Darah yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam cooler box yang sudah berisi ice pack agar suhunya tetap
terjaga. Setelah sampai di laboratorium, spoit disimpan pada suhu 4oC selama satu
malam untuk mendapatkan serum. Serum ini akan digunakan untuk uji Hambat
Aglutinasi (HI test).

Persiapan Uji HI
Uji mikrotitrasi menggunakan
• Virus standard 4 HAU/0.025 ml yang diperoleh dari pengenceran stock virus.
• Sel darah merah ayam 0.5%
Darah utuh (whole blood) ditambahkan antikoagulan Natrium Sitrat 3.8%
disentrifugasi pada 1500 rpm (PCL Series®) selama 10-15 menit. Supernatan
dibuang sedangkan endapan yang merupakan sel darah merah dicuci/dibilas
NaCl fisiologis pada tempat yang sama, kemudian disentrifugasi kembali.
Pencucian dilakukan sebanyak tiga kali. Hasilnya akan didapatkan sel darah
merah dengan konsentrasi 100%, kemudian dilakukan pengenceran dengan
menambahkan NaCl fisiologis secara bertingkat hingga didapatkan sel darah
merah 0.5%.
• Inaktivasi serum.
Sebelum dilakukan Uji HI mikrotitrasi serum terlebih dahulu diinaktivasi
dengan pemasan pada waterbath selama 30 menit pada suhu 56°C.

Evaluasi Titer Antibodi Terhadap AI
Titer antibodi ayam terhadap virus AI dilakukan dengan uji Hambat
Aglutinasi (HI test) mikrotitrasi metode ß. Pada uji ini digunakan virus tetap dan
serum yang diencerkan dengan prosedur sebagai berikut:
• Virus standard 4 HAU/0.025 ml sebanyak 0.025 ml dimasukkan ke dalam
sumur-sumur microplate (U bottom microplate).
• Pada sumur pertama ditambahkan serum sebanyak 0.025 ml, setelah itu
dilakukan pengenceran dengan menghisap dan mengeluarkan campuran
menggunakan micropipette lalu memindahkan 0.025 campuran ke sumur
berikutnya lalu dilakukan pencampuran hingga sumur ke-8. selanjutnya dari
sumur ke-8 campuran dibuang sebanyak 0.025 ml.
• Microplate digoyangkan dan diinkubasi pada suhu ruangan selama 15 menit.
• Kemudian suspensi sel darah merah 0.5% sebanyak 0.025 ml ditambahkan
ke dalam setiap sumur.
• Microplate diinkubasi kembali pada suhu ruangan.

• Dilakukan pembacaan hasil apabila eritrosit pada sumur kontrol telah
mengendap.
Rataan titer antibodi dihitung dengan menggunakan Geometric Mean Titer
(GMT) menggunakan rumus :
Log2GMT = (Log2t2)(S1) + (Log2t2)(S2) + … + (Logntn)(Sn)
N
Keterangan :
N

= Jumlah contoh serum yang diamati

t

= Titer antibodi pada pengenceran tertinggi
(yang masih dapat menghambat aglutinasi sel darah merah)

S

= Jumlah contoh serum bertiter t

n

= Jumlah titer antibodi pada sampel ke-n

Kuisioner Peternak
Kuisioner diberikan pada saat pengambilan sampel kepada peternak
dengan tujuan untuk mengetahui profil secara umum peternakan di daerah
tersebut.

Data Sekunder
Data populasi dan jumlah unggas yang divaksinasi didapatkan dari Dinas
Pertanian Kabupaten Sumedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Antibodi Terhadap AI
Jumlah populasi ternak uggas di Kecamatan Jatinangor terutama ayam
buras berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang
periode Januari 2006-2007 sebanyak 34.633 ekor. Populasi ayam buras di
Kecamatan Jatinangor termasuk tergolong tertinggi karena beberapa desa di
Jatinangor merupakan daerah peternakan ayam buras.
Pencegahan penyakit AI di Sumedang di Jatinangor dilakukan karena
Jatinangor merupakan daerah lalu lintas ternak antar kabupaten serta berbatasan
langsung dengan Kabupaten Bandung yang sebelumnya telah terkena wabah AI.
Vaksinasi dilakukan secara bertahap yaitu pada tahap I yang dilaksanakan pada
bulan November 2006 dan tahap II yang dilaksanakan pada bulan Desember 2006.
Penelitian ini mengambil sampel dari vaksinasi tahap II dengan jumlah populasi
ternak yang divaksin sebanyak 1.534 ekor ayam buras.
Pengambilan sampel dilakukan satu bulan setelah vaksinasi. Vaksinasi
dilakukan di dua belas desa di Kecamatan Jatinangor, namun pada penelitian ini
sampel hanya diambil dari lima desa yaitu Desa Cintamulya, Desa Jatimukti, Desa
Jatiroke, Desa Hegarmanah, dan Desa Cikeruh. Kelima desa tersebut dipilih
karena jumlah ayam yang divaksin diwilayah tersebut lebih banyak dibandingkan
tujuh desa lainnya. Di ketujuh desa lainnya ayam yang divaksinasi beberapa ekor
ada yang dijual oleh pemiliknya dan digantikan dengan ayam yang baru, bahkan
beberapa peternak telah memotong ayam yang divaksin tersebut.

Tabel 1. Jumlah sampel yang diambil dari lima desa di Kecamatan Jatinangor
Populasi ayam buras yang

Jumlah sampel yang

divaksin

diambil

Cintamulya

157 ekor

17 (10.83%)

Jatimukti

96 ekor

34 (35.42%)

Jatiroke

137 ekor

13 (9.49%)

Hegarmanah

186 ekor

18 (9.67%)

Cikeruh

33 ekor

18 (54.54%)

Desa

Berdasarkan hasil pemeriksaan antibodi didapatkan persentase titer
antibodi pasca vaksinasi pada masing-masing wilayah berbeda-beda. Persentasi
titer protektif (= 16) tertinggi dicapai oleh Desa Jatiroke titer tinggi (53.85%) dan
persentasi titer protektif terendah di Desa Cikeruh (11.11%). Berdasarkan uji
pada 100 sampel yang diambil dari ke lima desa hanya 32 sampel (32%) yang
menunjukkan titer protektif. Masing-masing desa memiliki rataan titer antibodi
yang berbeda-beda pula. Rataan titer antibodi Desa Cintamulya 3.29, Desa
Jatimukti 3.35, Desa Jatiroke 4.38, Desa Cikeruh 1.67, Desa Hegarmanah 3.61.
Menurut Deptan (2006) titer HI protektif untuk AI adalah = 4 log 2 atau 24 (16)
dan flock dinyatakan protektif jika lebih dari 70% sampel memiliki titer protektif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vaksinasi yang dilakukan di kelima desa
di Kecamatan Jatinangor belum mampu menginduksi titer protektif terhadap
infeksi AI.

Tabel 2. Hasil pengujian titer terhadap sampel dari lima desa di Kecamatan
Jatinangor

Asal Sampel

Jumlah

(Desa)

Sampel

Titer antibodi (persentase)
Tinggi

Rendah

(= 16)

(< 16)

Keterangan
Nol

% protektif

Cintamulya

17

4 (23.53%)

10 (58.82%)

3 (17.65%)

23.53%

Jatimukti

34

10 (29.41%)

13 (38.23%)

11 (32.35%)

29.41%

Jatiroke

13

7 (53.85%)

6 (46.15%)

0 (0.00%)

53.85%

Hegarmanah

18

9 (50.00%)

4 (22.22%)

5 (27.78%)

50.00%

Cikeruh

18

2 (11.11%)

7 (38.89%)

9 (50.00%)

11.11%

60.00%
50.00%
40.00%
Persen Titer Antibodi

30.00%

Titer Protektif
Titer Rendah
Titer Nol

20.00%
10.00%
0.00%
Cintamulya

Jatimukti

Jatiroke

Hegarmanah

Cikeruh

Desa

Gambar 2. Grafik titer antibodi pasca vaksinasi dari sampel pada lima desa di
Kecamatan Jatinangor

4.38
4.5
4
3.5

3.61

3.35

3.29

3
Nilai Rataan Titer Antibodi

2.5
1.67

2

GMT

1.5
1
0.5
0
Cintamulya

Jatimukti

Jatiroke

Hegarmanah

Cikeruh

Desa

Gambar 3. Grafik rataan titer antibodi (GMT) dari sampel pada lima desa di
Kecamatan Jatinangor

Faktor–faktor Keberhasilan Vaksinasi
Berdasarkan pemeriksaan antibodi menunjukkan bahwa vaksinasi tidak
cukup menginduksi kekebalan protektif terhadap AI (H5N1) dari ayam buras.
Menurut Deptan (2005) menyatakan vaksinasi dikatakan protektif jika dalam satu
flock 70% dari populasi menunjukkan titer protektif atau memiliki titer lebih dari
sama dengan 4 log 2 (=16)

terhadap H5N1. Ketidakmampuan vaksin

menginduksi kekebalan protektif disebabkan oleh beberapa hal yang terkait dalam
proses vaksinasi dan respon tanggap kebal hewan. Kegagalan vaksinasi secara
garis besar dapat disebakan oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal
(Fadilah 2007). Faktor internal meliputi kandungan antigen, kualitas vaksin,
jumlah dosis, dan rute vaksinasi (prosedur vaksinasi). Faktor eksternal meliputi :
vaksinator, kondisi dan jenis ayam yang divaksin, dan lingkungan. Tidak

optimalnya vaksinasi di Kecamatan Jatinangor disebabkan oleh adanya kendalakendala tertentu. Kendala yang dihadapi saat pelaksanaan vaksinasi yang di
Kecamatan Jatinangor meliputi :

a. Program vaksinasi
Program vaksinasi massal yang dilakukan di kelima desa tersebut
merupakan vaksinasi pertama. Vaksin yang digunakan adalah vaksin H5N2
inaktif dengan adjuvan. Vaksinasi dilakukan satu kali, program vaksinasi yang
dilakukan satu kali berpotensi menimbulkan munculnya kasus infeksi AI subklinis
pada ayam yang divaksin. Kasus AI subkilinis dapat diartikan sebagai adanya
virus AI di dalam tubuh unggas namun hewan tidak menunjukkan gejala klinis
dan tampak sehat. Hal ini disebabkan oleh titer antibodi pasca vaksinasi yang
dihasilkan tidak terlalu tinggi. Titer yang dihasilkan tidak mampu secara
sempurna menetralisis virus AI yang menginfeksi ayam. Kondisi subklinis
tersebut memungkinkan ayam mampu mengekskresikan virus dari fecesnya
sehingga penyebaran AI di lingkungan terjadi terus menerus. Program vaksinasi
yang baik dilakukan minimal dua kali pada hewan yang sama sehingga kekebalan
akan terbentuk dengan optimal. Kekebalan optimal pada ayam kampung terhadap
AI akan tercapai jika dilakukan tiga kali ulangan dari vaksinasi.
Program vaksinasi lebih dititikberatkan pada peternakan sektor empat
(rumah tangga). Peternak di sektor empat lebih banyak memelihara ayam buras.
Vaksinasi dilakukan pada semua umur hewan dan semua jenis ayam buras seperti
ayam kate, ayam bangkok, maupun ayam kampung biasa. Keragaman jenis ayam
mempengaruhi gambaran titer antibodi yang dihasilkan. Tizard (2004)
menyatakan bahwa respon dari tiap individu dalam proses tanggap kebal tidak
akan sama.
Pada program vaksinasi ini melibatkan vaksinator. Vaksinator adalah
orang yang bertugas memberikan vaksinasi. Terdapat 5 orang vaksinator yang
bertugas di Kecamatan Jatinan