Analysis of Nutritional Status Determinant of 0-23 Months Age’s Children among Poor Areas in Central and East Java.

ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI
ANAK 0-23 BULAN PADA DAERAH MISKIN
DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

BUNGA CHRISTITHA ROSHA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Analisis Determinan Status Gizi
Anak 0-23 Bulan Pada Daerah Miskin Di Jawa Tengah Dan Jawa Timur” adalah
benar-benar karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, 15 Agustus 2010

Bunga Ch. Rosha
NRP. I151080131

ABSTRACT

BUNGA CHRISTITHA ROSHA. Analysis of Nutritional Status Determinant of
0-23 Months Age’s Children among Poor Areas in Central and East Java.
Supervised by HARDINSYAH and YAYUK FARIDA BALIWATI.

The aim of the study was to analyzed determinant factors of nutritional status
children of 0-23 months in poor areas of Central and East Java. This study used
Riskesdas 2007 data. Samples was 932 children 0-23 months. Nutritional status
was measured by z-score of weight for age (W/A) and height for age (H/A). The
data analyzed using a logistic regression. The results showed that 13,3 percent of
the children were underweight (W/A), and 28.8 percent of the children were
stunted (H/A). The determinant factors of underweight were number of toddlers in
the family, environmental sanitation and nutrient adequacy; meanwhile

determinant factors for stunting were child’s age, sex and urban-rural and mother
education level.

Keywords: underweight, stunting, determinant factors, poor areas

RINGKASAN

BUNGA CHRISTITHA ROSHA. Analisis Determinan Status Gizi Anak 0-23
Bulan pada Daerah Miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dibimbing oleh
HARDINSYAH dan YAYUK FARIDA BALIWATI.

Masalah underweight dan stunting merupakan masalah gizi yang serius di
Indonesia. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi underweight sebesar
18,4 persen sedangkan stunting 36,8 persen. Bila
berdasarkan Riskesdas

prevalensi underweight

dibandingkan dengan target pencapaian program


perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN)
tahun 2015 sebesar 20 persen dan target Millenium Development Goals (MDGs)
untuk Indonesia sebesar 18,2 persen, maka secara nasional target-target tersebut
sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di beberapa propinsi
dan kabupaten kota. Masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan, namun
permasalahan gizi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk meneliti faktor determinan yang mempengaruhi status gizi
anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai faktor
determinan yang berisiko terhadap underweight dan stunting anak 0-23 bulan di
daerah miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data Riskesdas 2007
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sampel yang dipilih adalah anak usia
0-23 bulan yang berasal dari kabupaten kota dengan kategori miskin (>16,5
persen) di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kriteria lainnya adalah sampel harus
memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kemudian dari
2702 populasi anak usia 0-23 bulan yang tinggal di wilayah miskin yang
memenuhi kriteria kelengkapan data yang dibutuhkan didapatkan 932 sampel
yang berasal dari 40 kabupaten kota di Jawa tengah dan Jawa Timur. Underweight
dan stunting diukur berdasarkan indeks BB/U dan TB/U.
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi data yaitu

frekuensi masing-masing variabel baik variabel dependent (status gizi balita)
maupun

variabel

independent

(karakteristik

keluarga,

karakteristik

ibu,

karakteristik anak, sanitasi lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan, penyakit infeksi dan asupan gizi.
Analisis bivariat dilakukan dengan membuat tabel silang antara masing-masing
variabel bebas dan variable terikat dengan tujuan untuk memperoleh gambaran
variable bebas yang mana yang diduga ada hubungannya dengan status gizi balita.

Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat ini adalah chi square, yaitu
untuk menguji kemaknaan hubungan atau perbedaan dengan tingkat kepercayaan
95%, dengan kriteria nilai P : P > 0,05 menunjukan hubungan tidak bermakna, P <
0,05 menunjukkan hubungan bermakna. Untuk menarik kesimpulan akhir
penelitian dilakukan analisis regresi logistik binary. Melalui analisis regresi
logistik akan dihitung odd ratio (OR) yaitu untuk memperkirakan besarnya risiko
underweight dan stunting yang disebabkan oleh faktor risiko.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian gizi kurang sebesar 13,3 persen
sedangkan stunting 28,8 persen. Prevalensi underweight dan stunting pada usia >
6 bulan lebih tinggi dibandingkan usia < 6 bulan. Analisis statistik mengunakan
chi square

menujukkan faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan

underweight (p 6 bulan diberikan makanan tambahan selain ASI (PMT-ASI) sedangkan
untuk anak usia 0-6 bulan cukup diberikan ASI eksklusif. Selain itu dibutuhkan
peran pemerintah dalam meningkatkan komunikasi informasi eduksi (KIE)
masyarakat mengenai pangan dan gizi melalui melalui penyuluhan, konseling, dan
sebagainya yang dapat dilakukan di ruang-ruang publik seperti puskesmas,
posyandu, perkumpulan warga, pengajian dan lain-lain. Kedua, meningkatkan


kesadaran masyarakat untuk memiliki sanitasi yang baik melalui penyuluhan yang
dilakukan oleh instansi terkait, selain itu pemerintah dan masyarakat bersamasama melakukan perbaikan sarana dan prasarana kebersihan yang dapat
mendukung terjadinya sanitasi lingkungan yang memadai. Ketiga, memperkuat
kembali program keluarga berencana (KB) agar keluarga merencanakan anak
dengan baik sehingga jarak kelahiran anak tidak terlalu dekat.
Upaya untuk menanggulangi permasalah stunting, antara lain : Pertama,
pemerintah dan masyarakat fokus terhadap penanganan stunting pada usia dan
jenis kelamin anak yang dianggap berisiko tinggi yaitu anak usia > 6 bulan dan
berjenis kelamin laki-laki. Untuk usia dan jenis kelamin anak yang berisiko
rendah yaitu anak usia < 6 bulan dan berjenis kelamin perempuan dilakukan
upaya-upaya pencegahan agar terhindar dari stunting. Kedua, peningkatan
pendidikan ibu melalui program pemerintah kejar paket A agar ibu yang
berpendidikan rendah dapat melek huruf sehingga dapat mengakses informasi
mengenai gizi dan kesehatan yang kemudian informasi tersebut dipraktikan dalam
keluarga. Ketiga, peningkatan sanitasi kebersihan diharapkan dapat mengurangi
risiko penyakit infeksi di wilayah pedesaan dan dibukanya lapangan pekerjaan
yang lebih bervariasi di wilayah pedesaan diharapkan dapat berimbas pada
pemenuhan kebutuhan gizi dan makanan keluarga. Kedua hal ini diharapkan dapat
mencegah terjadinya stunting di pedesaan.

Dalam rangka penyempurnaan pengembangan instrumen pengukuran dalam
Riskesdas yang akan datang, kedepan perlu: ditentukan metode pengukuran
konsumsi untuk anak usia 0-23 bulan yang sesuai dan lebih sensitif dari metode
recall 24 jam, sehingga konsumsi anak dapat menggambarkan status gizi anak
baik berdasarkan indeks BB/U maupun TB/U. Metode recall 24 jam yang
digunakan pada Riskesdas 2007 kurang sensitif untuk melihat status gizi
berdasarkaan indeks TB/U. Terkait pengukuran penyakit infeksi yang diderita
anak kiranya perlu dilakukan pemeriksaan secara klinis agar didapatkan kepastian
penyakit yang diderita anak karena jika hanya berdasarkan diagnosis dan
identifikasi

gejala

rentan

terjadi

kesalahan

ketika


mendiagnosis

mengidentifikai gejala.
Kata kunci : underweight, stunting, faktor determinan, wilayah miskin

dan

@ Hak cipta milik IPB, Tahun 2010
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI
ANAK 0-23 BULAN PADA DAERAH MISKIN

DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

BUNGA CHRISTITHA ROSHA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

Judul Penelitian

: Analisis Determinan Status Gizi Anak 0-23 Bulan
Pada Daerah Miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Nama Mahasiswa


: Bunga Christitha Rosha

NRP

: I151080131

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. H. Hardinsyah, M.S.
Ketua

Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, M.S.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Gizi Masyarakat


Dekan Sekolah Pascasarjana

Drh.M.Rizal M.Damanik,M.RepSc.Ph.D Prof.Dr.Ir.Khairil A.Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian : 16 Juli 2010

Tanggal Lulus :

Penguji Luar Komisi pada Tesis : Ir. Eman Sumarna, MSc

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan baik. Tesis ini berjudul “Analisis Determinan Status Gizi Anak 0-23 Bulan
Pada Daerah miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur”.
Tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan doa dan dukungan, semangat,
arahan, bimbingan dan kerjasama dengan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, M.S dan
Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, M.S selaku komisi pembimbing yang telah
memberikan banyak masukan berupa arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga
tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih dan penghargaan juga
penulis sampaikan kepada Ir. Eman Sumarna, MSc selaku Kasubid Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
yang bertindak sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis atas masukan dan
sarannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada kedua
orangtua, suami, dan anak atas segala ridho, doa, pengorbanan dan limpahan kasih
sayang yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih juga penulis haturkan
untuk teman-teman seangkatan Pasca Gizi Masyarakat (GMS) juga teman–teman di
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan atas bantuan dan doanya.
Penulis meyakini bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
penulis menerima kritik dan masukan untuk peningkatan dan pengembangan
penelitian yang lebih luas. Atas segala perhatian dan masukannya penulis
mengucapkan terimakasih. Semoga penelitian ini bermanfaat untuk banyak pihak.

Bogor, 15 Agustus 2010
Penulis

 
 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 26 Januari 1982. Penulis merupakan
putri pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Roeshadi Wijaya dan Ibu
Rosmala. Penulis juga merupakan istri dari Fauzi Rabani sekaligus ibu dari Hilya
Aisyah Rabani. Tahun 2004 penulis lulus dari Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto jurusan Sosiologi dengan menyandang gelar Sarjana Sosial. Pada tahun
2008 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis juga tercatat sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dari tahun 2006 sampai sekarang.

 
 

 
 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………..vii
PENDAHULUAN...……………………………………………………………….. 1
Latar Belakang……………………………………………………………... 1
Tujuan ………….………………………………………………………….. 4
Manfaat ……………………………………………………………………. 5
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………… 6
Permasalahan Gizi Pada Balita……………………….……………………. 6
Status Gizi Balita…………………………………………………………... 9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita……………………. 11
KERANGKA PEMIKIRAN………………………………………………………..19
METODE……………………..…………………………………………………… 22
Sumber Data, Waktu dan Tempat…………………………………………. 22
Cara Pengambilan Sampel…………………………………………………. 24
Pengolahan Data…………………………………………………………… 27
Analisis Data…………………………………………................................ 29
Definisi Operasional……………………………………………………….. 31
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………………. 34
Keadaan Umum Wilayah………………………………………………….. 34
Karakteristik Keluarga..……………………………………………………. 35
Karakteristik Ibu…………………………………………………………… 36
Karakteristik Anak…………………………………………………………. 38
Sanitasi Lingkungan……………………………………………………….. 39
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)...……………………………….. 39
Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan……………………………. 40

Penyakit Infeksi……………………………………………………………. 41
Asupan Gizi………………………………………………………………... 42
Status gizi Anak……………………………………………………………. 43
Faktor yang berhubungan dengan Underweight Anak 0-23 Bulan.............. 43
Faktor yang berhubungan dengan Stunting Anak 0-23 Bulan……………. 49
Faktor Determinan Underweight Anak Usia 0-23 Bulan…………………. 54
Faktor Determinan Stunting Anak Usia 0-23 Bulan ………………………. 57
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………. 61
Kesimpulan………………………………………………………………… 61
Saran……………………………………………………………………….. 62
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 64
LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 68

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Perbandingan masalah gizi kurang pada balita pada beberapa negara di
Asia, 2001…………………………………………………………………. 7
2. Jumlah balita gizi buruk dan gizi kurang berdasarkan Susenas
1989-2003………………………………………………………...………... 8
3. Prevalensi stunting balita berdasarkan Survei Gizi dan Kesehatan HKI
tahun 1999-2002 dan Riskesdas 2007………………………………………9
4. Angka kecukupan gizi anak usia 0-3 tahun ……………………………….. 18
5. Daftar kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dijadikan
wilayah penelitian………………………………………………………….. 22
6. Daftar data yang tidak lengkap……………………………………………. 25
7. Daftar kabupaten/kota dan jumlah sampel di Jawa Tengah dan
Jawa Timur………………………………………………………………….26
8. Pengolahan data……………………………………………………………. 27
9. Contoh tabel 2x2…………………………………………………………… 29
10. Sebaran sampel berdasarkan karakteristik rumah tangga…………………. 35
11. Sebaran sampel berdasarkan karakteristik ibu…………………………….. 38
12. Sebaran sampel berdasarkan karakteristik anak…………………………… 39
13. Sebaran sampel berdasarkan sanitasi lingkungan………………………… 39
14. Sebaran sampel berdasarkan PHBS……………………………………….. 40
15. Sebaran sampel berdasarkan akses dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan………………………………………………………………….. 41
16. Sebaran sampel berdasarkan penyakit infeksi anak……………………….. 42
17. Sebaran sampel berdasarkan asupan gizi anak…………………………….. 42

18. Sebaran sampel berdasarkan status gizi…………………………………… 43
19. Faktor-faktor yang berhubungan dengan underweight anak 0-23 bulan ….. 48
20. Faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting anak 0-23 bulan ..…….. 53
21. Faktor determinan underweight anak 0-23 bulan ……………..…………. 56
22. Faktor determinan stunting anak 0-23 bulan ……………………………… 59

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Kerangka konsep UNICEF dalam menanggulangi masalah gizi………….. 19
2. Kerangka pemikiran operasional………………………………………….. 21
3. Alur pengambilan sampel…………………………………………………. 24

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Daftar pertanyaan yang diambil dari quesioner Riskesdas 2007……… 68
2. Skoring sanitasi lingkungan…………………………………………..... 95
3. Skoring PHBS………………………………………………………….. 98
4. Skoring akses terhadap pelayanan kesehatan………………………….. 99
5. Skoring pemanfaatan pelayanan kesehatan……………………….……100
6. Skoring penyakit infeksi anak……………………………………….....102
7. Hasil tabulasi silang antar variabel……………………………..……....103

LAMPIRAN


 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia saat ini mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 yang memiliki lima tujuan
pokok. Salah satu tujuan pokok dari RPJPN adalah terwujudnya bangsa yang
berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera
dengan salah satu indikasinya yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) (www.indonesia.go.id)
Sumber daya manusia adalah investasi berharga dalam pembangunan. Oleh
karena itu SDM haruslah berkualitas yang dicirikan dengan fisik yang tangguh,
mental yang kuat, sehat dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah
satu indikator yang digunakan untuk menilai kualitas sumber daya manusia adalah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM ditentukan oleh tiga faktor utama,
yaitu pendidikan, ekonomi dan kesehatan yang sangat erat kaitannya dengan
status gizi masyarakat (Departemen Kesehatan 2006). Berdasarkan laporan
UNDP, pada tahun 2007 pencapaian IPM Indonesia menempati rangking 111 dari
182 negara di dunia. (UNDP, 2009)
Rendahnya IPM di Indonesia disebabkan oleh permasalahan gizi dan
kesehatan di masyarakat (Azwar, 2004). Permasalahan gizi masyarakat antara lain
underweight (gizi kurang) dan stunting (anak pendek). Salah satu pencetus
permasalahan kurang gizi adalah kemiskinan. Proporsi anak underweight dan
anak stunting berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan
penduduk, makin tinggi persentase anak yang kekurangan gizi; makin tinggi
pendapatan, makin kecil persentasenya. Hubungannya bersifat timbal balik,
kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya
pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak
mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi (Soekirman, 2005).
Permasalahan underweight dan stunting berdampak terhadap pertumbuhan,
perkembangan dan produktifitas. Bahkan stunting yang kronik tidak dapat lagi
dipulihkan. Ini artinya stunting pada anak membuat anak tidak mungkin lagi
mengejar ketinggalan pertumbuhan dikemudian hari. Menetapnya stunting pada


 

anak dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi, penyakit kronik, dan kematian
anak serta menurunkan produktifitas kerja ketika dewasa. Masalah gizi jika tidak
ditangani akan menimbulkan masalah yang lebih besar, bahkan kedepannya
Bangsa Indonesia akan mengalami lost generation (Soekirman 2005).
Anak usia 0-23 bulan merupakan anak yang termasuk dalam masa
kehidupan yang sangat penting sehingga perlu perhatian yang serius. Pada masa
ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan
fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan sosial. Stimulasi psikososial
harus dimulai sejak dini dan tepat waktu untuk tercapainya perkembangan
psikososial yang optimal. Pada masa ini anak perlu memperoleh zat gizi dari
makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat

dan kualitas yang baik. Oleh

karena itu keterlambatan intervensi kesehatan, gizi dan psikososial mengakibatkan
kerugian yang tidak dapat diperbaiki dikemudian hari (Soekirman 2005).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional underweight adalah
18,4 persen sedangkan prevalensi nasional stunting sebesar 36,8 persen. Bila
prevalensi underweight dibandingkan dengan target Millenium Development
Goals (MDGs) untuk Indonesia sebesar 18,5 persen maka secara nasional targettarget tersebut sudah terlampaui, namun pencapaian tersebut belum merata di
beberapa propinsi dan kabupaten kota. Prevalensi stunting jika dibandingkan
dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan
Jangka Menegah Nasional (RPJMN) tahun 2015 sebesar 20 persen maka target ini
belum tercapai dengan baik dan menunjukkan permasalahan stunting masih tinggi
di Indonesia (Depkes 2008).
Tidak meratanya pencapaian target penurunan prevalensi underweight dan
stunting tersebut terlihat dari data Riskesdas 2007 yang menunjukan prevalensi
underweight dan stunting di Jawa Tengah sebesar 16,0 persen dan 36,4 persen
sedangkan di Jawa Timur 17,4 persen dan 34,8 persen. Walaupun prevalensi di
Propinsi Jawa Tengah dan

Jawa Timur di bawah prevalensi nasional tetapi

pencapaian ini tidak merata di beberapa kabupaten kota di Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Pencapaian yang tidak merata ini bisa dilihat di beberapa wilayah
kabupaten kota yang termasuk kedalam wilayah miskin tetapi memiliki prevalensi
underweight yang tinggi di atas prevalensi propinsi, misalnya Demak 21,5


 

persen dan Jember 30,4 persen. Adapun wilayah kabupaten kota yang termasuk
dalam wilayah miskin yang memiliki prevalensi underweight yang rendah di
bawah prevalensi propinsi yaitu Banyumas 10,1 persen dan

Bondowoso 8,7

persen. Wilayah kabupaten kota yang termasuk wilayah miskin dan memiliki
prevalensi stunting yang tinggi adalah Rembang 49,6 persen dan Pamekasan
51,8 persen. Adapun prevalensi stunting yang rendah adalah Grobogan 21,8
persen dan Tulung Agung 27,5 persen. (Depkes 2008)
Dalam RPJMN Kesehatan 2010-2014 disebutkan bahwa kebijakan dan
program perbaikan gizi dan kesehatan diprioritaskan pada keluarga miskin. Pada
tahun 2007 sebesar 16,5 persen atau lebih dar 37 juta penduduk Indonesia
tergolong miskin (BPS, 2007). Kemiskinan di Jawa Tengah dan Jawa Timur
masih tinggi karena Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan wilayah yang luas
sehingga memiliki jumlah penduduk yang besar dan kepadatan penduduk yang
tinggi. Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah sebesar 20,4 % sedangkan di
Jawa Timur sebesar 19,9 % (BPS, 2007).
Permasalahan underweight dan stunting

ditentukan oleh faktor yang

mempengaruhinya. Faktor tersebut pada tiap daerah bisa berbeda satu sama lain.
Ada faktor yang mempengaruhi dan ada faktor yang kurang berpengaruh terhadap
status gizi anak. UNICEF (1997) menyatakan faktor penyebab permasalahan gizi
pada anak terdiri dari faktor penyebab langsung (immediate cause) yaitu asupan
makanan yang tidak cukup dan penyakit yang diderita anak. Faktor penyebab
yang mendasari (underlying cause) yaitu tidak cukup akses terhadap pangan, pola
asuh anak yang tidak memadai, dan akses pelayanan kesehatan dan sanitasi air
bersih yang tidak memadai. Faktor penyebab dasar (basic cause) adalah kuantitas
dan kualitas sumber daya potensial yang ada di masyarakat misalnya : manusia,
ekonomi, lingkungan, organisasi, dan teknologi.
Penelitian Sandjaja (2001) yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi dan
Kabupaten Gunung Kidul menunjukan bahwa faktor yang berperan nyata dalam
underweight anak antara lain adalah faktor ibu, pola asuh anak, keadaan kesehatan
anak, dan konsumsi makanan anak. Mahgoup (2006) dalam penelitiannya di
Afrika menunjukkan faktor yang mempengaruhi status underweight adalah jumlah
balita dalam rumah tangga, jenis kelamin anak,

tingkat pendidikan ibu dan


 

pendapatan. Alberto dan Francesco (2007)
underweight

dan

angka

kematian

di

dalam penelitiannya mengenai
beberapa

negara

berkembang

mengidentifikasi empat faktor terdekat yang mendasar yaitu kesehatan
lingkungan, pendidikan perempuan,

status relatif perempuan, dan produksi

makanan perkapita.
Faber dan Benade (1998) melakukan penelitian di Afrika Selatan, hasilnya
menunjukan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin banyak yang
mengalami stunting sejak bayi karena penyakit infeksi yang diderita dan
kurangnya asupan makanan yang bergizi. Semba et al (2008) dalam penelitiannya
di Indonesia dan Bangladesh menunjukan bahwa baik pendidikan ibu dan ayah
merupakan penentu kuat stunting. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Judith dan Stan (1996) di Metro Cebu, Filipina menunjukkan
pendidikan ibu, kepemilikan televisi atau radio, status sosial ekonomi rumah
tangga mempengaruhi stunting.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan
menganalisis faktor determinan status gizi anak 0-23 bulan pada daerah miskin di
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini ditunjang dengan tersedianya data hasil
Riskesdas 2007 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Tujuan
Tujuan penelitian ini antara lain :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik ibu,
karakteristik anak, sanitasi lingkungan, PHBS, akses pelayanan kesehatan,
pemanfaatan pelayanan kesehatan, status penyakit infeksi dan asupan gizi.
2. Menganalisis

underweight anak 0-23 bulan pada daerah miskin di Jawa

Tengah dan Jawa Timur berdasarkan analisis bivariat.
3. Menganalisis stunting anak 0-23 bulan pada daerah miskin di Jawa Tengah
dan Jawa Timur berdasarkan analisis bivariat.
4. Menganalisis determinan underweight anak 0-23 bulan pada daerah miskin di
Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan analisis multivariat.
5. Menganalisis determinan stunting anak 0-23 bulan pada daerah miskin di Jawa
Tengah dan Jawa Timur berdasarkan analisis multivariat.


 

Manfaat
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :
1. Diketahuinya faktor determinan underweight dan stunting anak 0-23 bulan pada
daerah miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2. Menjadi bahan pertimbangan bagi Kementerian Kesehatan dalam merumuskan
kebijakan dan program pencegahan underweight dan stunting.
3. Adanya publikasi hasil penelitian sehingga dapat memberikan informasi bagi
masyarakat.

 


 

TINJAUAN PUSTAKA

Permasalahan Gizi Pada Balita
Gizi merupakan hal penting dalam pembangunan, karena gizi adalah
investasi dalam pembangunan. Gizi yang baik dapat memicu terjadi pembangunan
yang pesat karena tingginya produktifitas kerja. Sebaliknya jika masalah gizi
banyak terdapat dalam suatu masyarakat hal ini dapat menghambat pembangunan
dan menimbulkan kerugian yang tidak terhingga (Soekirman, 2005).
Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan.
Peningkatan ekonomi masyarakat akan berdampak terhadap peningkatan status
gizi. Peningkatan ekonomi masyarakat dapat menurunkan masalah gizi dapat
dilihat dari dua sisi. Pertama, mengurangi biaya kematian dan kesakitan, kedua
melalui peningkatan produktifitas. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Soekirman (2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan
permasalahan gizi. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui
rendahnya pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan
anak tidak mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi.
Tahun 2004 sekitar 50 persen penduduk Indonesia pada semua kelompok
usia mengalami masalah kekurangan gizi baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Kejadian kekurangan gizi cenderung dikesampingkan, padahal secara perlahan
dapat berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka
kematian balita dan rendahnya umur harapan hidup (Atmarita, 2004). Pada tahun
2001, prevalensi underweight dan stunting di Indonesia lebih tinggi dibandingkan
negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Tabel 1 menunjukkan pada tahun
2001 prevalensi underweight ( BB/U)