Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Kematian yang Disebabkan Bencana Alam di Sepuluh Negara Asia

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KEMATIAN
YANG DISEBABKAN BENCANA ALAM DI SEPULUH NEGARA ASIA

WIDY PURNAMA PUTRA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor Sosial
Ekonomi Terhadap Tingkat Kematian yang Disebabkan Bencana Alam di Sepuluh
Negara Asia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013
Widy Purnama Putra
NIM H14090089

ABSTRAK
WIDY PURNAMA PUTRA. Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat
Kematian yang Disebabkan Bencana Alam di Sepuluh Negara Asia. Dibimbing
oleh SRI HARTOYO.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor sosial
ekonomi yang dilihat melalui variabel pendapatan perkapita, angka partisipasi
pendidikan, luas area dan populasi terhadap tingkat kematian yang disebabkan
bencana alam dengan menggunakan panel data sepuluh negara Asia selama
periode 1980-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perkapita
dapat mengurangi angka kematian; angka partisipasi pendidikan tidak mengurangi
angka kematian; populasi yang lebih besar akan meningkatkan angka kematian
dan luas lahan yang lebih besar akan mengurangi angka kematian.
Kata kunci: bencana alam, data panel, kematian


ABSTRACT
WIDY PURNAMA PUTRA. Analysis of Socio-Economic Factors Affecting
Mortality Caused Natural Disasters in Ten Asian Countries. Supervised by SRI
HARTOYO.
The purpose of the present study is to investigate the relationship between
socio economic factors as seen through the variable such as percapita income,
years of schooling, land area and population for a panel of ten Asian countries
over the sample period over 1980 to 2011. The results showed that the percapita
income can reduce mortality; school enrollment rates did not reduce mortality; a
larger population will increase mortality and greater land area will reduce
mortality.
.
Keywords : natural disaster, panel data, mortality

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP
TINGKAT KEMATIAN YANG DISEBABKAN BENCANA
ALAM DI SEPULUH NEGARA ASIA

WIDY PURNAMA PUTRA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Kematian
yang Disebabkan Bencana Alam di Sepuluh Negara Asia
: Widy Purnama Putra
: H14090089


Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Hartoyo
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga berhasil ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah mengenai bencana
alam dan tingkat kematian, dengan judul Analisis Faktor Sosial Ekonomi
Terhadap Tingkat Kematian yang Disebabkan Bencana Alam di Sepuluh
Negara Asia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo selaku

dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis,
kepada Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si selaku dosen penguji utama dan
kepada Ibu Ranti Wiliasih, M.Si selaku komisi pendidikan, atas kritik dan saran
yang membangun dan bermanfaat yang diberikan kepada penulis. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu serta adik tercinta atas segala doa
dan kasih sayangnya. Tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada
teman satu bimbingan Vini, Iren dan Siska. Terakhir penulis sampaikan terima
kasih kepada sahabat sehati rekan berbagi suka dan duka Friska Zehan Phalupy
yang selalu memberikan dukungan, semangat dan banyak membantu penulis
selama proses pembuatan skripsi ini. Terima kasih kepada KAREMATA FEM
IPB Ari, Tiara, Lia, Trisa, Nia, Tazkiya, Erlinda, Deswantari, Nurul dan temanteman lainnya sebagai keluarga kedua tempat berbagi suka dan duka. Terakhir
penulis ucapkan terimakasih kepada para sahabat terdekat Pakuan Regency
Adrian Prama, Jajang Arif, Ardhi Harry, Bronson Marpaung, Bram Agustian
Zahro, Fauzi Mauludin Fahmi, Taufik Imandana, Rahmat Prabowo, Farhana
Zahrotunnisa, Meiyora Averiana, dan Puspita Mega yang selalu memberikan
berbagai macam dukungan, HIPOTESA FEM IPB 2011, teman asrama Gema
Noor, Andri Setiawan dan Widyatmoko Purbo, M. Taufik Hidayat serta temanteman Ilmu Ekonomi angkatan 46 lainnya atas segala dukungan yang telah
diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Oktober 2013

Widy Purnama Putra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5


METODE PENELITIAN

5

Jenis dan Sumber Data

5

Definisi Variabel

5

Metode Pengolahan dan Analisis Data

6

Spesifikasi Model

7


Metode Analisis Regresi Panel Data

7

Pengujian Kriteria Ekonomi dan Statistik

8

Uji Asumsi

9

GAMBARAN UMUM

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

14


SIMPULAN DAN SARAN

18

Simpulan

18

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

19

RIWAYAT HIDUP

36


DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Jumlah Kematian Akibat Bencana Alam Tahun 2011
Persentase Bencana Menurut Kelompok Benua Tahun 2011
Persentase Korban Bencana Menurut Kelompok Benua Tahun 2011
Persentase Kerusakan Ekonomi Akibat Bencana Menurut Kelompok
Benua Tahun 2011
5 Variabel dan Sumber Data
6 Hasil Estimasi Model Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Jumlah Angka
Kematian

1
2
2
3
6
14

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik Angka Kematian di Sepuluh Negara Asia Periode 1980-2011

12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Data Penelitian
Uji Normalitas
Output Eviews Pooled Least Square (PLS)
Output Eviews Fixed Effect
Output Eviews Random Effect

22
32
33
34
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Banyak faktor yang dapat mengganggu perekonomian suatu negara, salah
satunya adalah bencana alam. WHO mendefinisikan bencana sebagai setiap
kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia, merosotnya pelayanan kesehatan dan kesehatan 1. Benson dan Clay
(1997) menyatakan bahwa bencana alam adalah kejadian abnormal yang
memengaruhi wilayah geografis serta masyarakat, sehingga menyebabkan
kerusakan yang besar, gangguan dan menimbulkan korban jiwa. Berdasarkan
perspektif ekonomi bencana alam menyiratkan beberapa kombinasi dari kerugian
pada manusia, seperti kerugian fisik yaitu tanah dan bangunan, serta kerugian
keuangan. Selain itu bencana alam juga dapat menyebabkan penurunan aktivitas
ekonomi seperti pendapatan, investasi, konsumsi, dan produksi, serta
memungkinkan beberapa dampak pada arus keuangan seperti penerimaan dan
pengeluaran pemerintah dan swasta.
Tabel 1 Jumlah Kematian Akibat Bencana Alam Tahun 2011
Peristiwa

Negara

Jumlah Kematian (jiwa)

Gempa Bumi/ Tsunami

Jepang

Angin Topan/ Badai

Philipina

Banjir

Brazil

900

Banjir

Thailand

813

Gempa Bumi

Turki

604

Banjir

Pakistan

509

Banjir

Cina

467

Angin Topan/ Badai

Amerika

354

Banjir

Kamboja

247

Banjir

India

204

Total
Sumber: Annual Disaster Statistical Review, 2011

19.846
1.439

25.383

Berdasarkan Tabel 1, selama tahun 2011 total kematian akibat bencana alam
sebesar 25.383 jiwa. Angka kematian paling banyak terdapat di Jepang sebesar
19.846 jiwa, hal ini disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang terjadi
di wilayah timur laut Jepang yang disusul dengan terjadinya tsunami. Gempa
bumi merupakan hal yang biasa terjadi di Jepang, yang merupakan salah satu
daerah seismik paling aktif di dunia.
Wilayah Asia masuk dalam daftar teratas sebagai kawasan rawan bencana.
Menurut EM-DAT: The International Disaster Database pada tahun 2011,
wilayah Asia paling sering dilanda bencana alam (44%), diikuti oleh Amerika
(28%), Afrika (19,3%), Eropa (5,4%) dan Oseania (3,3%). Jumlah korban
1

http://www.icm.tn.gov.in/dengue/disaster.htm diakses pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 15:15

2

bencana Wilayah Asia pada tahun 2011 mencapai 86,3% dari korban bencana
seluruh dunia, Afrika menyumbang 9,2%, sementara 4,5% disumbang oleh
Amerika, Eropa serta Oseania.
Tabel 2 Persentase Bencana Menurut Kelompok Benua Tahun 2011
Negara

Jenis Bencana (%)
Geofisik

Klimatologi

Hidrologi

Meteorologi

Asia

78

28

44

37

Eropa

3

5

6

6

14

33

24

39

0

28

25

11

Oseania
6
5
Sumber: Annual Disaster Statistical Review, 2011

1

7

Amerika
Afrika

Berdasarkan Tabel 2, selama tahun 2011 persentase bencana menurut
jenisnya terbagi menjadi 4 jenis, yaitu: geofisik, klimatologi, hidrologi, serta
meteorologi. Di Asia bencana di dominasi oleh bencana geofisik sebesar 78%,
bencana klimatologi sebesar 28%, bencana hidrologi sebesar 44%, dan bencana
Meteorologi sebesar 37%. Menurut World Bank (2011) dari 302 bencana yang
terjadi di seluruh dunia, 137 diantaranya di negara-negara Asia. Bencana yang
terjadi sepanjang tahun 2011 diantaranya terjadi pada bulan Maret, gempa yang
disertai tsunami menerjang Jepang. Gempa berkekuatan 8,9 skala richter menjadi
salah satu dari lima gempa yang ada di dunia. Selanjutnya pada bulan Oktober
banjir melanda Thailand yang merusak lahan pertanian hingga empat juta hektar,
pada bulan yang sama gempa dengan kekuatan 7,2 skala richter mengguncang
Turki. Demikian beberapa bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2011 di
wilayah Asia. Urutan kedua benua yang sering mengalami bencana setelah Asia
adalah Amerika yang didominasi oleh bencana meteorologi sebesar 39%, lalu
Afrika yang didominasi oleh bencana klimatologi sebesar 28%, kemudian Eropa
yang didominasi oleh bencana hidrologi dan meteorologi sebesar 6%, diikuti oleh
Oseania yang didominasi oleh bencana meteorologi sebesar 7%.
Tabel 3 Persentase Korban Bencana Menurut Kelompok Benua Tahun 2011
Negara

Jenis Bencana (%)
Geofisik

Klimatologi

Hidrologi

Meteorologi

Asia

82

63

94

97

Eropa

0.9

0

0

0

Amerika

0.4

4

5

3

0

32

1

0.3

0

0

0

Afrika

Oseania
17
Sumber: Annual Disaster Statistical Review, 2011

Berdasarkan Tabel 3, selama tahun 2011 persentase jumlah korban di Asia
sebesar 82% diakibatkan oleh bencana geofisik, 63% akibat bencana klimatologi,
94% akibat bencana hidrologi, dan 97% akibat bencana meteorologi. Pada tahun

3

2011 bencana alam yang paling banyak menimbulkan korban adalah gempa bumi
yang melanda Jepang yang disusul oleh terjadinya tsunami. Bencana yang
melanda Jepang tersebut menimbulkan korban meninggal hampir dua puluh ribu
jiwa. Selain gempa bencana lainya yang sering terjadi di tahun 2011 adalah banjir,
hampir di beberapa negara seperti di Thailand, Cina, Kamboja, India dan Turki
terjadi bencana banjir yang banyak menimbulkan korban jiwa. Urutan kedua
benua yang memiliki persentase korban bencana tertinggi setelah Asia adalah
Afrika sebesar 32% yang diakibatkan oleh bencana klimatologi, lalu Oseania
sebesar 17% yang diakibatkan oleh bencana geofisik, kemudian Amerika sebesar
5% yang diakibatkan oleh bencana hidrologi, diikuti oleh Eropa sebesar 0,9%
yang diakibatkan oleh bencana geofisik.
Tabel 4 Persentase Kerusakan Ekonomi Akibat Bencana Menurut
Kelompok Benua 2011
Negara

Jenis Bencana (%)
Geofisik

Klimatologi

Hidrologi

Meteorologi

Asia

92

20

81

8

Eropa

0.1

0

1

0.2

Amerika

0

80

17

87

Afrika

0

0

1

0

Oseania
8
0.4
Sumber: Annual Disaster Statistical Review, 2011

0

5

Berdasarkan Tabel 4, selama tahun 2011 persentase kerusakan ekonomi
akibat bencana paling besar terjadi di Asia yang di akibatkan bencana geofisik
sebesar 92%, bencana hidrologi sebesar 81%, bencana klimatologi sebesar 20%
dan bencana meteorologi sebesar 8%. Amerika menempati urutan kedua dalam
persentase kerusakan ekonomi akibat bencana yaitu sebesar 80% akibat bencana
geofisik, sebesar 87% akibat bencana meteorologi, dan sebesar 17% akibat
bencana hidrologi, kemudian kerusakan ekonomi Oseania sebesar 8% yang
diakibatkan bencana geofisik, kemudian diikuti Eropa dan Afrika yang mengalami
kerugian ekonomi sebesar 1% yang diakibatkan oleh bencana hidrologi . Menurut
Guha-Sapir (2011) Jepang, Thailand, Selandia Baru, Amerika dan Tiongkok
termasuk diantara 10 teratas negara yang mengalami kerugian ekonomi terbesar
tahun 2011. Dampak kerusakan bencana terbesar terjadi di wilayah Asia dengan
nilai kerusakan mencapai 280 miliar dollar AS (World Bank, 2011).
Menurut Benson dan Clay (2004) bencana alam dapat memengaruhi
perekonomian jangka panjang. Perlunya mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi kerusakan akibat bencana alam akan membantu para pembuat
kebijakan khususnya pemerintah untuk mempersiapkan ketahanan suatu negara
dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi di masa depan. Raschky (2008)
menyatakan bahwa faktor– faktor sosial ekonomi yang dapat memengaruhi dalam
menghadapi bencana adalah pembangunan ekonomi yang merupakan faktor
penting dalam menentukan kerentanan masyarakat terhadap bencana alam dilihat
berdasarkan PDB perkapita. Pendapatan negara yang semakin tinggi akan
memengaruhi tingkat kematian yang diakibatkan oleh bencana alam, dilihat dari

4

stabilitas iklim perekonomian pemerintah yang akan mengurangi angka kematian
serta kerugian ekonomi akibat bencana alam.
Howrich (2000) berpendapat bahwa faktor terpenting yang mendasari
respon terhadap tingkat bencana alam dalam perekonomian adalah tingkat
kesejahteraan. Sebuah negara yang sejahtera atau memiliki kekayaan yang cukup
akan merasa lebih aman dalam menghadapi bencana yang terjadi. Menurut
Rasmussen (2004) terdapat hubungan negatif antara pendapatan dengan jumlah
orang-orang yang terkena bencana alam. Suatu bangsa yang memiliki pendapatan
perkapita yang baik akan mampu memberikan tingkat keselamatan secara
menyeluruh terhadap berbagai ancaman bencana alam. Menurut penelitian yang
dilakukan Kahn (2005) dilihat dari jumlah bencana alam yang terjadi negaranegara dengan pendapatan perkapita yang lebih tinggi akan mengalami tingkat
kematian yang lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat
pendapatan perkapita akan semakin memperkecil tingkat cidera serta kerugian
materi yang terjadi.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Toya dan Skidmore ( 2007) menggunakan
data tahunan dari 151 negara selama periode 1960-2003 menguji beberapa
variabel infrastruktur sosial ekonomi yang mencakup pendapatan, pendidikan, dan
transparansi anggaran belanja pemerintah. Pembangunan ekonomi dan kerugian
ekonomi yang disebabkan bencana berbanding terbalik. Negara dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dan pemerintahan yang transparan lebih memiliki
ketahanan terhadap guncangan yang di akibatkan bencana. Penelitian tersebut
juga menunjukan bahwa negara-negara dengan cadangan devisa yang lebih
banyak lebih mampu bertahan dalam menghadapi bencana yang terjadi di negara
tersebut.
Menurut sebuah studi yang dilakukan Noy (2008) menemukan bahwa
negara-negara dengan tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi, keterbukaan
terhadap perdagangan yg lebih luas, serta tingginya pembelanjaan pemerintah
akan mampu menahan guncangan awal dari bencana dan mencegah terganggunya
perekonomian negara tersebut untuk kedepannya.
Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh faktor-faktor sosial
ekonomi terhadap jumlah angka kematian suatu negara akibat bencana yang
dilihat melalui pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari besarnya pendapatan
perkapita, populasi, luas area, angka partisipasi pendidikan, dan krisis ekonomi di
10 negara Asia menggunakan data tahunan untuk periode 1980 hingga 2011.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini terkait dengan
permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya adalah untuk menganalisis
pengaruh dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari besarnya
pendapatan perkapita, populasi, luas area, angka partisipasi pendidikan, dan krisis
ekonomi yang terjadi terhadap jumlah angka kematian di 10 negara Asia selama
periode 1980 sampai dengan tahun 2011.

5

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai dampak dari
faktor-faktor sosial ekonomi terhadap bencana alam serta menjadi bahan masukan
bagi pemerintah sebagai upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi
perubahan iklim dalam program pembangunan nasional serta menjadi literatur
bagi penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada 10 negara di Asia yaitu
Indonesia, Cina, Israel, Jepang, Malaysia, Nepal, Philipina, Syirian Arab,
Thailand, dan Turki dengan menggunakan data sekunder berupa time series
tahunan dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2011. Analisis pada penelitian ini
difokuskan pada pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap jumlah angka
kematian di 10 negara Asia.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data panel dikarenakan dalam penelitian
ini terdapat data time series dan cross section. Dalam penelitian ini data yang
digunakan adalah data publikasi atau data sekunder berupa time series dari tahun
1980 sampai 2011 dan data cross section sepuluh negara Asia yaitu Cina,
Indonesia, Israel, Jepang, Malaysia, Nepal, Filippina, Suriah, Thailand, Turki
yang terdiri dari jumlah angka kematian, pendapatan perkapita, populasi, luas
area, angka partisipasi pendidikan, dan krisis ekonomi. Alasan pemilihan sepuluh
negara di atas adalah berdasarkan tingkat angka kematian yang paling tinggi dan
kelengkapan data dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Perangkat
lunak yang dipergunakan untuk menganalisis data-data di atas adalah Eviews 6.0
dan Microsoft Office 2007.
Definisi Variabel
Variabel jumlah angka kematian yang dimaksud pada penelitian ini adalah
jumlah orang yang mati pada periode waktu tertentu yang menimpa penduduk
dalam waktu satu tahun yang diakibatkan oleh bencana alam yang terjadi (The
International Disaster Database, 2000).
Variabel Gross Domestic Product per capita (pendapatan perkapita) yang
digunakan pada penelitian ini adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk
disuatu negara dengan jumlah penduduk di negara tersebut. Pada umumnya
pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan
tingkat pembangunan sebuah negara, semakin besar pendapatan perkapita maka
negara tersebut semakin makmur (World Bank, 2000).

6

Variabel populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kumpulan
individu-individu sejenis dalam hal ini berarti manusia yang berada pada suatu
wilayah tertentu (World Bank, 2000).
Variabel luas area yang digunakan pada penelitian ini adalah keseluruhan
wilayah dari suatu negara baik itu daratan maupun lautan (World Bank, 2000).
Variabel angka partisipasi pendidikan pada penelitian ini adalah jumlah yang
diperoleh berdasarkan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP,
SLTA) (World Bank, 2000).
Variabel krisis ekonomi (dummy) yang digunakan pada penelitian ini adalah
tahun terjadinya peristiwa pergolakan pada sektor perekonomian sehingga
mempengaruhi sektor lain yang mengakibatkan turunnya nilai mata uang dan
naiknya harga barang dan jasa. Dummy bernilai nol ketika tidak terjadi krisis
ekonomi di negara tersebut pada tahun tertentu, dan bernilai satu ketika terjadi
krisis ekonomi di tahun tertentu (World Bank, 2000).
Tabel 5 Variabel dan Sumber Data
No

Jenis Variabel

Sumber Data
The International Disaster
Database

1

Jumlah Angka Kematian

2

Gross Domestic Product per Capita (US$
constant 2000)

World Development Indicator
(World Bank,)

3

Populasi

World Development Indicator
(World Bank)

4

Luas Area

World Development Indicator
(World Bank)

5

Angka Partisipasi Pendidikan

World Development Indicator
(World Bank)

6

Krisis Ekonomi (Dummy)

World Development Indicator
(World Bank)

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode
deskriptif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi yang
memengaruhi jumlah angka kematian di sepuluh negara Asia yang menjadi objek
observasi. Proses deskripsi pada data pada dasarnya meliputi upaya penelusuran
dan pengungkapan informasi yang lebih relevan yang terkandung di dalam data
dan penyajian hasilnya dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana, sehingga
pada akhirnya mengarah pada keperluan adanya penjelasan penafsiran.
Metode penelitian ini juga mengandalkan proses kuantitatif untuk
mendapatkan gambaran yang terstruktur dan jelas mengenai fenomena

7

perekonomian yang terjadi. Penelitian kuantitatif berlandaskan interpretasi
terhadap hasil olahan model dengan metode analisis panel data.
Spesifikasi Model
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan tinjuauan terhadap penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan jumlah angka kematian dan faktor-faktor sosial
ekonomi. Variabel yang digunakan adalah jumlah angka kematian sebagai
variabel dependen dan variabel GDP perkapita, populasi, luas area, angka
partisipasi pendidikan dan dummy krisis sebagai variabel independen. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode panel data statis.
��������� = � + �1 ������� + �2 ������� + �3 ������� + �3 ������� + �4 �1��
+ ���
Keterangan :



��DEATH
��GDP
��LND
��PPL
��SCH
D1

: Intersep
: Slope
: Error
: Jumlah angka kematian (jiwa)
: Pendapatan Perkapita (US$)
: Luas Area (km2)
: Populasi (jiwa)
: Angka Partisipasi Pendidikan (jiwa)
: Dummy Krisis Negara
Metode Analisis Regresi Panel Data

Ketersediaan data untuk mewakili variabel yang akan digunakan dimana
kondisinya yaitu data time series pendek dan unit cross-section terbatas dapat
diatasi dengan menggunakan metode panel data (pooled data). Penggunaan model
panel data tersebut digunakan dengan tujuan agar diperoleh hasil estimasi yang
lebih baik (efisien) dengan meningkatnya jumlah observasi yang berimplikasi
pada meningkatnya derajat kebebasan (degree of freedom).
Penggunaan data panel telah memberikan banyak keuntungan secara
statistik maupun teori ekonomi. Manfaat penggunaan panel data adalah sebagai
berikut:
1
Mampu mengontrol heterogenitas individu
2
Mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatnya degree of freedom,
lebih bervariasi dan lebih efisien
3
Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak
dapat diperoleh dari data cross-section murni atau time series murni
4
Dapat menguji dan membangun model prilaku yang lebih kompleks
5
Lebih baik untuk study of dynamic adjusment
Model analisis data panel memiliki tiga macam pendekatan, yaitu
pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed
effect), dan pendekatan efek acak ( random effect). Selain itu itu di dalam
melakukan pengolahan data panel terdapat juga kriteria pembobotan yang

8

berbeda-beda yaitu no weighting (semua observasi diberi bobot sama), crosssection weight (GLS dengan menggunakan estimasi varians residual cross-section
digunakan apabla ada asumsi terdapat cross-section heteroskedasticity), dan SUR
(GLS dengan menggunakan covariance matrix cross-section). Metode ini
mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross-section.
Berdasarkan hasil dari ketiga pendekatan tersebut akan ditentukan model mana
yang lebih tepat menjelaskan dampak dari faktor-faktor sosial ekonomi terhadap
jumlah angka kematian yang disebabkan bencana alam
Pengujian Kriteria Ekonomi dan Statistik
Setelah mendapatkan parameter estimasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan berbagai macam pengujian terhadap parameter estimasi tersebut serta
pengujian terkait model terbaik mana yg akan dipilih diantara fixed dan random.
Pengujian tersebut bisa berupa pengujian ekonomi, statistik, dan ekonometrik.
Pengujian dapat dilakukan dengan kriteria ekonomi dan statistik. Pengujian
ekonomi digunakan untuk melihat besaran dan tanda parameter yang akan di
estimasi apakah sesuai dengan teori atau tidak, sedangkan uji kriteria statistik
dilakukan dengan uji koefisien determinasi (R2).

Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)
Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen secara
individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel independen
berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Dalam
pengujian ini dilakukan uji dua arah dengan hipotesis:
H 0 : βi = 0 (tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen)
H 1 : βi ≠ 0 ( ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya)
Kriteria pengujian:
1
H 0 diterima dan H 1 ditolak apabila t tabel > t hitung < t tabel, artinya
variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
2
H 0 ditolak dan H 1 diterima apabila t tabel< t hitung > t tabel, artinya
variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
Sedangkan t hitung adalah:
��
T hitung= ��(��)
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F-statistik digunakan untuk menguji apakah keseluruhan variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian
ini dilakukan dengan hipotesis:
H 0 : β1= β2= β3= β4= 0
H 1 : Minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol.

9

Atau dengan kata lain, dalam penelitian ini bila hasil F hitung menunjukan
hasil yang signifikan berarti variabel yang menjadi faktor-faktor berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk menghitung F hitung digunakan rumus (Gujarati, 1995)
� 2 /(�−1)

F hitung = (1−�2 )/(�−�)

Dimana:
R2 = Koefisien determinasi
n
= jumlah observasi
k
= jumlah variabel independen termasuk konstanta
Kriteria Pengujian:
1
H 0 diterima dan H 1 ditolak apabila F hitung < F tabel, artinya variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
2
H 0 ditolak dan H 1 diterima apabila F hitung > F tabel, artinya variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya daya
menerangkan dari variabel independen terhadap variabel dependen pada model
tersebut. Nilai R2 berkisar antara nol sampai satu (0