Penyusunan Skala Hedonisme Kebauan Beberapa Sumber di Bogor
PENYUSUNAN SKALA HEDONISME KEBAUAN BEBERAPA
SUMBER DI BOGOR
RIZKI ANANDA AIDITA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyusunan Skala
Hedonisme Kebauan Beberapa Sumber Bau di Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor,
Juli 2013
Rizki Ananda Aidita
NIM F44090045
ABSTRAK
RIZKI ANANDA AIDITA. Penyusunan Skala Hedonisme Kebauan Beberapa
Sumber di Bogor . Dibimbing oleh ARIEF SABDO YUWONO.
Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu
yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun skala hedonisme kebauan dan
menganalisis faktor yang menyebabkan polusi kebauan. Metode penelitian
menggunakan 10 panelis sesuai dengan KEP 50/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebauan. Pengukuran skala hedonisme dilakukan di industri tahu, rumah
potong hewan, tempat pengumpulan sampah, pasar tradisional, kandang ternak
ayam, dan instalasi pengomposan yang diduga menimbulkan kesan bau negatif,
sedangkan yang diduga menimbulkan kesan positif menggunakan 18 sampel
bahan. Skala hedonisme kebauan yang dirancang adalah 1-10, mulai dari kesan
sangat tidak suka sampai sangat suka. Skala yang menunjukkan kesan bau negatif
berada pada skala ≤ 5, sedangkan skala yang menunjukkan kesan bau positif
berada pada skala > 5. Tempat dan sampel yang memperoleh nilai skala kebauan
negatif yaitu RPH, pasar tradisional (los daging), tempat pengumpulan sampah
(TPA dan TPS), industri tahu Bandung, bahan mentah makanan, kandang ternak
ayam, kamper, dan minyak gosok, sedangkan kesan positif yaitu pasar tradisional
(los sayuran dan los pakaian), industri tahu Sumedang, instalasi pengomposan
sampah, minuman hangat, minuman bersoda, balsem, parfum, pelembut pakaian,
shampo, sabun krim dan deterjen. Faktor yang mempengaruhi polusi bau yaitu
aliran udara, lingkungan, tempat tertutup dan terbuka, lama waktu paparan, dan
serta senyawa-senyawa yang menyebabkan kebauan berdasarkan literatur yaitu
senyawa amonia (NH3), hidrogen sulfida, trimetilamin, indole, skatole, thiol,
merkaptan, dimetilsulfida, dan metil salisilat.
Kata kunci: kebauan, sanitasi lingkungan, skala hedonisme, sumber bau
ABSTRACT
RIZKI ANANDA AIDITA. Development of Malodour Hedonic Scale Some
Sources in Bogor . Supervised by ARIEF SABDO YUWONO.
Odor pollution is a stimulus of substance received by the sense of smell
while malodor is undesirable odor in some amount and time that can interfere
human health and environmental comfort. The purpose of this study was to
develop a hedonic scale of malodour and analyzing the factors that cause
malodour pollution. This research method uses 10 panelist members according
with KEP 50/MENLH/11/1996. Measurement of hedonic scale was carried out in
the tofu producer, slaughter house, solid waste treatment facility, traditional
markets, and compost installation suspected to create an malodour impression,
while allegedly causing positive impression used 18 samples of materials.
Hedonic scale of malodor was designed in between 1-10, ranging from being very
dislike to very like. Scale indicating the negative effect are in the range of odor
≤5, while the scale showed positive effect are > 5. Place and samples obtain the
value of a malodor hedonic scale negative is slaughter house, traditional markets
(los meat), solid waste treatment facility, tofu producer Bandung, food raw
materials, chicken coop, camphor, and embrocation, while malodor hedonic scale
is traditional markets (los vegetable and los clothing), tofu producer Sumedang,
compost installation, warm drinks, soft drink, balm, perfum, softener, shampoo,
soap cream, detergent. Factor affecting the air pollution are air flow, indoor and
outdoor area, long exposure, and the presence of compounds that cause malodour
on literature of ammonia, hydrogen sulphide (H2S), trimethy lamine, indole,
skatole, thiol, mercaptan, dimetilsulphide, and methyl salisilate.
Keywords: environmental sanitation, hedonic scale, malodour, source of malodour
PENYUSUNAN SKALA HEDONISME KEBAUAN BEBERAPA
SUMBER DI BOGOR
RIZKI ANANDA AIDITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Penyusunan Skala Hedonisme Kebauan Beberapa Sumber di Bogor
Nama
: Rizki Ananda Aidita
NIM
: F44090045
Bogor,
Juli 2013
Disetujui,
Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc.
Pembimbing Akademik
Diketahui oleh
Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M. Agr.
Plh. Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Mei 2013 dengan judul Penyusuan
Skala Hedonisme Kebauan Beberapa di Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc
selaku pembimbing, kedua orang tua penulis, dan rekan-rekan mahasiswa Teknik
Sipil dan Lingkungan angkatan 46 dan 47.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Juli 2013
Rizki Ananda Aidita
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
3
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3
Bahan dan Alat
3
Prosedur Penelitian
4
Metode Pengukuran
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Penyusunan Skala Hedonisme Kebauan
7
Sumber Kebauan Terhadap Kesan Negatif
7
Sumber Kebauan Terhadap Kesan Positif
19
SIMPULAN DAN SARAN
22
Simpulan
22
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL
1 Sampling Point pada sumber-sumber bau
2 Skala hedonisme kesan kebauan
3 Efek keterpaparan gas NH3 bagi manusia
6
7
9
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Diagram alir penelitian
Skala hedonisme rumah potong hewan
Ruang pemotongan hewan
Tempat pembuangan isi rumen sapi
Saluran drainase
Kandang sapi
Lokasi pengolahan limbah padat
Instalasi pengolahan limbah cair dan posisi panelis
Skala hedonisme kebauan pasar Anyar dan pasar Bogor
Los daging pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
Los sayuran pasar Anyar(a) dan pasar Bogor (b)
Los pakaian pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
Skala hedonisme kebauan tempat pengumpulan dan instalasi
pengomposan sampah
TPS sampah pasar Anyar (a) dan Bogor (b)
Keadaan TPS Balumbang Jaya (a) dan TPS Dramaga (b)
TPA Galuga
Instalasi pengomposan
Kandang ternak ayam
Skala hedonisme kebauan industri tahu
Pabrik tahu Bandung: saluran drainase (a) dan bak penampung ampas
tahu (b)
Pabrik tahu Sumedang: kondisi pabrik (a) dan saluran drainase (b)
Skala hedonisme bahan mentah makanan
Skala hedonisme kosmetik, produk pembersih, kamper, dan obat
gosok
Skala hedonisme kebauan minuman panas
Skala hedonisme kebauan minuman bersoda
4
8
8
9
10
10
11
11
12
13
13
14
15
15
15
16
16
16
17
18
18
19
20
21
21
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Polusi bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima oleh indera
penciuman, sedangkan kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan
waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan (KEP 50/MENLH/11/1996). Bau merupakan salah satu masalah
lingkungan yang sering dirasakan oleh masyarakat. Polusi bau yang terjadi di
lingkungan sekarang ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
aktivitas manusia serta kegiatan pertanian dan industri. Salah satu sumber
substansi bau antara lain industri termasuk gas-gas, partikel organik, dan
anorganik. Beberapa tempat yang menjadi sumber kebauan diantaranya adalah
pasar tradisional, industri, tempat penampungan sampah, dan rumah potong
hewan.
Kebauan telah diatur dalam Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan. Menurut Kep-50/MENLH/11/1996 ada beberapa parameter kebauan,
yaitu amonia (NH3), metil merkaptan, hidrogen sulfida, metil sulfida, dan styrene.
Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa bau dari odoran tunggal yang
menimbulkan kesan negatif terhadap penciuman manusia dan bahkan berdampak
buruk bagi kesehatan manusia.
Skala hedonisme merupakan kategori penilaian yang bersifat relatif antara
suka atau tidak suka dari bau yang dirasakan (Yuwono 2008). Menurut Cabanac et
al. (2011), hedonisme adalah bagaimana kita suka atau tidak suka dalam keadaan
sadar. Derajat menyenangkan atau tidak menyenangkan ditentukan oleh
pengalaman dan hubungan emosional masing-masing panelis. Penelitian ini
membahas mengenai odor campuran yang terdapat di dalam lingkungan. Bau dari
odoran campuran merupakan tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran
odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh
lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal 8 (delapan) orang. Udara
yang sudah menimbulkan kebauan dalam suatu lingkungan sangat mempengaruhi
keadaan dari makhluk hidup yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk menyusun skala hedonisme kebauan dan menganalisis faktorfaktor yang menyebabkan polusi kebauan.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut adalah :
1. Penyusunan skala hedonisme kebauan
2. Mengukur kesan suka dan tidak suka terhadap kebauan yang ditimbulkan
oleh sumber bau dengan menggunakan panelis.
3. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan polusi kebauan.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1) Menyusun skala hedonisme kebauan.
2) Menentukan skala hedonisme kebauan pada beberapa contoh tempat dan
sampel bahan yang diduga menimbulkan kesan negatif dan positif.
3) Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan polusi kebauan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Dapat digunakan sebagai landasan dasar pertimbangan bagi otoritas dalam
penentuan fasilitas sanitasi lingkungan.
2. Sebagai dasar dalam penyusunan skala hedonisme kebauan di Indonesia.
3. Sebagai masukan kepada pemerintah dan pihak terkait dalam menangani
kondisi lingkungan dalam pengelolaan kualitas udara khususnya tentang
bau sehingga memenuhi standar Kep-50/MENLH/11/1996.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan di tempat-tempat yang diduga merupakan sumber
timbulnya kebauan yang menimbulkan kesan bau negatif di Bogor, Jawa
Barat, seperti pasar tradisional, industri tahu, Rumah Potong Hewan
(RPH), pengumpulan sampah, kandang ternak ayam, dan instalasi
pengomposan sampah.
2. Penelitian menggunakan beberapa sampel produk yang diduga
menimbulkan kesan bau positif seperti minuman panas (teh, rosella, dan
kopi), minuman bersoda (Fanta, Coca-cola, dan root beer), bahan mentah
makanan (ikan, udang, daging ayam, dan daging sapi), dan produk-produk
wangi-wangian (parfum, pewangi pakaian, balsem, sabun krim, kamper,
shampo, deterjen, dan minyak gosok).
3. Skala hedonisme kebauan akan digunakan dalam pengukuran skala
kesukaan atau ketidaksukaan bau dari odoran campuran.
4. Penelitian ini hanya menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan polusi
kebauan.
3
METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari-April 2013. Pengukuran
dilakukan di Laboraturium Kualitas Udara Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Rumah Potong Hewan (RPH) Bogor Barat, TPA Galuga, TPS, pasar
tradisional Bogor, pasar Anyar, industri tahu, instalasi pengomposan, dan kandang
ternak ayam.
Bahan dan Alat
-
Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
Panelis 5 orang laki-laki dan 5 wanita
Kuesioner
Stopwatch
Minuman hangat: teh, rosella, dan kopi
Minuman bersoda: Fanta, Coca-cola, dan Root Beer
Bahan mentah makanan: ikan, udang, daging ayam, dan daging sapi
Produk wangi-wangian: parfum, balsem, pewangi pakaian, sabun krim,
kamper, shampo, deterjen, dan minyak gosok.
4
Prosedur Penelitian
Pengukuran skala hedonisme kebauan mengacu pada
50/MENLH/11/1996. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram alir penelitian
Kep-
5
Metode Pengukuran
Penyusunan skala hedonisme kebauan
Skala hedonisme kebauan yang disusun menunjukkan indikasi kesukaan
atau ketidaksukaan terhadap bau. Nilai skala yang digunakan 1-10 yang dapat
mewakili kesan negatif dan kesan positif. Nilai skala ≤ 5 menunjukkan kesan bau
tidak menyenangkan (negatif) sedangkan nilai skala > 5 menunjukkan kesan bau
menyenangkan (positif).
Pengukuran skala hedonisme kebauan yang diduga menimbulkan kesan
negatif dan positif
A. Negatif
Pengukuran skala hedonisme kebauan yang diduga menimbulkan kesan
negatif dilakukan langsung ke lapangan. Langkah-langkah pengukuran adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan lokasi dan sampling point pengukuran. Tabel 1 menunjukkan
sampling point pada sumber-sumber bau.
2. Penelis dibawa ke sumber bau untuk memberikan skala hedonisme
kebauan dengan mengisi kuesioner. Kuesioner dapat dilihat pada
Lampiran
3. Lama waktu pengukuran terbagi dari menit ke-1, ke-2, dan ke-3.
6
Tabel 1 Sampling Point pada sumber-sumber bau
No
1
2
3
4
Sumber Bau
Rumah Potong Hewan (RPH)
- ruang pemotongan
- tempat pembuangan rumen
- pengolahan limbah padat
- Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL)
Pengumpulan Sampah
a) Tempat Pembuangan
Akhir (TPA)
b) Tempat Pembuangan
Sementara (TPS)
Pasar Tradisional
a) Pasar Bogor dan pasar
Anyar:
- Los daging
- Los sayur
- Los pakaian
- Tempat Pembuangan
Sementara
(TPS)
pasar
5
Industri
a. Pabrik Tahu Sumedang
b. Pabrik Tahu Bandung
Instalasi pengomposan
6
Kandang ternak ayam
Sampling Point
Sampling Time
Titik tengah tempat
pemotongan hewan
07.00-08.15 WIB
Titik tengah
Pinggir bangunan
TPS berjarak ± 2 m
titik tengah masingmasing los
Pinggir bangunan
TPS berjarak ± 2 m
Titik tengah pabrik
tahu
Titik tengah instalasi
dan kandang
ternak ayam
08.00 WIB
09.00 WIB
(09.30-10.30 WIB)
PasarAnyar
dan
(11.00-12.00 WIB)
Pasar Bogor
13.00 WIB
13.30 WIB
12.00 WIB
12.10 WIB
B. Positif
Pengukuran skala hedonisme kebauan yang diduga menimbulkan kesan
positif dilakukan menggunakan sampel. Langkah-langkah pengukuran adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan sampel sumber bau yang akan digunakan.
2. Sampel sumber bau dimasukan ke dalam wadah plastik.
3. Penelis menghirup bau dengan cara mengibas-ngibas udara pada sampel
hingga tercium.
4. Penelis memberikan nilai skala hedonisme dengan mengisi kuesioner yang
telah disediakan.
5. Lama waktu pengukuran terbagi dari menit ke-1, ke-2, dan ke-3.
Dalam proses pengukuran kebauan, masing-masing panelis tidak
diperbolehkan berdiskusi dan melihat/memberitahukan hasil penilaian kepada
7
panelis lainnya. Panelis memberikan penilaian sesuai dengan skala yang telah
disusun. Dalam Mauskar (2008) faktor utama yang mendukung kesan suatu
kebauan bagi manusia adalah durasi paparan bau, frekuensi terjadinya, toleransi,
dan ekspektasi dari reseptor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan Skala Hedonisme Kebauan
Skala hedonisme kebauan yang disusun menunjukkan indikasi kesukaan
atau ketidaksukaan terhadap bau. Skala yang disusun adalah 1-10 dengan kesan
mulai dari sangat tidak suka sampai sangat suka. Nilai skala ≤ 5 menunjukkan
kesan bau tidak menyenangkan (negatif) sedangkan nilai skala > 5 menunjukkan
kesan bau menyenangkan (positif). Tabel 2 merupakan hasil dari penyusunan
skala hedonisme yang digunakan dalam pengukuran. Pemilihan skala 1-10
bertujuan untuk mempermudah dalam pengolahan data.
Tabel 2 Skala hedonisme kesan kebauan
Skala
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kesan Bau
sangat tidak suka
tidak suka
cukup tidak suka
agak tidak suka
antara suka dan tidak suka
(cenderung tidak suka)
antara suka dan tidak suka
(cenderung suka)
agak suka
cukup suka
suka
sangat suka
Sumber Kebauan Terhadap Kesan Negatif
Rumah potong hewan
Pengukuran kebauan di rumah potong hewan terbagi menjadi beberapa
sampling point yaitu ruang pemotongan, pembuangan isi rumen, kandang sapi,
pengolahan limbah padat, dan Instalasi Pengolahan Air Limbah. Pengukuran di
RPH dimulai pada pukul 07.00-08.15 wib. Gambar 2 merupakan hasil skala
hedonisme rata-rata dari 10 panelis.
8
10
9
8
Skala Hedonisme
7
5 ± 1.19
6
5
4
4 ± 1.14
3 ± 1.27
2 ± 1.31
2 ± 1.39
3
2
1
0
Tempat
Pembuangan Kandang sapi Pengolahan
pemotongan
isi rumen
limbah padat
IPAL
Gambar 2 Skala hedonisme rumah potong hewan
a. Ruang pemotongan
Hasil pengukuran skala hedonisme di ruang pemotongan (Gambar 3)
sebesar 3 (cukup tidak suka). Saat pengukuran dilakukan, aktifitas
pemotongan tidak sedang berlangsung dan dalam kondisi bersih. Bau yang
timbul dari ruang pemotongan berasal dari darah sapi. Berdasarkan
penelitian Munadi (2006), analisis Total Amoniak Nitrogen (TAN) pada
darah sapi menunjukkan kadar yang sangat tinggi sebesar 301.4 ppm.
Semakin tinggi kadar TAN semakin tinggi pula bau yang ditimbulkan dari
darah. Kebauan pada RPH juga dipengaruhi oleh saluran drainase yang
terbuka.
Gambar 3 Ruang pemotongan hewan
b. Pembuangan isi rumen sapi
Hasil pengukuran skala hedonisme kebauan di tempat pembuangan isi
rumen sapi sebesar 2 (tidak suka). Bak pembuangan isi rumen sapi di rumah
potong hewan didesain terbuka (Gambar 4), isi rumen saat pengukuran
9
berlangsung merupakan isi rumen hasil dari pemotongan pada hari yang
sama. Pada dasarnya isi rumen sapi merupakan bahan pakan yang terdapat
dalam rumen sebelum menjadi feses dan dikeluarkan dari dalam rumen
setelah hewan dipotong (Soepranianondo 2005).
Gambar 4 Tempat pembuangan isi rumen sapi
c. Kandang sapi
Berdasarkan hasil pengukuran, nilai skala hedonisme pada kandang
sapi sebesar 2 (tidak disukai). Bau yang ditimbulkan berasal dari kotoran
sapi yang tersusun dari feses, urin, dan sisa pakan. Bau khas dari feses
disebabkan oleh aktivitas bakteri yang menghasilkan senyawa seperti indole,
skatole, thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan gas hidrogen
sulfida. Usri (1998) diacu dalam Yusrini (2002) menjelaskan bahwa proses
pembusukan pada kotoran akan menimbulkan bau yang disebabkan oleh
pelepasan gas amonia. Amonia merupakan salah satu limbah yang berbau,
membahayakan bagi kesehatan masyarakat, dan lingkungan dalam jumlah
atau kadar tertentu.
Menurut Yusrini (2002), mikroba akan menguraikan protein sisa yang
berada dalam kotoran menjadi asam amino. Selanjutnya asam amino akan
mengalami deaminasi dan menghasilkan gas amonia. Banyaknya gas
amonia yang terbentuk dipengaruhi oleh jenis ternak dan jenis pakan yang
diberikan.
Charlena et al. (2006) menyatakan batas maksimum gas NH3 yang
masih dapat ditoleransi berbeda-beda untuk manusia yaitu 5-10 ppm. Gas
NH3 5 ppm merupakan kadar terendah yang terdeteksi baunya, sedangkan
kadar maksimum yang dapat ditoleransi selama 8 jam bagi kesehatan adalah
25 ppm. Pada Tabel 3 berikut ini disajikan efek gas NH3 bagi manusia
Tabel 3 Efek keterpaparan gas NH3 bagi manusia
Konsentrasi
Efek yang ditimbulkan
(ppm)
25
Nilai ambang batas yang dapat diterima
25-50
Bau dapat ditandai, tidak menimbulkan efek
50-100
Iritasi ringan pada mata, hidung, dan
tenggorokan
400
Iritasi tingkat menengah pada tenggorokan
Sumber: Hutabarat 2007 dan Permenakertrans No PER. 13/MEN/X/2011
10
Saat pengukuran, kandang sapi (Gambar 6) terlihat kotor dengan
banyaknya jerami bekas pakan ternak dan kotoran sapi yang berserakan.
Kondisi ini menyebabkan nilai skala hedonisme kebauan menjadi rendah
(2.3). Selain itu saluran drainase tidak berfungsi secara optimal dan kurang
sesuai dengan SNI 01-6159-1999 tentang Rumah Pemotongan Hewan
(Gambar 5).
Gambar 5 Saluran drainase
Gambar 6 Kandang sapi
d.
Pengolahan Limbah Padat
Hasil pengukuran skala hedonisme kebauan di pengolahan limbah
padat sebesar 4 (agak tidak suka). Pengolahan limbah padat merupakan
tempat pengolahan kotoran sapi dan jerami kering. Produk yang dihasilkan
dari pengolahan tersebut berupa pupuk kandang. Sumber bau yang
ditimbulkan berasal dari feses sapi. Saat pengukuran lama waktu feses di
pengolahan limbah padat beragam. Jika dibandingkan nilai skala
hedonisme kebauan antara pengolahan limbah padat dengan kandang
penampungan sapi terlihat berbeda. Nilai skala pengolahan limbah padat
(4) lebih besar dibandingkan dengan kandang penampungan sapi (2).
Pengolahan limbah padat hanya diletakan begitu saja di tanah dengan
dicampurkan jerami tanpa ada proses selanjutnya. Perbedaan skala
hedonisme terjadi karena pengolahan limbah padat berada di tempat
terbuka. Hal ini menyebabkan senyawa bau yang dikeluarkan dari feses
sapi menguap ke udara bebas lebih luas, sehingga kesan yang timbul dari
11
panelis lebih tinggi. Faktor feses sapi yang sudah lama dan sudah kering
juga mempengaruhi tingkat kebauan yang ditimbulkan.
Gambar 7 Lokasi pengolahan limbah padat
e. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Nilai skala hedonisme kebauan di IPAL sebesar 5 (antara suka dan
tidak suka), namun masih termasuk ketegori kesan yang cenderung tidak
suka.
Instalasi pengolahan air limbah di RPH didesain terbuka yang
berfungsi untuk mengolah limbah cair seperti darah sapi, limbah cair dari
rumen, air buangan bekas pembersihan ruang pemotongan, dan kandang
sapi. Pengukuraan skala hedonisme dilakukan pada saat IPAL tidak
sedang beroperasi.
Gambar 8 Instalasi pengolahan limbah cair dan posisi panelis
12
Pasar tradisional
Pengukuran di pasar tradisional dibagi menjadi beberapa sample point yaitu
los daging, los sayuran, dan los pakaian. Pengukuran pasar Anyar dilakukan pada
pukul 09.30-10.30 wib sedangkan untuk pasar Bogor dilakukan pukul 11.00-12.00
wib. Gambar 9 menunjukkan nilai skala hedonisme kebauan di pasar Anyar dan
pasar Bogor.
8 ± 1.52
10
7 ±1.46
7 ± 1.46
9
6 ± 1.46
8
5 ± 1.68
Skala Hedonisme
7
6
5
Pasar Anyar
3 ± 1.16
Pasar Bogor
4
3
2
1
0
Los daging
Los sayuran
Los pakaian
Gambar 9 Skala hedonisme kebauan pasar Anyar dan pasar Bogor
a. Los daging
Pada pasar Bogor, nilai skala hedonisme yang diperoleh sebesar 3.
Nilai ini menunjukkan kesan bau yang ditimbulkan adalah cukup tidak cuka.
Nilai skala hedonisme kebauan pasar Anyar sebesar 5 (antara suka dan tidak
suka). Los daging pasar Bogor sangat kotor, berada pada ruang yang
tertutup dengan ventilasi udara yang sangat minim (Gambar 10b),
sedangakan los daging di pasar Anyar cukup bersih (Gambar 10a). Bau
yang ditimbulkan dari los daging berasal dari daging sapi yang dijual.
Menurut Purwati (2007), bau daging dipengaruhi Total Volatil Bases
(TVB). Semakin tinggi nilai TVB maka aroma daging menjadi semakin
busuk. Senyawa yang dikeluarkan dari proses pembusukan daging
diantaranya ammonia dan trimetilamin.
Pembentukan karakteristik bau yang ditimbulkan daging dipengaruhi
oleh jenis pakan, perubahan kimia dalam daging, kontaminan dengan
lingkungan, aktivitas mikrobiologi, dan waktu paparan (Sink 1979 diacu
dalam Randa 2007; Purwati 2007)
13
(a)
(b)
Gambar 10 Los daging pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
b. Los sayuran
Skala hedonisme kebauan los sayuran pasar Anyar sebesar 7 (agak
suka) dan pasar Bogor 6 (antara suka dan tidak suka) namun mendekati
kesan positif. Bau yang ditimbulkan didominasi oleh sayuran dan rempahrempah.
(a)
(b)
Gambar 11 Los sayuran pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
14
c. Los pakaian
Skala hedonisme kebauan pada los pakaian pasar Anyar sebesar 8
(cukup suka), sedangkan pada pasar Bogor sebesar 7 (agak suka).
(a)
(b)
Gambar 12 Los pakaian pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
Tempat pengumpulan dan instalasi pengomposan sampah
Hasil pengukuran skala hedonisme kebauan dapat dilihat pada Gambar 13.
Nilai skala hedonisme kebauan pada TPS pasar Anyar (Gambar 14a) sebesar 2
(tidak suka), sedangkan nilai skala pasar Bogor (Gambar 14b) sebesar 4 (agak
tidak suka). Bau yang ditimbulkan didominasi oleh sampah sayuran (organik).
Tempat pembuangan akhir sampah Galuga (Gambar 16) memiliki skala
hedonisme sebesar 2 (tidak suka), sedangkan untuk TPS Dramaga dan TPS
Balumbang Jaya (Gambar 15 a dan b) diperoleh nilai skala hedonisme sebesar 2
(tidak suka).
Instalasi pengomposan merupakan instalasi untuk mengolah sampah padat
organik menjadi pupuk kompos. Diketahui nilai skala untuk instalasi
pengomposan (Gambar 17) adalah sebesar 6 (antara suka dan tidak suka) namun
cenderung suka. Kesan ini timbul karena sampah organik pada instalasi tersebut
sudah mengalami pengeringan dan berada di tempat yang terbuka.
Proses dekomposisi sampah organik yang berlangsung secara aerob akan
menghasilkan gas H2S, CO2, NH3, PO4, dan SO4. Gas H2S sudah tercium oleh
manusia pada konsentrasi 0.5 ppb (Sianipar 2009). Gas NH3 5 ppm merupakan
kadar terendah yang terdeteksi baunya (Charlena et al. 2006). Jika kadar oksigen
rendah, maka penguraian sampah akan berlangsung secara anaerob sehingga akan
dihasilkan gas-gas NH3, CH4, dan H2S. Gas NH3 dan H2S merupakan gas yang
berbau tidak enak (Suriawiria 1985 diacu dalam Sianipar 2009).
15
10
9
Skala Hedonisme
8
6 ± 0.81
7
4 ± 1.36
6
5
4
2 ± 1.01
2 ± 1.34
2±1
2±1
3
2
1
0
TPA Galuga
TPS
TPS
Dramaga, Kab Balumbang,
Bogor
Kota Bogor
TPS pasar
Bogor
TPS pasar
Anyar
Instalasi
pengomposan
Gambar 13 Skala hedonisme kebauan tempat pengumpulan dan instalasi
pengomposan sampah
(a)
(b)
Gambar 14 TPS sampah pasar Anyar (a) dan Bogor (b)
(a)
(b)
Gambar 15 Keadaan TPS Balumbang Jaya (a) dan TPS Dramaga (b)
16
Gambar 16 TPA Galuga
Gambar 17 Instalasi pengomposan
Kandang ternak ayam
Nilai skala hedonisme kebauan untuk kandang ternak ayam sebesar 4 (agak
tidak suka) denagan nilai standar deviasi ±1.28. Bau berasal dari kandungan gas
amonia yang tinggi, gas hidrogen sulfida, dimetil sulfida, karbon disulfida, dan
merkaptan (Rachmawati 2000). Senyawa ini mudah terbentuk dalam kondisi
anaerob seperti tumpukan kotoran yang masih basah. Bau gas H2S mulai dapat
tercium ketika konsentrasinya sebesar 0.47 ppm, sedangkan dimetil sulfida dapat
tercium ketika konsentrasinya mencapai 1.0 ppm. Kadar terendah gas amonia
yang dapat terdeteksi baunya adalah 5 ppm. Bau kotoran ayam dapat mengganggu
kesehatan manusia, ternak, dan menurunkan produktivitas ternak (Rachmawati
2000).
Gambar 18 Kandang ternak ayam
17
Industri tahu Sumedang dan tahu Bandung
Sumber bau industri tahu berasal dari limbah yang dihasilkan. Limbah
yang dihasilkan terbagi menjadi dua yaitu cair dan padat. Gambar 19
menunjukkan hasil skala hedonisme kebauan industri tahu.
10
9
Skala Hedonisme
8
6 ± 1.74
5 ± 1.75
7
6
5
Tahu Sumedang
4
Tahu bandung
3
2
1
0
Industri tahu
Gambar 19 Skala hedonisme kebauan industri tahu
Nilai skala hedonisme kebauan pabrik tahu Sumedang (Gambar 21) sebesar
6 (antara suka dan tidak suka) namun mengarah kesan positif, sedangkan untuk
tahu Bandung (Gambar 20) nilai skala sebesar 5 (antara suka dan tidak suka).
Perbedaan tersebut disebabkan karena pada pabrik tahu Sumedang dipengaruhi
adanya proses penggorengan tahu dan saluran pembuangan air limbah bersifat
tertutup, sedangkan pada pabrik tahu Bandung bersifat sebaliknya.
Karakteristik buangan industri tahu dipengaruhi oleh bahan organik,
anorganik, dan gas. Senyawa organik di dalam air buangan industri tahu dapat
berupa protein (40-60%), karbohidrat (25-50%), lemak (10%), dan minyak
(Kaswinarni 2007).
Bau limbah industri tahu disebabkan adanya proses pemecahan protein dan
karbohidrat sehingga timbul bau busuk dari gas H2S. Gas-gas yang biasa
ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2), oksigen (O2), hidrogen
sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2), dan metan (CH4). Gas-gas
tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air
buangan (Kaswinarni 2007). Kondisi tersebut juga berlaku dengan ampas tahu.
18
(a)
(b)
Gambar 20 Pabrik tahu Bandung: saluran drainase (a) dan bak penampung
ampas tahu (b)
(a)
(b)
Gambar 21 Pabrik tahu Sumedang: kondisi pabrik (a) dan saluran drainase (b)
19
Sumber Kebauan Terhadap Kesan Positif
Bahan mentah makanan
Pengukuran skala hedonisme kebauan terhadap bahan mentah makanan
dilakukan dengan menggunakan sampel berupa daging sapi, daging ayam, daging
ikan, dan udang. Bau merupakan sifat yang penting dalam penilaian organoleptik
bahan pangan. Timbulnya bau pada suatu daging berkaitan dengan adanya
senyawa-senyawa volatil yang terbentuk akibat penguraian kandungan nutrisi
daging. Hal ini juga sejalan dengan hasil penilaian kualitas kimia yaitu Total
Volatile Bases (TVB) pada daging seperti senyawa amonia, trimetilamin, dan
senyawa volatil lainnya (Purwati 2007). Nilai seluruh sampel bahan mentah
makanan menunjukkan nilai skala hedonisme kebauan ≤ 5 (Gambar 22)
10
9
Skala Hedonisme
8
7
6
3 ± 1.35
5
2 ± 1.2
2 ± 1.47
4
3
1 ± 0.5
2
1
0
Ikan
Udang
Daging Ayam
Daging Sapi
Gambar 22 Skala hedonisme bahan mentah makanan
Sebagai produk biologis, udang termasuk bahan makanan yang mudah
busuk bila dibandingkan dengan ikan. Belitz et al. (1999) diacu dalam Hustiany
(2001) menyatakan bahwa daging yang banyak mengandung lemak biasanya
mempuyai kecenderungan untuk menghasilkan bau yang lebih besar, seperti bau
tengik. Berdasarkan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY
(2005), kandungan lemak pada 100 gram daging ayam adalah sebesar 25 gram,
daging sapi 14 gram, daging ikan 1 gram, dan udang 0.2 gram. Dari referensi yang
diperoleh, seharusnya daging ayam memiliki nilai kesan kebauan paling rendah.
Akan tetapi, berdasarkan pengukuran nilai kesan kebauan terendah adalah udang.
Lama waktu daging terpapar oleh udara bebas setelah disembelih
mempengaruhi tingkat kesegaran daging tersebut, karena mikroorganisme untuk
mendegradasi protein akan lebih cepat jika daging terpapar di udara bebas
sehingga proses pembusukan akan semakin cepat (Purwati 2007).
20
Skala Hedonisme
Bahan-bahan kosmetik, produk pembersih, kamper, dan obat gosok
Nilai skala hedonisme obat gosok yaitu balsem 7 (agak suka) dan minyak
gosok 4 (agak tidak suka). Bahan aktif yang terdapat dalam formula obat gosok
adalah metil salisilat yang berasal dari minyak gandapura. Minyak ini jernih, bau
khas aromatik, dan memiliki rasa manis panas (Prabawati 2006).
Nilai skala hedonisme kebauan produk pembersih yaitu sabun krim 6
(antara suka dan tidak suka), deterjen 9 (suka), dan pelembut pakaian 8 (cukup
suka). Pada umumnya bahan penyusun deterjen dan sabun adalah surfaktan,
builder, dan bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan
ke dalam deterjen/sabun yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sabun
sehingga menarik konsumen. Parfum merupakan salah satu bahan aditif yang
berfungsi menimbulkan bau yang menyenangkan.
Hasil pengukuran skala hedonisme kebauan pada bahan kosmetik yaitu
parfum sebesar 9 (suka) dan shampo 9 (suka). Nilai skala hedonisme kebauan
kamper atau kapur barus yaitu sebesar 5 (antara suka dan tidak suka). Bahan yang
terkandung dalam kapur barus adalah naftalena (Annor-Frempong 1997).
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
9 ± 1.52
7 ± 2.45 9 ± 0.63
9 ± 0.94
8 ± 1.92
6 ± 2.1
5 ± 2.64
4 ± 2.6
Balsem
Parfum Pelembut
pakaian
Sabun
krim
Kamper
Shampo Deterjen Minyak
gosok
Gambar 23 Skala hedonisme kosmetik, produk pembersih, kamper, dan obat
gosok
21
Minuman hangat
Pengukuran skala hedonisme kebauan untuk minuman hangat terdiri dari
teh, rosella, dan kopi. Nilai skala hedonisme kebauan teh, rosella, dan kopi
berturut-turut sebesar 9 (suka), 8 (cukup suka), dan 8 (cukup suka).
9 ± 1.15
8 ± 1.41
8 ± 2.29
10
9
Skala Hedonisme
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Teh
Rosella
Kopi
Gambar 24 Skala hedonisme kebauan minuman hangat
Minuman bersoda
Pengukuran skala hedonisme kebauan untuk minuman bersoda terdiri dari
Fanta, Coca-cola, dan Root Beer. Nilai skala hedonisme kabaun Fanta, Coca-cola,
dan Root Beer berturut-turut sebesar 9 (suka), 9 (suka), dan 8 (cukup suka).
10
9 ± 0.66
9 ± 1.02
8 ± 1.3
Fanta
Coca-cola
Root beer
9
Skala Hedonisme
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Gambar 25 Skala hedonisme kebauan minuman bersoda
22
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1) Skala hedonisme kebauan yang dirancang adalah 1-10, mulai dari kesan
sangat tidak suka sampai sangat suka. Skala yang menunjukkan kesan bau
negatif berada pada skala ≤ 5, sedangkan skala yang menunjukkan kesan bau
positif berada pada skala≥ 5.
2) Tempat dan sampel yang memperoleh nilai skala hedonisme kebauan negatif
dan positif adalah sebagai berikut :
a. Negatif: RPH, pasar tradisional (los daging), tempat pengumpulan
sampah (TPA dan TPS), industri tahu Bandung, bahan mentah makanan,
kandang ternak ayam, kamper, dan minyak gosok.
b. Positif: pasar tradisional (los sayuran dan los pakaian), industri tahu
Sumedang, instalasi pengomposan sampah, minuman hangat, minuman
bersoda, balsem, parfum, pelembut pakaian, shampo, sabun krim dan
deterjen.
3) Faktor yang mempengaruhi polusi kebauan yaitu aliran udara, faktor
lingkungan, tempat terbuka dan tertutup, lama waktu paparan, serta senyawasenyawa yang menyebabkan kebauan berdasarkan literatur yaitu:
a. Negatif: senyawa amonia (NH3), hidrogen sulfida (H2S), trimetilamin
(N(CH3)3), indole, skatole, thiol, merkaptan, dan dimetilsulfida.
b. Positif: metil salisilat yang berasal dari minyak gandapura
Saran
1) Untuk penelitian selanjutnya disarankan dilakukan standarisasi penciuman
untuk panelis.
2) Untuk penelitian selanjutnya ditambahkan faktor jenis kelamin, suku, umur,
asal, dan jenis pekerjaan untuk penentuan panelis.
23
DAFTAR PUSTAKA
Annor-Frempong IE, Nute GR, Whittington FW, Wood JD. 1997. The Proble of
Taint in Pork-III Odour Profile of Pork Fat and the Interrelationships between
Androstonome, Sktole and Indole Concentrations. Meat Science. 47(12): 63-76.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY. 2005
Charlena, Suparto IH, Humaidi MF. 2006. Pengaruh Penambahan kapur terhadap
Pelepasan Gas NH3 Pada Manur Ayam Petelur. Departemen Kimia FMIPA
IPB. [terhubung berkala] http://repository.ipb.ac.id (1 Mei 2013).
Central Pollution Control Board Ministry of Environment & Forest Govt of India.
May 2008. Guidelines on Odour Pollution & Its Control.
Cabanac M, Marie, Bonniot C. 2011. Hedonicity and Memory of Odors. Journal
of Psychologiacal Studies 3(2): 178-185.
Hustiany R. 2001. Identifikasi dan Karakterisasi Komponen Off-Odor Pada
Daging Itik [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hutabarat OI. 2007. Analisa Dampak Gas Amonia dan Klorin Pada Fall Paru
Pekerja Pabrik Sarung Tangan Karet “X” Medan [tesis]. Medan (ID):
Universitas Sumatra Utara.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-50/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebauan.
Kaswinarni F. 2007. Kajian Teknis Pengolahanlimbah Padat dan Cair Industri
Tahu [tesis]. Semarang (ID): Univesitas Diponegoro Semarang.
Munadi A. 2006. Analisis Sekresi untuk Tujuan Pengumpulan Ikan Hiu Dalam
Penangkapan Ikan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mauskar JM. 2008. Guidelines on Odor Pollution and ITS Control. Central
Pollution Control Board, Ministry of Environment & Forests Govt of India.
Pauzenga. 1991. Animal Production in The 90’s in Harmony with Nature.
Nicholasvile, Kentucky.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran udara.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
Purwati. 2007. Efektifitas Plastik Polipropilen Rigid Kedap Udara dalam
Menghambat Perubahan Kualitas Daging Ayam dan Daging Sapi Selama
Penyimpanan Beku. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prabawati S. 2006. Cara Mudah Membuat Balsam Obat Gosok. Warta Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. 28(6): 10-13.
Rachmawati S. 2000. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam.
Balai Penelitian Veteriner. 9(2): 73-80.
Randa SY. 2007. Bau Daging dan Performa Itik Akibat Pengaruh Galur dan Jenis
Lemak serta Kombinasi Komposisi Antioksidan (Vitamin A, C, dan E) dalam
Pakan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soepranianondo K. 2005. Dampak Isi Rumen Sapi sebagai Rumput Raja
Terhadap Produk Metabolit pada Kambing Peranakan Etawa. Media
Kedokteran Hewan. 21(2): 94-96.
Standar Nasional Indonesia SNI 01-6159-1999 Rumah Pemotongan Hewan.
24
Sianipar RH. 2009. Analisis Resiko Paparan Hidrogen Sulfida pada Masyarakat
Sekitar TPA Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan. [tesis]. Medan (ID):
Universitas Sumatra Utara.
Yusrini H. 2002.Penangkapa, dan Pengukuran Gas Amonia Pada Kotoran
Ayam.Balai Penelitian Veteriner. 98-103.
Yuwono AS. 2008. Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia. Purifikasi
9(2): 175-186.
25
LAMPIRAN
Kuesioner Pengukuran Skala Hedonisme Kebauan
KUESIONER PENGUKURAN SKALA HEDONISME
KEBAUAN
Nama Panelis
: ..........................................
Tempat Pengukuran: .........................................
Isi nilai skala hedonisme berdasarkan kesan bau
yang dirasakan.
Nilai skala kebauan berdasarkan waktu
pengukuran :
a. Menit ke-1 : .......................
b. Menit ke-2 : .......................
c. Menit ke-3 : .......................
Skala
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kesan Bau
sangat tidak suka
tidak suka
cukup tidak suka
agak tidak suka
antara suka dan tidak suka
(cenderung tidak suka)
antara suka dan tidak suka
(cenderung suka)
agak suka
cukup suka
suka
sangat suka
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, NAD pada
tanggal 27 September 1991 dari ayah Aidil Abbas dan ibu Sri Deviana. Penulis
adalah putri pertama dari tiga bersaudara, kakak dari Jihan Pratiwi Aidita, dan
Larasati Aidita. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMPN 2 Rohil, Riau, dan
diterima di SMAN 2 Kejuruan Muda Aceh Tamiang. Penulis lulus dari SMA pada
tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur BUD
di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Praktikum Bahan
Konstruksi semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Selain itu penulis pernah aktif
pada beberapa kepanitian dan pada tahun 2011-2012 penulis menjadi anggota
Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) divisi
keprofesian.
SUMBER DI BOGOR
RIZKI ANANDA AIDITA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyusunan Skala
Hedonisme Kebauan Beberapa Sumber Bau di Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor,
Juli 2013
Rizki Ananda Aidita
NIM F44090045
ABSTRAK
RIZKI ANANDA AIDITA. Penyusunan Skala Hedonisme Kebauan Beberapa
Sumber di Bogor . Dibimbing oleh ARIEF SABDO YUWONO.
Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu
yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun skala hedonisme kebauan dan
menganalisis faktor yang menyebabkan polusi kebauan. Metode penelitian
menggunakan 10 panelis sesuai dengan KEP 50/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebauan. Pengukuran skala hedonisme dilakukan di industri tahu, rumah
potong hewan, tempat pengumpulan sampah, pasar tradisional, kandang ternak
ayam, dan instalasi pengomposan yang diduga menimbulkan kesan bau negatif,
sedangkan yang diduga menimbulkan kesan positif menggunakan 18 sampel
bahan. Skala hedonisme kebauan yang dirancang adalah 1-10, mulai dari kesan
sangat tidak suka sampai sangat suka. Skala yang menunjukkan kesan bau negatif
berada pada skala ≤ 5, sedangkan skala yang menunjukkan kesan bau positif
berada pada skala > 5. Tempat dan sampel yang memperoleh nilai skala kebauan
negatif yaitu RPH, pasar tradisional (los daging), tempat pengumpulan sampah
(TPA dan TPS), industri tahu Bandung, bahan mentah makanan, kandang ternak
ayam, kamper, dan minyak gosok, sedangkan kesan positif yaitu pasar tradisional
(los sayuran dan los pakaian), industri tahu Sumedang, instalasi pengomposan
sampah, minuman hangat, minuman bersoda, balsem, parfum, pelembut pakaian,
shampo, sabun krim dan deterjen. Faktor yang mempengaruhi polusi bau yaitu
aliran udara, lingkungan, tempat tertutup dan terbuka, lama waktu paparan, dan
serta senyawa-senyawa yang menyebabkan kebauan berdasarkan literatur yaitu
senyawa amonia (NH3), hidrogen sulfida, trimetilamin, indole, skatole, thiol,
merkaptan, dimetilsulfida, dan metil salisilat.
Kata kunci: kebauan, sanitasi lingkungan, skala hedonisme, sumber bau
ABSTRACT
RIZKI ANANDA AIDITA. Development of Malodour Hedonic Scale Some
Sources in Bogor . Supervised by ARIEF SABDO YUWONO.
Odor pollution is a stimulus of substance received by the sense of smell
while malodor is undesirable odor in some amount and time that can interfere
human health and environmental comfort. The purpose of this study was to
develop a hedonic scale of malodour and analyzing the factors that cause
malodour pollution. This research method uses 10 panelist members according
with KEP 50/MENLH/11/1996. Measurement of hedonic scale was carried out in
the tofu producer, slaughter house, solid waste treatment facility, traditional
markets, and compost installation suspected to create an malodour impression,
while allegedly causing positive impression used 18 samples of materials.
Hedonic scale of malodor was designed in between 1-10, ranging from being very
dislike to very like. Scale indicating the negative effect are in the range of odor
≤5, while the scale showed positive effect are > 5. Place and samples obtain the
value of a malodor hedonic scale negative is slaughter house, traditional markets
(los meat), solid waste treatment facility, tofu producer Bandung, food raw
materials, chicken coop, camphor, and embrocation, while malodor hedonic scale
is traditional markets (los vegetable and los clothing), tofu producer Sumedang,
compost installation, warm drinks, soft drink, balm, perfum, softener, shampoo,
soap cream, detergent. Factor affecting the air pollution are air flow, indoor and
outdoor area, long exposure, and the presence of compounds that cause malodour
on literature of ammonia, hydrogen sulphide (H2S), trimethy lamine, indole,
skatole, thiol, mercaptan, dimetilsulphide, and methyl salisilate.
Keywords: environmental sanitation, hedonic scale, malodour, source of malodour
PENYUSUNAN SKALA HEDONISME KEBAUAN BEBERAPA
SUMBER DI BOGOR
RIZKI ANANDA AIDITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Penyusunan Skala Hedonisme Kebauan Beberapa Sumber di Bogor
Nama
: Rizki Ananda Aidita
NIM
: F44090045
Bogor,
Juli 2013
Disetujui,
Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc.
Pembimbing Akademik
Diketahui oleh
Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M. Agr.
Plh. Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Mei 2013 dengan judul Penyusuan
Skala Hedonisme Kebauan Beberapa di Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc
selaku pembimbing, kedua orang tua penulis, dan rekan-rekan mahasiswa Teknik
Sipil dan Lingkungan angkatan 46 dan 47.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Juli 2013
Rizki Ananda Aidita
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
3
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
3
Bahan dan Alat
3
Prosedur Penelitian
4
Metode Pengukuran
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Penyusunan Skala Hedonisme Kebauan
7
Sumber Kebauan Terhadap Kesan Negatif
7
Sumber Kebauan Terhadap Kesan Positif
19
SIMPULAN DAN SARAN
22
Simpulan
22
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL
1 Sampling Point pada sumber-sumber bau
2 Skala hedonisme kesan kebauan
3 Efek keterpaparan gas NH3 bagi manusia
6
7
9
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Diagram alir penelitian
Skala hedonisme rumah potong hewan
Ruang pemotongan hewan
Tempat pembuangan isi rumen sapi
Saluran drainase
Kandang sapi
Lokasi pengolahan limbah padat
Instalasi pengolahan limbah cair dan posisi panelis
Skala hedonisme kebauan pasar Anyar dan pasar Bogor
Los daging pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
Los sayuran pasar Anyar(a) dan pasar Bogor (b)
Los pakaian pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
Skala hedonisme kebauan tempat pengumpulan dan instalasi
pengomposan sampah
TPS sampah pasar Anyar (a) dan Bogor (b)
Keadaan TPS Balumbang Jaya (a) dan TPS Dramaga (b)
TPA Galuga
Instalasi pengomposan
Kandang ternak ayam
Skala hedonisme kebauan industri tahu
Pabrik tahu Bandung: saluran drainase (a) dan bak penampung ampas
tahu (b)
Pabrik tahu Sumedang: kondisi pabrik (a) dan saluran drainase (b)
Skala hedonisme bahan mentah makanan
Skala hedonisme kosmetik, produk pembersih, kamper, dan obat
gosok
Skala hedonisme kebauan minuman panas
Skala hedonisme kebauan minuman bersoda
4
8
8
9
10
10
11
11
12
13
13
14
15
15
15
16
16
16
17
18
18
19
20
21
21
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Polusi bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima oleh indera
penciuman, sedangkan kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan
waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan (KEP 50/MENLH/11/1996). Bau merupakan salah satu masalah
lingkungan yang sering dirasakan oleh masyarakat. Polusi bau yang terjadi di
lingkungan sekarang ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
aktivitas manusia serta kegiatan pertanian dan industri. Salah satu sumber
substansi bau antara lain industri termasuk gas-gas, partikel organik, dan
anorganik. Beberapa tempat yang menjadi sumber kebauan diantaranya adalah
pasar tradisional, industri, tempat penampungan sampah, dan rumah potong
hewan.
Kebauan telah diatur dalam Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan. Menurut Kep-50/MENLH/11/1996 ada beberapa parameter kebauan,
yaitu amonia (NH3), metil merkaptan, hidrogen sulfida, metil sulfida, dan styrene.
Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa bau dari odoran tunggal yang
menimbulkan kesan negatif terhadap penciuman manusia dan bahkan berdampak
buruk bagi kesehatan manusia.
Skala hedonisme merupakan kategori penilaian yang bersifat relatif antara
suka atau tidak suka dari bau yang dirasakan (Yuwono 2008). Menurut Cabanac et
al. (2011), hedonisme adalah bagaimana kita suka atau tidak suka dalam keadaan
sadar. Derajat menyenangkan atau tidak menyenangkan ditentukan oleh
pengalaman dan hubungan emosional masing-masing panelis. Penelitian ini
membahas mengenai odor campuran yang terdapat di dalam lingkungan. Bau dari
odoran campuran merupakan tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran
odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh
lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal 8 (delapan) orang. Udara
yang sudah menimbulkan kebauan dalam suatu lingkungan sangat mempengaruhi
keadaan dari makhluk hidup yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk menyusun skala hedonisme kebauan dan menganalisis faktorfaktor yang menyebabkan polusi kebauan.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut adalah :
1. Penyusunan skala hedonisme kebauan
2. Mengukur kesan suka dan tidak suka terhadap kebauan yang ditimbulkan
oleh sumber bau dengan menggunakan panelis.
3. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan polusi kebauan.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1) Menyusun skala hedonisme kebauan.
2) Menentukan skala hedonisme kebauan pada beberapa contoh tempat dan
sampel bahan yang diduga menimbulkan kesan negatif dan positif.
3) Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan polusi kebauan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Dapat digunakan sebagai landasan dasar pertimbangan bagi otoritas dalam
penentuan fasilitas sanitasi lingkungan.
2. Sebagai dasar dalam penyusunan skala hedonisme kebauan di Indonesia.
3. Sebagai masukan kepada pemerintah dan pihak terkait dalam menangani
kondisi lingkungan dalam pengelolaan kualitas udara khususnya tentang
bau sehingga memenuhi standar Kep-50/MENLH/11/1996.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan di tempat-tempat yang diduga merupakan sumber
timbulnya kebauan yang menimbulkan kesan bau negatif di Bogor, Jawa
Barat, seperti pasar tradisional, industri tahu, Rumah Potong Hewan
(RPH), pengumpulan sampah, kandang ternak ayam, dan instalasi
pengomposan sampah.
2. Penelitian menggunakan beberapa sampel produk yang diduga
menimbulkan kesan bau positif seperti minuman panas (teh, rosella, dan
kopi), minuman bersoda (Fanta, Coca-cola, dan root beer), bahan mentah
makanan (ikan, udang, daging ayam, dan daging sapi), dan produk-produk
wangi-wangian (parfum, pewangi pakaian, balsem, sabun krim, kamper,
shampo, deterjen, dan minyak gosok).
3. Skala hedonisme kebauan akan digunakan dalam pengukuran skala
kesukaan atau ketidaksukaan bau dari odoran campuran.
4. Penelitian ini hanya menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan polusi
kebauan.
3
METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari-April 2013. Pengukuran
dilakukan di Laboraturium Kualitas Udara Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Rumah Potong Hewan (RPH) Bogor Barat, TPA Galuga, TPS, pasar
tradisional Bogor, pasar Anyar, industri tahu, instalasi pengomposan, dan kandang
ternak ayam.
Bahan dan Alat
-
Alat dan bahan yang digunakan yaitu:
Panelis 5 orang laki-laki dan 5 wanita
Kuesioner
Stopwatch
Minuman hangat: teh, rosella, dan kopi
Minuman bersoda: Fanta, Coca-cola, dan Root Beer
Bahan mentah makanan: ikan, udang, daging ayam, dan daging sapi
Produk wangi-wangian: parfum, balsem, pewangi pakaian, sabun krim,
kamper, shampo, deterjen, dan minyak gosok.
4
Prosedur Penelitian
Pengukuran skala hedonisme kebauan mengacu pada
50/MENLH/11/1996. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram alir penelitian
Kep-
5
Metode Pengukuran
Penyusunan skala hedonisme kebauan
Skala hedonisme kebauan yang disusun menunjukkan indikasi kesukaan
atau ketidaksukaan terhadap bau. Nilai skala yang digunakan 1-10 yang dapat
mewakili kesan negatif dan kesan positif. Nilai skala ≤ 5 menunjukkan kesan bau
tidak menyenangkan (negatif) sedangkan nilai skala > 5 menunjukkan kesan bau
menyenangkan (positif).
Pengukuran skala hedonisme kebauan yang diduga menimbulkan kesan
negatif dan positif
A. Negatif
Pengukuran skala hedonisme kebauan yang diduga menimbulkan kesan
negatif dilakukan langsung ke lapangan. Langkah-langkah pengukuran adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan lokasi dan sampling point pengukuran. Tabel 1 menunjukkan
sampling point pada sumber-sumber bau.
2. Penelis dibawa ke sumber bau untuk memberikan skala hedonisme
kebauan dengan mengisi kuesioner. Kuesioner dapat dilihat pada
Lampiran
3. Lama waktu pengukuran terbagi dari menit ke-1, ke-2, dan ke-3.
6
Tabel 1 Sampling Point pada sumber-sumber bau
No
1
2
3
4
Sumber Bau
Rumah Potong Hewan (RPH)
- ruang pemotongan
- tempat pembuangan rumen
- pengolahan limbah padat
- Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL)
Pengumpulan Sampah
a) Tempat Pembuangan
Akhir (TPA)
b) Tempat Pembuangan
Sementara (TPS)
Pasar Tradisional
a) Pasar Bogor dan pasar
Anyar:
- Los daging
- Los sayur
- Los pakaian
- Tempat Pembuangan
Sementara
(TPS)
pasar
5
Industri
a. Pabrik Tahu Sumedang
b. Pabrik Tahu Bandung
Instalasi pengomposan
6
Kandang ternak ayam
Sampling Point
Sampling Time
Titik tengah tempat
pemotongan hewan
07.00-08.15 WIB
Titik tengah
Pinggir bangunan
TPS berjarak ± 2 m
titik tengah masingmasing los
Pinggir bangunan
TPS berjarak ± 2 m
Titik tengah pabrik
tahu
Titik tengah instalasi
dan kandang
ternak ayam
08.00 WIB
09.00 WIB
(09.30-10.30 WIB)
PasarAnyar
dan
(11.00-12.00 WIB)
Pasar Bogor
13.00 WIB
13.30 WIB
12.00 WIB
12.10 WIB
B. Positif
Pengukuran skala hedonisme kebauan yang diduga menimbulkan kesan
positif dilakukan menggunakan sampel. Langkah-langkah pengukuran adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan sampel sumber bau yang akan digunakan.
2. Sampel sumber bau dimasukan ke dalam wadah plastik.
3. Penelis menghirup bau dengan cara mengibas-ngibas udara pada sampel
hingga tercium.
4. Penelis memberikan nilai skala hedonisme dengan mengisi kuesioner yang
telah disediakan.
5. Lama waktu pengukuran terbagi dari menit ke-1, ke-2, dan ke-3.
Dalam proses pengukuran kebauan, masing-masing panelis tidak
diperbolehkan berdiskusi dan melihat/memberitahukan hasil penilaian kepada
7
panelis lainnya. Panelis memberikan penilaian sesuai dengan skala yang telah
disusun. Dalam Mauskar (2008) faktor utama yang mendukung kesan suatu
kebauan bagi manusia adalah durasi paparan bau, frekuensi terjadinya, toleransi,
dan ekspektasi dari reseptor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan Skala Hedonisme Kebauan
Skala hedonisme kebauan yang disusun menunjukkan indikasi kesukaan
atau ketidaksukaan terhadap bau. Skala yang disusun adalah 1-10 dengan kesan
mulai dari sangat tidak suka sampai sangat suka. Nilai skala ≤ 5 menunjukkan
kesan bau tidak menyenangkan (negatif) sedangkan nilai skala > 5 menunjukkan
kesan bau menyenangkan (positif). Tabel 2 merupakan hasil dari penyusunan
skala hedonisme yang digunakan dalam pengukuran. Pemilihan skala 1-10
bertujuan untuk mempermudah dalam pengolahan data.
Tabel 2 Skala hedonisme kesan kebauan
Skala
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kesan Bau
sangat tidak suka
tidak suka
cukup tidak suka
agak tidak suka
antara suka dan tidak suka
(cenderung tidak suka)
antara suka dan tidak suka
(cenderung suka)
agak suka
cukup suka
suka
sangat suka
Sumber Kebauan Terhadap Kesan Negatif
Rumah potong hewan
Pengukuran kebauan di rumah potong hewan terbagi menjadi beberapa
sampling point yaitu ruang pemotongan, pembuangan isi rumen, kandang sapi,
pengolahan limbah padat, dan Instalasi Pengolahan Air Limbah. Pengukuran di
RPH dimulai pada pukul 07.00-08.15 wib. Gambar 2 merupakan hasil skala
hedonisme rata-rata dari 10 panelis.
8
10
9
8
Skala Hedonisme
7
5 ± 1.19
6
5
4
4 ± 1.14
3 ± 1.27
2 ± 1.31
2 ± 1.39
3
2
1
0
Tempat
Pembuangan Kandang sapi Pengolahan
pemotongan
isi rumen
limbah padat
IPAL
Gambar 2 Skala hedonisme rumah potong hewan
a. Ruang pemotongan
Hasil pengukuran skala hedonisme di ruang pemotongan (Gambar 3)
sebesar 3 (cukup tidak suka). Saat pengukuran dilakukan, aktifitas
pemotongan tidak sedang berlangsung dan dalam kondisi bersih. Bau yang
timbul dari ruang pemotongan berasal dari darah sapi. Berdasarkan
penelitian Munadi (2006), analisis Total Amoniak Nitrogen (TAN) pada
darah sapi menunjukkan kadar yang sangat tinggi sebesar 301.4 ppm.
Semakin tinggi kadar TAN semakin tinggi pula bau yang ditimbulkan dari
darah. Kebauan pada RPH juga dipengaruhi oleh saluran drainase yang
terbuka.
Gambar 3 Ruang pemotongan hewan
b. Pembuangan isi rumen sapi
Hasil pengukuran skala hedonisme kebauan di tempat pembuangan isi
rumen sapi sebesar 2 (tidak suka). Bak pembuangan isi rumen sapi di rumah
potong hewan didesain terbuka (Gambar 4), isi rumen saat pengukuran
9
berlangsung merupakan isi rumen hasil dari pemotongan pada hari yang
sama. Pada dasarnya isi rumen sapi merupakan bahan pakan yang terdapat
dalam rumen sebelum menjadi feses dan dikeluarkan dari dalam rumen
setelah hewan dipotong (Soepranianondo 2005).
Gambar 4 Tempat pembuangan isi rumen sapi
c. Kandang sapi
Berdasarkan hasil pengukuran, nilai skala hedonisme pada kandang
sapi sebesar 2 (tidak disukai). Bau yang ditimbulkan berasal dari kotoran
sapi yang tersusun dari feses, urin, dan sisa pakan. Bau khas dari feses
disebabkan oleh aktivitas bakteri yang menghasilkan senyawa seperti indole,
skatole, thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan gas hidrogen
sulfida. Usri (1998) diacu dalam Yusrini (2002) menjelaskan bahwa proses
pembusukan pada kotoran akan menimbulkan bau yang disebabkan oleh
pelepasan gas amonia. Amonia merupakan salah satu limbah yang berbau,
membahayakan bagi kesehatan masyarakat, dan lingkungan dalam jumlah
atau kadar tertentu.
Menurut Yusrini (2002), mikroba akan menguraikan protein sisa yang
berada dalam kotoran menjadi asam amino. Selanjutnya asam amino akan
mengalami deaminasi dan menghasilkan gas amonia. Banyaknya gas
amonia yang terbentuk dipengaruhi oleh jenis ternak dan jenis pakan yang
diberikan.
Charlena et al. (2006) menyatakan batas maksimum gas NH3 yang
masih dapat ditoleransi berbeda-beda untuk manusia yaitu 5-10 ppm. Gas
NH3 5 ppm merupakan kadar terendah yang terdeteksi baunya, sedangkan
kadar maksimum yang dapat ditoleransi selama 8 jam bagi kesehatan adalah
25 ppm. Pada Tabel 3 berikut ini disajikan efek gas NH3 bagi manusia
Tabel 3 Efek keterpaparan gas NH3 bagi manusia
Konsentrasi
Efek yang ditimbulkan
(ppm)
25
Nilai ambang batas yang dapat diterima
25-50
Bau dapat ditandai, tidak menimbulkan efek
50-100
Iritasi ringan pada mata, hidung, dan
tenggorokan
400
Iritasi tingkat menengah pada tenggorokan
Sumber: Hutabarat 2007 dan Permenakertrans No PER. 13/MEN/X/2011
10
Saat pengukuran, kandang sapi (Gambar 6) terlihat kotor dengan
banyaknya jerami bekas pakan ternak dan kotoran sapi yang berserakan.
Kondisi ini menyebabkan nilai skala hedonisme kebauan menjadi rendah
(2.3). Selain itu saluran drainase tidak berfungsi secara optimal dan kurang
sesuai dengan SNI 01-6159-1999 tentang Rumah Pemotongan Hewan
(Gambar 5).
Gambar 5 Saluran drainase
Gambar 6 Kandang sapi
d.
Pengolahan Limbah Padat
Hasil pengukuran skala hedonisme kebauan di pengolahan limbah
padat sebesar 4 (agak tidak suka). Pengolahan limbah padat merupakan
tempat pengolahan kotoran sapi dan jerami kering. Produk yang dihasilkan
dari pengolahan tersebut berupa pupuk kandang. Sumber bau yang
ditimbulkan berasal dari feses sapi. Saat pengukuran lama waktu feses di
pengolahan limbah padat beragam. Jika dibandingkan nilai skala
hedonisme kebauan antara pengolahan limbah padat dengan kandang
penampungan sapi terlihat berbeda. Nilai skala pengolahan limbah padat
(4) lebih besar dibandingkan dengan kandang penampungan sapi (2).
Pengolahan limbah padat hanya diletakan begitu saja di tanah dengan
dicampurkan jerami tanpa ada proses selanjutnya. Perbedaan skala
hedonisme terjadi karena pengolahan limbah padat berada di tempat
terbuka. Hal ini menyebabkan senyawa bau yang dikeluarkan dari feses
sapi menguap ke udara bebas lebih luas, sehingga kesan yang timbul dari
11
panelis lebih tinggi. Faktor feses sapi yang sudah lama dan sudah kering
juga mempengaruhi tingkat kebauan yang ditimbulkan.
Gambar 7 Lokasi pengolahan limbah padat
e. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Nilai skala hedonisme kebauan di IPAL sebesar 5 (antara suka dan
tidak suka), namun masih termasuk ketegori kesan yang cenderung tidak
suka.
Instalasi pengolahan air limbah di RPH didesain terbuka yang
berfungsi untuk mengolah limbah cair seperti darah sapi, limbah cair dari
rumen, air buangan bekas pembersihan ruang pemotongan, dan kandang
sapi. Pengukuraan skala hedonisme dilakukan pada saat IPAL tidak
sedang beroperasi.
Gambar 8 Instalasi pengolahan limbah cair dan posisi panelis
12
Pasar tradisional
Pengukuran di pasar tradisional dibagi menjadi beberapa sample point yaitu
los daging, los sayuran, dan los pakaian. Pengukuran pasar Anyar dilakukan pada
pukul 09.30-10.30 wib sedangkan untuk pasar Bogor dilakukan pukul 11.00-12.00
wib. Gambar 9 menunjukkan nilai skala hedonisme kebauan di pasar Anyar dan
pasar Bogor.
8 ± 1.52
10
7 ±1.46
7 ± 1.46
9
6 ± 1.46
8
5 ± 1.68
Skala Hedonisme
7
6
5
Pasar Anyar
3 ± 1.16
Pasar Bogor
4
3
2
1
0
Los daging
Los sayuran
Los pakaian
Gambar 9 Skala hedonisme kebauan pasar Anyar dan pasar Bogor
a. Los daging
Pada pasar Bogor, nilai skala hedonisme yang diperoleh sebesar 3.
Nilai ini menunjukkan kesan bau yang ditimbulkan adalah cukup tidak cuka.
Nilai skala hedonisme kebauan pasar Anyar sebesar 5 (antara suka dan tidak
suka). Los daging pasar Bogor sangat kotor, berada pada ruang yang
tertutup dengan ventilasi udara yang sangat minim (Gambar 10b),
sedangakan los daging di pasar Anyar cukup bersih (Gambar 10a). Bau
yang ditimbulkan dari los daging berasal dari daging sapi yang dijual.
Menurut Purwati (2007), bau daging dipengaruhi Total Volatil Bases
(TVB). Semakin tinggi nilai TVB maka aroma daging menjadi semakin
busuk. Senyawa yang dikeluarkan dari proses pembusukan daging
diantaranya ammonia dan trimetilamin.
Pembentukan karakteristik bau yang ditimbulkan daging dipengaruhi
oleh jenis pakan, perubahan kimia dalam daging, kontaminan dengan
lingkungan, aktivitas mikrobiologi, dan waktu paparan (Sink 1979 diacu
dalam Randa 2007; Purwati 2007)
13
(a)
(b)
Gambar 10 Los daging pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
b. Los sayuran
Skala hedonisme kebauan los sayuran pasar Anyar sebesar 7 (agak
suka) dan pasar Bogor 6 (antara suka dan tidak suka) namun mendekati
kesan positif. Bau yang ditimbulkan didominasi oleh sayuran dan rempahrempah.
(a)
(b)
Gambar 11 Los sayuran pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
14
c. Los pakaian
Skala hedonisme kebauan pada los pakaian pasar Anyar sebesar 8
(cukup suka), sedangkan pada pasar Bogor sebesar 7 (agak suka).
(a)
(b)
Gambar 12 Los pakaian pasar Anyar (a) dan pasar Bogor (b)
Tempat pengumpulan dan instalasi pengomposan sampah
Hasil pengukuran skala hedonisme kebauan dapat dilihat pada Gambar 13.
Nilai skala hedonisme kebauan pada TPS pasar Anyar (Gambar 14a) sebesar 2
(tidak suka), sedangkan nilai skala pasar Bogor (Gambar 14b) sebesar 4 (agak
tidak suka). Bau yang ditimbulkan didominasi oleh sampah sayuran (organik).
Tempat pembuangan akhir sampah Galuga (Gambar 16) memiliki skala
hedonisme sebesar 2 (tidak suka), sedangkan untuk TPS Dramaga dan TPS
Balumbang Jaya (Gambar 15 a dan b) diperoleh nilai skala hedonisme sebesar 2
(tidak suka).
Instalasi pengomposan merupakan instalasi untuk mengolah sampah padat
organik menjadi pupuk kompos. Diketahui nilai skala untuk instalasi
pengomposan (Gambar 17) adalah sebesar 6 (antara suka dan tidak suka) namun
cenderung suka. Kesan ini timbul karena sampah organik pada instalasi tersebut
sudah mengalami pengeringan dan berada di tempat yang terbuka.
Proses dekomposisi sampah organik yang berlangsung secara aerob akan
menghasilkan gas H2S, CO2, NH3, PO4, dan SO4. Gas H2S sudah tercium oleh
manusia pada konsentrasi 0.5 ppb (Sianipar 2009). Gas NH3 5 ppm merupakan
kadar terendah yang terdeteksi baunya (Charlena et al. 2006). Jika kadar oksigen
rendah, maka penguraian sampah akan berlangsung secara anaerob sehingga akan
dihasilkan gas-gas NH3, CH4, dan H2S. Gas NH3 dan H2S merupakan gas yang
berbau tidak enak (Suriawiria 1985 diacu dalam Sianipar 2009).
15
10
9
Skala Hedonisme
8
6 ± 0.81
7
4 ± 1.36
6
5
4
2 ± 1.01
2 ± 1.34
2±1
2±1
3
2
1
0
TPA Galuga
TPS
TPS
Dramaga, Kab Balumbang,
Bogor
Kota Bogor
TPS pasar
Bogor
TPS pasar
Anyar
Instalasi
pengomposan
Gambar 13 Skala hedonisme kebauan tempat pengumpulan dan instalasi
pengomposan sampah
(a)
(b)
Gambar 14 TPS sampah pasar Anyar (a) dan Bogor (b)
(a)
(b)
Gambar 15 Keadaan TPS Balumbang Jaya (a) dan TPS Dramaga (b)
16
Gambar 16 TPA Galuga
Gambar 17 Instalasi pengomposan
Kandang ternak ayam
Nilai skala hedonisme kebauan untuk kandang ternak ayam sebesar 4 (agak
tidak suka) denagan nilai standar deviasi ±1.28. Bau berasal dari kandungan gas
amonia yang tinggi, gas hidrogen sulfida, dimetil sulfida, karbon disulfida, dan
merkaptan (Rachmawati 2000). Senyawa ini mudah terbentuk dalam kondisi
anaerob seperti tumpukan kotoran yang masih basah. Bau gas H2S mulai dapat
tercium ketika konsentrasinya sebesar 0.47 ppm, sedangkan dimetil sulfida dapat
tercium ketika konsentrasinya mencapai 1.0 ppm. Kadar terendah gas amonia
yang dapat terdeteksi baunya adalah 5 ppm. Bau kotoran ayam dapat mengganggu
kesehatan manusia, ternak, dan menurunkan produktivitas ternak (Rachmawati
2000).
Gambar 18 Kandang ternak ayam
17
Industri tahu Sumedang dan tahu Bandung
Sumber bau industri tahu berasal dari limbah yang dihasilkan. Limbah
yang dihasilkan terbagi menjadi dua yaitu cair dan padat. Gambar 19
menunjukkan hasil skala hedonisme kebauan industri tahu.
10
9
Skala Hedonisme
8
6 ± 1.74
5 ± 1.75
7
6
5
Tahu Sumedang
4
Tahu bandung
3
2
1
0
Industri tahu
Gambar 19 Skala hedonisme kebauan industri tahu
Nilai skala hedonisme kebauan pabrik tahu Sumedang (Gambar 21) sebesar
6 (antara suka dan tidak suka) namun mengarah kesan positif, sedangkan untuk
tahu Bandung (Gambar 20) nilai skala sebesar 5 (antara suka dan tidak suka).
Perbedaan tersebut disebabkan karena pada pabrik tahu Sumedang dipengaruhi
adanya proses penggorengan tahu dan saluran pembuangan air limbah bersifat
tertutup, sedangkan pada pabrik tahu Bandung bersifat sebaliknya.
Karakteristik buangan industri tahu dipengaruhi oleh bahan organik,
anorganik, dan gas. Senyawa organik di dalam air buangan industri tahu dapat
berupa protein (40-60%), karbohidrat (25-50%), lemak (10%), dan minyak
(Kaswinarni 2007).
Bau limbah industri tahu disebabkan adanya proses pemecahan protein dan
karbohidrat sehingga timbul bau busuk dari gas H2S. Gas-gas yang biasa
ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2), oksigen (O2), hidrogen
sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2), dan metan (CH4). Gas-gas
tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air
buangan (Kaswinarni 2007). Kondisi tersebut juga berlaku dengan ampas tahu.
18
(a)
(b)
Gambar 20 Pabrik tahu Bandung: saluran drainase (a) dan bak penampung
ampas tahu (b)
(a)
(b)
Gambar 21 Pabrik tahu Sumedang: kondisi pabrik (a) dan saluran drainase (b)
19
Sumber Kebauan Terhadap Kesan Positif
Bahan mentah makanan
Pengukuran skala hedonisme kebauan terhadap bahan mentah makanan
dilakukan dengan menggunakan sampel berupa daging sapi, daging ayam, daging
ikan, dan udang. Bau merupakan sifat yang penting dalam penilaian organoleptik
bahan pangan. Timbulnya bau pada suatu daging berkaitan dengan adanya
senyawa-senyawa volatil yang terbentuk akibat penguraian kandungan nutrisi
daging. Hal ini juga sejalan dengan hasil penilaian kualitas kimia yaitu Total
Volatile Bases (TVB) pada daging seperti senyawa amonia, trimetilamin, dan
senyawa volatil lainnya (Purwati 2007). Nilai seluruh sampel bahan mentah
makanan menunjukkan nilai skala hedonisme kebauan ≤ 5 (Gambar 22)
10
9
Skala Hedonisme
8
7
6
3 ± 1.35
5
2 ± 1.2
2 ± 1.47
4
3
1 ± 0.5
2
1
0
Ikan
Udang
Daging Ayam
Daging Sapi
Gambar 22 Skala hedonisme bahan mentah makanan
Sebagai produk biologis, udang termasuk bahan makanan yang mudah
busuk bila dibandingkan dengan ikan. Belitz et al. (1999) diacu dalam Hustiany
(2001) menyatakan bahwa daging yang banyak mengandung lemak biasanya
mempuyai kecenderungan untuk menghasilkan bau yang lebih besar, seperti bau
tengik. Berdasarkan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY
(2005), kandungan lemak pada 100 gram daging ayam adalah sebesar 25 gram,
daging sapi 14 gram, daging ikan 1 gram, dan udang 0.2 gram. Dari referensi yang
diperoleh, seharusnya daging ayam memiliki nilai kesan kebauan paling rendah.
Akan tetapi, berdasarkan pengukuran nilai kesan kebauan terendah adalah udang.
Lama waktu daging terpapar oleh udara bebas setelah disembelih
mempengaruhi tingkat kesegaran daging tersebut, karena mikroorganisme untuk
mendegradasi protein akan lebih cepat jika daging terpapar di udara bebas
sehingga proses pembusukan akan semakin cepat (Purwati 2007).
20
Skala Hedonisme
Bahan-bahan kosmetik, produk pembersih, kamper, dan obat gosok
Nilai skala hedonisme obat gosok yaitu balsem 7 (agak suka) dan minyak
gosok 4 (agak tidak suka). Bahan aktif yang terdapat dalam formula obat gosok
adalah metil salisilat yang berasal dari minyak gandapura. Minyak ini jernih, bau
khas aromatik, dan memiliki rasa manis panas (Prabawati 2006).
Nilai skala hedonisme kebauan produk pembersih yaitu sabun krim 6
(antara suka dan tidak suka), deterjen 9 (suka), dan pelembut pakaian 8 (cukup
suka). Pada umumnya bahan penyusun deterjen dan sabun adalah surfaktan,
builder, dan bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan
ke dalam deterjen/sabun yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sabun
sehingga menarik konsumen. Parfum merupakan salah satu bahan aditif yang
berfungsi menimbulkan bau yang menyenangkan.
Hasil pengukuran skala hedonisme kebauan pada bahan kosmetik yaitu
parfum sebesar 9 (suka) dan shampo 9 (suka). Nilai skala hedonisme kebauan
kamper atau kapur barus yaitu sebesar 5 (antara suka dan tidak suka). Bahan yang
terkandung dalam kapur barus adalah naftalena (Annor-Frempong 1997).
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
9 ± 1.52
7 ± 2.45 9 ± 0.63
9 ± 0.94
8 ± 1.92
6 ± 2.1
5 ± 2.64
4 ± 2.6
Balsem
Parfum Pelembut
pakaian
Sabun
krim
Kamper
Shampo Deterjen Minyak
gosok
Gambar 23 Skala hedonisme kosmetik, produk pembersih, kamper, dan obat
gosok
21
Minuman hangat
Pengukuran skala hedonisme kebauan untuk minuman hangat terdiri dari
teh, rosella, dan kopi. Nilai skala hedonisme kebauan teh, rosella, dan kopi
berturut-turut sebesar 9 (suka), 8 (cukup suka), dan 8 (cukup suka).
9 ± 1.15
8 ± 1.41
8 ± 2.29
10
9
Skala Hedonisme
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Teh
Rosella
Kopi
Gambar 24 Skala hedonisme kebauan minuman hangat
Minuman bersoda
Pengukuran skala hedonisme kebauan untuk minuman bersoda terdiri dari
Fanta, Coca-cola, dan Root Beer. Nilai skala hedonisme kabaun Fanta, Coca-cola,
dan Root Beer berturut-turut sebesar 9 (suka), 9 (suka), dan 8 (cukup suka).
10
9 ± 0.66
9 ± 1.02
8 ± 1.3
Fanta
Coca-cola
Root beer
9
Skala Hedonisme
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Gambar 25 Skala hedonisme kebauan minuman bersoda
22
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1) Skala hedonisme kebauan yang dirancang adalah 1-10, mulai dari kesan
sangat tidak suka sampai sangat suka. Skala yang menunjukkan kesan bau
negatif berada pada skala ≤ 5, sedangkan skala yang menunjukkan kesan bau
positif berada pada skala≥ 5.
2) Tempat dan sampel yang memperoleh nilai skala hedonisme kebauan negatif
dan positif adalah sebagai berikut :
a. Negatif: RPH, pasar tradisional (los daging), tempat pengumpulan
sampah (TPA dan TPS), industri tahu Bandung, bahan mentah makanan,
kandang ternak ayam, kamper, dan minyak gosok.
b. Positif: pasar tradisional (los sayuran dan los pakaian), industri tahu
Sumedang, instalasi pengomposan sampah, minuman hangat, minuman
bersoda, balsem, parfum, pelembut pakaian, shampo, sabun krim dan
deterjen.
3) Faktor yang mempengaruhi polusi kebauan yaitu aliran udara, faktor
lingkungan, tempat terbuka dan tertutup, lama waktu paparan, serta senyawasenyawa yang menyebabkan kebauan berdasarkan literatur yaitu:
a. Negatif: senyawa amonia (NH3), hidrogen sulfida (H2S), trimetilamin
(N(CH3)3), indole, skatole, thiol, merkaptan, dan dimetilsulfida.
b. Positif: metil salisilat yang berasal dari minyak gandapura
Saran
1) Untuk penelitian selanjutnya disarankan dilakukan standarisasi penciuman
untuk panelis.
2) Untuk penelitian selanjutnya ditambahkan faktor jenis kelamin, suku, umur,
asal, dan jenis pekerjaan untuk penentuan panelis.
23
DAFTAR PUSTAKA
Annor-Frempong IE, Nute GR, Whittington FW, Wood JD. 1997. The Proble of
Taint in Pork-III Odour Profile of Pork Fat and the Interrelationships between
Androstonome, Sktole and Indole Concentrations. Meat Science. 47(12): 63-76.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY. 2005
Charlena, Suparto IH, Humaidi MF. 2006. Pengaruh Penambahan kapur terhadap
Pelepasan Gas NH3 Pada Manur Ayam Petelur. Departemen Kimia FMIPA
IPB. [terhubung berkala] http://repository.ipb.ac.id (1 Mei 2013).
Central Pollution Control Board Ministry of Environment & Forest Govt of India.
May 2008. Guidelines on Odour Pollution & Its Control.
Cabanac M, Marie, Bonniot C. 2011. Hedonicity and Memory of Odors. Journal
of Psychologiacal Studies 3(2): 178-185.
Hustiany R. 2001. Identifikasi dan Karakterisasi Komponen Off-Odor Pada
Daging Itik [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hutabarat OI. 2007. Analisa Dampak Gas Amonia dan Klorin Pada Fall Paru
Pekerja Pabrik Sarung Tangan Karet “X” Medan [tesis]. Medan (ID):
Universitas Sumatra Utara.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-50/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebauan.
Kaswinarni F. 2007. Kajian Teknis Pengolahanlimbah Padat dan Cair Industri
Tahu [tesis]. Semarang (ID): Univesitas Diponegoro Semarang.
Munadi A. 2006. Analisis Sekresi untuk Tujuan Pengumpulan Ikan Hiu Dalam
Penangkapan Ikan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mauskar JM. 2008. Guidelines on Odor Pollution and ITS Control. Central
Pollution Control Board, Ministry of Environment & Forests Govt of India.
Pauzenga. 1991. Animal Production in The 90’s in Harmony with Nature.
Nicholasvile, Kentucky.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran udara.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
Purwati. 2007. Efektifitas Plastik Polipropilen Rigid Kedap Udara dalam
Menghambat Perubahan Kualitas Daging Ayam dan Daging Sapi Selama
Penyimpanan Beku. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prabawati S. 2006. Cara Mudah Membuat Balsam Obat Gosok. Warta Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. 28(6): 10-13.
Rachmawati S. 2000. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam.
Balai Penelitian Veteriner. 9(2): 73-80.
Randa SY. 2007. Bau Daging dan Performa Itik Akibat Pengaruh Galur dan Jenis
Lemak serta Kombinasi Komposisi Antioksidan (Vitamin A, C, dan E) dalam
Pakan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soepranianondo K. 2005. Dampak Isi Rumen Sapi sebagai Rumput Raja
Terhadap Produk Metabolit pada Kambing Peranakan Etawa. Media
Kedokteran Hewan. 21(2): 94-96.
Standar Nasional Indonesia SNI 01-6159-1999 Rumah Pemotongan Hewan.
24
Sianipar RH. 2009. Analisis Resiko Paparan Hidrogen Sulfida pada Masyarakat
Sekitar TPA Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan. [tesis]. Medan (ID):
Universitas Sumatra Utara.
Yusrini H. 2002.Penangkapa, dan Pengukuran Gas Amonia Pada Kotoran
Ayam.Balai Penelitian Veteriner. 98-103.
Yuwono AS. 2008. Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia. Purifikasi
9(2): 175-186.
25
LAMPIRAN
Kuesioner Pengukuran Skala Hedonisme Kebauan
KUESIONER PENGUKURAN SKALA HEDONISME
KEBAUAN
Nama Panelis
: ..........................................
Tempat Pengukuran: .........................................
Isi nilai skala hedonisme berdasarkan kesan bau
yang dirasakan.
Nilai skala kebauan berdasarkan waktu
pengukuran :
a. Menit ke-1 : .......................
b. Menit ke-2 : .......................
c. Menit ke-3 : .......................
Skala
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kesan Bau
sangat tidak suka
tidak suka
cukup tidak suka
agak tidak suka
antara suka dan tidak suka
(cenderung tidak suka)
antara suka dan tidak suka
(cenderung suka)
agak suka
cukup suka
suka
sangat suka
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, NAD pada
tanggal 27 September 1991 dari ayah Aidil Abbas dan ibu Sri Deviana. Penulis
adalah putri pertama dari tiga bersaudara, kakak dari Jihan Pratiwi Aidita, dan
Larasati Aidita. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMPN 2 Rohil, Riau, dan
diterima di SMAN 2 Kejuruan Muda Aceh Tamiang. Penulis lulus dari SMA pada
tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur BUD
di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Praktikum Bahan
Konstruksi semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Selain itu penulis pernah aktif
pada beberapa kepanitian dan pada tahun 2011-2012 penulis menjadi anggota
Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) divisi
keprofesian.