Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City

KAJIAN POSITIVE DEVIANCE MASALAH STUNTING BALITA
PADA KELUARGA MISKIN DI KOTA BOGOR

ERNY ELVIANY SABARUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Positive Deviance
Masalah Stunting Balita pada Keluarga Miskin di Kota Bogor adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Bogor, April 2012


Erny Elviany Sabaruddin
I 151090061

ABSTRACT
ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting
Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under
direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO.
The objectives of the study was to analyze the Positive Deviance of stunting
problems among under-five children in poor family. Design of this research was
retrospective study, with 140 samples of under five children aged between 24 and
59 months from poor family in Bogor. Family socio-economic characteristics,
maternal characteristics, children characteristics, maternal knowledge of
nutrition and health, feeding and health patterns, pregnancy history, birth
children history, breastfeeding (consumption of milk) history, children health
history, and consumption patterns of children, were the factors analyzed in this
study. Data were collected directly through interviews using a questionnaires,
then analyzed using chi square and logistic regression. The results showed that
factors significantly influence the nutritional status of under-five children in poor
family based on the index TB/U are maternal education (OR = 0.236; 95%CI:
0.057–0.973), children health history (OR = 0.328; 95%CI: 0.129–0.835) and

maternal employment status (OR= 3.161; 95%CI: 1.087–9.194). In other hands,
the logistics regression analysis showed that pregnancy history (OR= 0.385;
95%CI: 0.169-0.879) and environmental sanitation practices (OR= 0.491;
95%CI: 0.243-0.990) were significantly influence of positive deviance. The good
habits were significantly owned by group of normal children, among others:
mothers who have never experienced a miscarriage, do not consume herbal
medicine during pregnancy and regular pregnancy checkups. The house is always
cleaned every day before the child is playing, there is the distance between the
family house with neighbors, attention to cleanliness of the family toilet after
being used.
Keywords: positive deviance of stunting, under five children, maternal education,
history of children health, maternal employment status, environmental
sanitation practices,

RINGKASAN
ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Kajian Positive Deviance Masalah Stunting
Balita pada Keluarga Miskin di Kota Bogor. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA
dan YAYAT HERYATNO.
Anak-anak merupakan masa depan bangsa yang sangat penting dalam
pembangunan SDM yang berkualitas. Tahun-tahun pertama kehidupan seorang

anak, merupakan periode yang sangat menentukan masa depannya. Selain
masalah gizi kurang dan gizi buruk (underweight) yang didasarkan pada indikator
berat badan menurut umur, masalah gizi lain yang perlu mendapat perhatian
serius, adalah stunting yang berarti terhambatnya pertumbuhan tubuh.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 (Kemenkes 2010a), secara nasional terjadi
penurunan prevalensi anak balita stunting dari 36,8 persen (2007) menjadi
35,6 persen (2010). Sementara prevalensi anak balita stunting di Jawa Barat
berdasarkan umur 24-59 bulan mendekati angka nasional 33,6 persen. Walaupun
secara nasional terjadi penurunan, namun perbedaan persentase yang terjadi
sangat sedikit dan menurut WHO (1995) dalam Riyadi (2001), prevalensi stunting
30%-39% masih menggambarkan status gizi yang diklasifikasikan dalam masalah
gizi tinggi. Pendekatan positive deviance merupakan pemecahan masalah gizi
yang berbasis keluarga dan masyarakat, dengan mengidentifikasi berbagai
perilaku ibu atau pengasuh yang memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga
kurang mampu dan menularkan kebiasaan positif kepada keluarga lain yang
memiliki anak dengan gizi kurang (Zeitlin et al. 1990).
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, secara umum tujuan penelitian
ini adalah untuk melakukan kajian mengenai positive deviance masalah stunting
balita pada keluarga miskin. Penelitian ini menggunakan desain case control.
Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data primer yaitu wawancara dan

pengukuran langsung oleh peneliti terhadap karakteristik sosial-ekonomi keluarga,
karakteristik ibu, karakteristik balita, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, pola
asuh makan (praktek pemberian makan dan sanitasi pangan), pola asuh kesehatan
(praktek perawatan diri anak dan sanitasi lingkungan), riwayat kehamilan,
kelahiran, konsumsi ASI, riwayat kesehatan (diare, ISPA, dan penyakit lain) serta
pola konsumsi makan balita (kebiasaan makan dan keragaman makanan). Data
sekunder meliputi jumlah populasi dan gambaran tempat penelitian yang diambil
dari Dinas Kesehatan, kantor kecamatan setempat dan BPS Kota Bogor.
Penelitian dilaksanakan di Kota Bogor pada bulan Mei – Juli 2011. Sampel dalam
penelitian ini adalah 140 responden yaitu 70 untuk kasus dan 70 untuk kontrol
dengan kriteria inklusi yaitu: balita berumur 24 bulan sampai 59 bulan, tidak cacat
fisik, berasal dari keluarga miskin dan keluarga bersedia mengikuti kegiatan
penelitian. Setelah data diperoleh, kemudian diolah menggunakan komputer
program Ms.Excel dan program SPSS 16.00 for windows. Analisis deskriptif
statistik digunakan untuk analisis statistik dasar, meliputi distribusi frekuensi pada
semua variabel. Analisis inferensia statistik yang digunakan untuk menguji
hubungan antara dua variabel adalah uji chi-square. Sedangkan untuk
menganalisis faktor-faktor yang merupakan positive deviance masalah stunting
balita digunakan analisis regresi logistik.


Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan
pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.414,- dengan
jenis pengeluaran proporsi pangan yang masih tinggi (>65%). Keluarga balita
normal memiliki persentase tertinggi antara lain pada besar keluarga termasuk
kategori keluarga kecil < 4 orang (56,4%), memiliki satu balita (82,9%), umur ibu
termasuk dalam golongan dewasa awal (91,4%) dan sebagian besar ibu tidak
bekerja (87,1%). Sedangkan keluarga balita stunting memiliki persentase tertinggi
antara lain pada umur ayah tergolong dewasa awal (85,7%), lama pendidikan ayah
(80%) dan ibu (94,3%) kurang dari 9 tahun, dan tinggi badan ayah (57,1%) dan
ibu (90%) berada dibawah standar referensi AKG menurut umur. Sementara
seluruh ayah balita memiliki pekerjaan dan sebagian besar sebagai buruh.
Berdasarkan karakteristik ibu, sebagian besar balita normal memiliki ibu
dengan 2 orang anak (67,1%) dan tidak memiliki penyakit berat sebelum dan
selama masa kehamilan (77,1%). Sementara pada kelompok balita stunting,
sebagian besar (85,7%) umur ibu pada saat hamil contoh berada pada kelompok
umur 20-40 tahun dan jarak kehamilan antar anak lebih dari 24 bulan (72,9%).
Karakteristik anak yang banyak berpengaruh pada tumbuh kembang dari
beberapa penelitian terdahulu antara lain jenis kelamin, umur dan urutan kelahiran
anak. Pada kelompok normal, sebaran data menunjukkan balita laki-laki lebih
banyak (51,4%), kecenderungan yang diperoleh berdasarkan penggolongan umur

yaitu semakin tinggi umur anak semakin menurun pertumbuhan (stunting).
Sementara menurut urutan kelahiran, menunjukkan sebagian besar merupakan
anak bungsu baik pada kelompok balita normal (52,9%) maupun stunting
(61,4%), selanjutnya diikuti oleh anak sulung dan tengah.
Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu termasuk dalam kategori baik (55,7%),
dan persentase tertinggi dimiliki oleh ibu-ibu dari kelompok balita normal
(68,6%) dibanding kelompok balita stunting (42,9%).
Penentuan Riwayat kehamilan ibu meliputi jenis persalinan, tempat
persalinan, komplikasi persalinan, riwayat persalinan, pemeriksaan kesehatan
serta makanan dan minumam yang dikonsumsi selama kehamilan. Sebagian besar
riwayat kehamilan ibu termasuk dalam kategori baik (75,7%), dan tertinggi berada
pada kelompok balita normal (84,3%) daripada kelompok balita stunting (67,1%).
Penentuan riwayat kelahiran anak meliputi panjang dan berat badan, sumber
informasi saat lahir serta riwayat penyakit bawaan yang dimiliki anak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar riwayat kelahiran contoh berada
pada kategori kurang baik (50,7%), dan paling banyak terjadi pada kelompok
balita normal (54,3%) dibanding kelompok balita stunting (47,1%).
Penentuan riwayat konsumsi ASI contoh meliputi pemberian kolostrum,
ASI eksklusif, makanan-minuman saat lahir, MP-ASI serta pemberian susu
formula. Sebagian besar riwayat konsumsi ASI berada pada kategori baik (75,7%)

dan persentase tertinggi berada pada kelompok balita normal (77,1%) daripada
kelompok stunting (74,3%).
Pola asuh makan yang diukur dalam penelitian ini meliputi praktek
pemberian makan dan praktek sanitasi pangan. Persentase tertinggi (63,6%)
praktek pemberian makan berada pada kategori baik dan ibu yang memiliki
praktek pemberian makan kategori baik pada kelompok balita normal lebih tinggi
(70%) dibanding kelompok stunting (57,1%). Sebagian besar (56,4%) praktek

sanitasi pangan yang dilakukan ibu berada pada kategori baik dan persentase
tertinggi pada kelompok balita normal lebih rendah (51,4%) daripada kelompok
stunting (61,4%).
Penentuan pola asuh kesehatan meliputi praktek perawatan diri anak dan
praktek sanitasi lingkungan. Praktek perawatan diri balita termasuk kategori baik
(65%), dan persentase tertinggi berada pada kelompok balita normal (67,1%)
dibanding kelompok stunting (62,9%). Sebagian besar praktek sanitasi lingkungan
balita termasuk kategori baik (60%), dan persentase tertinggi berada pada
kelompok balita normal (68,6%) dibanding kelompok stunting (51,4%).
Penentuan riwayat kesehatan balita meliputi sebaran kejadian diare, ISPA,
dan penyakit lain yang pernah diderita contoh selama tiga bulan terakhir.
Sebagian besar riwayat kesehatan balita berada pada kategori sakit (pernah

terkena penyakit infeksi) (77,9%), dan persentase tertinggi berada pada kelompok
balita stunting (85,7%) dibanding kelompok normal (70%).
Pola konsumsi makan merupakan berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari
oleh setiap orang dan keragaman makanan balita pada penelitian ini masih kurang,
sebagian besar terdapat pada kelompok ≤ 3 jenis kelompok makanan (88,6%), dan
tertinggi berada pada kelompok balita stunting (94,3%). Sementara keragaman
menu makanan tinggi ( ≥ 6 jenis kelompok makanan) berada pada kelompok
balita normal (2,9%).
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap stunting, antara lain: pendidikan ibu yang rendah (kurang
dari 9 tahun), balita dengan riwayat kesehatan kurang (pernah menderita penyakit
infeksi), dan balita yang ibunya bekerja (lebih banyak menghabiskan waktu untuk
bekerja). Sementara faktor-faktor yang merupakan positive deviance masalah
stunting yaitu riwayat kehamilan ibu dan praktek sanitasi lingkungan. Hal ini
dapat diartikan bahwa balita yang memiliki ibu dengan riwayat kehamilan baik,
memiliki peluang terhindar dari stunting 0.385 kali (95%CI: 0.169-0.879)
dibanding memiliki ibu dengan riwayat kehamilan kurang baik dengan kebiasaan
positif yang dimiliki ibu yaitu: selama kehamilan tidak mengkonsumsi jamu dan
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Balita dengan praktek sanitasi

lingkungan baik, memiliki peluang terhindar dari stunting 0.491 kali (95%CI.
0.243-0.990) dibanding balita dengan praktek sanitasi lingkungan kurang baik,
dengan kebiasaan positif yang significan yaitu: rumah selalu di pel setiap hari
sebelum anak bermain, memiliki jarak antara rumah keluarga dengan tetangga,
dan memperhatikan kebersihan jamban keluarga setelah digunakan.

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

KAJIAN POSITIVE DEVIANCE MASALAH STUNTING BALITA
PADA KELUARGA MISKIN DI KOTA BOGOR


ERNY ELVIANY SABARUDDIN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Gizi Masayarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Tesis
Nama
NIM

: Kajian Positive Deviance Masalah Stunting Balita pada Keluarga
Miskin di Kota Bogor
: Erny Elviany Sabaruddin
: I 151090061


Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Ikeu Tanziha, MS
Ketua

Yayat Heryatno, SP, MPS
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Gizi Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

drh. M. Rizal. M. Damanik, MRepSc, PhD

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 ini adalah tentang
Kajian Positive Deviance Masalah Stunting Balita pada Keluarga Miskin di Kota
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir.
Ikeu Tanziha, MS dan Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan saran dan motivasi. Di samping itu, penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Camat Bogor Barat, Kota Bogor yang telah memberikan izin
untuk dapat melaksanakan penelitian, serta berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung di tempat penelitian yang telah memberikan kontribusi
bagi penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan
seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis menyadari karya
ilmiah ini masih jauh dari sempurna, namun semoga bermanfaat untuk semua.

Bogor, April 2012
Erny Elviany Sabaruddin

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 26 April 1977. Penulis
merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara pasangan suami isteri Bapak
Sabaruddin Buyung (Alm.) dan Ibu Saodah Marasabessy.
Pendidikan Sekolah Dasar dijalani selama enam tahun di SD Negeri Latihan
I SPG Ambon dan lulus pada tahun 1989. Selanjutnya, penulis melanjutkan
pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 13 Ambon hingga tahun 1992 dan
sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Ambon hingga tahun 1995. Pada tahun
yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Pattimura Ambon,
Fakultas Perikanan. Dikarenakan keadaan Kota Ambon yang tidak kondusif,
penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Perikanan dan
Ilmu kelautan, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan hingga memperoleh gelar
sarjana tahun 2006. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan kembali pendidikan
strata 2 (S2) pada Sekolah Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...........................................................................................
Perumusan Masalah ...................................................................................
Tujuan Penelitian ........................................................................................
Manfaat Penelitian .....................................................................................

1
3
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Positive Deviance ......................................................................................
Status Gizi .................................................................................................
Pertumbuhan .........................................................................................
Gangguan Pertumbuhan Linier (Stunting) ............................................
Kemiskinan dan Masalah Gizi ..................................................................
Karakteristik Keluarga ..............................................................................
Karakteristik Ibu ........................................................................................
Karakteristik Anak Balita ...........................................................................
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan ..............................................................
Masa Kehamilan ........................................................................................
Riwayat Kelahiran .....................................................................................
Riwayat Pemberian ASI .............................................................................
Kesehatan Balita ........................................................................................
Pengasuhan ................................................................................................
Pola Asuh Makan ..................................................................................
Pola Asuh Kesehatan ............................................................................
Pola Konsumsi Makan Balita .....................................................................

5
6
9
12
13
16
20
23
23
25
29
30
32
35
36
38
40

KERANGKA PEMIKIRAN ..........................................................................

45

METODE PENELITIAN
Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian .....................................................
Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel ......................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................
Pengolahan dan Analisis Data ...................................................................
Definisi Operasional ..................................................................................

49
49
52
52
59

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Daerah Penelitian ...........................................................
Karakteristik Keluarga ..............................................................................
Karakteristik Ibu ........................................................................................
Karakteristik Anak ....................................................................................
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu ........................................................
Riwayat Kehamilan, Kelahiran dan Konsumsi ASI ..................................

61
62
67
70
72
73

ii

Pola Asuh Makan dan Kesehatan ..............................................................
Riwayat Kesehatan Anak Balita ................................................................
Pola Konsumsi Makan Balita .....................................................................
Analisis Hubungan Faktor-faktor Terkait Resiko Stunting .......................
Faktor-faktor yang merupakan Positive Deviance Masalah Stunting ........

77
83
85
93
96

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................

99

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

103

LAMPIRAN ...................................................................................................

111

iii

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Klasifikasi masalah gizi berdasarkan prevalensi underweight, stunting
dan wasting .............................................................................................

12

2

Anjuran jumlah porsi untuk balita menurut kecukupan energi ...............

43

3

Pengkategorian dan skala pengukuran variabel penelitian .....................

54

4

Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga .......

64

5

Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengeluaran, jenis pengeluaran
serta proporsinya ......................................................................................

65

6

Sebaran contoh berdasarkan karakteristik ibu ........................................

68

7

Rata-rata tinggi badan dan z skor TB/U berdasarkan umur, jenis
kelamin dan urutan anak dalam keluarga ................................................

70

8

Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu berdasarkan kelompok balita ........

72

9

Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan ibu, kelahiran anak,
dan konsumsi ASI ....................................................................................

74

10 Variabel penunjang pada riwayat kehamilan Ibu .....................................

75

11 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh makan ........................................

79

12 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh kesehatan ...................................

81

13 Variabel penunjang pada praktek sanitasi lingkungan ............................

82

14 Sebaran contoh berdasarkan riwayat penyakit anak ...............................

84

15 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan anak .............................

85

16 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan seminggu .......................

86

17 Sebaran contoh berdasarkan keragaman makanan seminggu .................

92

18 Hasil regresi logistik stunting .................................................................

94

19 Hasil regresi logistik positive deviance ...................................................

97

v

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Faktor penyebab masalah gizi ...................................................................

46

2 Kerangka pemikiran penelitian .................................................................

47

3 Cara penarikan sampel penelitian...............................................................

51

4 Grafik sebaran Z skor TB/U ......................................................................

71

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta wilayah Kecamatan Bogor Barat .......................................................

113

2 Kuesioner penelitian ..................................................................................

114

3 Rata-rata pengeluaran keluarga contoh .....................................................

126

4 Data pendidikan dan pekerjaan orangtua ..................................................

127

5 Hasil data pengetahuan gizi dan kesehatan ...............................................

128

6 Hasil tabulasi data antar variabel penelitian ...............................................

130

7 Hasil regresi logistik stunting .....................................................................

141

8 Hasil regresi logistik positive deviance ......................................................

146

9 Dokumentasi penelitian .............................................................................

151

PENDAHULUAN
Latar belakang
Anak-anak merupakan masa depan bangsa yang sangat penting dalam
pembangunan SDM yang berkualitas. Masalah anak sangat perlu mendapat
perhatian khusus dalam keluarga ataupun masyarakat, karena anak merupakan
sumberdaya manusia potensial yang akan mewarisi nilai-nilai dalam keluarga
sekaligus sebagai cikal bakal penerus bangsa. Bukti empiris menunjukkan bahwa
hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Status gizi dipengaruhi
langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Sedangkan, secara
tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial
ekonomi, budaya, dan politik. Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi
maka dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional yang secara
perlahan akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita
serta rendahnya umur harapan hidup (BAPPENAS 2007).
Sejak lahir hingga berusia lima tahun merupakan periode yang penting
dalam pertumbuhan anak, karena masa tersebut adalah masa yang rentan dan akan
menentukan masa depannya. Masa lima tahun pertama merupakan masa yang
akan menentukan pembentukan fisik, psikis, maupun intelegansinya sehingga
masa ini perlu mendapatkan perawatan dan perlindungan yang intensif (Agoes &
Poppy 2003).
Selain gizi kurang dan gizi buruk, masih banyak masalah yang terkait
dengan gizi yang perlu perhatian lebih, diantaranya yaitu stunting atau
terhambatnya pertumbuhan tubuh. Stunting adalah salah satu bentuk gizi kurang
yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur diukur dengan standar deviasi
dengan referensi WHO (Depkes 2009). Stunting pada masa anak-anak dapat
mengakibatkan

gangguan

perkembangan

kognitif

dan

terhambatnya

perkembangan mental dan motorik (Hautvast et al. 2000).
Data WHO menunjukkan tinggi anak Indonesia masih jauh tertinggal
dibandingkan tinggi anak dari negara-negara lain. Berdasarkan hasil Riskesdas
2010 (Kemenkes 2010a), secara nasional terjadi penurunan prevalensi anak balita
stunting dari 36,8 persen (2007) menjadi 35,6 persen (2010). Sementara

2

prevalensi anak balita stunting di Jawa Barat berdasarkan umur 24-59 bulan
mendekati angka nasional 33,6 persen. Walaupun secara nasional terjadi
penurunan, namun perbedaan persentase yang terjadi sangat sedikit dan menurut
WHO (1995) dalam Riyadi (2001), prevalensi stunting 30%-39% masih
menggambarkan status gizi yang diklasifikasikan dalam masalah gizi tinggi.
Anak yang pendek berkaitan erat dengan kondisi yang terjadi dalam waktu
yang lama seperti kemiskinan, perilaku hidup bersih dan sehat kurang, kesehatan
lingkungan yang kurang baik, pola asuh yang kurang baik dan rendahnya tingkat
pendidikan (Depkes 2009). Secara umum tingkat kemiskinan nasional cenderung
terus menurun selama periode 1976-1996 namun krisis ekonomi pada tahun
1997/1998 mengakibatkan peningkatan secara drastis jumlah orang Indonesia
yang berada di bawah garis kemiskinan dan hal ini juga dipengaruhi oleh
perubahan metode penghitungan kemiskinan. Pada tahun 1998, tingkat
kemiskinan melonjak lebih dari dua kali lipat menjadi 24,2 persen, namun
demikian pada tahun 2010 tingkat kemiskinan berhasil diturunkan menjadi 13,3
persen sebesar 31,02 juta orang. Jumlah penduduk Jawa Barat yang berada di
bawah garis kemiskinan sebesar 11.27 juta orang berada di bawah angka nasional
(BAPPENAS 2010). Dan pendapatan kota Bogor dibawah garis kemiskinan
sebesar Rp. 256.414, - (BPS 2011).
Secara nasional prevalensi penyebaran balita stunting berdasarkan
segmentasi ekonomi, sebanyak 43,1 persen balita stunting terdistribusi pada
populasi keluarga sangat miskin (kuintil 1) 38,9 persen miskin (kuintil 2)
34 persen keluarga sederhana (kuintil 3) 30,7 persen keluarga menengah (kuintil
4) dan keluarga tidak miskin (kuintil 5) 24,1persen. Penurunan prevalensi sesuai
dengan peningkatan tingkat pendapatan keluarga namun kecenderungan lain yang
terjadi yaitu prevalensi balita pendek di pedesaan lebih tinggi (39,9%)
dibandingkan diperkotaan (31,4%) (Kemenkes 2010a).
Kondisi ini menggambarkan penyebaran penduduk diperkotaan dengan
status ekonomi yang berbeda dengan prevalensi stunting yang sedikit sehingga
menunjukkan bahwa tidak selamanya keluarga miskin memiliki anak balita
dengan gizi buruk (stunting), oleh karena itu perlu dilakukan penelusuran lebih
lanjut mengenai faktor langsung dan tidak langsung terutama dari faktor pola

3

asuh, status kesehatan yang berpengaruh terhadap status gizi balita khususnya
pada keluarga miskin.
Pendekatan positive deviance merupakan pemecahan masalah gizi yang
berbasis keluarga dan masyarakat, dengan mengidentifikasi berbagai perilaku ibu
atau pengasuh yang memilki anak bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu
dan menularkan kebiasaan positif kepada keluarga lain yang memiliki anak
dengan gizi kurang. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, melalui penelitian
ini dikaji secara mendalam berbagai faktor yang merupakan positive deviance
masalah stunting balita pada keluarga miskin.
Perumusan masalah
Dari uraian di atas maka ada beberapa permasalahan yang ingin diketahui
dan dianalisis melalui penelitian ini. Permasalahan tersebut adalah :
1. Bagaimana karakteristik keluarga miskin yang mempunyai masalah stunting
dan tidak stunting (normal) pada keluarga miskin.
2. Bagaimana pengetahuan gizi dan kesehatan ibu balita stunting dan normal pada
keluarga miskin.
3. Bagaimana riwayat kehamilan, kelahiran, konsumsi ASI dan riwayat kesehatan
balita stunting dan normal pada keluarga miskin
4. Bagaimana pola asuh makan dan pola asuh kesehatan balita stunting dan
normal pada keluarga miskin
5. Bagaimana pola konsumsi balita stunting dan normal pada keluarga miskin
6. Bagaimana hubungan resiko stunting dengan karakteristik balita, karakteristik
sosek keluarga, karakteristik ibu, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, pola
asuh makan dan kesehatan, riwayat kehamilan, kelahiran, konsumsi ASI,
riwayat kesehatan, dan pola konsumsi balita.
7. Faktor apa saja yang merupakan positive deviance masalah stunting pada balita
di keluarga miskin

4

Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji berbagai faktor
positive deviance stunting balita usia 24-59 bulan pada keluarga miskin. Adapun
tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi karakteristik balita, ibu, dan sosial-ekonomi keluarga balita
stunting dan normal.
2. Mengidentifikasi pengetahuan gizi dan kesehatan ibu balita stunting dan
normal.
3. Mengidentifikasi riwayat kehamilan ibu, kelahiran, konsumsi ASI dan
kesehatan balita stunting dan normal
4. Mengidentifikasi pola asuh makan dan pola asuh kesehatan balita stunting dan
normal
5. Mengidentifikasi pola konsumsi balita stunting dan normal
6. Menganalisis hubungan resiko stunting dengan karakteristik balita, sosial
ekonomi keluarga, karakteristik ibu, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu,
pola asuh makan dan kesehatan, riwayat kehamilan, kelahiran, konsumsi ASI,
riwayat kesehatan, dan pola konsumsi balita.
7. Mengkaji faktor-faktor yang merupakan positive deviance masalah stunting
pada balitadi keluarga miskin.

Manfaat penelitian
Diharapkan penelitian ini akan menjadi dasar penyusunan rencana dan
pengembangan program serta bahan masukan bagi pemerintah dalam menentukan
alternatif penanggulangan masalah gizi di Kota bogor, menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta membantu meyakinkan masyarakat khususnya masyarakat
ekonomi miskin tentang potensi diri yang dimiliki dalam penanggulangan
masalah gizi (stunting) sehingga diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan
masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA
Positive Deviance
Positive

Deviance

digunakan

untuk

menjelaskan

suatu

keadaan

penyimpangan positif yang berkaitan dengan kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak tertentu dengan anak-anak lain di dalam lingkungan
masyarakat atau keluarga yang sama. Secara khusus pengertian positive deviance
dapat dipakai untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
serta status gizi yang baik dari anak-anak yang hidup di dalam keluarga miskin
dan hidup di lingkungan miskin (kumuh) di mana sebagian besar anak lainnya
menderita gangguan pertumbuhan dan perkembangan dengan kondisi mengalami
gizi kurang (Zeitlin et al 1990).
Positive Deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk
mengatasi masalah gizi sudah ada di dalam masyarakat, hanya perlu diamati untuk
dapat diketahui bentuk penyimpangan positif yang ada, dari perilaku masyarakat
tersebut. Upaya yang dilakukan dapat dengan memanfaatkan kearifan lokal yang
berbasis pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki kebiasaan dan perilaku
khusus, atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat menemukan caracara yang lebih baik, untuk mencegah kekurangan gizi dibanding tetangga mereka
yang memiliki kondisi ekonomi yang sama tetapi tidak memiliki perilaku yang
termasuk penyimpangan positif. Studi positive deviance mempelajari mengapa
dari sekian banyak bayi dan balita di suatu komunitas miskin hanya sebagian kecil
yang gizi buruk. Kebiasaan yang menguntungkan sebagai inti program positive
deviance dibagi menjadi tiga atau empat kategori utama yaitu pemberian makan,
pengasuhan, kebersihan, dan mendapatkan pelayanan kesehatan (CORE 2003).
Adanya pengaruh perilaku terhadap masalah gizi, memerlukan pengamatan
untuk mengetahui perilaku seperti apa, yang diperlukan untuk menanggulangi
masalah gizi pada anak. Salah satu bentuk pengembangan perilaku dalam
penanggulangan masalah gizi adalah positive deviance yang telah dilakukan di
Jakarta, Bogor, dan Lombok Timur. Hasilnya adalah interaksi ibu dengan anak
usia 6 – 17 bulan berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak-anak yang
selalu diupayakan untuk mengkonsumsi makanan, mendapatkan senyum dari ibu,

6

keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebaya lainnya yang
kurang mendapatkan perhatian orangtua (Jahari et al 2000).
Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
panganan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier 2004). Status gizi adalah tandatanda atau tampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat
gizi dan pengeluaran oleh tubuh yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup.
Status gizi masyarakat terutama digambarkan oleh status gizi anak balita dan
wanita hamil. Oleh karena itu, sasaran utama dari program perbaikan gizi makro
berdasarkan siklus kehidupan, dimulai pada wanita usia subur, ibu hamil, bayi
baru lahir, balita dan anak sekolah (Gibson 2005).
Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) menyatakan bahwa
penentuan kebutuhan gizi berbeda antar zat gizi. Patokannya berdasarkan hal yang
sama yakni penentuan angka atau nilai asupan gizi untuk mempertahankan orang
tetap sehat sesuai kelompok umur atau tahap pertumbuhan dan perkembangan,
jenis kelamin, kegiatan dan kondisi fisiologisnya (LIPI 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah kesadaran gizi,
persediaan pangan, daya beli masyarakat dan kesehatan individu, yang saling
tidak dapat terpisahkan. Unicef (1998) menyatakan bahwa status gizi balita tidak
hanya dipengaruhi oleh konsumsi pangan saja, melainkan secara garis besar
disebabkan oleh dua determinan utama, yaitu determinan langsung dan
determinan tidak langsung. Determinan langsung merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi yang berasal dari individu itu sendiri. Hal ini meliputi
intik makanan (energi, protein, lemak dan zat gizi mikro) dan adanya penyakit
infeksi, sedangkan yang dimaksud determinan tidak langsung adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi yang berasal dari lingkungan rumah. Determinan
tidak langsung terdiri dari ketahanan pangan, pola pengasuhan, pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan. Keempat hal tersebut berkaitan dengan
pendidikan, keterampilan, dan pengasuhan. Namun, faktor yang mendasarinya
adalah kemiskinan.

7

Sementara WHO mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap status gizi seperti infeksi, distribusi zat gizi pada anggota keluarga,
ketersediaan pangan serta penghasilan rumah tangga. WHO melihat bahwa status
gizi kurang dipengaruhi oleh pokok masalah dimasyarakat (kurang pendidikan,
pengetahuan, ketrampilan) akan berdampak pada kurangnya persediaan pangan,
pola asuh anak yang kurang baik, pemberian pelayanan kesehatan dasar tidak
terpenuhi sehingga pemberian makan tidak seimbang yang pada akhirnya
terjadilah status gizi kurang (Suryono & Supardi 2004).
Secara tidak langsung status gizi masyarakat dapat diketahui berdasarkan
penilaian terhadap data kuantitatif maupun kualitatif konsumsi pangan. Informasi
tentang konsumsi pangan dapat diperoleh melalui survei yang akan menghasilkan
data kuantitatif (jumlah dan jenis pangan) dan kualitatif (frekuensi makan dan cara
mengolah makanan). Penentuan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu secara biokimia, dietetika, klinik dan antropometri. Cara yang paling umum
dan mudah digunakan untuk mengukur status gizi di lapangan adalah pengukuran
antropometrik. Indeks antropometri yang dapat digunakan adalah Berat Badan per
Umur (BB/U); Tinggi Badan per Umur (TB/U); Berat Badan per Tinggi Badan
(BB/TB); Lingkar lengan atas terhadap umur (LLA/U); Indeks Massa Tubuh
(IMT); Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur; Rasio Lingkar Pinggang dan
Pinggul (Depkes 2005). Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi
saat ini (saat diukur) karena mudah berubah, namun indikator BB/U tidak spesifik
karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi
badan. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, dan indikator
BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini
(Soekirman 2000).
Alat ukur. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui berat badan yaitu
ada 2 macam timbangan yaitu tipe Salter spring balance (timbangan gantung) dan
tipe Bathroom scale. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui panjang/tinggi
badan yaitu Baby length board (untuk bayi) dan Vertical measures (microtoise).
Untuk mengukur lingkar lengan atas (LILA) dengan menggunakan pita ukur nonelastis, sebagai alternatif bila tidak memungkinkan mengukur berat badan dan
tinggi badan .

8

Analisis hasil pengukuran antropometri. Ada tiga cara yang biasa
digunakan, antara lain :
1. Nilai Skor-Z atau SD
Ukuran antropometrik (BB-U, TB-U dan BB-TB) disajikan sebagai nilai
SD atau skor-Z di bawah atau di atas nilai mean atau median rujukan.
Dikatakan gizi normal, bila antara -2SD sampai +2SD. Gizi kurang, bila
+2SD.
WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk
memantau pertumbuhan. Dengan ambang batas (cut off points), yaitu :
- 1 SD unit (1 Z-skor) ± 11% dari median BB/U
- 1 SD unit (1 Z-skor) ± 10% dari median BB/TB
- 1 SD unit (1 Z-skor) ± 5% dari median TB/U
Rumus perhitungan z-skor, adalah:
Z-skor =

Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan
Nilai Simpang Baku Rujukan

2. Nilai persen terhadap nilai median

Ukuran antropometrik (BB-U, TB-U dan BB-TB) disajikan sebagai
persen dari nilai median rujukan, yaitu hasil analisis: Gizi baik, bila 90%
median TB-U mendekati nilai -2SD, 80% median BB-TB mendekati nilai
-2SD, dan 80% median BB-U mendekati nilai -2SD. Gizi kurang, bila
71%-80% median TB-U mendekati nilai -2SD, 71%-80% median BB-TB
mendekati nilai -2SD, dan 61%-70% median BB-U mendekati nilai -2SD.
Rumus perhitungan yang digunakan adalah:
Nilai Individu Subjek
Nilai Median

X 100%

3. Nilai persentil

Ukuran antropometrik (BB-U, TB-U dan BB-TB) disajikan sebagai
posisi individu dalam sebaran populasi rujukan. Dikatakan normal, bila
antara persentil 5 dan 95. Kurang, bila kurang persentil 5. Dan Lebih, bila
lebih persentil 95.

9

Status Gizi diukur dengan BB/U atau TB/U atau BB/TB dikatakan normal
apabila angka atau nilai z-skor terletak antara -2 SD sampai 2 SD dari nilai
median standar WHO. Status gizi dikatakan kurang, apabila nilai ketiga jenis
ukuran diatas kurang dari -2 SD atau di bawahnya. Nilai tersebut menjadi buruk,
apabila nilainya berada di bawah dari -3 SD. Sebaliknya apabila nilai z-skor di
atas 2 SD maka disebut gizi lebih (gemuk) dan diatas 3 SD dikatakan gemuk
sekali (Soekirman 2000).
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu yang
merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan mengikuti perjalanan waktu
(Jahari 2002). Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat
(gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh) (Tanuwijaya 2003).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Yang termasuk dalam faktor internal adalah genetik, obstetrik dan jenis
kelamin, yang termasuk dalam faktor eksternal adalah lingkungan, gizi, obatobatan dan penyakit (Supariasa 2002).
a. Genetik
Faktor genetik dikaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak dengan orang
tuanya dalam hal bentuk tubuh,proporsi tubuh dan kecepatan perkembangan.
Diasumsikan bahwa selain aktivitas nyata dari lingkungan yang menentukan
pertumbuhan, kemiripan ini mencerminkan pengaruh gen yang dikontribusi oleh
orang tuanya kepada keturunanannya secara biologis. Namun gen tidak secara
langsung menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi ekspresi gen yang
diwariskan kedalam pola pertumbuhan dijembatani oleh beberapa system biologis
yang berjalan dalam suatu lingkungan yang tepat untuk bertumbuh. Misalnya gen
dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon seperti hormon pertumbuhan dari
glandula endokrin dan menstimulasi pertumbuhan sel dan perkembangan jaringan
terhadap status kematangannya (matur state). Sistem endokrin juga merespon
pengaruh faktor-faktor lingkungan yang berefek terhadap perkembangan, dan

10

mungkin berfungsi sebagai suatu mekanisme yang menyatukan interaksi antara
gen dan lingkungan untuk membentuk pola pertumbuhan tiap-tiap manusia
(Bogin 1999).
b. Lingkungan
Lingkungan biofisik dan psiko-sosial merupakan faktor yang mempengaruhi
individu setiap hari dan sangat berperan penting dalam menentukan tercapainya
potensial bawaan. Menurut Soetjiningsih (2004) secara garis besar lingkungan
dibagi menjadi lingkungan pra natal dan lingkungan post natal.
Lingkungan Pra Natal
Lingkungan pra natal adalah terjadi pada saat ibu sedang hamil, yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang janin mulai dari masa konsepsi sampai lahir, antara
lain seperti :
a) Gizi ibu pada saat hamil menyebabkan bayi yang akan dilahirkan menjadi
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan lahir mati serta jarang
menyebabkan cacat bawaan. Selain dari pada itu kekurangan gizi dapat
menyebabkan hambatan pertumbuhan pada janin dan bayi lahir dengan
daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah terkena infeksi, dan akan
berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tinggi badan.
b) Mekanis yaitu trauma dan cairan ketuban yang kurang, dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang akan dilahirkan. Faktor zat
kimia yang disengaja atau tanpa sengaja dikonsumsi ibu melalui obatobatan atau makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan kecacatan,
kematian atau bayi lahir dengan berat lahir rendah.
c) Faktor hormon yaitu hormon endokrin yang juga berperan pada
pertumbuhan janin adalah somatotropin, yang disebut juga hormon
pertumbuhan. Hormon ini berperan mengatur pertumbuhan somatik
terutama pertumbuhan kerangka. Pertambahan tinggi badan sangat
dipengaruhi oleh hormon ini. Growth hormon merangsang terbentuknya
somatomedin yang kemudian berefek pada tulang rawan, dan aktivitasnya
meningkat pada malam hari pada saat tidur, sesudah makan, sesudah
latihan fisik, perubahan kadar gula darah dan sebagainya.

11

d) Stress ibu saat hamil, infeksi, immunitas yang rendah dan anoksia embrio
atau menurunnya jumlah oksigen janin melalui gangguan plasenta juga
dapat menyebabkan kurang gizi dan berat badan bayi lahir rendah
(BBLR).
Lingkungan Post Natal
Lingkungan post natal mempengaruhi pertumbuhan bayi setelah lahir antara lain
lingkungan biologis, seperti ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit infeksi & kronis, adanya gangguan fungsi
metabolisme dan hormon. Selain itu faktor fisik dan biologis, psikososial dan
faktor keluarga yang meliputi adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat turut
berpengaruh.
c. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi berkaitan dengan status gizi yang rendah, hubungan
kekurangan gizi dengan penyakit infeksi antara lain dapat dijelaskan melalui
mekanisme pertahanan tubuh dimana balita yang mengalami kekurangan gizi
dengan asupan energi dan protein yang rendah, maka kemampuan tubuh untuk
membentuk protein yang baru berkurang. Tubuh akan rawan terhadap serangan
infeksi karena terganggunya pembentukan kekebalan tubuh seluler (Jellife 1989).
Pertumbuhan pada usia 2 tahun pertama dicirikan dengan pertambahan
gradual baik pada kecepatan pertumbuhan linier maupun laju pertambahan berat
badan. Pertumbuhan bayi cenderung ditandai dengan pertumbuhan cepat (spurt of
growth) yang dimulai pada usia 3 bulan hingga usia 2 tahun, kemudian pada usia
2 tahun hingga 5 tahun pertumbuhan anak menjadi lebih lambat dibandingkan
ketika masih bayi, walaupun pertumbuhan terus berlanjut dan akan mempengaruhi
ketrampilan motor, sosial, emosional dan perkembangan kognitif (Seifert &
Hoffnung 1997).
Proses pertumbuhan anak berlangsung pada sel, organ dan tubuh.
Pertumbuhan tersebut terjadi dalam tiga tahap, yaitu hiperplasia (bertambahnya
jumlah sel), hyperplasia dan hipertropi (bertambahnya ukuran dan kematangan
sel). Selanjutnya, setiap organ atau bagian tubuh lain mengikuti pola pertumbuhan
yang berbeda dalam setiap tahapan tersebut (Anwar 2002).

12

Pertumbuhan pada masa kanak-kanak adalah proses yang relatif stabil.
Pertumbuhan ponderal yang dilihat dari kenaikan berat badan rata-rata pada
6 bulan pertama naik sebesar 0,5-1,0 kg per bulan dan kenaikan pada 6 bulan
kedua berkisar dari 0,35-0,50 kg per bulan. Sementara selama tahun kedua, angka
penambahan berat badan sekitar 0.25 kg per bulan dan pada usia 10 tahun
kenaikan berat badan sebesar 2 kg per tahun. Pertumbuhan linier yang dilihat dari
pertambahan panjang badan hingga tahun pertama kehidupan bertambah
50 persen dari panjang badan lahir dan menjadi dua kali lipat pada akhir tahun
keempat. Hingga usia 4 tahun, wanita tumbuh sedikit lebih cepat dibandingkan
dengan pria dan keduanya kemudian tumbuh dengan laju rata-rata 5-6 cm per
tahun sampai munculnya masa pubertas (Jellife 1994). Tinggi badan merupakan
antropometri yang menggambarkan keadaan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan
relatif kurang sensitif terhadap defisiensi gizi jangka pendek. Pengaruh defisiensi
zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak pada saat yang cukup lama. Indeks
TB/U di samping dapat memberikan gambaran tentang status gizi masa lampau
juga lebih erat kaitannya dalam masalah sosial ekonomi (Jahari 2002).
Gangguan Pertumbuhan Linier (Stunting)
Pertumbuhan linier yang tidak sesuai umur merefleksikan masalah gizi
kurang. Gangguan pertumbuhan linier (stunting) mengakibatkan anak tidak
mampu mencapai potensi genetik, mengindikasikan kejadian jangka panjang dan
dampak kumulatif dari ketidakcukupan konsumsi zat gizi, kondisi kesehatan dan
pengasuhan yang tidak memadai (ACC/SCN 1997). WHO (1995) membuat
indeks beratnya masalah gizi pada keadaan darurat didasarkan pada prevalensi
underweight, wasting dan stunting yang ditemukan pada suatu wilayah survei.
Tabel 1 Klasifikasi masalah gizi berdasarkan prevalensi underweight, stunting
dan wasting
Klasifikasi Berat
Masalah Gizi
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Prevalensi
Underweight (%)

Prevalensi
Stunting (%)

Prevalensi
Wasting (%)