Dinamika Pola Penggunaan Lahan dan Pengendalian Perubahannya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

DINAMIKA POLA PENGGUNAAN LAHAN DAN
PENGENDALIAN PERUBAHANNYA DI KABUPATEN
KLATEN, JAWA TENGAH

NUR ETIKA KARYATI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Pola
Penggunaan Lahan dan Pengendalian Perubahannya di Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Nur Etika Karyati
NIM A14080063

ABSTRAK
NUR ETIKA KARYATI. Dinamika Pola Penggunaan Lahan dan Pengendalian
Perubahannya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dibimbing oleh DYAH
RETNO PANUJU dan BAMBANG HENDRO TRISASONGKO
Meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya pembangunan
menyebabkan permintaan terhadap lahan meningkat, sedangkan lahan yang
tersedia relatif tetap. Hal tersebut mendorong terjadinya konversi lahan untuk
memenuhi kepentingan berbagai pihak. Alih fungsi lahan pertanian ke
penggunaan lain yang tidak terkendali akan menimbulkan dampak negatif dalam
bidang ekonomi, sosial dan lingkungan yang penanganannya memerlukan biaya
besar. Mengingat dampak yang ditimbulkan cukup serius, fenomena konversi
lahan perlu dikendalikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika
perubahan penggunaan lahan, menganalisis faktor yang mempengaruhinya,
memprediksi penggunaan lahan tahun 2013 dengan Markov Chain dan menguji

akurasinya dan mengidentifikasi kebijakan pengendalian penggunaan lahan
berdasarkan persepsi pemangku kepentingan (stakeholders) di Kabupaten Klaten.
Analisis perubahan lahan tahun 1995-2009 menunjukkan bahwa
penggunaan lahan sawah dan tegalan mengalami penurunan sebesar 1 425.37 ha
(2.04%) dan 290.47 ha (0.41%). Di lain pihak, badan air, kebun campuran dan
permukiman mengalami peningkatan sebesar 28.47 ha (0.04%), 18.34 ha (0.03%),
1 669.03 ha (2.38%). Luas hutan dan lahan terbuka teridentifikasi tetap yaitu
sebesar 1 854.70 ha (2.65%) dan 103.61 ha (0.15%) sepanjang periode analisis.
Secara umum faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah
jarak ke pusat kota, kemiringan lereng, jenis tanah, jumlah penduduk, keragaman
fasilitas sosial dan keragaman fasilitas ekonomi dengan nilai Nagelkerke R2
0.78% pada selang kepercayaan 95%. Prediksi penggunaan lahan tahun 2013
dengan Markov mendapatkan nilai akurasi sebesar 82.67%. Analisis persepsi
tentang pengendalian pemanfaatan lahan di Kabupaten Klaten menunjukkan
bahwa instrumen yang menjadi prioritas utama adalah mekanisme perijinan
dengan persentase bobot 38%, diikuti oleh instrumen pengawasan dengan
persentase bobot 33.73% dan penertiban dengan persentase bobot 28.25%.
Menurut pendapat seluruh pemangku kepentingan, pengendalian pemanfaatan
lahan seharusnya dilakukan oleh pemerintah (26.50%), dikuti oleh masyarakat
(19.22%), perguruan tinggi (19.10%), LSM (18.87%) dan swasta (16.28%).

Kata kunci: Analytic hierarchy process (AHP), Markov chain, pemodelan
penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, persepsi
pengendalian, regresi logistik

ABSTRACT
NUR ETIKA KARYATI. The Dynamics of Land Use Patterns and Their
Regulation in Klaten Regency, Central Java. Supervised by DYAH RETNO
PANUJU and BAMBANG HENDRO TRISASONGKO
Increasing population and regional development lead to soaring demand of
land, despite the resource is limitedly available. The increase urges land use
conversion to cater the interest of parties. Uncontrolled agricultural land
conversion to other uses poses detrimental impacts in economic, social as well as
environmental deterioration, which in turn requires a substantial cost. Therefore,
land conversion needs to be tightly regulated. This research aims to observe the
dynamics of land use change, to analyze the affecting factors, to predict and assess
2013 land use through Markov Chain analysis and to identify the role of
stakeholders in controlling land use in Klaten Regency.
It was shown that paddy fields and upland decreased by 1 425.37 (2.04%)
and of ha 290.47 ha (0.41%) during the research period (1995-2009). On the other
hand, waterbody, mixture-uses and settlements experienced an increase of 28.47

ha (0.04%), 13 ha (0.03%), 1 669.03 ha (2.38%) respectitively. Extensive forests
and open land remains on 1 854.70 ha (2.65%) and 103.61 ha (0.15%) throughout
the period of analysis. In general, factors affecting land use change are the
distance to the city centre, slope, soil type, population, social and economical
facilities growth. The pseudo squared distance (Nagelkerke) was R2 0.78%.
Markov Chain generated accuracy at 82.67% for land use prediction. Moreover, to
control land use of Klaten Regency, stakeholders believed that permits mechanism
was the most important aspect at 38% of weight, followed by monitoring
(33.73%) and curbing (28.25%). According to stakeholders, land utilization
control required participation of governments (33.99%), people (19%), higher
education (19%), NGO (18.87%) and private (16%).
Key words: Analytic hierarchy process (AHP), Markov chain, landuse modelling,
land use change, land utilization control, logistic regression

DINAMIKA POLA PENGGUNAAN LAHAN DAN
PENGENDALIAN PERUBAHANNYA DI KABUPATEN
KLATEN, JAWA TENGAH

NUR ETIKA KARYATI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Dinamika Pola Penggunaan Lahan dan Pengendalian Perubahannya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
Nama
: Nur Etika Karyati
NIM
: A14080063

Disetujui oleh


Ir Dyah R. Panuju, MSi
Pembimbing I

Ir Bambang H. Trisasongko, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Syaiful Anwar, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan
karunianya dalam melakukan penelitian ini sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Judul penelitian ini adalah Dinamika Pola Penggunaan Lahan dan
Pengendalian Perubahannya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.
Dalam proses penyelesaian penelitian ini banyak pihak yang terlibat secara
langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan kepada penulis berupa
spirit, materi maupun finansial. Maka dari itu penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Ir Dyah R. Panuju, MSi selaku pembimbing pertama penulis atas segala
bimbingan, arahan, motivasi dan kesabaran yang telah diberikan selama
proses penyelesaian karya ilmiah ini.
2. Ir Bambang H. Trisasongko, MSc selaku pembimbing kedua penulis yang
telah memberikan arahan, masukan dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Dr Boedi Tjahjono, DEA selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan masukan, arahan dan pertanyaan berguna bagi penulis.
4. Kedua orang tua, Bapak Sutrisno dan Ibu Marsini serta kakak-kakaku tercinta
dan Khoirul Aziz Husyairi atas doa, semangat, motivasi, perhatian, cinta dan
kasih sayang yang tulus serta pengorbanan yang begitu besar kepada penulis.
5. Staf BAPPEDA Kabupaten Klaten dan seluruh instansi, masyarakat serta
seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini atas kerjasama dan
keterbukaanya dalam memberikan informasi dan data-data yang diperlukan
oleh penulis.

6. Seluruh Staf dan dosen-dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
lahan, IPB atas bantuan, ilmu dan nasihat yang diberikan selama penulis
menyelesaikan studi.
7. Sahabat seperjuangan di Lab.Bangwil : Grahan, Wuri, Tutuk, Muti, Aida,
Robi, Jalal, Ghera, Bang.Ufi dan bangwilers ’46 trimakasih atas bantuan dan
kebersamaanya selama ini.
8. Seluruh sahabatku MSL ’45 terutama Mega, Mei, Fika, Shella, Shelvi, Dian,
Eva, Taufan terima kasih atas kebersamaan dan semangat kalian selama ini.
9. Sahabat Eky’ers yang selalu memberi semangat dan canda tawa selama
penulis menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga Mahasiswa Klaten (KMK) terutama teman seperjuangan angkatan
45 (WE) terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi sesuatu
yang bernilai di bidang perencanaan dan pengembangan wilayah.
Bogor, September 2013
Nur Etika Karyati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
Lahan, Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan ........................................ 3
Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya ............. 3
Pemodelan Penggunaan Lahan dengan Markov Chain ................................ 5
Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan dan Perencanaan Tata Ruang 6
Model Keputusan dengan AHP (Analytic Hierarchy Process) ..................... 7
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 9
Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 9
Jenis Data dan Perangkat Penelitian ............................................................ 9
Tahapan Penelitian.................................................................................... 11
Analisis Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan ..................................... 12
Tahap Pengecekan Lapang ........................................................................ 13
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan ......... 14
Pemodelan dan Prediksi Penggunaan Lahan .............................................. 17
Analisis Prioritas Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan berdasarkan
Persepsi Pemangku Kepentingan............................................................... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 20
Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Landsat ..................................... 20
Dinamika Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten ................................... 21
Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1995-2000 dan 2000-2009 ............. 23
Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1995-2009 ...................................... 25
Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten
Klaten Tahun 1995-2009 .......................................................................... 27
Prediksi Penggunaan Lahan dan Pengujian Akurasinya ............................. 32
Strategi Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten 35
Kriteria Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan ................................ 35
Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan dari Aspek Pengawasan ....... 36

Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan dari Aspek Mekanisme
Perijinan ................................................................................................... 37
Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan dari Aspek Penertiban .......... 38
Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan dari Aspek Pemangku
Kepentingan/Stakeholders ......................................................................... 39
Kesimpulan............................................................................................... 41
Saran ........................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43

LAMPIRAN ...................................................................................................... 45
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 46

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.
11.

12.
13.
14.

15.

16.

Rincian jumlah responden ......................................................................... 10
Keterkaitan tujuan, data, sumber data dan teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ....................................................................... 11
Variabel dalam pendugaan penentu perubahan penggunaan lahan ............. 16
Jenis penggunaan lahan, luas dan proporsinya Tahun 1995, 2000,
2009.......................................................................................................... 21
Luas dan proporsi perubahan lahan tahun 1995-2000 ................................ 23
Luas dan proporsi perubahan penggunaan lahan Tahun 2000-2009 ........... 25
Luas dan proporsi perubahan penggunaan lahan Tahun 1995-2009 ........... 25
Ringkasan koefisien hasil analisis regresi logistik biner penentu
perubahan penggunaan lahan Tahun 1995-2009 ........................................ 29
Ringkasan hasil analisis regresi logistik biner penentu perubahan
sawah ke penggunaan lain (Tegalan dan Kebun Campuran) di
Kabupaten Klaten Tahun 1995-2009 ......................................................... 30
Ringkasan hasil analisis regresi logistik biner penentu perubahan
sawah ke permukiman di Kabupaten Klaten Tahun 1995-2009 ................. 31
Ringkasan hasil analisis regresi logistik biner penentu perubahan
lahan tegalan dan kebun campuran ke permukiman di Kabupaten
Klaten Tahun 1995-2009........................................................................... 32
Tingkat akurasi penggunaan lahan hasil prediksi Markov Chain................ 33
Bobot, persentase dan skala prioritas aspek pengendalian perubahan
penggunaan lahan di Kabupaten Klaten..................................................... 35
Bobot, persentase dan skala prioritas pengendalian perubahan
penggunaan
lahan di Kabupaten Klaten berdasarkan kriteria
pengawasan .............................................................................................. 36
Bobot, persentase dan skala prioritas pengendalian perubahan
penggunaan lahan di Kabupaten Klaten berdasarkan kriteria
mekanisme perijinan ................................................................................. 37
Bobot, persentase dan skala prioritas pengendalian perubahan
penggunaan
lahan di Kabupaten Klaten berdasarkan kriteria
penertiban ................................................................................................. 38

17.

Bobot, persentase dan skala prioritas pelaku utama dalam
pengendalian perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Klaten .............. 39

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Lokasi penelitian ........................................................................................... 9
Bagan alir analisis perubahan penggunaan lahan ......................................... 13
Sebaran spasial titik pengamatan lapang yang direncanakan ........................ 14
Bagan alir analisis faktor perubahan penggunaan lahan ............................... 15
Bagan alir analisis prediksi penggunaan lahan ............................................. 17
Struktur hierarki pengendalian perubahan penggunaan lahan Kabupaten
Klaten ......................................................................................................... 18
Citra komposit Landsat Tahun 2009 dan kondisi lapang Tahun 2013 .......... 22
Sebaran spasial penggunaan lahan Kabupaten Klaten Tahun (a) 1995
(b) 2000 (c) 2009 ........................................................................................ 24
Dinamika perubahan penggunaan lahan Kabupaten Klaten Tahun 19952009 ............................................................................................................ 26
Sebaran spasial perubahan penggunaan lahan Kabupaten Klaten Tahun
a) 1995-2000 b) 2000-2009 c) 1995-2009 ................................................... 28
Sebaran spasial penggunaan lahan hasil prediksi Markov Chain Tahun
2013 ............................................................................................................ 34
Bobot prioritas instrumen pengendalian perubahan penggunaan lahan di
Kabupaten Klaten........................................................................................ 36
Bobot prioritas aspek pengawasan dalam pengendalian perubahan
pengunaan lahan di Kabupaten Klaten ......................................................... 37
Bobot prioritas aspek mekanisme perijinan dalam pengendalian
perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Klaten ...................................... 38
Bobot prioritas aspek penertiban dalam pengendalian perubahan
penggunaan lahan di Kabupaten Klaten ....................................................... 39
Bobot prioritas pelaku utama dalam
pengendalian perubahan
penggunaan lahan di Kabupaten Klaten ....................................................... 40

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.

Matriks transisi penggunaan lahan Kabupaten Klaten Tahun 1995- 2000 .... 45
Matriks transisi penggunaan lahan Kabupaten Klaten Tahun 2000-2009 ..... 45
Matriks transisi penggunaan lahan Kabupaten Klaten Tahun 1995-2009 ..... 45

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah penduduk dan aktivitas pembangunan terus meningkat seiring
dengan waktu. Perkembangan kedua hal tersebut menyebabkan permintaan lahan
meningkat sedangkan lahan yang tersedia relatif tetap. Hal ini pada akhirnya akan
mendorong terjadinya konversi lahan untuk memenuhi kepentingan dari berbagai
pihak (Sitorus et al. 2009).
Konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian merupakan
fenomena yang sudah lama terjadi di Indonesia. Kajian ini mulai marak sejak
pertengahan tahun 1980-an dimana pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
menarik investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya di
bidang non pertanian. Keperluan lahan untuk kegiatan non pertanian meningkat
seiring meningkatnya investasi tersebut. Pada awal tahun 1990-an keperluan lahan
untuk kegiatan non pertanian semakin meningkat pesat dengan adanya isu
pembangunan perumahan di berbagai kota besar di seluruh Indonesia. Dalam hal
ini pemerintah mendukung kegiatan tersebut dan memberikan berbagai fasilitas
untuk mendorong pembangunan wilayah (Sudaryanto, 2010).
Kajian Verburg et al. (1999) mengindikasikan bahwa penentu sebaran
penggunaan lahan adalah faktor kependudukan, ekonomi dan infrastruktur, iklim,
geomorfologi dan tanah. Lebih lanjut Verburg et al. (2004) menyatakan bahwa
faktor pendorong terjadinya konversi dapat dikelompokkan menjadi tiga hal, yaitu
faktor sosio-ekonomi, karakteristik biofisik lahan dan pengelolaan sumberdaya
lahan. Sementara itu Saefulhakim et al. (1999) menyatakan bahwa pemanfaatan
sebelumnya, karakteristik pola interaksi wilayah dan status kawasan serta status
perijinan atas suatu kawasan juga menjadi penentu dinamika perubahan
penggunaan lahan. Selain yang disebutkan di atas Suputra (2012) juga
menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan dapat dipengaruhi oleh kondisi
lahan yang dapat dijabarkan menjadi beberapa faktor, termasuk jarak terhadap
pusat kota.
Fenomena alih fungsi lahan juga dapat dipicu oleh rendahnya harga
komoditas pertanian di tingkat petani sehingga petani merasa tidak mendapatkan
keuntungan secara ekonomis dari lahan yang dimiliki. Oleh karena itu petani
memilih mengkonversikan lahannya menjadi penggunaan lain yang lebih
menguntungkan secara ekonomi. Fenomena tersebut sejalan dengan teori land
rent dan hasil kajian Mawardi (2006) yang menunjukkan bahwa jenis pemanfatan
lahan yang kurang menguntungkan akan tergeser oleh jenis lahan yang nilainya
lebih menguntungkan.
Kajian terkait konversi lahan pertanian ke non pertanian di Indonesia
dilakukan oleh berbagai peneliti dengan beberapa metode pendekatan. Verburg et
al. (1999) mengidentifikasi pola spasial perubahan penggunaan lahan di Pulau
Jawa berbasis data skala tinjau. Kajian lain lebih menekankan pada identifikasi
perubahan penggunaan lahan berbasis data statistik (Irawan, 2005) sebagai
masukan untuk pengembangan kebijakan terkait konversi lahan (Irawan, 2008).
Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan pertanian ke
penggunaan lain yang tidak terkendalikan akan menimbulkan dampak negatif

2
secara ekonomi, sosial dan lingkungan (Irawan, 2008; Ruswandi et al. 2007;
Zulkaidi, 1999). Dampak negatif tersebut perlu dicegah karena penanganannya
memerlukan biaya yang cukup besar. Pencegahan dilakukan melalui upaya
pengendalian terhadap proses konversi. Namun demikian, penelitian terkait upaya
pengendalian konversi lahan saat ini masih relatif terbatas. Di samping itu,
pemahaman proses konversi lahan memerlukan data seri yang panjang dan sering
kali spesifik terhadap lokasi tertentu.
Kabupaten Klaten terletak di antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota
Surakarta yang dilewati jalan raya Yogya – Solo mempunyai peranan penting
dalam memperlancar kegiatan perekonomian di antara kedua lokasi tersebut.
Kondisi spesifik tersebut mengakibatkan Klaten sangat dipengaruhi oleh
perkembangan yang simultan yang terjadi di kedua wilayah urban tersebut.
Sampai saat ini, penelitian yang melibatkan pengaruh simultan dua wilayah urban
masih belum banyak dilakukan. Mengingat Klaten merupakan salah satu sentra
beras Jawa bagian tengah, maka dinamika perubahan penggunaan lahan perlu
ditelaah sebagai salah satu masukan bagi proses perencanaan wilayah di
kabupaten tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk mempelajari fenomena
konversi lahan dan pengendaliannya di wilayah Kabupaten Klaten serta prediksi
penggunaan lahannya ke depan. Secara lebih spesifik tujuan penelitian dibagi atas
empat butir, yaitu:
1. Mengidentifikasi pola perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Klaten
pada tahun 1995, 2000 dan 2009.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan
di Kabupaten Klaten.
3. Memprediksi penggunaan lahan di Kabupaten Klaten tahun 2013
menggunakan Markov Chain dan menguji akurasinya.
4. Mengidentifikasi pengendalian perubahan penggunaan lahan berdasarkan
persepsi pemangku kepentingan.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Lahan, Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) menyatakan bahwa lahan adalah
suatu wilayah di permukaan bumi yang mencakup lingkungan fisik meliputi
tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut
berpengaruh terhadap potensi penggunaannya. Termasuk di dalamnya adalah
kegiatan manusia pada masa lampau maupun sekarang. Pengertian tentang konsep
lahan dalam hal ini memiliki arti yang berbeda-beda tergantung pada
pandanganya masing-masing. Dalam hal ini Barlowe (1986) menyatakan bahwa
konsep lahan yang paling banyak diterima adalah yang memiliki pengertian
sebagai bagian padat dari permukaan bumi, dan secara lebih luas lagi konsep
lahan meliputi semua permukaan bumi termasuk air, es dan tanah yang ada di
permukaan bumi.
Pemahaman tentang penutupan lahan dan penggunaan lahan penting untuk
diketahui dalam kegiatan perencanaan dan pengelolaan segala sesuatu yang
berhubungan dengan permukaan bumi. Dalam hal ini Lillesand dan Kiefer (1989)
menyatakan bahwa istilah penutupan lahan berhubungan dengan jenis
kenampakan yang ada di permukaan bumi, sebagai contoh yaitu bangunan
perkotaan, danau dan pohon. Sedangkan istilah penggunaan lahan berkaitan
dengan kegiatan manusia pada suatu lahan tertentu. Sebagai contoh yaitu
perumahan yang berada pada lahan di pinggiran kota.
Secara umum penggunaan lahan yang ada merupakan hasil akhir dari
setiap bentuk campur tangan kegiatan manusia terhadap lahan di permukaan bumi
yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
baik secara materi maupun spiritual. Banyak ahli mengelompokkan jenis
penggunaan lahan, salah satunya yaitu Arsyad (1989) membagi penggunaan lahan
menjadi dua golongan, penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non
pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam berbagai macam
penggunaan berdasarkan ketersediaan air dan lahan yang diusahakan. Berdasarkan
hal tersebut dikenal berbagai macam penggunaan lahan pertanian seperti sawah,
tegalan, kebun, kebun campuran, padang rumput, perkebunan dan hutan.
Penggunaan lahan non pertanian dibedakan atas penggunaan kota atau desa
(permukiman), industri dan rekreasi. Pembagian lahan pertanian seperti yang
disampaikan tersebut merupakan pembagian yang kasar karena belum
mempertimbangkan aspek penggunaan lahan seperti skala usaha atau luas lahan
yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja dan
pasar.
Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya
Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan
lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan
berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
berikutnya. Perubahan penggunaan lahan dalam proses pembangunan tidak dapat
dihindari karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan

4
terkait pertumbuhan penduduk dan kedua berkaitan dengan tuntutan peningkatan
mutu kehidupan (Wahyunto et al. 2001).
Banyak istilah lain yang sering digunakan oleh para ahli untuk
menyampaikan makna perubahan penggunaan lahan. Salah satunya Utomo et al.
(1992) menggunakan istilah perubahan penggunaan lahan itu menjadi alih fungsi
lahan atau lazim disebut konversi lahan. Kedua istilah tersebut memiliki maksud
sama.
Kajian perubahan penggunaan lahan telah banyak dilakukan oleh para ahli.
Hal ini didukung karena banyaknya kasus perubahan penggunaan lahan di
beberapa lokasi yang menyebar. Kajian yang dilakukan oleh As-syakur et al.
(2008) tentang perubahan penggunaan lahan di DAS Bandung menunjukkan
bahwa lahan yang cenderung mengalami peningkatan luas yaitu permukiman,
tubuh air, mangrove, dan rumput. Sedangkan lahan yang mengalami penurunan
luas yaitu kebun, sawah, tambak dan tegalan. Penelitian yang lain juga dilakukan
oleh As-syakur (2011) tentang perubahan penggunaan lahan di Provinsi Bali.
Hasilnya menunjukkan bahwa lahan yang relatif mengalami peningkatan terbesar
antara tahun 2003-2008 yaitu penggunaan lahan pemukiman, tegalan, semak, dan
rumput. Sedangkan penggunaan lahan yang mengalami penurunan yaitu sawah,
hutan, lahan terbuka, tambak dan kebun. Dari dua contoh kajian tersebut rata-rata
lahan yang mengalami penurunan paling besar adalah lahan sawah. Menurut
Nofarianty (2006) secara spasial sawah memiliki alasan kuat untuk dikonversi
menjadi kegiatan non pertanian karena (1) kebutuhan lahan untuk kegiatan non
pertanian lebih menguntungkan di lahan datar dimana sawah pada umumnya
berada, (2) infrastruktur seperti jalan relatif tersedia di daerah persawahan dan (3)
daerah persawahan umumnya lebih mendekati wilayah konsumen yang relatif
padat penduduk dibandingkan dengan lahan kering yang sebagian besar terdapat
di daerah bergelombang, perbukitan dan pegunungan.
Perubahan penggunaan lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat
adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dan nonpertanian. Persaingan ini muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial
yaitu keterbatasan sumberdaya lahan, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mendorong permintaan lahan non pertanian lebih
tinggi daripada untuk pertanian. Hal ini disebabkan karena permintaan produk non
pertanian lebih elastis terhadap pendapatan. Meningkatnya kelangkaan lahan yang
diakibatkan pertumbuhan penduduk dan dibarengi dengan meningkatnya
permintaan akan lahan untuk kegiatan non pertanian akan mendorong terjadinya
alih fungsi lahan pertanian (Irawan, 2005).
Ada dua faktor yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
proses perubahan penggunaan lahan yaitu sistem kelembagaan yang
dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah serta sistem non kelembagaan
yang kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya lahan. Sistem kelembagaan yang
dikembangkan oleh pemerintah yaitu peraturan tentang tata ruang, peraturan
tentang pertanahan, kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan-kebijakan tersebut
baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perubahan
penggunaan lahan yang terjadi (Winoto et al. 1995). Kajian lain yang dilakukan
oleh Putra (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan lahan
di Kota Mataram adalah fasilitas umum, fasilitas ekonomi, usaha produktif di luar
sektor pertanian, dan faktor kekuatan/kemampuan pelaku ekonomi. Kemampuan

5
pelaku ekonomi dalam hal ini diwakili variabel jumlah penduduk, pendapatan per
kapita, tingkat pendidikan masyarakat dan pendapatan asli daerah.
Pemodelan Penggunaan Lahan dengan Markov Chain
Definisi model yang dikemukakan oleh Parker et al. (2001) yaitu sebuah
abstraksi dari sebuah sistem pada dunia nyata yang memiliki kedetilan dan
transparansi cukup signifikan terhadap masalah yang dipelajari sehingga faktor
yang mempengaruhi masalah tersebut dapat diidentifikasi. Tujuan dari pemodelan
ini adalah untuk memahami cara kerja sebuah sistem dengan cara yang lebih
sederhana. Pemodelan penggunaan lahan merupakan salah satu kegiatan yang
cukup menarik perhatian beberapa peneliti. Hal ini dikarenakan kegiatan tersebut
memiliki beberapa kegunaan diantaranya yaitu mampu mengeksplorasi beberapa
kegiatan dimana terjadinya suatu perubahan penggunaan lahan yang didorong
faktor sosial ekonomi (Batty, 1994), memprediksi dampak ekonomi dan lingkungan
dari adanya perubahan penggunaan lahan (Theobald dan Hobbs, 1998), dan mampu
mengevaluasi dampak kebijakan pemerintah dalam menentukan alokasi lahan dan
pengelolaanya (Bockstael et al. 1995).
Salah satu model untuk memprediksi penggunaan lahan di masa akan
datang adalah Markov Chain. Metode ini diperkenalkan sekitar tahun 1907 oleh
ahli matematika Rusia yaitu Andrei A. Markov. Beberapa keuntungan dari metode
tersebut diantaranya kesederhanaan model yang dapat dapat diimplementasikan
dengan cepat dan tidak membutuhkan data spasial yang kompleks dalam
pemodelan. Sedangkan kekuranganya adalah kesederhanaan model ini yang hanya
cocok digunakan untuk wilayah dengan kondisi perkembangan yang relatif
konstan. Metode Markov ini telah digunakan oleh Muller and Middleton (1994)
untuk menganalisis dinamika perubahan perubahan lahan di Niagara, Ontario,
Canada. Pemanfaatan di Indonesia telah dilakukan oleh Suryani (2012) dalam
memprediksi penggunaan lahan di Kabupaten Bungo tahun 2011 dan 2020 dengan
nilai akurasi sebesar 98.5%.
Menurut Trisasongko et al. (2009) persamaan Markov Chain dibangun
menggunakan distribusi penggunaan lahan pada tahun awal dan akhir pengamatan
yang terrepresentasikan dalam suatu vektor (matriks satu kolom) serta sebuah
matriks transisi (transition matrix). Hubungan dari ketiga matriks tersebut dapat
dilihat pada matriks berikut ini :
MLC * Mt = Mt+1
LC
LC
LC

LC
LC
LC

LC
LC
LC

U
A
W

=

U
A
W

Keterangan :
MLC = Peluang
Mt
= Peluang tahun ke-t
Mt+1 = Peluang tahun ke t+1
LCuu = Peluang suatu kelas u menjadi kelas lainya pada rentang waktu tertentu
Ut
= Peluang setiap titik terklasifikasi sebagai kelas u pada waktu t

6
Pengendalian Perubahan Penggunaan Lahan dan Perencanaan Tata Ruang
Di Indonesia, proses penataan ruang diatur dalam UU No. 24/1992 yang
kemudian direvisi menjadi UU No. 26/2007. Dalam undang-undang tersebut
dijelaskan tujuan penataan ruang yaitu mewujudkan keharmonisan antara
lingkungan alam dan lingkungan buatan, mewujudkan keterpaduan penggunaan
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan mempertimbangkan
sumberdaya manusia, dan mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Merujuk pada UU No.26 tahun 2007, Haryanto dan Tukidi (2007) menyatakan
bahwa dalam melakukan penataan ruang ada tiga proses utama yang dilakukan,
yakni: proses perencanaan tata ruang wilayah yang menghasilkan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW), proses pemanfaatan ruang yang merupakan perwujudan
dari rencana tata ruang tersebut, dan proses pengendalian pemanfaatan ruang yang
terdiri dari mekanisme perijinan, pengawasan dan penertiban terhadap
pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan tujuan penataan ruang wilayahnya.
Mengacu pada UU No.24/1992 apabila perencanaan tata ruang dianggap
telah sempurna atau dianggap telah dapat dijadikan acuan maka fokus
pengendalian perubahan pemanfatan ruang terletak pada aspek pemanfatan dan
pengendaliannya (Zulkaidi, 1999). Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara
bertahap melalui program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya berdasarkan
perencanaan tata ruang yang telah disusun. Sedangkan pengendalian pemanfaatan
ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap
pemanfaatan ruang. Perangkat kendali dalam pemanfaatan ruang adalah insentif
dan disinsentif yang menghormati hak-hak penduduk. Insentif adalah pengaturan
yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang seiring dengan
tujuan rencana tata ruang. Sedangkan disinsentif adalah pengaturan yang
bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang dalam bentuk pengenaan pajak yang tinggi atau
ketidaktersediaan sarana dan prasarana.
Perangkat dalam pengendalian pemanfaatan ruang terdiri dari perijinan,
pengawasan, dan penertiban. Mekanisme perijinan yaitu usaha pengendalian
melalui penetapan prosedur dan ketentuan yang ketat yang harus dipenuhi untuk
menyelenggarakan suatu pemanfaatan ruang. Pengawasan yaitu usaha untuk
menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan
dalam rencana tata ruang yang terdiri dari pelaporan, pemantauan, dan evaluasi.
Sedangkan penertiban yaitu usaha untuk mengambil tindakan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana melalui pemeriksaan dan
penyelidikan atas semua pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang agar pemanfaatan
ruang yang direncanakan dapat terwujud. Aspek penertiban terdiri dari sangsi
administratif, pidana, dan perdata yang diatur dalam undang-undang yang berlaku.
Dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang perlu dilakukan
pelibatan seluruh pelaku pembangunan pada wilayah tersebut dari mulai
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Hal tersebut sejalan dengan
semangat yang tubuh dalam era otonomi daerah yang mengedepankan pemerintah
pusat sebagai fasilitator yang mendorong peningkatan pelayanan publik dan

7
pelibatan masyarakat serta aparatur pemerintahan. Sebagai pihak yang paling
terkena akibat dari pemanfaatan ruang, masyarakat harus dilindungi dari berbagai
tekanan dan paksaan pembangunan.
Model Keputusan dengan AHP (Analytic Hierarchy Process)
Analytic Hierarchy Process (AHP) yaitu teori pengukuran melalui
perbandingan berpasangan dan bergantung pada penilaian ahli untuk memperoleh
skala prioritas (Saaty, 2008). AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dari
Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Metode AHP ini digunakan untuk
menyederhanakan situasi yang kompleks, tidak terstruktur, menjadi beberapa
komponen dan menata komponen-komponen tersebut dalam suatu hirarki.
Komponen-komponen tersebut selanjutnya diberi angka numerik menurut
pertimbangan subyektif terkait pentingnya setiap komponen serta melakukan
sintesis bobot numerik tersebut untuk menetapkan variabel yang memiliki
prioritas paling tinggi. AHP menurut Saaty (1991) merupakan model yang luwes
yang memberikan kesempatan individu atau kelompok untuk membangun
gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan menyusun asumsi dan
mendapatkan solusi yang diinginkan (Saaty, 1991).
Tiga prinsip dasar dalam AHP menurut Saaty (1991) yaitu menggambarkan
dan menguraikan secara hierarki dengan memecah persoalan menjadi unsur-unsur
yang saling terpisah, pembedaan prioritas dan sintesis, yang disebut dengan
penetapan prioritas yaitu menentukan peringkat relatif dari elemen-elemen,
konsistensi logis yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara
logis dan diperingkatkan secara konsisten. Pendekatan AHP menggunakan skala
bobot 1 sampai dengan 9. Bobot 1 menggambarkan sama penting, ini berarti
bahwa atribut yang sama skalanya nilai bobotnya 1, sedangkan nilai bobot 9
menggambarkan kasus atribut yang absolut penting dibandingkan yang lainnya.
Secara khusus Saaty (1991) menyatakan bahwa AHP dapat digunakan untuk
membuat keputusan dari berbagai jenis persoalan, diantaranya untuk menetapkan
prioritas, menghasilkan seperangkat alternatif, memilih alternatif kebijakan yang
terbaik, menetapkan berbagai persyaratan, mengalokasikan sumber daya,
meramalkan hasil dan menaksir risiko, mengukur prestasi, merancang sistem,
mengoptimumkan, merencanakan dan memecahkan konflik.
Tahap dalam melakukan analisis data AHP menurut Saaty (1991) sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan
menentukan solusi yang diinginkan. Proses identifikasi sistem dilakukan
dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para pakar yang
memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi.
2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada
tingkatan kriteria paling bawah.
3. Perbandingan berpasangan, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen
terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Teknik
perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan

8
judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key
person. Mereka dapat terdiri atas pengambil keputusan, para pakar, serta
pihak yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi.
4. Membangun matriks pendapat individu yang formulasinya dapat disajikan
sebagai berikut:

A=(aij)=

5.

6.
7.
8.

C1

C2

..........

Cn

C1

1

a12

..........

a/1n

C2

1/a12

1

..........

a2n

..........

.

.

..........

.

Cn

1/a1n

1/a2n

..........

1

Dalam hal ini C1, C2, …Cn adalah himpunan elemen pada satu tingkat
dalam hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan
membentuk matriks n x n. Nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil
perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan C1 terhadap Cn.
Matriks pendapat gabungan merupakan matriks baru yang elemen-elemennya
berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai
rasio inkonsistensinya memenuhi syarat.
Nilai pengukuran konsistensi yang diperlukan untuk menghitung konsistensi
jawaban responden.
Penentuan prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan
tertentu terhadap sasaran utama.
Revisi pendapat, dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat
cukup tinggi (> 0,1). Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu
besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini
sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang
sebenarnya.

9

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang secara
geografis terletak pada 7º32’19”-7º48’33” LS dan 110º26’14”-110º47’51” BT.
Wilayah administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan, 391 desa
dan 10 kelurahan. Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Klaten sebesar
70 023.31 ha.

Jepara

Kudus
Kdy. Tegal

Brebes

Tegal

Pati

Rembang

Demak
Kdy. Pekalong
Pemalang Pekalongan

Kendal
Batang

Kdy. Semarang
Grobogan

Purbalingga
Banjarnegara
Banyumas
Cilacap
Kebumen

Temanggung

Blora

Semarang

Kdy. Salatiga
Sragen
Boyolali
Kdy. Magelang
Magelang
Kdy. Surakart
Karanganyar
KAB. SLEMAN Klaten Sukoharjo
Purworejo

Wonosobo

KAB. KULON PR
KAB. BANTUL
KAB. GUNUNG K

Wonogiri

N
W

30

0

30

E

60 Kilometers

S

Gambar 1. Lokasi penelitian
Analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB. Pra penelitian
yang meliputi pembuatan rencana penelitian dan pengumpulan data sekunder
dilakukan sejak bulan Maret 2012 sedangkan penelitian lapang dilakukan pada
bulan September – Februari 2013.
Jenis Data dan Perangkat Penelitian
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
wawancara lapang pada lima jenis kelompok responden yang terdiri dari
pemerintah, swasta, masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
perguruan tinggi. Kuesioner disusun untuk menggali bobot prioritas pelaku
pengendali perubahan lahan berdasarkan persepsi masing-masing responden.
Jumlah keseluruhan responden adalah 23 orang. Rincian responden disajikan pada
Tabel 1.

10
Tabel 1. Rincian jumlah responden
No
Kelompok responden
1
Akademisi
2
Instansi pemerintah non
Perguruan tinggi

3

Masyarakat

JUMLAH

Lembaga
Perguruan Tinggi Negeri dan swasta

Jumlah
3

Bappeda

2

Sekretaris Daerah
Dinas Pertanian
Dinas Pekerjaan Umum
Badan Lingkungan Hidup
Dinas Penanggulangan Bencana
Satpol PP
Kantor Pelayanan Terpadu
Lembaga Swadaya Masyarakat
Tokoh masyarakat
Pengusaha (swasta)

1
1
1
1
1
1
1
3
5
3
23

Data sekunder terdiri dari data laju pertumbuhan penduduk tahun 2000 dan
2008, data keragaman fasilitas sosial dan ekonomi tahun 2000 dan 2008
bersumber dari Kabupaten Klaten Dalam Angka dan Potensi Desa. Untuk
menunjang penelitian, data penggunaan lahan diturunkan langsung dari citra
Landsat tahun 1995, 2000, 2009 dan Landsat-8 tahun 2013 serta citra Quickbird
tahun 2011 yang masing-masing diperoleh dari USGS (United States Geological
Survey) dan Pusat Pengkajian Perencanaan Pengembangan Wilayah (P4W-IPB).
Data spasial yang digunakan untuk analisis adalah peta administrasi, jaringan
jalan dan sungai, jenis tanah, kemiringan lereng, serta peta Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) tahun 2011-2031 skala 1:50.000, yang keseluruhannya
diperoleh dari BAPPEDA Kabupaten Klaten. Dari instansi yang sama juga
diperoleh data pertumbuhan penduduk dan keragaman fasilitas sosial dan
ekonomi. Perangkat yang digunakan dalam penelitian adalah komputer yang
dilengkapi perangkat lunak SIG dan analisis statistika, GPS (Global Positioning
System), kamera digital dan alat tulis. Secara lebih rinci keterkaitan antara tujuan,
jenis data, sumber data dan teknik analisis yang digunakan disajikan pada Tabel 2.

11
Tabel 2. Keterkaitan tujuan, data, sumber data dan teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian
No
1

2

3

4

Tujuan
Identifikasi
perubahan
penggunaan
lahan tahun
1995, 2000,
2009

Data dan Alat

Peta administrasi
Kabupaten Klaten,
citra Landsat tahun
1995, 2000, 2009
citra Quickbird
tahun 2011, peta
dasar (Jalan dan
Sungai), Arc-Map,
Arc View GIS 3.3,
Microsoft Office
Excel, kuesioner cek
lapang, GPS,
Kamera digital.
Menganalisis Peta RTRW, jenis
faktor yang
tanah, kemiringan
mempenga
lereng, perubahan
ruhi
penggunaan lahan,
perubahan
laju pertumbuhan
penggunaan
penduduk tahun 2000
lahan
dan 2008, keragaman
fasilitas tahun 2000
dan 2008. Arc-Map,
Arc-View GIS 3.3,
Microsoft Office
Excel, PASW
Statistics 18
Prediksi
Hasil analisis tujuan
penggunaan
1, Landsat-8 tahun
lahan tahun 2013, IDRISI Selva,
2013 dengan Arc-Map, Arc-View
Markov
GIS 3.3, Microsoft
Chain
Office Excel
Identifikasi
Data primer hasil
prioritas
wawancara kuesioner
pengendalian AHP, Microsoft
perubahan
Office Excel
penggunaan
lahan
berdasarkan
persepsi
stakeholders

Sumber Data

Teknik Analisis

Bappeda
Kabupaten
Klaten, USGS
(http://glovis.
usgs.gov/)
Bagian
informasi
spasial tanah
IPB

Penggabungan kanal
citra, pemotongan
citra, koreksi
geometri, klasifikasi
visual, penarikan
contoh acak
berstratifikasi

Bappeda
Kabupaten
Klaten,
BPS Kabupaten
Klaten
P4W IPB

Analisis regresi
logistik biner
(binomial logistic)

Hasil analisis
USGS
(http://glovis.
usgs.gov/)

Markov Chain

Responden

AHP (Analytic
Hierarchy Process),
Analisis deskriptif

Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui enam tahapan. Tahapan tersebut adalah:
(1) Tahap persiapan dan studi pustaka. Pada tahap ini dilakukan pemilihan topik
penelitian, pengumpulan literatur sesuai dengan topik penelitian, penyusunan

12
rencana (proposal) penelitian, penyusunan kuesioner dan mengurus perijinan; (2)
Tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer dan
data sekunder. Penjelasan detil tentang pengumpulan data dijelaskan pada sub
bagian metode analisis; (3) Tahap pengolahan data. Pada tahap ini dilakukan
beberapa teknik sesuai dengan tujuan penelitian. Secara lebih rinci teknik analisis
data untuk setiap tujuan penelitian akan dijabarkan lebih detil pada sub bab di
bagian ini; (4) Tahap pembahasan hasil pengolahan data serta; (5) Tahap
pengecekan lapang. Secara detil pengecekan lapang, sebaran titik pengecekan dan
penentuannya akan dijabarkan lebih lanjut. Pada tahap akhir yaitu penulisan hasil
akhir.
Analisis Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui struktur luas penggunaan lahan di
Kabupaten Klaten pada tahun 1995, 2000, 2009. Pada tahap ini analisis dimulai
dengan aktifitas pengunduhan citra Landsat, penggabungan kanal, pemotongan
citra, koreksi geometri dan klasifikasi visual:
1. Pengunduhan citra Landsat
Citra Landsat tahun 1995, 2000, 2009, diunduh dari http://glovis.usgs.gov/.
Citra yang diunduh adalah citra Landsat 4, 5 yang berada pada path/row
120/65 dengan liputan awan yang minimum pada tahun yang bersesuaian.
Jumlah citra yang diunduh adalah 6 scene.
2. Penggabungan kanal citra (layer stack)
Pada tahap ini dilakukan penggabungan seluruh band kanal tampak dan infra
merah pada setiap scene agar mempermudah pembuatan citra komposit warna
alami (natural color) sesuai dengan kenampakan yang diharapkan.
3. Pemotongan citra sesuai lokasi penelitian
Pemotongan citra dilakukan dengan bantuan data vektor batas administrasi
lokasi penelitian. Tujuan dari pemotongan citra ini yaitu untuk memfokuskan
pada wilayah yang akan diteliti.
4. Koreksi Geometri
Sebelum melakukan klasifikasi, citra Landsat terlebih dahulu dikoreksi
geometri. Tujuan dari koreksi ini adalah agar citra Landsat yang akan
digunakan memiliki spesifikasi koordinat yang sama dengan koordinat yang
digunakan pada peta dasar dan GPS (Global Positioning System). Koreksi
geometri dilakukan dengan menggunakan acuan dari peta dasar (sungai dan
jalan) yang juga dikenali pada citra Landsat. Berdasarkan 4 acuan titik
kontrol GCP (Ground Control Point) tersebut, rektifikasi citra dilakukan
dengan sistem proyeksi WGS 1984. Nilai ambang RMSE (Root Mean Square
Error) yang digunakan pada penelitian ini adalah 1.
5. Klasifikasi visual
Kegiatan klasifikasi ini dimulai dengan mengkompositkan citra Landsat
dengan spesifikasi RGB 5-4-3 agar mempermudah proses interpretasi
penggunaan lahan. Pada tahap selanjutnya, dilakukan interpretasi citra visual
dengan memperhatikan unsur-unsur interpretasi seperti: ukuran, pola, rona,
tekstur dan warna. Hasil dari interpretasi ini adalah peta penggunaan lahan
Kabupaten Klaten tahun 1995, 2000, dan 2009. Jenis penggunaan lahan yang
diamati adalah badan air, hutan, kebun campuran, lahan terbuka,

13
permukiman, sawah dan tegalan. Untuk membantu proses interpretasi visual,
penelitian ini juga memanfaatkan citra Quickbird tahun 2011 sebagai sumber
data sekunder. Hasil dari analisis ini selanjutnya dibuat matriks transisi untuk
mengetahui pola perubahan penggunaan lahan di wilayah kajian. Matriks
transisi dibuat setiap periode pengamatan, yaitu tahun 1995-2000, 2000-2009
dan 1995-2009.
Secara umum, tahapan analisis disajikan dalam diagram berikut.

Gambar 2. Bagan alir analisis perubahan penggunaan lahan
Tahap Pengecekan Lapang
Pengecekan lapang dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan
penggunaan lahan hasil interpretasi citra dengan kondisi yang sebenarnya.
Pengecekan lapang dilakukan dengan melihat perubahan penggunaan lahan
periode 1995-2009 dengan pertimbangan bahwa pada kurun waktu kurang lebih
14 tahun perubahan penggunaan lahannya akan terlihat nyata. Alat yang
digunakan dalam pengecekan lapang adalah GPS (Global Positioning System) dan
kamera digital. GPS digunakan untuk membantu melacak titik koordinat yang
telah direncanakan di peta yang sudah terkoreksi.
Pengambilan titik-titik cek lapang dilakukan secara acak dan menyebar
berdasarkan jumlah poligon yang mengalami perubahan penggunaan lahan. Pada
masing-masing penggunaan lahan yang mengalami perubahan, sebanyak 2-10 titik
diamati dengan detil. Jumlah keseluruhan titik pengecekan adalah 70 yang terbagi
atas 63 pada lokasi yang mengalami perubahan dan 7 lokasi yang tidak
mengalami perubahan. Pada saat cek lapang juga dilakukan wawancara dengan
masyarakat setempat terkait tentang kepemilikan lahan, pelaku perubahan lahan,
sejarah lahan masa lampau, serta alasan melakukan perubahan lahan. Beberapa
revisi pada data penggunaan lahan dilakukan berdasarkan informasi lapang.
Adapun sebaran pengambilan titik pengamatan lapang disajikan pada Gambar 3.

14

Gambar 3. Sebaran spasial titik pengamatan lapang yang direncanakan

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan
Dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan
lahan diperlukan data fisik seperti peta jenis tanah, peta kemiringan lereng serta
data statistik seperti data pertumbuhan penduduk dan keragaman fasilitas tahun
2000, 2008. Untuk analisis lebih lanjut, data spasial seperti peta penggunaan
lahan, peta administrasi, peta RTRW 2011-2031, p