Road Network Analysis and Handling Priority for Regional Development in Tana Toraja District

ANALISIS JARINGAN JALAN DAN PRIORITAS
PENANGANANNYA UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KABUPATEN TANA TORAJA

GERSONY MIRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Jaringan Jalan dan
Prioritas Penanganannya Untuk Pengembangan Wilayah di Kabupaten Tana Toraja
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014

Gersony Miri
NRP A156120344

RINGKASAN
GERSONY MIRI. Analisis Jaringan Jalan dan Prioritas Penanganannya Untuk
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Tana Toraja. Dibimbing oleh BABA
BARUS dan SOEKMANA SOMA.
Tersedianya jaringan prasarana transportasi yang menghubungkan ke seluruh
kota dan pusat produksi di seluruh wilayah memberikan kesempatan dan
mendorong pengembangan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat lebih dipacu peningkatannya bila didukung
oleh pelayanan transportasi yang lancar, berkapasitas, dan tersedia ke seluruh
wilayah.
Kabupaten Tana Toraja dengan indeks mobilitas yang telah melampaui
standar pelayanan minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang sesuai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.14/PRT/M/2010, hendaknya lebih
memfokuskan pelayanan transportasi jalan melalui peningkatan jaringan jalan yang

telah ada, bukan dengan membangun jaringan jalan yang baru. Dengan telah
banyaknya ruas jalan yang ada dan harus ditangani oleh pemerintah daerah
Kabupaten Tana Toraja sementara dana penanganan jalan sangat terbatas, maka
diperlukan prioritas perencanaan jaringan jalan agar alokasi dan penggunaan dana
yang terbatas menjadi efektif bagi pembangunan dan pengembangan wilayah
Kabupaten Tana Toraja, khususnya pada subsektor jaringan jalan.
Penelitian ini mencoba memberikan solusi alternatif bagi pemerintah daerah
Kabupaten Tana Toraja dalam merencanakan jaringan jalan yang dapat dijadikan
prioritas untuk pengembangan wilayahnya ke depan. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah: (1) Mendapatkan kesesuaian antara jaringan jalan dengan potensipotensi wilayah Kabupaten Tana Toraja, (2) Mengetahui tingkat perkembangan
wilayah dalam lingkup Kabupaten Tana Toraja, (3) Mengkonstruksikan persepsi
stakeholders terhadap penanganan jaringan jalan di Kabupaten Tana Toraja, (4)
Menyusun dan menentukan prioritas penanganan jaringan jalan di Kabupaten Tana
Toraja. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis
Skalogram, analytical hierarchy process (AHP), dan sintesis logika.
Hasil penelitian menunjukkan, potensi wilayah berdasarkan kepadatan
penduduk tertinggi adalah Kecamatan Makale dan Makale Utara, sedangkan untuk
potensi wilayah berdasarkan produksi pertanian adalah Kecamatan Mengkendek
sebagai wilayah produksi padi terbesar dan Kecamatan Bonggakaradeng sebagai
wilayah produksi tanaman palawija terbesar. Untuk tingkat perkembangan wilayah

diperoleh wilayah hirarki I sebagai pusat pelayanan yaitu Kecamatan Makale dan
Kecamatan Makale Utara, wilayah hirarki II sebagai subpusat pelayanan yaitu
Kecamatan Gandangbatu Sillanan, Kecamatan Sangalla, Kecamatan Kurra,
Kecamatan Bonggakaradeng, dan Kecamatan Mappak, serta wilayah hirarki III
sebagai daerah hinterland yaitu Kecamatan Makale Selatan, Kecamatan Sangalla
Selatan, Kecamatan Sangalla Utara, Kecamatan Mengkendek, Kecamatan Rano,
Kecamatan Simbuang, Kecamatan Rembon, Kecamatan Rantetayo, Kecamatan
Saluputti, Kecamatan Malimbong Balepe, Kecamatan Bittuang, dan Kecamatan
Masanda. Sementara untuk berdasarkan persepsi stakeholders, diperoleh potensi
wilayah berdasarkan obyek wisata menjadi prioritas tertinggi dalam menentukan
jaringan jalan prioritas di Kabupaten Tana Toraja.

Jaringan jalan yang menjadi prioritas dalam perencanaan pengembangan
wilayah Kabupaten Tana Toraja terdiri atas 2 alternatif, yaitu: (1) Jaringan jalan
yang terdiri atas: Batupapan Rantekurra, Passobo Kondodewata, Kokkang
Buakayu, Tetebassi Kondoran, dan jalan lingkar wisata, (2) Jaringan jalan yang
terdiri atas: Makale Kaduaja, Batupapan Rantekurra, Passobo Kondodewata,
Kokkang Buakayu, Tetebassi Kondoran, dan jalan lingkar wisata.
Dengan terwujudnya salah satu alternatif prioritas jaringan jalan tersebut,
maka akan mempermudah arus keluar masuk orang, barang, dan jasa sehingga akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Pertumbuhan ekonomi wilayah
yang meningkat akan mendorong peningkatan di sektor-sektor lainnya. Dengan
demikian, hubungan fungsi antara pusat wilayah dan daerah hinterland tercipta dan
terlaksana dengan baik sehingga akan saling mendukung dalam pertumbuhan
wilayahnya.
Kata kunci: Jaringan Jalan, Pengembangan Wilayah, Prioritas, Tana Toraja

SUMMARY
GERSONY MIRI. Road Network Analysis and Handling Priority for Regional
Development in Tana Toraja District. Under supervision of BABA BARUS and
SOEKMANA SOMA.
The availability of transportation infrastructure connecting cities with
production centers provides opportunities and stimulates regional growth and
economic development. Regional economic growth can be further accelerated if
supported by transportation services that run smoothly, of adequate capacity, and
accessible to the entire region.
Tana Toraja District has a mobility index that exceeds the minimum standard
for services in public works and spatial planning based on Regulation of Minister
of Public Works No.14/PRT/M/2010, and therefore should focus its road
transportation services through improving existing road networks, not through

construction of new roads. With the multitude existing roads that the Tana Toraja
District Government must manage with limited budget, a road network planning
priority is needed to ensure effective allocation and use of the limited budget for
Tana Toraja District development, especially in the road network sub-sector.
This study attempts to provide an alternative solution for the Tana Toraja
District Government in planning priority road networks for future regional
development. This study aims to: (1) Obtain conformance between road networks
and potential roads in Tana Toraja District, (2) Obtain regional growth level in
Tana Toraja District, (3) Construct stakeholders perception of road network
handling in Tana Toraja District, and (4) Compile and determine road network
handling priority in Tana Toraja District. The methods employed in the study are
descriptive analysis, Scalogram analysis, Analytical Hierarchy Process (AHP), and
logical synthesis.
Results show that the highest regional potential based on population density
are Makale and North Makale Sub-Districts, while the highest regional potential
based on agriculture production are Mengkendek Sub-District as the greatest rice
producer and Bonggakaradeng Sub-District as the greatest non-rice crops
(palawija) producer. For regional development, Makale and North Makale SubDistricts are ranked as hierarchy I areas as center of services; Gandangbatu
Sillanan, Sangalla, Kurra, Bonggakaradeng, and Mappak Sub-Districts are ranked
as hierarchy II area as sub-center of services; and South Makale, South Sangalla,

North Sangalla, Mengkendek, Rano, Simbuang, Rembon, Rantetayo, Saluputti,
Malimbong Balepe, Bittuang, and Masanda Sub-Disctricts are ranked as hierarchy
III as hinterlands. Based on stakeholder perception, regional potential based on
tourism objects are the priorities in determining road network priority in Tana
Toraja District.
Road networks that are priorities in regional development planning in Tana
Toraja District are divided into two alternatives: (1) Batupapan Rantekurra,
Passobo Kondodewata, Kokkang Buakayu, Tetebassi Kondoran, and tourism
ring road network; and (2) Makale Kaduaja, Batupapan Rantekurra, Passobo
Kondodewata, Kokkang Buakayu, Tetebassi Kondoran, , and tourism ring
road network.

The construction of one of these alternative road networks will facilitate the
flow of people, goods, and services which will accelerate regional economic
growth. Accelerated regional economic growth will stimulate the growth of other
sectors. In turn, a good, functional relationship between regional center and
hinterlands will be created and will mutually support the development of these
areas.
Keywords: priority, regional development, road network, Tana Toraja


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, Penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, Penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS JARINGAN JALAN DAN PRIORITAS
PENANGANANNYA UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KABUPATEN TANA TORAJA

GERSONY MIRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Setia Hadi, MS.

Judul Tesis : Analisis Jaringan Jalan dan Prioritas Penanganannya untuk
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Tana Toraja
Nama
: Gersony Miri
NRP
: A156120344

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Baba Barus, MSc.
Ketua


Dr Ir Soekmana Soma, MSP, MEng.
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr.

Tanggal Ujian: 4 Maret 2014

Tanggal Lulus:

Judul Tesis : Analisis Jaringan Jalan dan Prioritas Penanganannya untuk

Pengembangan Wilayah di Kabupaten Tana Toraja
Nama
: Gersony Miri
: A156120344
NRP

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Baba Barus, MSc.
Ketua

Dr Ir Soekrnana Soma, MSP, :MEng.
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah


セNM

-----

Prof. Dr Ir Santun RP. Sitorus

Tanggal Ujian: 4 Maret 2014

Tanggal Lulus:

17 MAR 2014

PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Analisis Jaringan Jalan dan
Prioritas Penanganannya untuk Pengembangan Wilayah di Kabupaten Tana Toraja
ini telah diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga dan dengan setulus hati kepada :
1.

2.

3.

4.
5.
6.

7.
8.

Kedua Komisi Pembimbing penulis. Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc selaku
ketua komisi pembimbing yang di tengah kesibukannya selalu dapat
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan arahan dan masukan
yang sangat bermanfaat bagi Penulis, dan Bapak Dr. Ir. Soekmana Soma, MSP,
M.Eng. selaku anggota komisi pembimbing yang juga selalu dapat meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing Penulis,
Penguji luar komisi, Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS dan Ketua Program Studi
Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus, serta segenap dosen pengajar, asisten
dan staff pengelola pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL)
Sekolah Pascasarjana IPB,
Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas) sebagai sponsor dalam
menempuh pendidikan hingga penyelesaian karya ilmiah ini,
Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja, khususnya Dinas Pekerjaan
Umum yang telah memberikan kesempatan tugas belajar kepada Penulis,
Rekan-rekan PWL angkatan 2012 kelas khusus Bappenas atas kebersamaan
berbagi ilmu dan dukungan yang selalu menyemangati Penulis,
Isteri tercinta dan anak terkasih atas pengertian dan dukungan moriil yang
selalu memberikan semangat selama menempuh pendidikan hingga dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini,
Kedua Orangtua dan saudara-saudara penulis atas segala dukungan doa, kasih
sayang, dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini,
Semua pihak yang berperan dalam proses penulisan karya ilmiah ini yang tak
dapat Penulis sebut namanya satu per satu.
Kepada mereka, Penulis mempersembahkan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,

Maret 2014
Gersony Miri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
3
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Jalan
Pengertian dan Peranan Jalan
Sistem Jaringan Jalan
Pengembangan Wilayah
Teori Kutub Pertumbuhan
Teori Sistem Lokasi Pusat
Konsep Wilayah Nodal

5
5
5
5
7
8
8
11

3 METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Analisis dan Pengolahan Data
Analisis Deskriptif
Analisis Skalogram
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Sintesis Logika

12
12
13
13
14
14
14
16
20

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kondisi Geografis
Kondisi Topografi
Kondisi Demografi
Potensi Sumber Daya Alam
Tanaman Pangan
Pariwisata
Sistem Jaringan Jalan
Pola Pergerakan
Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten
Sistem Jaringan Prasarana Jalan
Identifikasi Pusat-pusat Pertumbuhan Wilayah
Analytical Hierarchy Process (AHP)

24
24
24
25
27
28
28
30
32
33
34
34
37
41
43

DAFTAR ISI (lanjutan)
Struktur Hirarki Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jaringan
Jalan di Kabupaten Tana Toraja
Jawaban Terhadap Penilaian Pada Level 2
Jawaban Terhadap Penilaian Pada Level 3
Bobot Penilaian Kriteria
Bobot Penilaian Subkriteria
Sintesis Prioritas Jaringan Jalan

43
43
45
46
49
51

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

56
56
56

DAFTAR PUSTAKA

57

LAMPIRAN

59

RIWAYAT HIDUP

69

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Jenis Data yang Digunakan dan Sumber Data
Variabel untuk Analisis Skalogram
Penentuan Nilai Selang Kelas Hirarki
Skala Dasar Tingkat Kepentingan
Indeks Konsistensi Acak Berdasarkan Orde Matriks
Nilai Rentang Penerimaan Bagi CR
Matriks Analisis Penelitian
Luas Kecamatan dan Jumlah Desa di Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2011
Tinggi Rata-rata di Atas Permukaan Laut Menurut Kecamatan di
Kabupaten Tana Toraja
Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Pada per Kecamatan
Tahun 2011
Produksi Tanaman Palawija per Kecamatan di Kabupaten Tana
Toraja Tahun 2011
Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan Kabupaten Tana Toraja
Jumlah Angkutan Umum Berdasarkan Jaringan Trayek di
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009 - 2011
Hasil Analisis Skalogram Menurut Kecamatan Tahun 2011
Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Penilaian Kriteria
Level 2
Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Penilaian Subkriteria
dari Aksesibilitas
Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Penilaian Subkriteria
dari Potensi Wilayah
Matriks Perbandingan Terbalik Terhadap Penilaian Kriteria
Matriks Eigen Vektor Terhadap Penilaian Kriteria
Bobot Kriteria
Bobot Subkriteria dari Aksesibilitas
Bobot Subkriteria dari Potensi Wilayah

13
15
16
18
19
19
22
25
26
27
29
30
33
34
42
45
45
46
47
48
49
49
49

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Bagan Kerangka Pikir
Cakupan Model Proses Hirarki Analitik
Sintesis Prioritas Jaringan Jalan
Diagram Alir Penelitian
Peta Wilayah Administrasi Kecamatan
Diagram Proporsi Luas Wilayah Kabupaten Tana Toraja
Terhadap Ketinggian di Atas Permukaan Laut
Diagram Kepadatan Penduduk Tahun 2011
Jumlah Produksi Padi per Kecamatan di Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2011
Peta Potensi Wilayah Kabupaten Tana Toraja Tahun 2011
Tren Kunjungan Wisata Domestik dan Mancanegara di
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007 2011
Peta Lokasi Obyek Wisata Kabupaten Tana Toraja
Peta Sistem Jaringan Jalan Kabupaten
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tana Toraja
Peta Hirarki Wilayah
Struktur Hirarki Penentuan Skala Prioritas Jaringan Jalan
Bobot Hirarki Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jaringan
Jalan di Kabupaten Tana Toraja
Peta Prioritas Jaringan Jalan Alternatif I
Peta Prioritas Jaringan Jalan Alternatif II

12
17
21
23
24
26
28
29
31
32
32
35
40
42
44
50
53
55

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Daftar Status Jalan Kabupaten Tana Toraja
Matriks Sistem Pengambilan Keputusan

59
64

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Transportasi merupakan kegiatan memindahkan atau mengangkut barang dan
atau manusia dari suatu tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Selain
itu, transportasi merupakan sektor tersier, yaitu sektor yang menyediakan jasa
pelayanan pada sektor-sektor lain karena sektor-sektor lain tersebut membutuhkan
jasa transportasi untuk mengangkut barang dan manusia dari tempat asal ke tempat
tujuan. Adanya permintaan jasa transportasi dari sektor-sektor lain menyebabkan
timbulnya penyediaan jasa transportasi. Jadi kapasitas transportasi harus disediakan
secara seimbang dengan permintaan, agar mampu melayani pengembangan
kegiatan sektor lain. Penyediaan kapasitas transportasi harus berorientasi kepada
kebutuhan masa depan sehingga bersifat dinamis dan antisipatif.
Selain sebagai sektor pelayanan, transportasi berfungsi pula sebagai sektor
pendorong yang menyediakan fasilitas transportasi (prasarana dan sarana) untuk
membuka daerah-daerah terisolasi, terpencil, tertinggal, dan perbatasan. Dengan
menghubungkan pelayanan transportasi dari pusat pelayanan yang terletak tidak
jauh ke daerah-daerah terisolasi, terpencil, tertinggal, dan perbatasan, maka
interaksi antara keduanya menjadi lebih terjalin dan bertambah ramai, dampak
positifnya adalah meningkatkan produksi dan produktivitas sektor-sektor potensial
yang dimilikinya, meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat, serta
diharapkan akan mengurangi tingkat kesenjangan antara daerah yang maju dengan
daerah yang kurang maju.
Tersedianya jaringan prasarana transportasi yang menghubungkan ke seluruh
kota dan pusat produksi di seluruh wilayah memberikan kesempatan dan
mendorong pengembangan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat lebih dipacu peningkatannya bila didukung
oleh pelayanan transportasi yang lancar, berkapasitas, dan tersedia ke seluruh
wilayah.
Untuk mencapai hal yang dimaksud, perencanaan pembangunan
membutuhkan dukungan dilakukannya perencanaan sektor transportasi yang salah
satu aspeknya adalah perencanaan jaringan transportasi. Perencanaan jaringan
transportasi meliputi banyak jalan yang membentuk sistem jaringan prasarana jalan
yang menjangkau ke seluruh kota dan pusat produksi yang tersebar di seluruh
wilayah. Perencanaan jaringan jalan harus didasarkan pada distribusi penduduk dan
kegiatan sektor di berbagai wilayah, serta rencana pemanfaatan ruang wilayah.
Jaringan jalan dapat disusun secara sederhana yaitu menghubungkan pusat besar
dengan pusat-pusat sedang, dan selanjutnya antara pusat sedang dengan pusat-pusat
kecil.
Sehubungan dengan adanya otonomi daerah, maka berbagai upaya dilakukan
oleh pemerintah daerah Kabupaten Tana Toraja untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya dengan salah satunya mendorong pertumbuhan sektor ekonomi
melalui peningkatan layanan transportasi darat yang meliputi penanganan jaringan
prasarana jalan kabupaten. Hal ini juga disebabkan oleh karena kondisi topografi
dari Kabupaten Tana Toraja itu sendiri yang berada pada dataran tinggi yang
dikelilingi oleh pegunungan dengan lereng curam yakni rata-rata kemiringan diatas

2
25%, sehingga layanan transportasi darat lebih mendapat prioritas dalam
pengembangan kewilayahan.
Kabupaten Tana Toraja yang memiliki luas wilayah ± 2.054,3 km2 dengan
kepadatan penduduk mencapai 108 jiwa/km2 (BPS 2011) merupakan wilayah yang
sangat berpotensi dalam pengembangan wilayahnya ke depan. Berdasarkan Permen
PU No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang, maka indeks mobilitas pelayanan jaringan jalan di
Kabupaten Tana Toraja masuk pada kategori II yaitu minimal 11,0 km/10.000 jiwa.
Kabupaten Tana Toraja sendiri memiliki 166 ruas jalan kabupaten dengan panjang
total 1.252,0 km yang tersebar di 19 kecamatan, sehingga angka mobilitas
Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2011 sudah mencapai 22,03 km/10.000 jiwa.
Berdasarkan kenyataan tersebut, pembangunan jalan baru di Kabupaten Tana
Toraja sebenarnya kurang begitu diperlukan. Namun kenyataannya, pemerintah
daerah masih saja terus melakukan pembukaan ruas jalan baru, sementara ruas jalan
yang sudah ada kurang mendapat perhatian yang ditandai dengan kondisi ruas-ruas
jalan tersebut banyak dalam keadaan rusak. Pemerintah daerah seharusnya
meningkatkan dan memelihara jaringan jalan yang sudah ada untuk kelancaran
aksesibilitas agar lebih mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Juga dengan terlalu banyaknya jaringan
jalan yang ada, dengan sendirinya akan membutuhkan biaya pemeliharaan yang
cukup besar, sementara pemerintah daerah masih terkendala oleh keterbatasan dana
penanganan jalan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan prioritas jaringan jalan
agar penanganannya menjadi lebih efektif dan efisien.

Rumusan Masalah
Dalam latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, perencanaan jaringan
jalan sangat menentukan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah, yang
mana dapat dipacu peningkatannya bila didukung oleh pelayanan transportasi yang
lancar, berkapasitas, dan tersedia ke seluruh wilayah. Prasarana jaringan jalan yang
baik akan dapat meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas, sehingga jangkauan
terhadap berbagai kebutuhan ekonomi maupun sosial dapat dipenuhi.
Jaringan jalan merupakan faktor terpenting dalam membentuk struktur tata
ruang wilayah. Semua elemen pembentukan tata ruang wilayah secara langsung
berkaitan dengan jaringan jalan. Setiap potensi yang ada dalam wilayah Kabupaten
Tana Toraja, baik itu potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun
sumberdaya buatan, hendaknya terhubungkan oleh suatu jaringan jalan, sehingga
kemudahan aksesibilitas dan mobilitas antar wilayah dapat tercapai, yang pada
gilirannya akan membuat wilayah dapat berkembang secara ekonomis.
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki. Oleh karena itu,
perencanaan jaringan jalan di Kabupaten Tana Toraja sangat penting untuk
mempertimbangkan tingkat perkembangan wilayah yang akan dilayani.
Kabupaten Tana Toraja dengan indeks mobilitas yang telah melampaui
standar pelayanan minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang sesuai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.14/PRT/M/2010, hendaknya lebih

3
memfokuskan pelayanan transportasi jalan melalui peningkatan jaringan jalan yang
telah ada, bukan dengan membangun jaringan jalan yang baru. Dengan telah
banyaknya ruas jalan yang ada dan harus ditangani oleh pemerintah daerah
Kabupaten Tana Toraja sementara dana penanganan jalan sangat terbatas, maka
diperlukan prioritas penanganan jaringan jalan agar alokasi dan penggunaan dana
yang terbatas menjadi efektif bagi pembangunan dan pengembangan wilayah
Kabupaten Tana Toraja, khususnya pada subsektor jaringan jalan.
Dalam merencanakan jaringan jalan pada suatu wilayah, perlu
mempertimbangkan potensi-potensi wilayah yang ada, keinginan/persepsi dari
masyarakat, serta peraturan/kebijakan yang ada dari pemerintah. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka yang menjadi permasalahan sebagai dasar penelitian ini
adalah :
1. Apakah jaringan jalan yang telah berkembang saat ini telah sesuai dengan
potensi wilayah yang ada dalam lingkup Kabupaten Tana Toraja?
2. Bagaimana tingkat perkembangan wilayah dalam lingkup Kabupaten Tana
Toraja?
3. Bagaimana persepsi stakeholder terhadap pengembangan jaringan jalan
yang ada di Kabupaten Tana Toraja?
4. Bagaimana menentukan prioritas penanganan jaringan jalan di Kabupaten
Tana Toraja untuk pengembangan wilayahnya?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah sebelumnya, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kesesuaian antara jaringan jalan dengan potensi-potensi
wilayah Kabupaten Tana Toraja.
2. Mengetahui tingkat perkembangan wilayah dalam lingkup Kabupaten Tana
Toraja.
3. Mengkonstruksikan persepsi stakeholder terhadap perencanaan jaringan
jalan di Kabupaten Tana Toraja.
4. Menyusun dan menentukan prioritas penanganan jaringan jalan di
Kabupaten Tana Toraja untuk pengembangan wilayahnya.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi lembaga instansi
terkait dan Pemerintah Daerah dalam merencanakan jaringan jalan untuk
pengembangan wilayah di Kabupaten Tana Toraja. Penelitian ini juga dapat
menjadi referensi bagi penelitian berikutnya terutama yang berkaitan dengan
bidang perencanaan pembangunan wilayah.

Ruang Lingkup Penelitian
Obyek penelitian ini dibatasi hanya pada jaringan jalan kabupaten, dimana
untuk jaringan jalan propinsi dan nasional diasumsikan dalam keadaan baik. Untuk

4
kajian potensi wilayah dilihat melalui obyek wisata, potensi pertanian, fasilitas
umum yang terbangun, dan potensi lain yang direncanakan dalam RTRW
kabupaten.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Jalan
Pengertian dan Peranan Jalan
Dalam Undang-Undang Jalan (No. 38 tahun 2004) menyatakan bahwa jalan
mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan
hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan
urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga akan mendorong
pengembangan semua sarana wilayah, pengembangan dalam usaha mencapai
tingkat perkembangan antar daerah yang semakin merata. Artinya infrastruktur
jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah. Hal ini disebabkan
perannya dalam menghubungkan serta meningkatkan pergerakan manusia, dan
barang.
Menurut Djakapermana (2010), sebagai komponen yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi wilayah, sistem jaringan jalan berperan memperlancar
kegiatan aliran orang, barang dan jasa, sehingga secara langsung akan menurunkan
biaya produksi yang pada gilirannya membuat wilayah yang bersangkutan akan
berkembang secara ekonomis. Keberadaan infrastruktur jalan yang baik dan lancar
untuk dilalui, sangat penting peranannya dalam mengalirkan pergerakan komoditas
yang selanjutnya akan mampu menggerakkan perkembangan peri kehidupan sosial
dan meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.
Sementara menurut Hotrin (2011), jalan mempunyai peranan untuk
mendorong pengembangan dan pertumbuhan suatu daerah. Artinya, infrastruktur
jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah karena perannya dalam
menghubungkan antar lokasi aktivitas penduduk. Keberadaan infrastruktur jalan
yang lancar penting perannya untuk mengalirkan pergerakan komoditas dan orang,
selanjutnya dapat menggerakkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.
Pengadaan jalan tersebut dilaksanakan dengan mengutamakan pembangunan
jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta jalan yang menghubungkan pusat-pusat
produksi dengan daerah pemasaran. Oleh karena itu pengadaan jalan sangat penting
dilakukan untuk menunjang pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dan
perekonomian.
Sistem Jaringan Jalan
Dalam Peraturan Pemerintah (Nomor 34 Tahun 2006) tentang Jalan,
menyebutkan bahwa jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun, meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas. Bangunan pelengkap jalan
adalah bangunan yang tidak bisa dipisahkan dari jalan, antara lain: jembatan,
ponton, lintas atas (overpass), lintas bawah (underpass), tempat parkir, goronggorong, tembok penahan, saluran air, dan sebagainya. Perlengkapan jalan adalah
rambu-rambu, marka jalan, pagar pengaman lalu-lintas, lampu jalan, dan lain-lain.
Menurut Adisasmita (2011), jalan diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan
status kewenangannya, yaitu:
a). Klasifikasi jalan berdasarkan fungsi, terdiri atas :

6
1. Sistem Jaringan Jalan Primer, yaitu jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan primer ini terdiri atas:
(i). Jalan arteri primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu (pusat kegiatan nasional) dengan kota jenjang kesatu yang
berdampingan atau ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan kota jenjang kedua (pusat kegiatan wilayah).
(ii). Jalan kolektor primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota
jenjang kedua dengan kota jenjang kedua lainnya atau yang
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga (pusat
kegiatan lokal).
(iii). Jalan lokal primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya atau yang menghubungkan
kota jenjang ketiga dengan kota jenjang yang ada di bawah
pengaruhnya (pusat kegiatan lokal pedesaan).
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder, yaitu jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan. Sistem jaringan jalan sekunder ini terdiri atas :
(i). Jalan arteri sekunder, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu, antar kawasan sekunder
kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kedua.
(ii). Jalan kolektor sekunder, yaitu ruas jalan yang menghubungkan antar
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga.
(iii). Jalan lokal sekunder, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kawasankawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder
kedua dengan perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke
perumahan.
b). Klasifikasi jalan berdasarkan status kewenangan, terdiri atas :
1. Jalan Nasional, yaitu ruas jalan yang karena tingkat kepentingan dan
kewenangan pembinaannya berada pada pemerintah pusat. Ruas jalan yang
termasuk dalam klasifikasi ini adalah :
(i). Jalan arteri primer
(ii). Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi
(iii). Jalan lainnya yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan
nasional.
2. Jalan Propinsi, yaitu ruas jalan yang berdasarkan tingkat kepentingan dan
kewenangan pembinaannya diserahkan pada Pemerintah Daerah Propinsi.
Ruas jalan yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah :
(i). Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten,
propinsi dengan ibukota kabupaten/kota.
(ii). Jalan lainnya yang mempunyai nilai strategis ditinjau dari segi
kepentingan propinsi.
(iii). Jalan yang ada di dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali yang
ditetapkan sebagai jalan nasional.

7
3. Jalan Kota/Kabupaten, yaitu ruas jalan yang berdasarkan tingkat
kepentingan dan kewenangan pembinaannya diserahkan kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Ruas jalan yang termasuk dalam klasifikasi ini
adalah :
(i). Jalan kolektor primer yang tidak masuk ke dalam baik jalan nasional
maupun jalan propinsi.
(ii). Jalan lokal primer.
(iii). Jalan sekunder yang tidak masuk ke dalam baik jalan nasional maupun
jalan propinsi.
(iv). Jalan sekunder yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), atau antar PKL.
(v). Jalan lainnya yang mempunyai nilai strategis ditinjau dari segi
kepentingan kabupaten/kota.
(vi). Jalan khusus, yaitu jalan yang berdasarkan tingkat kepentingannya
bersifat khusus, maka kewenangannya diserahkan kepada
instansi/badan hukum/perseorangan yang membangun dan mengelola
jalan tersebut.
4. Jalan Desa, yaitu jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antar
permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan yang wewenangnya
diserahkan kepada pemerintah desa.

Pengembangan Wilayah
Pada hakekatnya pengembangan (development) dapat diartikan sebagai upaya
untuk memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas
hidup. Mengacu pada filosofi dasar tersebut maka pengembangan wilayah
merupakan upaya memberdayakan stakeholders (masyarakat, pemerintah,
pengusaha) di suatu wilayah, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan
lingkungan di wilayah tersebut dengan instrumen yang dimiliki atau dikuasai, yaitu
teknologi (Hotrin 2011).
Rustiadi et al. (2011) menyatakan bahwa tujuan utama dari pengembangan
wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor dan wilayah,
sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya yang ada di dalamnya dapat optimal
mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran
pembangunan wilayah yang diharapkan. Optimal berarti dapat dicapai tingkat
kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan dalam alam
lingkungan yang berkelanjutan.
Menurut Undang-Undang Penataan Ruang (No.26 tahun 2007), konsep
pengembangan wilayah disusun atas dasar keinginan mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan untuk menyejahterakan rakyat dengan
mempertimbangkan prinsip keberlanjutan, menjaga keserasian, dan mencegah
adanya kesenjangan baik antar pusat dan daerah, antar desa dan kota, maupun antar
wilayah/kawasan, menciptakan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan, serta berbasis mitigasi bencana untuk meningkatkan keselamatan
dan kenyamanan kehidupan.

8
Pembangunan jaringan infrastruktur wilayah harus menunjang dan
mendorong pembangunan wilayah, maka harus direncanakan secara tepat dan
menjangkau ke seluruh bagian wilayah. Untuk itu harus diketahui tentang potensi,
kondisi dan karakteristik wilayahnya, yang dilakukan melalui kegiatan identifikasi
data penduduk dan berbagai kegiatan sektoral serta distribusinya secara spasial
serta data ketataruangan, yang diperkuat lagi tentang struktur dasar pengembangan
wilayah yang menjelaskan tentang susunan pusat-pusat secara hierarkis yang
dihubungkan oleh jaringan infrastruktur transportasi (Oktaviana et al. 2011).
Menurut Rustian dalam Septiana dan Hendarto (2012), transportasi
mempunyai peran yang sangat penting bagi berkembangnya suatu kota karena
dinilai sebagai pendukung kegiatan ekonomi suatu kota yang berfungsi
menyediakan jasa pelayanan bagi pergerakan manusia maupun barang/jasa untuk
sampai pada lokasi pemasarannya.
Teori Kutub Pertumbuhan
Teori kutub pertumbuhan yang dikembangkan oleh Francois Perraoux
seorang ahli ekonomi Perancis berpendapat bahwa fakta dasar dari perkembangan
spasial, sebagaimana halnya dengan perkembangan industri, adalah bahwa
pertumbuhan tidak terjadi di sembarang tempat dan juga tidak terjadi secara
serentak, pertumbuhan itu terjadi pada titik-titik atau kutub perkembangan dengan
intensitas yang berubah-ubah dan perkembangan itu menyebar sepanjang saluransaluran yang beraneka ragam dan dengan efek yang beraneka ragam terhadap
keseluruhan perekonomian (Adisasmita 2005).
Menurut Tarigan (2007), suatu wilayah atau kawasan dapat dijadikan sebagai
pusat pertumbuhan apabila memenuhi kriteria sebagai pusat pertumbuhan baik
secara fungsional maupun secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan
merupakan lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena
sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu
menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah
belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan merupakan lokasi dengan
fasilitas dan kemudahan yang mampu menjadi pusat daya tarik (pole of attraction)
serta menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi dan masyarakat
pun memanfaatkan fasilitas yang ada di lokasi tersebut, sehingga wilayah sebagai
pusat pertumbuhan pada dasarnya harus mampu mencirikan antara lain: hubungan
internal dari berbagai kegiatan atau adanya keterkaitan antara satu sektor dengan
sektor lainnya, keberadaan sektor-sektor yang saling terkait menciptakan efek
pengganda yang mampu mendorong pertumbuhan daerah belakangnya, adanya
konsentrasi geografis berbagai sektor atau fasilitas yang menciptakan efisiensi,
serta terdapat hubungan yang harmonis antara pusat pertumbuhan dengan daerah
belakangnya.
Dalam penerapannya, teori kutub pertumbuhan digunakan sebagai alat
kebijakan dalam perencanaan pembangunan daerah. Banyak negara telah menerima
konsep kutub pertumbuhan sebagai alat transformasi ekonomi dan sosial pada skala
regional (Rustiadi et al. 2011).
Teori Sistem Lokasi Pusat
Teori lokasi pusat pertama kali diperkenalkan oleh Walter Christaller seorang
ahli geografi berkebangsaan Jerman. Teori ini timbul dari perhatian Christaller

9
terhadap penyebaran permukiman, desa, dan kota-kota yang berbeda-beda ukuran
luasnya di Jerman Selatan. Penyebaran tersebut kadang bergerombol atau
berkelompok, kadang juga terpisah jauh antara satu dengan yang lainnya. Menurut
Christaller dalam Jayadinata (1999), pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di
dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu
akan terjadi secara jelas di wilayah yang mempunyai syarat: (1) topografi yang
seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng
dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan, (2) kehidupan
ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer, yang
menghasilkan padi-padian, kayu atau batubara.
Menurut proses yang sama, jika perkembangan wilayah meningkat akan
berkembang hierarki jenjang ketiga, yaitu salah satu kampung akan tumbuh
menjadi kota yang dikelilingi oleh enam kampung yang dilayaninya. Pada hierarki
jenjang keempat terdapat kota besar yang dikelilingi oleh enam kota yang
dilayaninya. Karena perkembangan tersebut, dapat dikatakan bahwa kota-kota
umumnya timbul sebagai akibat perkembangan potensi wilayah (alam dan manusia),
dan kemudian kota sebagai pusat pelayanan berperan dalam mengembangkan
wilayah.
Sementara itu, ide dasar yang dikemukakan oleh Losch (1954) adalah bahwa
ukuran relatif wilayah pemasaran suatu perusahaan, digambarkan sebagai tempat
penjualan produk perusahaan dipengaruhi oleh biaya-biaya transportasi dan skala
ekonomi. Jika pengaruh skala ekonomi relatif lebih besar dari biaya transportasi
maka seluruh produksi akan terkumpul pada satu tempat. Jika pengaruh biaya
transportasi relatif lebih besar dari skala ekonomi maka perusahaan akan menyebar
ke seluruh wilayah.
Tarigan (2005) menyatakan pembagian hierarki pusat-pusat pelayanan di
suatu wilayah sering tidak merata sehingga mengakibatkan ketidakmerataan di
dalam pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, kadang akses untuk mencapai
pusat pelayanan sulit, sehingga mengakibatkan wilayah belakang (hinterland)
menjadi terbelakang karena tidak ditunjang dengan jumlah fasilitas yang memadai
untuk dapat meningkatkan produktivitasnya maupun pelayanannya kepada
masyarakat.
Lebih jauh Tarigan (2005) mengatakan untuk mengatasi hal tersebut maka
dibutuhkan suatu usaha untuk meningkatkan peran pusat-pusat pelayanan, termasuk
dengan meningkatkan akses kemudahan pencapaian dari wilayah belakang menuju
pusat pelayanan yang terdekat. Dalam sistem pelayanan yang baik harus memiliki
keseimbangan antara pola kebutuhan dan jasa pelayanan sehingga dalam
peningkatan kebutuhan akan diikuti dengan jasa pelayanan yang semakin besar.
Apabila jumlah penduduk di suatu wilayah dengan satu pusat telah melebihi
ambang batas dan terus meningkat hingga mencapai jumlah tertentu, kemungkinan
penduduk yang berada jauh dari pusat telah melebihi jarak ekonomi, sehingga
mereka akan mencari pelayanan di pusat-pusat lainnya yang terdekat.
Menurut Hotrin (2011), dalam melakukan strategi pengembangan wilayah di
pusat-pusat pelayanan memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
a). Adanya penghematan terhadap investasi yang dikeluarkan, karena strategi
yang bersifat desentralisasi konsentrasi sehingga tidak semua wilayah
mendapatkan investasi tetapi hanya wilayah yang berpotensi saja.

10
b) Adanya perkembangan pusat-pusat pelayanan hingga ke wilayah belakang
(hinterland) melalui akses pencapaian yang memadai untuk mengatasi
kesenjangan wilayah.
c) Terselenggaranya pengembangan antara kota dan desa dengan baik karena
saling menguntungkan.
Fisher dan Rushton dalam Rezeki (2007) menyatakan bahwa jaringan pusatpusat pelayanan yang memiliki hierarki akan menguntungkan penduduk di sekitar
pusat tersebut karena:
a) Membuat efisiensi bagi konsumen karena pemenuhan terhadap kebutuhan
yang berbeda-beda akan didapatkan dengan sekali bepergian keluar dari desa.
b) Mengurangi jumlah transportasi yang dibutuhkan untuk melayani pergerakan
antar desa karena masyarakat sudah mengenal berbagai cara alternatif terhadap
jalur hubungan sehingga jalur yang paling penting dan kemampuan pemenuhan
kebutuhan fasilitas transportasi yang terbatas dapat dimanfaatkan secara
optimal.
c) Mengurangi panjang jalan yang harus ditingkatkan karena sudah diketahui
jalur yang paling penting bagi setiap desa sehingga dapat ditentukan prioritas
dalam pengembangan jalan.
d) Mengurangi biaya untuk penyediaan berbagai kebutuhan pelayanan bagi
fasilitas-fasilitas yang ada, karena biaya tersebut ditanggung secara bersamasama.
e) Pengawasan lebih efektif dan ekonomis karena berbagai aktivitas bergabung
menjadi satu di pusat pelayanan.
f) Memudahkan adanya pertukaran informasi antar berbagai aktivitas yang saling
berhubungan.
g) Lokasi-lokasi dengan keunggulan lokasi sumberdaya akan berkembang secara
spontan sebagai respon terhadap kebutuhan di wilayah belakangnya
(hinterland).
Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa wilayah dalam perkembanganya
memiliki pusat dan subpusat sebagai wilayah pengaruhnya. Pusat dapat diartikan
sebagai kota yang menjadi pusat pelayanan dan terkonsentrasinya kegiatan.
Besarnya wilayah kota dipengaruhi oleh jarak pelayanan bagi penduduknya,
sehingga dalam satu pusat dapat memberikan pelayanan maksimalnya. Penduduk
yang belum menerima pelayanan, akan dilayani oleh pusat lainnya sehingga
hubungan antar pusat tersebut akan membentuk pola heksagonal dimana masingmasing wilayah pengaruh memiliki pusat sendiri.
Lebih jauh Hotrin (2011), menyatakan bahwa pembangunan jaringan jalan
dalam hubungannya dengan pengembangan wilayah dapat dilihat berdasarkan
indikator:
1. Kelancaran aksesibilitas antar daerah, dimana dengan pembangunan dan
penanganan jaringan jalan maka aksesibilitas antar daerah akan semakin
lancar.
2. Peningkatan hubungan antar daerah, dengan kelancaran aksesibilitas maka
hubungan antar daerah juga akan semakin berkembang.
3. Kelancaran transportasi barang dan manusia, infrastruktur jalan sangat
dibutuhkan dalam transportasi barang dan manusia, termasuk transportasi
hasil-hasil pertanian ke daerah-daerah pemasaran. Kelancaran transportasi
akan mengurangi biaya transportasi hasil-hasil produksi pertanian.

11
4.

Penghematan waktu tempuh, kondisi jalan yang lancar akan menghemat waktu
tempuh, yang kemudian akan mengurangi biaya transportasi hasil-hasil
produksi, khususnya produksi pertanian.

Konsep Wilayah Nodal
Rustiadi et al. (2011) menggambarkan konsep wilayah nodal sebagai suatu
sel hidup yang mempunyai inti dan plasma, dimana inti merupakan pusat-pusat
pelayanan dan atau pemukiman, sedangkan plasma merupakan daerah
belakang/hinterland yang mempunyai sifat-sifat tertentu dan mempunyai hubungan
fungsional. Konsep wilayah nodal lebih berfokus pada peran pengendalian /
pengaruh pusat serta hubungan ketergantungan pusat dan elemen-elemen
sekelilingnya.
Lebih jauh Rustiadi et al. (2011) menjelaskan pusat wilayah berfungsi
sebagai: (1) tempat terkonsentrasinya penduduk (pemukiman); (2) pusat pelayanan
terhadap daerah hinterland; (3) pasar bagi komoditas pertanian maupun industri;
(4) lokasi pemusatan industri manufaktur. Sementara hinterland berfungsi sebagai:
(1) pemasok bahan-bahan mentah dan atau bahan baku; (2) pemasok tenaga kerja
melalui proses urbanisasi dan commuting (menglaju); (3) daerah pemasaran barang
dan jasa industri manufaktur; (4) penjaga keseimbangan ekologis. Secara
operasional, pusat-pusat wilayah mempunyai hirarki yang ditentukan oleh kapasitas
pelayanannya, yaitu kapasitas sumberdaya suatu wilayah yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kapasitas
sumberdaya buatan meliputi kapasitas pelayanan infrastuktur wilayah yang dapat
diukur dari: (1) jumlah sarana pelayanan; (2) jumlah jenis sarana pelayanan yang
ada; (3) kualitas sarana pelayanan. Semakin banyak jumlah dan jumlah jenis sarana
pelayanan serta semakin tinggi aktivitas sosial ekonomi mencerminkan kapasitas
pusat wilayah yang tinggi, yang berarti juga menunjukkan hirarki pusat yang tinggi.
Pusat-pusat yang berhirarki tinggi melayani pusat-pusat dengan hirarki yang lebih
rendah disamping juga melayani hinterland di sekitarnya.
Menurut Panuju (2012), pusat yang merupakan inti sel mengatur proses
berjalannya interaksi dari setiap komponen sel, sementara hinterland yang
merupakan plasma mendukung keberlangsungan hidup sel dan mengikuti
pengaturan yang dibangun oleh inti. Suatu wilayah yang dianalogikan sebagai satu
sel, maka kota utama yang menjadi inti dari wilayah memiliki fungsi penting dan
berperan besar dalam mempengaruhi jalannya interaksi antar berbagai hinterland
karena pusat memiliki daya tarik kuat bagi hinterland. Daya tarik tersebut berupa
berbagai layanan yang didukung fasilitas dan infrastruktur yang lengkap.
Hinterland mendukung berjalannya proses penting yang dilakukan di pusat, yaitu
proses-proses transaksi dan peningkatan nilai tambah produksi. Industri dan jasa
sebagai aktifitas yang berperan besar dalam peningkatan nilai tambah akan
berkembang pesat di wilayah kota dengan fasilitas yang lengkap tersebut.
Sebaliknya, hinterland sebagai pendukung berlangsungnya proses di pusat
memiliki keunggulan sumberdaya dasar untuk mendukung proses peningkatan nilai
tambah di pusat.

12

3 METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Tersedianya jaringan prasarana transportasi yang menghubungkan ke seluruh
kota dan pusat produksi di seluruh wilayah memberikan kesempatan dan
mendorong pengembangan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat lebih dipacu peningkatannya bila didukung
oleh pelayanan transportasi yang lancar, berkapasitas, dan tersedia ke seluruh
wilayah.
Untuk mencapai hal yang dimaksud, perencanaan pembangunan
membutuhkan dukungan dilakukannya perencanaan sektor transportasi yang salah
satu aspeknya adalah perencanaan jaringan transportasi. Perencanaan jaringan
transportasi meliputi banyak jalan yang membentuk sistem jaringan prasarana jalan
yang menjangkau ke seluruh kota dan pusat produksi yang tersebar di seluruh
wilayah. Perencanaan jaringan jalan harus didasarkan pada distribusi penduduk dan
kegiatan sektor di berbagai wilayah, serta rencana pemanfaatan ruang wilayah.
Jaringan jalan dapat disusun secara sederhana yaitu menghubungkan pusat besar
dengan pusat-pusat sedang, dan selanjutnya antara pusat sedang dengan pusat-pusat
kecil.
Kabupaten Tana Toraja dengan indeks mobilitas yang telah melampaui
standar pelayanan minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang sesuai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.14/PRT/M/2010, hendaknya lebih
memfokuskan pelayanan transportasi jalan melalui peningkatan jaringan jalan yang
telah ada, bukan dengan membangun jaringan jalan yang baru.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jaringan jalan yang dapat
diprioritaskan penanganannya untuk pengembangan wilayah di Kabupaten Tana
Toraja dengan melihat dari tiga sisi yaitu potensi wilayah sebagai fakta yang ada,
persepsi/keinginan stakeholder, dan kebijakan/peraturan pemerintah yang berlaku
dalam hal ini yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. Secara
diagramatis, kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
PRIORITAS
PENANGANAN
JARINGAN JALAN

POTENSI
WILAYAH

PERSEPSI
STAKEHOLDER

KEBIJAKAN
PEMERINTAH

JARINGAN JALAN PRIORITAS
UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH
KABUPATEN TANA TORAJA

Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir

13
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Tana Toraja meliputi 19 Kecamatan yang
secara geografis terletak di bagian Utara Propinsi Sulawesi Selatan yaitu antara 2°
- 3° Lintang Selatan dan 119° - 120° Bujur Timur, dengan luas wilayah tercatat
2.054,30 km2. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Oktober
2013.

Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan bahan/data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung dilapang (wawancara), penyebaran
kuesioner, observasi dan dokumentasi. Data sekunder diperoleh melalui metode
riset pustaka dan dari data-data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait antara
lain BPS Kab. Tana Toraja, Bapedda Kab. Tana Toraja, Dinas Perhubungan Kab.
Tana Toraja, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tana Toraja, serta Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Tana Toraja. Untuk lebih jelasnya
data yang digunakan dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis Data yang Digunakan dan Sumber Data
No
1.

2.

Jenis Data
Data Primer
1. Wawancara
2. Kuisioner
Data Sekunder
1. Data Ruas Jalan Kabupaten
2. Data Jumlah Penduduk
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sumber
Stakeholder
Stakeholder

Dinas PU Kab. Tana Toraja
Badan Pusat Statistik (BPS)
Kab. Tana Toraja
Data Potensi Desa
BPS Kab. Tana Toraja
Data Potensi Pertanian
BPS Kab. Tana Toraja
Data Potensi Pariwisata
Dinas Pariwisata Kab. Tana
Toraja
RTRW Kab. Tana Toraja
Bappeda Kab. Tana Toraja
Data Jumlah Kendaraan Angkutan Umum Dinas Perhubungan Kab.
Tana Toraja
Data Anggaran Penanganan Jalan
DPPKAD Kab. Tana Toraja

Pengambilan data primer dikumpulkan melalui hasil wawancara dan
pengumpulan kuesioner dari responden yang mempunyai informasi yang cukup dan
ahli pada bidang transportasi. Pemilihan responden dilakukan dengan cara
purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa
responden adalah aktor