Pengumpulan Data dan Referensi Metode Analisis

180

B. Pengumpulan Data dan Referensi

C. Metode Analisis

Data yang dikumpulkan adalah data primer, dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan pejabat kehutanan di daerah dan badan usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan hasil hutan. Data yang diperoleh seperti pelaksanaan penatausahaan kayu rakyat, kesenjangan pelaksanaan dan uraian tugas, dalam pengurusan ijin, pengesahan dan penerbitan dokumen penatausahaan hasil hutan. Data sekunder diperoleh di kantor kehutanan, perusahaan, dan perpustakaan seperti potensi hutan rakyat luasan hutan rakyat, potensi tegakan, realisasi produksi kayu bulat. Referensi pemanfaatan hasil hutan di hutan rakyat, adalah sebagai berikut : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34, tahun 2002, tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan. 2. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126Kpts-II2003, tentang Penatausahaan Hasil Hutan. 3. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18Menhut-II2005, tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126Kpts-II2003, tentang Penatausahaan Hasil Hutan. 4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.26Menhut-II2005, tentang Pedoman Pemanfaatan Hutan HakRakyat. 5. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51Menhut-II2006, tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul SKAU Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak. 6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55Menhut-II2006, tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara. 7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62Menhut-II2006, tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51Menhut-II2006 Tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul SKAU Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak. 8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.63Menhut-II2006, tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55Menhut-II2006 Tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara. Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, dimana dalam mengkaji dampak pelaksanaan Permenhut Nomor P.512006 terhadap efektifitas pelaksanaan penatausahaan hasil hutan di hutan rakyat, dengan cara membandingkan isi Permenhut Nomor P.512006 tersebut dengan pedoman pemanfaatan hasil hutan di hutan rakyat dan berbagai perundang-undangan yang berlaku, seperti : Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.26Menhut-II2005, Peraturan Pemerintah Nomor 34, tahun 2002. Untuk mengetahui sejauhmana efektifitas Permenhut Nomor P.512006 di dalam pelaksanaan penatausahaan hasil hutan di hutan rakyat, yaitu dengan cara mengkaji isi permenhut tersebut dan kemudian dibandingkan dengan pedoman pamanfaatan hasil hutan di hutan hakrakyat Permenhut Nomor P.262005 dan hasil wawancara atau dengar pendapat yang diperoleh dari pejabat kehutanan setempat, pengguna petani hutan rakyat, petugas lapangan P3HH, P2SKSHH, dan P2LHP dan lain sebagainya, untuk mengetahui JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 4 No. 2 Juni 2007, Hal. 177 - 191 181 Kajian Dampak Pelaksanaan Peraturan .......... Epi Syahadat Subarudi sejauhmana isi permenhut tersebut dapat dilaksanakan di lapangan dengan indikator kesiapan sumber daya manusia, dokumen angkutan, jenis kayu yang diangkut, dan hal-hal lain yang terkait. 1. Potensi Hutan Rakyat Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal RLPS Departemen Kehutanan, luas hutan rakyat di Indonesia sampai dengan April 2006, mencapai 1.271.505,61 ha, dengan jumlah perkiraan tegakan sebanyak 42.965.519 pohon. Pada Tabel 1 di bawah dapat dilihat, bahwa Jawa Tengah mempunyai lahan hutan rakyat yang terluas, yaitu 198.790,02 Ha atau 15,63, dengan perkiraan potensi tegakan sebanyak 12.557.702 pohon atau 29,23. Selanjutnya Provinsi Nusa Tengara Timur seluas 150.600 Ha, akan tetapi potensi tegakan kayu rakyat hanya 3.190.613,55 tegakan pohon atau baru 7,43 dari perkiraan potensi tegakan kayu rakyat di Indonesia. Hal tersebut memerlukan suatu kajian tersendiri untuk mengetahui penyebab terjadinya antagonisme ini dimana luas areal seharusnya berbanding lurus dengan potensinya. Tabel 1. Luas Lahan Hutan Rakyat Dan Potensi Tegakan Kayu Rakyat Di Indonesia Sampai Dengan April 2006.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Potensi Hutan Rakyat