Teknologi Expansion Joint Pada Jembatan

(1)

SKRIPSI

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari

Universitas Komputer Indonesia

Oleh

DHIMAS SYAHENDRA

NIM : 13006004

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA


(2)

i

ABSTRAK

TEKNOLOGI EXPANSION JOINT

PADA JEMBATAN

Oleh

DHIMAS SYAHENDRA NIM: 13006004

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Jembatan merupakan sarana transportasi darat yang penting. Oleh sebab itu, segala detail pendukung jembatan perlu diperhatikan. Salah satu pendukung jembatan adalah Expansion Joint atau Siar Muai. Skripsi ini bertujuan untuk mempelajari jenis-jenis dari Expansion Joint khususnya yang umum digunakan di Indonesia dan cara pemasangannya. Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode studi kepustakaan untuk mengumpulkan literatur.

Expansion Joint adalah bahan yang dipasang di antara dua bidang lantai beton untuk kendaraan atau pada perkerasan kaku dan dapat juga pada pertemuan antara konstruksi jalan pendekat sebagai media lalu lintas yang akan melewati jembatan supaya pengguna jalan merasa aman dan nyaman. Terdapat 2 model dari Expansion Joint, joint terbuka dan joint tertutup. Setiap model mempunyai jenis yang beragam dan setiap jenisnya mempunyai spesifikasi yang berbeda.

Analisis biaya, waktu, dan mutu dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis Expansion Joint.

Studi kasus yang dilakukan adalah perencanaan dan pemilihan Expansion Joint pada jembatan girder 1 bentang. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui lebar celah Expansion Joint minimum. Didapatkan 4 jenis Expansion Joint yang memenuhi kriteria dari perhitungan yang dilakukan. Dari analisis yang dilakukan, Expansion Joint jenis Asphaltic Plug lah yang lebih unggul dari jenis lain dalam hal kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan.

Kesimpulannya bahwa jenis dari Expansion Joint sangat beragam, setiap jenis mempunyai spesifikasi yang berbeda, pemilihan Expansion Joint berdasarkan perhitungan dan kondisi di lapangan. Pada studi kasus dipilih Expansion Joint jenis Asphaltic Plug karena bahan baku lokal, perawatan yang mudah, dan lebih baik dalam hal kenyamanan dan keamanan bagi para pengguna jalan dibandingkan jenis lain.


(3)

ii By

DHIMAS SYAHENDRA NIM: 13006004

STUDY PROGRAM OF CIVIL ENGINEERING

Bridge is one of important means in land transportation. Therefore, every supporting detail of the bridge need to be more concerned. One of the bridge’s supporting is Expansion Joint or Siar Muai. This mini thesis intend to study types of Expansion Joint in particular are commonly used in Indonesia and how to install. In writing this paper, writer used study literature method to collect the data.

Expansion Joint is a material which installed between two concrete floors or on rigid pavement as a media for road users in order to give a comfort and safety ride for them. There is two models of Expansion joint, open and closed joint. Each models has various types and each type has different specifications.

Analysis of cost, time, and quality conducted to determine the advantages and disadvantages of each type Expansion Joint.

Planning and selection of the Expansion Joint on a 1 span girder bridge is the case studies in this mini thesis. Calculations performed to determine the minimum width gap of Expansion Joint. From the calculations, it obtained 4 types of Expansion Joint that meet the criteria. From the analysis, Asphaltic Plug Joint is superior to the other types in terms of comfort and safety for the road users. The conclusion is; the type of Expansion Joint is very diverse, each type has different specifications, the Expansion Joint selection based on calculations and field conditions. In the case studies, Asphaltic Plug Joint is selected for the local materials, easy maintenance, and better in terms of comfort and safety for road users than other joint types.


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan karunianya kepada Penulis sehingga selesai penulisan skripsi ini dan semoga memberika ridho-Nya atas apa yang telah Penulis capai dan jalani dalam studi di Universitas Komputer Indonesia.

“Teknologi Expansion Joint Pada Jembatan” merupakan judul yang diambil dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Y. Djoko Setiyarto ST., MT., selaku Pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan waktunya.

2. Yatna Supriyatna ST., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia dan Koordinator Skripsi.

3. M. Donie Aulia ST., MT. dan Vitta Pratiwi ST., MT., selaku Dosen di Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia.

4. Prof. Dr. H. Denny Kurniadie, Ir., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

5. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

6. Seluruh Staff Administrasi Universitas Komputer Indonesia.

7. Mama dan Papa tercinta yang senantiasa mendukung dan mendoakan dalam segala hal.


(5)

v skripsi ini.

10. Sahabat dan rekan-rekan di Jurusan Teknik Sipil, di kosan 18c dan 16c, di Bekasi, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan rendah hati Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menciptakan kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini atau penulisan-penulisan karya ilmiah berikutnya.

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi Penulis dan para pembacanya.

Bandung, Agustus 2012


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMBANG ... xi BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Maksud dan Tujuan ... I-1 1.3 Batasan Masalah ... I-1 1.4 Metode Penulisan ... I-2 1.5 Sistematika Penulisan ... I-2 BAB II STUDI LITERATUR EXPANSION JOINT ... II-1 2.1 Expansion Joint ... II-1 2.2 Jenis-jenis Expansion Joint ... II-1 2.2.1 Expansion Joint Terbuka ... II-1 2.2.2 Expansion Joint Tertutup ... II-3 2.3 Cara Pemasangan ... II-6 2.3.1 Pemasangan New Cut Off Joint ... II-9 2.3.1.1 Bahan ... II-9 2.3.1.2 Alat ... II-9 2.3.1.3 Metode Pelaksanaan ... II-10 2.3.2 Pemasangan Asphaltic Plug Joint ... II-13 2.3.2.1 Bahan ... II-13 2.3.2.2 Alat ... II-16 2.3.2.3 Metode Pelakasanaan ... II-20


(7)

vii

3.2 Analisis Biaya, Waktu, Dan Mutu Dari

Masing-masing Expansion Joint ... III-2 BAB IV CONTOH KASUS PEMILIHAN EXPANSION JOINT ... IV-1 4.1 Perencanaan Expansion Joint ... IV-1 4.1.1 Deformasi Akibat Creep (rangkak beton) ... IV-1 4.1.2 Deformasi Akibat Shrinkage (susut beton) ... IV-2 4.1.3 Deformasi Akibat Perubahan Suhu ... IV-3 4.1.4 Perhitungan Celah Expansion Joint ... IV-3 4.2 Pemilihan Jenis Expansion Joint ... IV-3 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... V-1 5.1 Kesimpulan ... V-1 5.2 Saran ... V-1


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar II.1 Butt Joint ... II-2 Gambar II.2 Finger Joint ... II-3 Gambar II.4 New Cut Off Joint ... II-4 Gambar II.5 Asphaltic Plug Joint ... II-5 Gambar II.6 Strip Seal Joint ... II-5 Gambar II.7 Modular Joint ... II-6 Gambar II.8 Pemasangan Finger Joint ... II-7 Gambar II.9 Pemasangan Strip Seal Joint ... II-8 Gambar II.10 Ilustrasi Strip Seal Joint ... II-8 Gambar II.11 Pemasangan Modular Joint ... II-8 Gambar II.12 Cutter ... II-10 Gambar II.13 Aplikasi Mortar ... II-11 Gambar II.14 Aplikasi F.R.P ... II-11 Gambar II.15 Aplikasi SHO-BOND ... II-12 Gambar II.16 Pemasangan Seal ... II-12 Gambar II.17 Asphaltic Binder Merk Rotak ... II-13 Gambar II.18 Agregat ... II-15 Gambar II.19 Ukuran Tebal dan Lebar Pelat Menurut Thorma ... II-16 Gambar II.20 Alat Preheater & Kompresor ... II-17 Gambar II.21 Alat Barrow Mixer ... II-18 Gambar II.22 Barrow Mixer & Hot Compress Air Lance ... II-18 Gambar II.23 Jack Hammer ... II-19 Gambar II.24 Stamper ... II-19 Gambar II.25 Pemberian Tanda ... II-20 Gambar II.26 Hasil Pembongkaran Sambungan ... II-21 Gambar II.27 Pembersihan Dengan kompresor ... II-21 Gambar II.28 Penyetalan Pelat Besi ... II-22 Gambar II.29 Pembersihan Dengan Memanaskan Permukaan ... II-23


(9)

ix

Gambar II.33 Pemanasan Agregat ... II-25 Gambar II.34 Penuangan Binder ... II-26 Gambar II.35 Penetrasi Seluruh Rongga Pada Celah Agregat ... II-26 Gambar II.36 Pencampuran Agregat Pada Belle Mixer ... II-27 Gambar II.37 Pelapisan Kedua ... II-27 Gambar II.38 Pemadatan Dengan Stamper ... II-28 Gambar II.39 Hasil Lapis Kedua ... II-28 Gambar II.40 Pelapisan Penutup Tipis ... II-29 Gambar II.41 Hasil Akhir Asphaltic Plug ... II-29 Gambar III.1 Diagram Alir Penyajian Laporan ... III-1 Gambar IV.1 Butt Joint Yang Rusak ... IV-4 Gambar IV.2 New Cut Off Joint Yang Rusak ... IV-5 Gambar IV.3 Butt Joint Modifikasi ... IV-6


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel II.1 Tipe dan Movement NCOJ ... II-4 Tabel II.2 Pergeseran Pada Asphaltic Plug Joint ... II-13 Tabel II.3 Persyaratan Asphaltic Plug Binder ... II-14 Tabel II.4 Spesifikasi Agregat ... II-15 Tabel II.5 Ukuran Lebar Celah dan Tebal Pelat Penutup ... II-16 Tabel III.1 Fitur, keunggulan, dan kelemahan dari masing-masing

expansion joint ... III-6 Tabel III.2 Fitur, keunggulan, dan kelemahan New Cut Off Joint


(11)

xi

pada halaman fc’ Kuat tekan beton yang diisyaratkan dengan

benda uji silinder IV-1

∆expansion joint Lebar Expansion Joint IV-1

∆cr Nilai deformasi akibat rangkak beton IV-1

∆sh Nilai deformasi akibat susut beton IV-1

∆temp Nilai deformasi akibat suhu IV-1

Tmax Suhu maksimum pada lapangan IV-1

Tmin Suhu minimum pada lapangan IV-1

εcc.t Nilai regangan rangkak beton pada umur t hari IV-1

L Panjang bentang IV-1

Φcc(t) Koefisien rangkak IV-1

t Umur rencana pembebanan IV-1

εe Regangan elastis akibat bekerjanya regangan tetap IV-1

Cu Koefisien rangkak maksimum IV-1

εcs.t Nilai regangan susut beton pada umur t hari IV-2 t Umur beton yang dirawat basah di lokasi pekerjaan,

terhitung sejak 7 hari pengecoran IV-2

εcs.u Nilai susut maksimum beton IV-2


(12)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia di masa-masa yang akan datang akan meningkatkan kegiatan manusia itu sendiri, dengan peningkatan kegiatan manusia itu diperlukan adanya sarana dan prasarana transportasi. Dalam hal ini perlu adanya peningkatan mutu, baik konstruksinya maupun pelayanannya sehingga jalan itu sendiri memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh undang-undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan. Keberadaan jalan sebagai sarana transportasi darat sangat penting dalam rangka pembangunan nasional. Jalan berperan sebagai penunjang kehidupan nasional di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial dan budaya, maupun pertahanan nasional.

Berkaitan dengan fungsi dan kebutuhan jalan sebagai sarana transportasi, maka detail pendukung jalan perlu diperhatikan. Salah satu pendukung jalan khususnya pada jembatan adalah Expansion Joint atau Siar Muai.

Di Indonesia, terdapat beberapa jenis expansion joint yang umum digunakan. Disini penulis akan mencoba menjelaskan jenis-jenis expansion joint tersebut. 1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari jenis-jenis expansion joint khususnya yang umum digunakan di Indonesia, dari yang sederhana sampai mutakhir. Sehingga tulisan ini nantinya dapat dijadikan sebagai referensi dalam pemilihan expansion joint pada jembatan.

1.3 Batasan Masalah

Dalam tulisan ini penulis membatasi pembahasan hanya pada: a. Mengenal jenis-jenis expansion joint dan cara pemasangan.

b. Membahas keunggulan maupun kelemahan dari masing-masing expansion joint dari sisi waktu, biaya, dan mutu.


(13)

c. Peninjauan contoh kasus pemilihan expansion joint pada jembatan girder 1 bentang.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan ini metode yang dipakai adalah studi kepustakaan. Studi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan bahasan skripsi ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Guna untuk membentuk keutuhan bagian-bagian dari penulisan ini, maka perlu disusun dalam sistematika penulisan yang urutannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II STUDI LITERATURE EXPANSION JOINT

Berisikan tentang studi literature yang diangkat guna memberikan dasar teoritis dan menunjang bahasan tentang konstruksi expansion joint.

BAB III METODE ANALISIS KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN EXPANSION JOINT

Merupakan bahasan mengenai keunggulan dan kelemahan dari masing-masing expansion joint.

BAB IV CONTOH KASUS PEMILIHAN EXPANSION JOINT Peninjauan kasus pemilihan expansion joint pada jembatan girder 1 bentang.

BAB V KESIMPULAN


(14)

II-1

BAB II

STUDI LITERATUR EXPANSION JOINT

2.1 Expansion Joint

Expansion Joint atau Siar Muai adalah bahan yang dipasang di antara dua bidang lantai beton untuk kendaraan atau pada perkerasan kaku dan dapat juga pertemuan antara konstruksi jalan pendekat sebagai media lalu lintas yang akan melewati jembatan, supaya pengguna lalu lintas merasa aman dan nyaman (Badan Litbang PU, Pd T-13-2005-B).

Fungsi dari expansion joint adalah untuk mengakomodasi gerakan yang terjadi pada bagian superstruktur jembatan. Gerakan ini berasal dari beban hidup, perubahan suhu, dan sifat fisik dari pembentuk jembatan (Transportation Research Board, 2003).

2.2 Jenis-jenis Expansion Joint

Menurut Florida Department of Transportationdalam “Bridge Maintenance and Repair Handbook”, expansion joint dibagi dalam 2 jenis, joint terbuka dan joint tertutup. Joint tertutup dirancang agar kedap air, sedangkan joint terbuka tidak.

2.2.1 Expansion Joint Terbuka

Pada expansion joint terbuka, sistem drainase diletakan di bawah joint untuk mengumpulkan dan membawa air ke pembuangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan pada struktur beton. Sistem drainase sendiri berbentuk palung dan dibuat dari bahan anti karat.

Jenis expansion joint terbuka yang umum digunakan di Indonesia adalah Butt Joint dan Finger Joint.

a. Butt Joint

Butt joint adalah joint yg menggunakan besi berbentuk siku untuk melindungi tepi beton dari kerusakan akibat kendaraan yang melintas.


(15)

Joint ini digunakan untuk jembatan dengan small movement, dengan gap maksimum sebesar 25 mm.

Butt Joint dibuat dari besi siku yang disebut armor untuk melindungi bagian tepi beton dan dipasangkan pada beton menggunakan stud atau baut.

Di Negara barat Butt Joint tidak digunakan lagi karena tidak kedap air. Tapi di Indonesia sendiri masih digunakan untuk jembatan-jembatan pendek.

Gambar II.1 Butt Joint

Sumber: Florida Department of Transportation

b. Finger Joint

Finger Joint bisa mengakomodasi movement mulai dari 75 mm. Finger Joint terbuat dari baja dan berbentuk seperti 2 sisir yang saling mengikat.


(16)

II-3

Gambar II.2 Finger Joint

Sumber: Transportation Research Board, 2003

Karena Finger Joint termasuk dalam jenis Joint terbuka, maka diberi drainase di bawah joint.

Gambar II.3 Finger Joint Dengan Drainase

Sumber: http://ilwontec.com/eng/business-area/manufacture-sales-information/big-finger-expansion-joint-bfj/

2.2.2 Expansion Joint Tertutup

Jenis expansion joint tertutup yang biasa dipakai di Indonesia adalah New Cut Off Joint, Asphaltic Plug Joint, Strip Seal Joint, dan Modular Joint. a. New Cut Off Joint (NCOJ)

New Cut Off Joint adalah expansion joint yang menggunakan seal berbahan dasar karet. Seal diletakan diantara gap untuk menahan


(17)

movement yang terjadi pada jembatan. NCOJ adalah produk dari SHO-BOND.

Gambar II.4 New Cut Off Joint

Sumber: http://www.hibondconstruction.com/expansion.html

Tabel II.1 Tipe dan Movement NCOJ

Sumber: http://www.hibondconstruction.com/expansion.html

b. Asphaltic Plug Joint

Asphaltic Plug Joint adalah sambungan siar muai yang terbuat dari bahan agregat yang dicampur dengan bahan pengikat binder, pelat baja dan angkur, dibuat pada tempratur tertentu yg berfungsi sebagai bahan pengisi pada sambungan.


(18)

II-5

Gambar II.5 Asphaltic Plug Joint Sumber: Agrement, 2003

c. Strip Seal Joint

Strip Seal Joint berbentuk strip yag terbuat dari elastomer yang dimasukan ke dalam besi yang ditanam ke pelat beton. Strip Seal Joint mempunyai beberapa tipe untuk beragam movement. Ukuran Strip Seal Joint terbesar bisa menangani movement hingga 125 mm, tetapi untuk keamanan kebanyakan orang hanya membatasi hingga 100 mm saja.

Gambar II.6 Strip Seal Joint Sumber: Watson Bowman Acme, 2000


(19)

d. Modular Joint

Modular Joint berbentuk sepeti gabungan dari dua atau lebih Strip Seal Joint untuk mengakomodasi movement yang sangat besar.

Modular Joint dibuat untuk mengakomodasi movement lebih dari 100 mm. Besarnya modular joint tergantung besarnya movement. Modular joint dirancang untuk jembatan dengan bentang yang panjang dengan kemampuan movement sampai 2 m. Biasanya modular joint digunakan untuk movement antara 150 mm sampai 600 mm. Ada 3 bagian utama dari joint ini, yaitu: sealer, separator beam, dan support bar (Transportation Research Board, 2003).

Gambar II.7 Modular Joint

Sumber: Sumber: Watson Bowman Acme, 2000

2.3 Cara Pemasangan

Untuk expansion joint jenis Butt Joint, Finger Joint, Strip Seal Joint dan Modular Joint pemasangan dilakukan dengan cara menjangkarkan joint tersebut ke dalam beton. Tiap joint dipesan sesuai spesifikasi yang diperlukan.


(20)

II-7

Gambar II.8 Pemasangan Finger Joint

Sumber: http://en.structurae.de/photos/index.cfm?JM=115

Gambar II.9 Pemasangan Strip Seal Joint Sumber:


(21)

Gambar II.10 Ilustrasi Strip Seal Joint

Sumber: http://www.dsbrown.com/Bridges/ExpansionJointSystems/Steelflex.aspx

Gambar II.11 Pemasangan Modular Joint

Sumber: http://www.mto.gov.on.ca/english/transtek/roadtalk/rt15-2/

Sedangkan untuk New Cut Off Joint dan Asphaltic Plug Joint berbeda dalam pengerjaan pemasangannya.


(22)

II-9

2.3.1 Pemasangan New Cut Off Joint

Untuk New Cut Off Joint semua bahan yang diperlukan dipesan dari SHO-BOND. Bahan-bahan berupa SBR mortar, SHO-BOND #301, F.R.P, Joint Seal Rubber.

2.3.1.1 Bahan a. SBR Mortar

SBR Mortar adalah perpaduan antara semen portland dan bubuk serat yang kuat yang dicampur dengan cairan styrene butadiene latex.

b. SHO-BOND #301

Produk SHO-BOND yang digunakan sebagai pengikat atau lem. c. F.R.P

F.R.P atau Fiber Reinforced Powder digunakan sebagai lapisan atas.

d. Joint Seal Rubber

Karet yang akan diletakan pada celah jembatan. 2.3.1.2 Alat

a. Cutter

Digunakan untuk memotong aspal atau beton pada bagian yang akan dipasang joint.


(23)

Gambar II.12 Cutter Sumber: Google

b. Gabus (Styrofoam)

Digunakan sebagai penyekat saat pemasangan mortar. 2.3.1.3 Metode Pelaksanaan

1. Pemotongan dan Pembongkaran

Setelah diberi tanda. Aspal atau pelat jembatan dipotong dengan kedalaman sesuai spesifikasi. Lalu dibersihkan.

2. Pemasangan Mortar

Oleskan SHO-BOND #301 ke permukaan yang akan dipasang mortar. Styrofoam diletakan didalam bukaan aspal, lalu mortar yang sudah dicampur dituang kedalam bukaan. Lalu mortar diratakan dan dibiarkan mengering.


(24)

II-11

Gambar II.13 Aplikasi Mortar

Sumber: http://www.hibondconstruction.com/expansion.html

3. Pemasangan F.R.P

F.R.P diaplikasikan di atas mortar, lalu diratakan dan dibiarkan sampai setting.

Gambar II.14 Aplikasi F.R.P


(25)

4. Pemasangan Joint Seal Rubber

Setelah Mortar dan F.R.P setting selanjutnya Styrofoam dibuka. Lalu oleskan lagi SHO-BOND #301 ke permukaan dalam Mortar dan F.P.R yang berfungsi sebagai lem dari JointSealRubber.

Gambar II.15 Aplikasi SHO-BOND

Sumber: http://www.hibondconstruction.com/expansion.html

Gambar II.16 Pemasangan Seal


(26)

II-13

2.3.2 Pemasangan Asphaltic Plug Joint

Asphaltic Plug dipasang antara dua bidang lantai kendaraan pada jembatan, pada perkerasan kaku.

Ketebalan joint bergantung pada ukuran celah sambungan dan besarnya pergeseran.

Tabel II.2 Pergeseran Pada Asphaltic Plug Joint

Lebar Sambungan Tebal sambungan Pergeseran Horisontal Max

(mm) (mm) (mm)

750 100+ ± 25

75-100 ± 25

50-75 ± 12

500 100+ ± 25

75-100 ± 25

50-75 ± 12

300 100+ ± 5

50-100 ± 5

Sumber: Thorma Joint

2.3.2.1 Bahan a. Asphaltic Binder

Binder adalah bahan yang merupakan campuran bitumen, polymer, filler dan surface active agent, atau dari aspal yang ditambah beberapa persen bahan (aditif) hingga mempunyai sifat karakteristik tertentu dan nilai penetrasi dibawah 60.

Gambar II.17 Asphaltic Binder Merk Rotak Sumber: Brosur Rotak


(27)

Tabel II.3 Persyaratan Asphaltic Plug Binder

Jenis Pengujian

Metode

Pengujian Persyaratan Penetrasi pada 25°C, 100g SNI 06-2456-91 Maksimum 20 dmm

5 detik (0,1 mm)

Penetrasi pada 60°C, 100g SNI 06-2456-91 20 - 40 dmm

5 detik (0,1 mm)

Penurunan berat (TFOT) @

45°C SNI 06-2440-91 Maksimum 1%

5 jam (%) terhadap berat awal

Titik Lembek (°C) R & B SNI 06-2434-91 120 -130 Berat Jenis pada 25°C SNI 06-2441-91 1.45 ± 0,05 Titik Nyala (COC) °C

SNI

06-2433-1991 >260

Temp. Pelaksanaan °C SNI 06-2433-91 180 - 200 Temp. Pemanasan °C SNI 06-2433-91 Maksimum 220 Sumber: Pelaksanaan Pemasangan Siar Muai Jenis Asphaltic Plug Untuk Jembatan,

Pd T-13-2005-B

Persyaratan lain: 1. Kedap air.

2. Elastis dan fleksibel.

3. Tidak mencair pada suhu pelayanan. 4. Encer pada tempratur aplikasi.

5. Mudah dan cepat dalam pemasangan. 6. Curing time singkat.

b. Agregat

Agregat yang digunakan mempunyai kekerasan setara basalt, gritstone, gabbro atau kelompok granit. Agregat bebentuk kubus dengan ukuran antara 14, 20, dan 28 mm.

Batu dibersihkan, diukur, dan disaring untuk dikirim ke lokasi. Kemudian untuk menyempurnakan kebersihannya, dengan menggunakan drum mixer yang berlubang, agregat dipanaskan


(28)

II-15

dengan tekanan udara panas sampai tempratur kerja pada suhu 150ºC - 190ºC.

Gambar II.18 Agregat Sumber: Google

Tabel II.4 Spesifikasi agregat

Uraian

Metode

Pengujian Persyaratan Ukuran butir maksimum

SNI

03-1968-1990 # 14 - 20 - 28 mm Berat Jenis pada 25°C

SNI

03-1969-1990 2.000 kg/cm³ Impact (Aggregate Impact

Value)

SNI

03-4426-1997 16%

Abrasi dengan mesin LA

SNI

03-2417-1991 6%

(Aggregate Abrasion Value)

Crushing (Aggregate Crushing BS 82 14%

Value)

Polish Stone Value BS 82 ≥ 62

Flakiness BS 812 < 25%

Shape and size index BS 594 < 60%

Sumber: Pelaksanaan Pemasangan Siar Muai Jenis Asphaltic Plug Untuk Jembatan, Pd T-13-2005-B


(29)

c. Pelat Baja Penutup Lubang

Pelat baja penutup celah mempunyai lebar minimum 5 cm atau disesuaikan dengan jarak lubang celah. Pelat baja harus memiliki lubang untuk angkur sebagai pengikat.

Tabel II.5 Ukuran Lebar Celah dan Tebal Pelat Penutup Lebar Celah Max Tebal Pelat Baja

mm mm

< 45 1,5

45 - 70 3

70 - 95 6

Sumber: Pelaksanaan Pemasangan Siar Muai Jenis Asphaltic Plug Untuk Jembatan, Pd T-13-2005-B

Gambar II.19 Ukuran Tebal dan Lebar Pelat Menurut Thorma Sumber: Brosur Thorma Joint

Untuk angkur biasanya digunakan paku baja berukuran besar. Dimasukan ke dalam lubang yang sudah dibuat pada pelat baja. 2.3.2.2 Alat

a. Alat Preheater & Kompresor

Alat Preheater adalah alat untuk mencairkan binder dengan sistim pemanasan tidak langsung (indirect heating) menggunakan “oil jacketing” dilengkapi dengan thermostat (alat pengontrol suhu),


(30)

II-17

kompresor (min 85 cfm 100 psi) yang digunakan untuk membongkar sambungan dengan jack hammer dan untuk alat penyembur panas (Hot Compress Air Lance).

Gambar II.20 Alat Preheater & Kompresor Sumber: Citra Marga, 2007

b. Belle Mixer

Belle Mixer dengan kapasitas 90 hingga 150 liter tanpa lubang yang berfungsi untuk mengaduk campuran bahan pengikat dengan agregat.

c. Barrow Mixer

Barrow Mixer adalah alat untuk memanaskan agregat, lubang-lubang yang ada pada mixer tersebut diperuntukan untuk membuang debu-debu yang menempel pada agregat.


(31)

Gambar II.21 Alat Barrow Mixer Sumber: Citra Marga, 2007

d. Hot Compress Air Lance

Hot Compress Air Lance adalah alat penyembur panas sekaligus berfungsi juga sebagai alat pembersih yang dipergunakan untuk memanasi permukaan beton dan agregat.

Gambar II.22 Barrow Mixer & Hot Compress Air Lance Sumber: Citra Marga, 2007


(32)

II-19

e. Cutter

Alat cutter digunakan untuk memotong aspal dan pelat lantai beton.

f. Jack Hammer

Digunakan untuk membongkar aspal dan beton yang akan diberi expansion joint.

Gambar II.23 Jack Hammer Sumber: Google

g. Alat Pemadat (Stamper)

Digunakan untuk memadatkan campuran agregat dan binder.HK

Gambar II.24 Stamper Sumber: Google


(33)

2.3.2.3 Metode Pelaksanaan

Berikut adalah tahapan metode pelaksanaan yang diambil dari “Spesifikasi Teknis Pekerjaan Expansion Joint (Asphaltic Plug)”, Citra Marga.

1. Pemberian tanda (marking out)

Lebar sambungan ditandai sesuai dengan lebar dan ukurannya, dilakukan dengan menarik garis lurus dari ujung hingga akhir tidak terputus atau bersambung beberapa kali.

Gambar II.25 Pemberian Tanda Sumber: Citra Marga, 2007

2. Pemotongan & pembongkaran sambungan

Aspal permukaan dipotong pada daerah yang akan dipasang sambungan jembatan sampai kepermukaan lantai beton dibuat tegak lurus sesuai dengan penandaan garis selanjutnya dibongkar menggunakan alat jack hammer dengan tenaga kompresor tekanan tinggi, bagian yang terlihat harus dibersihkan dari sisa-sisa kotoran aspal yang melekat dengan sikat kawat/gerinda.


(34)

II-21

Gambar II.26 Hasil Pembongkaran Sambungan Sumber: Citra Marga, 2007

3. Pembersihan

Kebersihan pada permukaan sangat-sangat diutamakan dengan menyemburkan udara bertekanan tinggi.

Gambar II.27 Pembersihan Dengan Kompresor Sumber: Citra Marga, 2007


(35)

4. Penyetelan Pelat

Setelah itu dilakukan penyetelan pemasangan pelat pada celah, pelat harus bertumpu pada permukaan yang rata sehingga pada saat pelat diletakan tidak ada gerakan, untuk mencapai hal tersebut maka bagian yang tidak rata harus digerinda sampai rata.

Gambar II.28 Penyetelan Pelat Besi Sumber: Citra Marga, 2007

5. Pembersihan dengan memanaskan permukaan

Berikut ini adalah persiapan pengecoran dengan memanaskan permukaan yang terlihat dengan Hot Compress Air Lance sekaligus membersihkannya dari sisa-sisa kotoran.


(36)

II-23

Gambar II.29 Pembersihan Dengan Memanaskan Permukaan Sumber: Citra Marga, 2007

6. Pemasangan Tambang

Sebelum dituang binder pada permukaan yang terlihat, tambang dipasang pada celah beton untuk menyumbat sehingga binder tidak tembus sampai kebawah jembatan.

Gambar II.30 Pemasangan Tambang Sumber: Citra Marga, 2007

7. Pelapisan (tanking) dengan Binder


(37)

Gambar II.31 Pelapisan (Tanking) Dengan Binder Sumber: Citra Marga, 2007

8. Pemasangan Pelat Besi

Pemasangan pelat besi, permukaan pelat besi harus dilapisi lagi dengan binder sampai merata, suhu binder harus selalu dikontrol tidak boleh dibawah 190 C.

Gambar II.32 Pemasangan Pelat Besi Sumber: Citra Marga, 2007


(38)

II-25

9. Pemanasan Agregat

Persiapan agregat dengan memanaskannya sampai dengan suhu minimum 150C dengan menggunakan Hot Compress Air Lance, tapi tidak boleh lebih dari 190C.

Gambar II.33 Pemanasan Agregat Sumber: Citra Marga, 2007

10.Penuangan Binder

Setelah agregat digelar, segera dituang binder sampai dengan semua agregat terendam dengan kedalaman 50 mm, untuk memastikan semua agregat terlapisi oleh binder, maka agregat harus diratakan dengan garpu rumput atau sekop, suhu harus selalu pada 190C - 220C.


(39)

Gambar II.34 Penuangan Binder Sumber: Citra Marga, 2007

11.Penetrasi seluruh rongga pada celah Agregat

Dibiarkan sejenak agar binder dapat mengalir dan mengisi seluruh rongga pada celah agregat, indikasi dari pada proses tersebut ditandai dengan adanya gelembung undara pada permukaan binder.

Gambar II.35 Penetrasi Seluruh Rongga Pada Celah Agregat Sumber: Citra Marga, 2007


(40)

II-27

12.Pencampuran Agregat

Setelah gelembung udara sudah dipastikan tidak terjadi lagi, maka dilaksanakan lapisan kedua dengan menuangkan agregat yang sudah dilapisi oleh binder dengan kedalaman 25 mm, pelapisan agregat tersebut diproses dengan memasukan agregat pada Belle Mixer sambil dipanasi dengan Hot Compress Air Lance pada waktu bersamaan binder dituangkan.

Gambar II.36 Pencampuran Agregat Pada Belle Mixer Sumber: Citra Marga, 2007

Gambar II.37 Pelapisan Kedua Sumber: Citra Marga, 2007


(41)

13.Pemadatan

Lapisan kedua tersebut harus dipadatkan sampai rata dengan permukaan jalan.

Gambar II.38 Pemadatan Dengan Stamper Sumber: Citra Marga, 2007

Gambar II.39 Hasil Lapis Kedua Sumber: Citra Marga, 2007


(42)

II-29

14.Finishing

Lapisan penutup dengan binder pada permukaan yang sudah dipadatkan, lapisan tersebut merupakan lapisan tipis sebagai bahan kedap air.

Gambar II.40 Pelapisan Penutup Tipis Sumber: Citra Marga, 2007

Gambar II.41 Hasil Akhir Asphaltic Plug Sumber: Citra Marga, 2007


(43)

III-1 3.1 Penyajian Laporan

Studi Literature

Analisis

Biaya, waktu pengerjaan, dan mutu

Jenis-jenis expansion

joint Cara pemasangan

Studi kasus

Kesimpulan


(44)

III-2

3.2 Analisis Biaya, Waktu, dan Mutu Dari Masing-masing Expansion Joint

a. Butt Joint  Biaya

Dengan asumsi buttjoint menggunakan baja siku 70 mm x 70 mm x 7 mm, dan dengan jangkar menggunakan baja berdiameter 16 mm dan panjang 15 cm dengan jarak antar jangkar 20 cm. Didapat berat total sebesar 9.67 kg. Dan harga baja dipasaran adalah Rp 9.500/kg. Jadi harga bahan butt jointadalah Rp 91.865/m’.

 Waktu Pengerjaan

Dalam waktu pengerjaan butt joint terbilang cepat. Butt joint dipasang saat pengecoran pelat lantai jembatan.

 Mutu

Sulit untuk melindungi armor dari korosi dan mendapatkan konsolidasi beton yang baik. Seiring waktu armor dapat lepas karena kelelahan dari jangkar. Lepasnya armor bisa berbahaya bagi lalu lintas (Transportation Research Board, 2003, Bridge Deck Joint Performance).

b. Finger Joint  Biaya

Dengan asumsi finger joint menggunaka pelat baja dengan tebal 16 mm, lebar 300 mm, panjang 1 m, dan memakai jangkar baja diameter 16 mm dan panjang 150 mm dengan jumlah jangkar keseluruhan 28 buah. Maka didapat berat total sebesar 50,93 kg. Harga baja dipasaran Rp 9.500/kg. Maka harga total bahan finger joint sebesar Rp 483.835/m’.

 Waktu Pengerjaan

Pekerjaan finger joint bisa mulai dilakukan saat pelat beton jembatan sudah kering.


(45)

 Mutu

Finger joint cenderung lebih sedikit masalah dibanding joint lain. Tipikal masalah yang ada adalah masalah pada jangkar, masalah jari yang menekuk ke atas, yang menghasilkan suara bising, permukaan yang kasar, dan jari yang patah (Transportation Research Board, 2003, Bridge Deck Joint Performance).

c. New Cut Off Joint  Biaya

Harga jadi dari new cut off joint menurut Journal Of Material Building And Interior Propinsi DKI Jakarta:

1. Gap 20 mm Rp 2.900.000/m’ 2. Gap 30 mm Rp 3.450.000/m’ 3. Gap 40 mm Rp 3.850.000/m’  Waktu Pengerjaan

Pengerjaan new cut off joint bisa dilakukan saat pelat beton lantai jembatan sudah kering.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan saat pemasangan joint ini, seperti yang dibahas pada sub bab 2.3.1.3.

 Mutu

Masalah yang sering terjadi adalah menumpuknya puing di dalam lekukan seal, tepi mortar yang hancur, dan lepasnya ikatan karet seal dengan mortar.

d. Asphaltic Plug Joint  Biaya

Harga jadi dari asphaltic plug joint menurut Journal Of Material Building And Interior Propinsi DKI Jakarta:


(46)

III-4

2. Gap 30 mm Rp 1.500.000/m’  Waktu Pengerjaan

Asphaltic plug joint dikerjakan setelah pelat lantai jembatan sudah siap.

Joint ini mempunyai beberapa tahapan dalam pemasangan, seperti yang dibahas pada sub bab 2.3.2.3.

 Mutu

Menurut Transportation Research Board (2003), Bridge Deck Joint Performance, masalah utama pada asphaltic plug joint adalah iklim, seperti melunak pada cuaca panas dan retak pada cuaca yang sangat dingin. Dan seiring waktu joint ini akan menipis karena sering dilalui kendaraan.

e. Strip Seal Joint  Biaya

Harga jadi dari strip seal joint merk Wabo menurut Journal Of Material Building And Interior Propinsi DKI Jakarta:

1. SMM 100 Rp 5.750.000/m’ 2. SMM 125 Rp 6.150.000/m’ 3. SMM 100 Rp 5.000.000/m’  Waktu Pengerjaan

Strip seal joint bisa dipasang saat pelat beton jembatan sudah kering.  Mutu

Masalah yang paling sering terjadi adalah terkumpulnya pasir dan material lain di dalam seal. Saat joint terbuka pasir dan puing masuk, dan saat joint tertutup sair dan puing akan terperangkap didalamnya, hal ini bisa menyebabkan seal pecah dan kehilangan kekenyalan. Rusaknya seal juga bisa terjadi karna terlindasnya pasir


(47)

dan puing yang berada di seal oleh kendaraan yang melintas (Transportation Research Board, 2003, Bridge Deck Joint Performance).

f. Modular Joint  Biaya

Harga jadi modular joint menurut merk Wabo menurut Journal Of Material Building And Interior Propinsi DKI Jakarta:

1. SDM 160 (total movement 160 mm) Rp 39.000.000/m’ 2. SDM 200 (total movement 200 mm) Rp 42.750.000/m’ 3. SB 240 (total movement 240 mm) Rp 52.500.000/m’ 4. SB 320 (total movement 320 mm) Rp 75.000.000/m’ 5. SB 400 (total movement 400 mm) Rp 115.900.000/m’ 6. SB 480 (total movement 480 mm) Rp 145.350.000/m’  Waktu Pengerjaan

Sama seperti finger joint dan strip seal joint, modular joint juga bisa dipasang saat beton dari pelat lantai jembatan telah kering.

 Mutu

Masalah yang terjadi pada modular joint adalah kelelahan pada bagian las, kerusakan pada seal, kerusakan pada support bar.


(48)

III-6 Tabel III.1 Fitur, Keunggulan, dan Kelemahan Dari Masing-masing Expansion Joint

Tipe Joint Fitur Keunggulan Kelemahan

Butt Joint digunakan untuk biaya relatif murah rentan terhadap karat,

jembatan bentang tidak kedap air

pendek dan

movement kecil

Finger Joint digunakan untuk bisa mengakomodasi kemungkinan

jembatan dengan movement yang penyumbatan celah

bentang menengah cukup besar oleh puing di

sampai panjang. daerah jari

Strip Seal Joint memiliki record kedap air kinerja tergantung

performa yang baik, pada ketepatan

bisa mengakomodasi pada pemilihan

movement sampai ukuran dan material

5 inch seal

Modular Joint digunakan untuk bisa mengakomodasi suara yang

jembatan bentang movement besar ditimbulkan dan

panjang dan dan kedap air seal yang tertutup

movement besar puing


(49)

III-7 Tabel III.2 Fitur, Keunggulan, dan Kelemahan New Cut Off Joint dan Asphaltic Plug Joint

Tipe Joint Fitur Keunggulan Kelemahan

New Cut Off Joint dapat mudah dalam puing yang

mengakomodasi pemasangan, menumpuk pada

movement sampai kedap air seal

50 mm

Asphaltic Plug Joint dapat mudah dalam menipis seiring

mengakomadasi pemasangan, waktu

movement sampai kedap air


(50)

IV-1

BAB IV

CONTOH KASUS

PEMILIHAN EXPANSION JOINT

Pada bab ini akan membahas tentang pemilihan jenis expansion joint yang akan dipakai pada satu contoh kasus.

Kasus yang digunakan adalah pemilihan expansion joint pada jembatan yang berada di Kabupaten Bangka. Jembatan ini menggunakan girder dan panjang bentangnya 8,8 m.

Expansion joint direncanakan supaya mampu mengakomodasi pergerakan yang diakibatkan creep, shrinkage, dan perubahan temperature.

∆expansion joint = ∆cr+sh + 2∆temp

4.1 Perencanaan Expansion Joint

Perhitungan deformasi akibat creep, shrinkage, dan temperature dilakukan untuk mengetahui lebar minimum celah expansion joint.

Diketahui jembatan girder dengan panjang 8,8 m. Menggunakan mutu beton K-350 (fc’ = 0.83 * 35 = 29.05 MPa). Suhu di lapangan, Tmax = 40ºC dan Tmin = 27ºC.

4.1.1 Deformasi Akibat Creep (rangkak beton)

Rangkak merupakan regangan jangka panjang yang tergantung pada suatu kondisi tegangan tetap. Ini perhitungan menurut RSNI T-12-2004:

∆cr = εcc.t.L

εcc.t= Φcc(t).εe

Koefisien rangkak, Φcc(t), bila tidak dilakukan pengukuran atau pengujian secara khusus, bisa dihitung dari rumusan:


(51)

Φcc(t) = (36500.6 / (10 + 36500.6)) * 2.462

Φcc(t) = 2.295

εe = 0.7 √fc’/ 4700 √fc’

εe = 0.000149

∆cr = 2.295 * 0.000149 * 8800

∆cr = 3.009 mm Keterangan:

εe = Regangan elastis sesaat akibat bekerjanya tegangan tetap. t = Umur rencana pembebanan (10 tahun atau 3650 hari).

Cu = Koefisien rangkak maksimum. Diasumsikan pada suatu kondisi standar. Untuk fc’ = 29.05 MPa, nilai Cu = 2.462 (RSNI T-12-2004).

L = Panjang bentang = 8800 mm.

4.1.2 Deformasi Akibat Shrinkage (susut beton)

Deformasi akibat shrinkage dihitung menurut RSNI T-12-2004: ∆sh = εcs.t.L

εcs.t = (t/(35+t)).εcs.u

εcs.t = (50 / (35 + 50)) * 0.00016867

εcs.t = 9.921 * 10-5

∆sh = 9.921 * 10-5 *8800

∆sh = 0.873 mm Keterangan:

εcs.t = Nilai regangan susut beton pada umur t hari.

t = Umur beton yang dirawat basah dilokasi pekerjaan, terhitung sejak 7 hari pengecoran (t = 50 hari).


(52)

IV-3

εcs.u = Nilai susut maksimum beton. Diasumsikan pada suatu kondisi standar, untuk fc’ = 29.05 MPa, nilai ɛcs.u = 0.00016867 (RSNI T-12-2004).

4.1.3 Deformasi Akibat Perubahan Suhu Perhitungannya adalah sebagai berikut :

∆L = L.α.∆T

∆T = (Tmax– Tmin) / 2 = 6.5ºC

∆L = 8800 * 10 * 10-6 * 6.5 ∆L = 0.572 mm

Keterangan: Tmax = 40ºC Tmin = 27ºC

α = Koefisien muai panjang beton = 10 * 10-6 per ºC (RSNI T-12-2004).

4.1.4 Perhitungan Celah Expansion Joint

Rumus untuk perhitungan expansion joint adalah : ∆expansion joint = ∆cr+sh + 2∆temp

∆expansion joint = 3.009 + 0.873 + (2 * 0.572)

∆expansion joint = 5.026 mm

4.2 Pemilihan Jenis Expansion Joint

Setelah mengetahui lebar minimum celah yang didapat dari perhitungan diatas, sekarang kita bisa menentukan jenis expansion joint yang cocok untuk kasus ini. Untuk lebar minimum celah sebesar 5.026 mm, jenis joint yang bisa menjadi pilihan yang efisien adalah:


(53)

1. Menggunakan Butt Joint

Joint ini merupakan yang paling simple, karena hanya menggunakan besi siku sebagai armor. Besar celah maksimumnya adalah 25 mm. Dalam hal biaya, joint ini paling murah diantara joint lainya.

Butt joint merupakan jenis joint terbuka, jadi puing dan kotoran yang ada diatasnya dapat masuk ke celah expansion joint. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan puing dan kotoran di bagian struktur bawah. Kerusakan yang terjadi pada butt joint biasanya karena kelelahan jangkar atau amblasnya tepian beton. Armor yang lepas bisa berbahaya bagi pengguna jalan.

Gambar IV.1 Butt Joint Yang Rusak Sumber: Transportation Research Board, 2003

Perawatan yang dilakukan pada butt joint adalah membersihkan puing-puing atau sampah yang berada di celah.

2. Menggunakan New Cut Off Joint

Joint merupakan jenis expansion joint tertutup. Memakai seal karet untuk menutp celah expansion joint dan menggunakan mortar untuk dudukannya.


(54)

IV-5

Kerusakan yang sering terjadi adalah amblasnya mortar dan seal yang rusak akibat tumpukan puing diatasnya. Seal rubber bisa terlepas dan membahayakan pengguna jalan.

Gambar IV.2 New Cut Off Joint Yang Rusak Di Jalan Tol Purbaleunyi, Km 112

Perawatan yang dilakukan adalah pembersihan puing dan sampah yang menumpuk di seal secara berkala.

3. Menggunakan Asphaltic Plug Joint

Asphaltic plug joint merupakan joint jenis tertutup yang paling banyak digunakan saat ini di Indonesia. Perawatan yang mudah dan bahan baku yang mudah didapat merupakan nilai lebih dari joint ini. Kelebihan lain dari joint ini adalah minimnya suara dan getaran yang ditimbulkan saat dilewati kendaraan.

Kerusakan yang terjadi biasanya berupa retakan antara joint dan permukaan plat jembatan. Menipisnya lapisan aspal seiring umur. Umur pemakaian Asphaltic Plug Joint bisa mencapai 6 tahun.


(55)

4. Menggunakan Butt Joint dengan rubber seal

Joint ini merupakan modifikasi butt joint yang diberi seal karet sebagai penutup celah expansion joint. Pada bagian dalam armor diberi dudukan untuk seal karet.

Masalah yang terdapat di joint ini pada dasarnya sama seperti Butt Joint dan New Cut Off Joint, hanya saja mortar diganti dengan armor dari besi siku.

Gambar IV.3 Butt Joint Modifikasi

Setelah melihat pilihan diatas, sekarang kita bisa menentukan expansion joint yang sesuai dengan keadaan di lapangan.

Dari analisa yang dilakukan, dianjurkan untuk menggunakan Asphaltic Plug Joint dikarenakan bahan baku produksi lokal yang mudah didapat, perawatan yang mudah, dan kenyamanan yang baik bagi para pengguna jembatan.


(56)

V-1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Jenis-jenis dari expansion joint sangat beragam dan akan terus bertambah seiring dengan perkembangan jaman. Setiap jenis expansion joint mempunyai tipe dan setiap tipe mempunyai expansion amount yg berbeda.

Pemilihan jenis expansion joint didasarkan pada perhitungan lebar celah expansion joint dan kondisi di lapangan.

Pada contoh kasus yang dibahas pada Bab IV, dari hasil analisa dianjurkan memilih expansion joint jenis Asphaltic Plug Joint karena bahan yang mudah didapat, kenyamanan yang baik bagi pengguna jalan, dan perawatan yang minim. Asphaltic Plug Joint mungkin merupakan joint yang paling banyak dipakai saat ini. Bahan baku yang dulu menggunakan produk luar, sekarang sudah diproduksi oleh produsen dalam negeri. Hal ini membuat bahan baku lebih murah dan mudah didapat.

5.2 Saran

Dalam pemilihan expansion joint pada jembatan, jangan terpaku hanya pada harga yang murah. Tetapi pertimbangkan faktor lain seperti mutu, perawatan, kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan.

Getaran dan suara yang timbul pada saat melewati expansion joint dapat menggangu pengguna jalan dan lepasnya komponen dari expansion joint dapat membahayakan pengguna jalan. Untuk menghindari hal ini pemilihan, pemasangan, dan perawatan expansion joint harus diperhatikan. Kebersihan expansion joint, khusunya yang memakai rubber seal sangat penting. Puing dan sampah yang menumpuk di bagian seal bisa menyebabkan seal terlepas. Perawatan sebaiknya dilakukan secara berkala untuk meminimalisir kerusakan


(57)

pada expansion joint. Perawatan yang baik dapat memperpanjang umur dari expansion joint.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

1. Agrement South Africa (2002), Certificate Thormajoint Bridge Deck Expansion Joint System, (.pdf).

2. Badan Standardisasi Nasional (2004), Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan RSNI-T-12-2004, (.pdf).

3. Citra Marga (2007), Spesifikasi Teknis Pekerjaan Expansion Joint (Asphaltic Plug), (.doc).

4. Departemen Pekerjaan Umum (2005), Pelaksanaan Pemasangan Siar Muai Jenis Asphaltic Plug untuk Jembatan, (.pdf).

5. Florida Department of Transportation (____), Bridge Maintenance and Repair Handbook, (.pdf).

6. Transportation Research Board (2003), National Cooperative Highway Research Program: Bridge Deck Joint Performance, (.pdf).


(59)

DHIMAS SYAHENDRA

082117011317

...

PERSONAL DETAILS Name : Dhimas Syahendra

Sex : Male

Place & date of birth : Jakarta, 15 April 1988

Religion : Moslem

Nationality : Indonesia Marital Status : Single

Residence : Jl. Saron II No. 12, Kemang Ifi Graha Jatiasih - Bekasi

Phone : 082117011317

E-mail : dhimas.syahendra@gmail.com

...

EDUCATION Bachelor of Engineering in Civil Engineering

Indonesia Computer University, Bandung, Indonesia Graduated September, 2012

...

SKILLS Microsoft Office

Mathcad Photoshop

...

EXPERIENCE Project Supervisor for PT. Lingga Abadi Utama


(1)

Kerusakan yang sering terjadi adalah amblasnya mortar dan seal yang rusak akibat tumpukan puing diatasnya. Seal rubber bisa terlepas dan membahayakan pengguna jalan.

Gambar IV.2 New Cut Off Joint Yang Rusak Di Jalan Tol Purbaleunyi, Km 112 Perawatan yang dilakukan adalah pembersihan puing dan sampah yang menumpuk di seal secara berkala.

3. Menggunakan Asphaltic Plug Joint

Asphaltic plug joint merupakan joint jenis tertutup yang paling banyak digunakan saat ini di Indonesia. Perawatan yang mudah dan bahan baku yang mudah didapat merupakan nilai lebih dari joint ini. Kelebihan lain dari joint ini adalah minimnya suara dan getaran yang ditimbulkan saat dilewati kendaraan.

Kerusakan yang terjadi biasanya berupa retakan antara joint dan permukaan plat jembatan. Menipisnya lapisan aspal seiring umur. Umur pemakaian Asphaltic Plug Joint bisa mencapai 6 tahun.


(2)

IV-6

4. Menggunakan Butt Joint dengan rubber seal

Joint ini merupakan modifikasi butt joint yang diberi seal karet sebagai penutup celah expansion joint. Pada bagian dalam armor diberi dudukan untuk seal karet.

Masalah yang terdapat di joint ini pada dasarnya sama seperti Butt Joint dan New Cut Off Joint, hanya saja mortar diganti dengan armor dari besi siku.

Gambar IV.3 Butt Joint Modifikasi

Setelah melihat pilihan diatas, sekarang kita bisa menentukan expansion joint yang sesuai dengan keadaan di lapangan.

Dari analisa yang dilakukan, dianjurkan untuk menggunakan Asphaltic Plug Joint dikarenakan bahan baku produksi lokal yang mudah didapat, perawatan yang mudah, dan kenyamanan yang baik bagi para pengguna jembatan.


(3)

V-1

Jenis-jenis dari expansion joint sangat beragam dan akan terus bertambah seiring dengan perkembangan jaman. Setiap jenis expansion joint mempunyai tipe dan setiap tipe mempunyai expansion amount yg berbeda.

Pemilihan jenis expansion joint didasarkan pada perhitungan lebar celah expansion joint dan kondisi di lapangan.

Pada contoh kasus yang dibahas pada Bab IV, dari hasil analisa dianjurkan memilih expansion joint jenis Asphaltic Plug Joint karena bahan yang mudah didapat, kenyamanan yang baik bagi pengguna jalan, dan perawatan yang minim. Asphaltic Plug Joint mungkin merupakan joint yang paling banyak dipakai saat ini. Bahan baku yang dulu menggunakan produk luar, sekarang sudah diproduksi oleh produsen dalam negeri. Hal ini membuat bahan baku lebih murah dan mudah didapat.

5.2 Saran

Dalam pemilihan expansion joint pada jembatan, jangan terpaku hanya pada harga yang murah. Tetapi pertimbangkan faktor lain seperti mutu, perawatan, kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan.

Getaran dan suara yang timbul pada saat melewati expansion joint dapat menggangu pengguna jalan dan lepasnya komponen dari expansion joint dapat membahayakan pengguna jalan. Untuk menghindari hal ini pemilihan, pemasangan, dan perawatan expansion joint harus diperhatikan. Kebersihan expansion joint, khusunya yang memakai rubber seal sangat penting. Puing dan sampah yang menumpuk di bagian seal bisa menyebabkan seal terlepas. Perawatan sebaiknya dilakukan secara berkala untuk meminimalisir kerusakan


(4)

V-2

pada expansion joint. Perawatan yang baik dapat memperpanjang umur dari expansion joint.


(5)

2. Badan Standardisasi Nasional (2004), Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan RSNI-T-12-2004, (.pdf).

3. Citra Marga (2007), Spesifikasi Teknis Pekerjaan Expansion Joint (Asphaltic Plug), (.doc).

4. Departemen Pekerjaan Umum (2005), Pelaksanaan Pemasangan Siar Muai Jenis Asphaltic Plug untuk Jembatan, (.pdf).

5. Florida Department of Transportation (____), Bridge Maintenance and Repair Handbook, (.pdf).

6. Transportation Research Board (2003), National Cooperative Highway Research Program: Bridge Deck Joint Performance, (.pdf).


(6)

DHIMAS SYAHENDRA

082117011317

...

PERSONAL DETAILS Name : Dhimas Syahendra

Sex : Male

Place & date of birth : Jakarta, 15 April 1988 Religion : Moslem

Nationality : Indonesia Marital Status : Single

Residence : Jl. Saron II No. 12, Kemang Ifi Graha Jatiasih - Bekasi

Phone : 082117011317

E-mail : dhimas.syahendra@gmail.com

...

EDUCATION Bachelor of Engineering in Civil Engineering

Indonesia Computer University, Bandung, Indonesia Graduated September, 2012

...

SKILLS Microsoft Office

Mathcad Photoshop

...

EXPERIENCE Project Supervisor for PT. Lingga Abadi Utama