Analisis Yuridis Terhadap Pengelolaan Aset Bpjs Kesehatan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN ASET BPJS KESEHATAN BERDASARKANPERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan
Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh :
THEO PATRA SILABAN 110200160
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015

ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN ASET BPJS KESEHATAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN
*)Theo Patra Silaban **)Mahmul Siregar ***)Ramli Siregar
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut dengan BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Dalam penyelenggaraannya, perlu dilakukan pengelolaan aset BPJS Kesehatan. Pengelolaan aset BPJS Kesehatan adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengelola segala aset yang dimiliki oleh BPJS Kesehatan. Adapun yang menjadi rumusan masalah penulisan ini adalah melakukan perencanaan pengelolaan aset terlebih dahulu, kemudian sistem pelaksanaan dan yang terakhir melakukan pengawasan serta evaluasi terhadap pengelolaan aset jaminan kesehatan.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Bahan yang dijadikan sumber dari penelitian berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier yang di analisis secara kualitatif.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan, pengelolaannya harus dilakukan sesuai dengan tahapan yang ditetapkan menurut standar nasional yaitu melakukan perencanaan. Dalam perencanaan tersebut dilakukan inventarisasi data dan informasi. Maksudnya mendata seluruh aset kemudian dilakukanlah penyusunan rancangan dan penetapan rencana pengelolaan. Setelah selesai melakukan pendataan terhadap aset tersebut, selanjutnya melaksanakan pengelolaan. Dalam pelaksanaan ini, pihak pengelola atau penyelenggara mengetahui darimana saja sumber aset yang dimiliki, liabilitas yang ada, penggunaan aset, pengembangan aset, mengetahui sejauhmana kesehatan keuangan dan setelah selesai semua itu, dilakukanlah pertanggungjawaban. Selama berlangsungnya pengelolaan ini, dilakukanlah pengawasan baik yang dilakukan dari pihak internal maupun pihak eksternal. Setelah memberikan pertanggungjawaban terhadap apa saja yang terjadi selama proses pengelolaan, dilakukan evaluasi. Apabila dalam evaluasi serta pengawasan terdapat pihak yang melakukan kecurangan berhak mendapat sanksi.
Kata kunci : BPJS Kesehatan, Pengelolaan Aset
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II

KATA PENGANTAR\
Syalom, Dengan segenap hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah menghantarkan penulis sampai di batas ini. Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum, Departemen Hukum Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari perhatian, bimbingan, dorongan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan. 2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum, selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H.,M.H, selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 4. Bapak Dr. Ok Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 5. Ibu Windha, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara Medan yang banyak memberikan pengetahuan selama perkuliahan.

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang banyak memberikan pengetahuan dan saran selama Bimbingan skripsi dan selama perkuliahan.
7. Bapak Ramli Siregar, S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Bachtiar Hamzah, S.H.,M.Hum, selaku selaku Dosen Wali penulis yang sudah benyak memberikan masukan selama masa perkuliahan.
9. Bapak dan Ibu Dosen selaku Staf Pengajar dan seluruh administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
10. Yang paling saya sayangi kedua orangtua saya, Pdt. Julasber G Silaban M.Th dan Drg. Emmi S Simbolon MARS. Terima kasih banyak ayah dan ibu buat doa, semangat, kasih sayang dan perhatiannya.
11. Nenek yang saya sayangi Timoria Situmorang. Terima kasih banyak atas dukungan dan nasehat yang diberikan selama ini buat saya.
12. Bung dan sarinah Gmni Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan dukungan serta pelajaran yang berarti untuk saya selama perkuliahan.
13. Bung Bruno, Bung Masslon, Bung ardy, Bung Natanael, Bung Tumpal, Bung Frimanda, Bung Epraim, Bung Pir, Bung Yoko, Sarinah Yosephine, Sarinah Conny, Sarinah Gelora, Sarinah Pagit, Sarinah Vonny, sarinah Fransisca serta seluruh Bung dan Sarinah yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu selaku teman seperjuangan di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Komisariat Fakultas Hukum Usu stambuk 2011.

14. Seluruh kawan-kawan panitia Penerimaan Mahasiswa/i Baru (PMB) 2014 program reguler stambuk 2011 reguler Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang sudah menjadi partner saya dalam acara tersebut. Kalian memberikan banyak kenangan.
15. Kawan-kawan stambuk 2011 grup c di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
16. Para sahabatku dan juga kawan lamaku Bob Panjaitan, Jenrico Hutabarat, Paulus Siahaan, Saprizal, Benny Suryadi, Emma Yosephine Sinaga, Dyah Simbolon dan Intan Elisabeth yang memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini
17. Abang-abang yang memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini dan juga memberi pengertian. Bang Devi, bang Irvan dan bang ucok siregar.

18. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.
Medan, April 2015 Penulis,
Theo Patra Silaban

DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1 B. Perumusan Masalah ..............................................................................7 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..............................................................8 D. Keaslian Penulisan ................................................................................9 E. Tinjauan Kepustakaan .........................................................................10 F. Metode Penelitian ................................................................................11 G. Sistematika Penulisan ..........................................................................14 BAB II TINJAUAN TERHADAP PERENCANAAN PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN A. Sejarah Transformasi PT.Askes menjadi BPJS Kesehatan .................16 B. Pengertian BPJS Kesehatan .................................................................22 C. Peserta dan Kepesertaan Anggota BPJS Kesehatan ............................30 D. Inventarisasi Data dan Informasi Aset Jaminan Sosial Kesehatan .....42 E. Tahapan serta Sistem Penyususan Rancangan dan Penetapan Rencana
Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan .....................................47

BAB III TINJAUAN TERHADAP PELAKSANAAN PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
A. Sumber Aset dalam Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan ...52
B. Liabilitas Keuangan ............................................................................58
C. Penggunaan Aset .................................................................................62
D. Pengembangan Aset ............................................................................66
E. Kesehatan Keuangan dalam Pengelolaan ............................................73
F. Sistem Pertanggungjawaban Pengelolaan ...........................................78
BAB IV SISTEM PENGAWASAN, MONITORING DAN EVALUASI TERHADAP PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
A. Bentuk Penyelenggara Pengawasan Program Jaminan Sosial Kesehatan ............................................................................................82
B. Ketentuan Monitoring dan Evaluasi Program Jaminan Sosial Kesehatan ............................................................................................95

C. Akibat Hukum yang Ditimbulkan dalam Penyalahgunaan Pengelolaan Aset BPJS Kesehatan ..........................................................................97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................107
B. Saran .................................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN ASET BPJS KESEHATAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN
*)Theo Patra Silaban **)Mahmul Siregar ***)Ramli Siregar
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut dengan BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Dalam penyelenggaraannya, perlu dilakukan pengelolaan aset BPJS Kesehatan. Pengelolaan aset BPJS Kesehatan adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengelola segala aset yang dimiliki oleh BPJS Kesehatan. Adapun yang menjadi rumusan masalah penulisan ini adalah melakukan perencanaan pengelolaan aset terlebih dahulu, kemudian sistem pelaksanaan dan yang terakhir melakukan pengawasan serta evaluasi terhadap pengelolaan aset jaminan kesehatan.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Bahan yang dijadikan sumber dari penelitian berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier yang di analisis secara kualitatif.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan, pengelolaannya harus dilakukan sesuai dengan tahapan yang ditetapkan menurut standar nasional yaitu melakukan perencanaan. Dalam perencanaan tersebut dilakukan inventarisasi data dan informasi. Maksudnya mendata seluruh aset kemudian dilakukanlah penyusunan rancangan dan penetapan rencana pengelolaan. Setelah selesai melakukan pendataan terhadap aset tersebut, selanjutnya melaksanakan pengelolaan. Dalam pelaksanaan ini, pihak pengelola atau penyelenggara mengetahui darimana saja sumber aset yang dimiliki, liabilitas yang ada, penggunaan aset, pengembangan aset, mengetahui sejauhmana kesehatan keuangan dan setelah selesai semua itu, dilakukanlah pertanggungjawaban. Selama berlangsungnya pengelolaan ini, dilakukanlah pengawasan baik yang dilakukan dari pihak internal maupun pihak eksternal. Setelah memberikan pertanggungjawaban terhadap apa saja yang terjadi selama proses pengelolaan, dilakukan evaluasi. Apabila dalam evaluasi serta pengawasan terdapat pihak yang melakukan kecurangan berhak mendapat sanksi.
Kata kunci : BPJS Kesehatan, Pengelolaan Aset
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, jaminan sosial kesehatan sangat diperlukan sebagai sarana penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.1Hal ini didukung dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Alinea ke- 4, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, yang kemudian diejawantahkan pada Pasal 28H ayat (3) yang berisi “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat” serta Pasal 34 ayat (2) yang berisi “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan rakyat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan” sebagai pemenuhan hak konstitusional bangsa Indonesia. Dengan alasan inilah maka dibentuk PT Askes (Persero) sebagai wadah bagi masyarakat Indonesia untuk memberi pelayanan kesehatan. Perseroan Terbatas Askes (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiunan PNS, TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
1Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Kesehatan dari BPJS (Jakarta: Visi Media, 2014), hlm. 7.

Usaha lainnya.2PT. Askes (Persero) merupakan awal mula terbentuknya badan penyelenggara yang menjamin kesehatan masyarakat Indonesia. PT. Askes (Persero) pertama sekali terbentuk pada tahun 1968 sampai pada tahun 2011 terjadi transformasi PT. Askes (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. BPJS Kesehatan ini merupakan pembagian jenis dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selain BPJS Kesehatan terdapat pula BPJS Ketenagakerjaan.
Makna kata transformasi yang disebutkan diatas adalah perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial, menjadi BPJS. Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan penyelenggara jaminan sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial. Perubahan karakteristik berarti perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi.3
Masa transformasi PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan berlangsung selama dua tahun terhitung sejak Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selanjutnya disebut UU BPJS disahkan yaitu tanggal 25 November 2011 barulah setelah itu BPJS Kesehatan
2Sejarah Singkat PT. Askes (Persero) Status Perusahaan Persero, http://www.academia.edu/5246024/Sejarah_Singkat_PT_ASKES_Persero_Status_Perusahaan_Per sero (diakses tanggal 11 Januari 2015)
3 Transformasi BPJS, http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/387 (diakses tanggal 14 Januari 2015)

dapat beroperasi. Dengan kata lain walau sudah bertransformasi, BPJS Kesehatan belum langsung dapat beroperasi. Dalam persiapan itu Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) ditugaskan untuk menyiapkan operasional BPJS Kesehatan serta menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT. Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.4Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT. Askes (Persero) diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka paling lama 2 (dua) tahun sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi.5
Menurut Pasal 60 ayat (1) UU BPJS, BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014. Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan terdapat beberapa perubahan diantaranya adalah Kementrian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat; Kementrian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden; dan PT. Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan.6Sebelum itu, dalam masa persiapan yang sudah disampaikan didalam paragraf sebelumnya dalam hal pengalihan perlulah dibentuk perihal pengelolaan aset yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan selamjutnya disebut PP Nomor 87
4 Tim ANTARA Publishing, Himpunan Peraturan BPJS Kesehatan (Jakarta:Perum LKBN ANTARA, 2014), hlm. 69.
5Ibid., hlm. 70. 6Ibid.

Tahun 2013. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.7
Aset yang dikelola sesuai PP ini terdapat dua jenis yaitu aset BPJS Kesehatan dan aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan. Pengelolaan tersebut dilakukan dengan pertama sekali melakukan perencanaan untuk batu pijakan menuju pelaksanaan pengelolaan aset. Setelah direncanakan, dilakukanlah pelaksanaan pengelolaan aset dan setelah dilakukan pelaksanaan dilakukanlah pertanggung jawaban dan evaluasi. Selama berlangsungnya pengelolaan aset, pengawasan dilakukan baik dari internal maupun eksternal. Salah satucontoh aset tersebut adalah iuran dari setiap peserta. Berkaitan dengan iuran, iuran merupakan hal yang wajib bagi seluruh peserta. Pesertanya merupakan seluruh masyarakat Indonesia. Namun diketahui jenis pekerjaan dan pendapatan tiap orang di Indonesia beragam jenisnya secara otomatis juga jumlah iuran bagi peserta jaminan sosial kesehatan beragam jenisnya. Beragam jenis serta tanggal pembayaran iuran itu terdiri dari : 1. Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar
oleh Pemerintah. 2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga
Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan 3% (tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.
7Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

3. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan 4% (empat persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.
4. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll) peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar: a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III. b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) 
per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang 
perawatan Kelas II. c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

6. Iuran jaminan kesehatan bagi veteran, perintis kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh pemerintah.
7. Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.

Pembayaran iuran yang sudah ditetapkan tadi apabila terlambat maka dikenakan denda seperti keterlambatan pembayaran iuran untuk pekerja penerima upah dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan, yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak oleh pemberi kerja dan keterlambatan pembayaran iuran untuk peserta bukan penerima upah dan bukan pekerja dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 6 (enam) bulan yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak. Pembayaran iuran serta denda tersebut dibayarkan melalui bank. Bank yang dimaksud adalah bank umum yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Contoh bank umum yang dimaksud adalah Bank Rakyat indonesia, Bank Nasional Indonesia dan Bank Mandiri.8 Dana dari iuran serta denda itu merupakan aset jaminan sosial kesehatan. Selain iuran serta denda tersebut menurut Pasal 42 UU BPJS tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, menteri keuangan yang disebutkan sebagai pemerintah juga menyediakan anggaran dana sebesar 4 triliun rupiah untuk menyelenggarakan jaminan sosial kesehatan yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Namun 4 triliun rupiah itu tidak sepenuhnya buat BPJS Kesehatan. Dana anggaran itu dibagi dua, 2 triliun rupiah diberikan kepada
8Buletin Info BPJS Kesehatan edisi 1 Juni 2014, hlm.1.

BPJS Kesehatan dan 2 triliun rupiah diberikan kepada BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu juga terdapat jenis aset lainnya yang berasal dari PT. Askes (Persero) sebelumnya seperti tanah bangunan dan fasilitas lainnya. Sehingga dana yang dihimpun dari masyarakat, dana anggaran dari pemerintah serta bangunan beserta fasilitasnya perlulah dikelola dengan baik.
B. Rumusan Masalah Uraian singkat dari yang dikemukakan diatas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana tahapan perencanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan
menurut Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2013? 2. Bagaimana sistem pelaksanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan
yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2013? 3. Bagaimana bentuk pengawasan serta evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui tahapan perencanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan menurut Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2013.
2. Mengetahui sistem pelaksanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan yang dilakukan BPJS Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2013.

3. Mengetahui bentuk pengawasan serta evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan. Adapun manfaat penulisan skripsi ini antara lain :
1. Secara teoritis Secara teoritis, penulisan ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu hukumterhadap pengelolaan aset BPJS Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Secara praktis Secara Praktis, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan batasan kewenangan bagi pemerintah dan juga pihak-pihak intern di dalam BPJS Kesehatan dalam hal pengelolaan aset BPJS Kesehatan dan juga penulisan ini memberikan pengetahuan tentang BPJS Kesehatan kepada masyarakat baik dalam hal jumlah iuran yang diwajibkan, tanggal pembayaran iuran, cara membayar iuran serta apa saja yang menjadi hak masyarakat Indonesia.
D. Keaslian Penulisan Skripsi ini berjudul “Analisis Yuridis terhadap Pengelolaan Aset BPJS
Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan” . Di dalam penulisan skripsi ini, dimulai dari mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan kesehatan dan Pengelolaan aset, maupun peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik. Sehubungan dengan


keaslian judul skripsi ini, telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan melalui internet untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara atau ditempat lainnya.Namun terdapat penulisan mengenai “Penerapan Jaminan Kesehatan di PT Asuransi Kesehatan Indonesia terhadap Perlindungan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil.” yang ditulis oleh Astri E. Silalahi pada tahun 2011, skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang mengangkat rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan tentang Asuransi Kesehatan terhadap Pegawai Negeri
Sipil di Indonesia? 2. Bagaimana pelaksanaan sistem Asuransi Kesehatan terhadap Pegawai Negeri
Sipil di Indonesia? 3. Bagaimana penerapan Jaminan Kesehatan di PT. ASKES (Persero) Indonesia
terhadap perlindungan kesehatan Pegawai Negeri Sipil? Skripsi ini ditulis dengan permasalahan dan pembahasan yang berbeda sehingga bisa dipandang sebagai tulisan yang asli. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban di kemudian hari.
E. Tinjauan Kepustakaan Sejak pelayanan kesehatan diketahui memiliki peranan besar dalam
meningkatkan derajat kesehatan hidup masyarakat, semua negara termasuk Indonesia berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-

baiknya.9 Sehingga dibentuklah BPJS Kesehatan dahulunya adalah PT. Askes (Persero), fungsinya untuk memberikan pelayanan jaminan sosial yang menjamin kesehatan masyarakat Indonesia. Jaminan sosial adalah suatu hal yang dipastikan atau dijaminkan kepada seseorang atau setiap orang dalam hal kemanusiaan atau sosial. Salah satu contoh jaminan sosial ini adalah jaminan sosial kesehatan. Jaminan sosial kesehatan merupakan bagian dari jaminan sosial yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang wajib berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut UU SJSN) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang layak dan diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.10 Jaminan sosial kesehatan tersebut dikelola oleh BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan khusus untuk memelihara jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembentukan BPJS Kesehatan perlu diperhatikan mengenai pengelolaan asetnya. Karena aset yang dikelola itu menjadi sumber pembekalan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pengelolaan aset merupakan suatu cara untuk mengelola kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan hingga mengalihkan aset secara
9 Indra Bastian, Akuntansi Kesehatan (Jakarta:Eirlangga, 2008), hlm. 1. 10 Jaminan Kesehatan Nasional, http://www.jkn.kemkes.go.id/faq.php (diakses tanggal 09 April 2015)

efektif dan efisien.11 Aset merupakan seluruh hak yang digunakan untuk pengelolaan suatu perusahaan. Aset yang dikelola itu adalah aset BPJS Kesehatan dan aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
F. Metode Penelitian 1. Jenis dan sifat Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif bersifat doktrinal. Pada penelitian ini hukum sering dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas. Metode penelitianhukum normatif atau yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perUU-an berdasarkan bahan primer, sekunder, dan tersier untuk mendapatkan kesimpulan dari data-data yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan sifat penelitian bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu. 2. Sumber data
11 Definisi dan Tujuan Manajemen Aset, http://novian-hidayatappraisal.blogspot.com/2014/09/definisi-dan-tujuan-manajemen-aset.html?m=1 (diakses tanggal 26 Maret 2015)

Penelitian ini yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumendokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Sumber data kepustakaan diperoleh dari :
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerimaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. Misalnya : RUU, jurnal hukum, buku-buku, makalah, artikel dari majalah ataupun buletin yang terkait, internet dan sebagainya.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya : kamus, ensiklopedia.

3. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan secara studi pustaka (library research) yang
dilakukan dengan cara menelaah dan meneliti bahan pustaka berupa data

sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Cara melakukan studi pustaka dengan terlebih dahulu mengetahui jenis pustaka yang dibutuhkan kemudian mengkaji dan mengumpulkan bahan-bahan pustaka. 4. Analisis data
Seluruh penulisan skripsi ini diawali dari pengumpulan bahan primer, yang kemudian dilengkapi dengan bahan sekunder dan bahan tersier yang telah diperoleh baik dari media apapun dan kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis secara kualitatif maksudnya adalah menganalisis sesuatu namun terlebih dahulu mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan telah diuji validitas dan reabilitasnya. Metode yang dipergunakan untuk menganalisis kualitatif yaitu :
a. Mengumpulkan peraturan perundang-undangan dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan penelitian;
b. Mengelompokkan peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang ada;
c. Menguraikan bahan-bahan hukum sesuai dengan masalah yang dirumuskan;
d. Menarik kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematikan penulisan skripsi ini meliputi :

BAB I

PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan


dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II BAB III

TINJAUAN

TERHADAP

PERENCANAAN

PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL

KESEHATAN

Berisikan tentang sejarah mengenai Transformasi dari

PT.Askes menjadi BPJS Kesehatan kemudian setelah itu


penjelasan mengenai BPJS Kesehatan setelah itu dibahas

mengenai Peserta dan Kepesertaan anggota BPJS

Kesehatan. Selanjutnya dibahas mengenai inventarisasi data

dan informasi aset Jaminan Sosial Kesehatan dan yang

terakhir mengenai tahapan serta sistem penyusunan

rancangan dan penetapan rencana pengelolaan aset Jaminan

Sosial Kesehatan.

TINJAUAN

TERHADAP

PELAKSANAAN


PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL

KESEHATAN

Berisikan tentang tinjauan sumber aset pengelolaan aset

jaminan sosial kesehatan, liabilitas keuangan, penggunaan

aset, pengembangan aset, kesehatan keuangan dalam

pengelolaan serta pembahasan mengenai sistem

pertanggungjawaban pengelolaan.

BAB IV BAB V

SISTEM PENGAWASAN, MONITORING DAN EVALUASI TERHADAP PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN Berisikan tentang bentuk penyelenggaraan pengawasan program jaminan sosial kesehatan, ketentuan monitoring dan evaluasi program jaminan sosial kesehatan dam akibat hukum yang ditimbulkan dalam penyalahgunaan pengelolaan aset BPJS Kesehatan. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEHADAP PERENCANAAN PENGELOLAAN ASET
JAMINAN SOSIAL KESEHATAN A. Sejarah Transformasi PT. Askes menjadi BPJS Kesehatan

Sebelum berubahnya atau bertransformasi PT. Askes menjadi BPJS Kesehatan pada tahun 2014, terdapat sejarah beberapa kali perubahan terhadap penyelenggara jaminan kesehatan ini yaitu : 1. Tahun 1968
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana saat itu Menteri Kesehatan adalah G.A. Siwabessy yang juga menyatakan BPDPK tersebut merupakan cikal bakal Asuransi Kesehatan Nasional. 2. Tahun 1984
Lebih meningkatkan lagi program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti. 3. Tahun 1991
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti bertambah lagi dengan masuknya veteran dan para perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya menjadi peserta. Disamping itu, perusahaan diizinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela. 4. Tahun 1992
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan fleksibelitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta serta manajemen lebih mandiri dari sebelumnya. 5. Tahun 2005
PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemertintah melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005 yaitu sebagai Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (PJKMM/ASKESKIN). Dasar penyelenggaraanya adalah UUD 1945, UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Naional (SJSN), Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005. Prinsip penyelenggaraan mengacu kepada prinsip asuransi kesehatan sosial, penyelenggaraan harus dilakukan secara serentak seluruh Indonesia dengan azas gotong royong sehingga terjadi subsidi silang, pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, harus diselenggarakan dengan prinsip nirlaba, menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam memberikan pelayan kepada peserta dan adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas. 6. Tahun 2014
Tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero) berubah nama menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang no.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.12 Perubahan nama serta aturan terjadi karena kurangnya perkembangan dan belum mendapati fungsi atau manfaat yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
Perubahan peraturan dan undang-undang yang mengatur tentang asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan tersebut harus memiliki pertimbanganpertimbangan karena perubahan itu terjadi karena kurangnya manfaat dari peraturan tersebut. Oleh karena itu, pertimbangan-pertimbangan yang harus dilaksanakan adalah: 1. Pembentukan undang-undang atau peraturan baru harus bertitik tolak pada
kebutuhan-kebutuhan sosial, ekonomi dan moneter yang nyata ada atau akan
12BPJS Kesehatan, http://id.m.wikipedia.org/wiki/BPJS_Kesehatan (diakses tanggal 26 Maret 2015)

timbul. Karena itu pembentukan undang-undang atau peraturan baru hendaknya menggunakan hasil-hasil penelitian ekonomi dan sosiologis mengenai keadaan yang berlaku sekarang ini sebagai titik tolak dan memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah yang akan timbul di waktu yang akan datang serta mencoba menemukan bagaimana kita dapat mengatasi atau mengurangi akibat masalah-masalah yang akan datang itu. Dalam hal ini metode perbandingan hukum dan perbandingan sejarah hukum akan banyak memudahkan tugas membentuk undang-undang. 2. Pembentukan undang-undang dan peraturan baru harus dilandasi pada kenyataan bahwa sistem ekonomi Indonesia mengarah kepada suatu sistem ekonomi terbuka dan sistem ekonomi internasional ataupun peristiwaperistiwa ekonomi yang terjadi di lain-lain negara akan baik secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai pengaruh kepada perekonomian nasional Indonesia. Dengan demikian dalam melaksanakan pembaharuan, kita perlu memperhatikan peraturan perundang-undangan dinegara lain, baik yang terpengaruh oleh common law ataupun continental-system khususnya negara Asean. 3. Berkaitan dengan pasar modal, yang dapat dipergunakan sebagai salah satu media bagi badan usaha untuk memperoleh dana dari masyarakat, pembaharuan tersebut hendaknya dilakukan agar ketentuan-ketentuan

Perseroan Terbatas dapat lebih sesuai dan selaras mengikuti peraturanperaturan pasar modal yang kompleks dan sophisticated.13
Saat BPJS Kesehatan telah menggantikan peranan PT Askes dan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014, PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi. Semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan, dan semua pegawai PT Askes (Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan. Pada saat yang sama, Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Askes (Persero) setelah dilakukan audit kantor akuntan publik. Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS Kesehatan dan laporan keuangan pembuka dana jaminan kesehatan. Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi.
Mulai 1 Januari 2014, program-program jaminan kesehatan sosial yang telah diselenggarakan oleh pemerintah dialihkan kepada BPJS Kesehatan. Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program Jamkesmas. Kementerian Pertahanan, TNI dan POLRI tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang ditentukan dengan PP. PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan pekerja.
13Sumantoro, Hukum Ekonomi (Jakarta: UniversitasIndonesia (UI press),1986), hlm. 286-287.

Peran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan sebagai pengelola Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan dengan pendekatan asuransi sosial, menuntut seluruh duta BPJS Kesehatan untuk mempelajari dan memahami sistem pembiayaan kesehatan Social Health Insurance (SHI) sebagai model baru yang ditetapkan dinegara ini. Hal ini juga menuntut BPJS Kesehatan untuk membuat strategi baru yang diikuti dengan tuntutan perubahan organisasi, terkait dengan tiga sub fungsi Asurasi Kesehatan Sosial yaitu pengumpulan iuran/kontribusi, rekrutmen peserta dan pemberian manfaat. Inilah merupakan makna dari perubahan. Inilah merupakan makna transformasi yang sesungguhnya di tubuh BPJS Kesehatan.
Tugas BPJS Kesehatan tidak lagi untuk mencari keuntungan, namun wajib memberikan pelayanan yang maksimum kepada peserta dengan tetap memperhatikan kendali biaya dan kendali mutu. Makna perubahan yang mendorong BPJS Kesehatan menjadi lebih kepada pengelola usaha yang lebih profesional, mampu memuaskan peserta yang berlipat ganda jumlahnya dan mempertahankan kualitas pelayanan daripada hanya sekedar berorientasi pada laba saja. Untung tidak dicari namun seyogyanya harus ada keseimbangan pengelolaan dana. Dana berimbang inilah yang kemudian menjadi bukti bahwa meskipun memberikan layanan yang terbaik dan seoptimal mungkin namun penyelenggaraan program dapat terus ditingkatkan dan sustaintabilitas program dapat dipertahankan dan tetap berkelanjutan.

B. Pengertian BPJS Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah
badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.14 Pengertian badan hukum publik tersebut adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik atau orang banyak atau menyangkut kepentingan negara. Badan hukum publik memiliki dua macam bagian yaitu badan hukum yang mempunyai teritorial dan badan hukum yang tidak mempunyai teritorial. Dalam penjelasannya, badan hukum yang mempunyai teritorial adalah suatu badan hukum yang memperhatikan atau menyelenggarakan kepentingan mereka yang tinggal didalam daerah atau wilayah. Sedangkan badan hukum yang tidak mempunyai teritorial adalah suatu badan hukum yang dibentuk oleh yang berwajib dan hanya untuk tujuan tertentu.15
Di sisi lain, menurut PP No. 87 Tahun 2013, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. BPJS Kesehatan dikatakan sebagai badan hukum karena BPJS Kesehatan merupakan suatu organisasi atau perkumpulan yang didirikan dengan akta yang otentik. Jaminan kesehatan yang dimaksud adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
14Definisi BPJS Kesehatan, http://www.jamsosindonesia.com/teropong/subdetail/bpjskesehatan_397/definisi-bpjs-kesehatan-_24 (diakses tanggal25 Februari 2015)
15 Penggolongan Badan Hukum, http://www.jurnalhukum.com/penggolongan-badanhukum/ (diakses tanggal 14 April 2015)

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayarkan iuran atau iurannya telah dibayar oleh pemerintah. Pembayarannya di berikan atau dibayar melalui bank umum yang sebagaimana telah disebutkan dalam Undang-undang mengenai perbankan yaitu Bank Mandiri, BRI dan BNI. Pembayaran dapat dilakukan melalui teller atau ATM. Pembayaran iuran dilakukan secara bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan atau bisa juga pertahun.16
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan merupakan asuransi atau pertanggungan yang menjamin kesehatan seluruh masyarakat Indonesia. Dimana didalamnya terdapat pihak penanggung dan tertanggung. Pada pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, Asuransi atau pertanggungan merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita si tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan.makna dari kata peristiwa yang tidak pasti atau bisa dikatakan sebagai belum tentu akan terjadi itu misalnya dalam hal asuransi kecelakaan. Kecelakaan merupakan peristiwa yang mendapat ketidak tentuan. Tetapi dalam asuransi kesehatan misalnya, sakitnya seseorang. Memang diketahui bersama
16Brosur pemberitahuan BPJS Kesehatan kantor cabang Kabanjahe tanggal 1 Juni 2014

seseorang sudah pasti akan mengalami sakit. Dalam hal ini sebenarnya yang tidak tentu bukan terjadinya peristiwa sakit manusia melainkan kapan manusia itu akan sakit. Dan ini memang sangat tidak dapat ditentukan.
Asuransi atau pertanggungan selaku gejala hukum di Indonesia baik dalam pengertian maupun dalam bentuknya yang terlihat sekarang ini adalah berasal dari hukum barat. Penguasa negeri Belandalah yang mengimpor asuransi selaku bentuk hukum (rechtsfiguur) di Indonesia dengan cara mengundangkan Burgerlijk Wetboek dan Wetboek van Koophandel, dengan satu pengumuman pada tanggal 30 april 1847 dan termuat dalam Staatsblaad 1847 No.23.17 Semua asuransi berupa suatu persetujuan tertentu (byzondere overeenkomst) yaitu semua pemufakatan antara dua belah pihak atau lebih dengan maksud akan mencapai suatu tujuan, dalam mana seseorang atau lebih berjanji terhadap orang lain atau lebih. Persetujuan asuransi atau pertanggungan ini merupakan suatu persetujuan timbal balik (wederkerige overeenkomst) yang berarti bahwa masing-masing pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain. Pihak terjamin berjanji akan membayar uang premi, pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang (uang asuransi) kepada pihak terjamin apabila suatu peristiwa tertentu akan terjadi. Persetujuan asuransi merupakan sutau persetujuan yang bersifat konsensuil yang artinya sudah dianggap terbentuk dengan adanya kata sepakat belaka antara kedua belah pihak.18
Menurut Mr. H.J Scheltema, zaman dahulu persetujuan asuransi pernah dianggap sebagai persetujuan riil seperti persetujuan penitipan barang.
17 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia (Jakarta: PT Intermasa, 1996), hlm. 10.
18Ibid.

Persetujuan ini baru dianggap terbentuk apabila ada terjadi suatu perbuatan tertentu.19 Konsep asuransi kesehatan ini pertama sekali dicetuskan di negara Inggris pada tahun 1911 yang didasari pada mekanisme asuransi kesehatan sosial yang pertama sekali di selenggarakan di negara Jerman pada tahun 1883. Setelah diselenggarakan di negara Jerman tersebut, mulailah negara lain ikut menyelenggarakan asuransi kesehatan sosial ini seperti negara Kanada pada tahun 1961, negara Taiwan pada tahun 1995, negara Filipina pada tahun 1997, negara Korea Selatan pada tahun 2000 dan negara Republik Indonesia. Diaplikasikan dalam BPJS Kesehatan, penanggung merupakan pihak BPJS Kesehatan sedangkan yang tertanggung merupakan masyarakat Indonesia yang menjadi peserta dari jaminan kesehatan.
Objek dari asuransi tersebut dapat berupa benda dan jasa, jiwa, raga, kesehatan manusia tanggung jawab hukum serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak dan atau berkurang nilainya. Dalam sifat pelaksanaannya, asuransi digolongkan menjadi tiga bagian yaitu asuransi Sukarela dimana penanggungan dilakukan secara sukarela yang semata-mata dilakukan atas suatu keadaan ketidak pastian atau kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas suatu yang dipertanggungjawabkan seperti asuransi pendidikan, kendaraan bermotor, asuransi kematian dan sebagainya.20 Lalu asuransi wajib, asuransi ini bersifat wajib yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dimana pelaksanaannya dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah misalnya jamsostek yang sekarang sudah bertransformasi menjadi
19Ibid., hlm. 11. 20Ibid., hlm. 13.

BPJS Ketenagakerjaan dan askes yang juga sudah bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan dan yang terakhir adalah asuransi kredit.
Asuransi kredit merupakan asuransi yang menitikberatkan jaminan kredit berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang sewaktu-waktu dapat tertimpa resiko dan kerugian bagi pemilik atau pemberi kredit khusunya bank. Contoh dari asuransi kredit tersebut adalah asuransi pengangkatan laut.
Selain penggolongan asuransi berdasarkan sifat pelaksanaannya, asuransi juga dapat digolongkan berdasarkan perjanjian asuransi. Penggolongan tersebut antara lain: 1. Asuransi kerugian (schade verzekering). Asuransi ini merupakan asuransi
yang memberikan penggantian kerugian yang mungkin timbul pada harta kekayaan pihak tertanggung. 2. Asuransi jumlah (sommen verzekering). Asuransi ini merupakan pembayaran sejumlah uang tertentu, tidak tergantung kepada persoalan apakah evenement menimbulkan kerugian atau tidak.21
Praktik yang telah terjadi dalam perkembangan penggolongan asuransi disebut juga dengan asuransi varia. Dimana asuransi yang mengandung unsurunsur asuransi kerugian maupun asuransi jumlah seperti asuransi kecelakaan dan asuransi kesehatan. Setiap asuransi dalam pelaksanaannya memiliki prinsip dasar agar asuransi tersebut dapat berjalan dengan baik. Prinsip-prinsip dasar itu antara lain adalah:
21Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi (Jakarta: PT.Gramedia widiasarana indonesia, 2005), hlm. 88-89.

1. Insurable interest yang merupakan hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
2. Utmost good faith yang merupakan suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap semua fakta yang material mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya