Upaya Peningkatann Pengetahuan dan Ketrampilan dalam Mendeteksi dan Stimulasi Dini Tumbuh Kembang Anak Bagi Kader Posyandu di Puskesmas Manyaran Semarang

UPAYA PENINGKATANN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN DALAM
MENDETEKSI DAN STIMULASI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK BAGI
KADER POSYANDU DI PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG
Maulidta KW* Niken Sukesi** Wahyuningsih***
Staff Pengajar Akper Widya Husada Semarang
Abstrak

Posyandu tataran pelaksanaan pendidikan dan pemantauan kesehatan masyarakat yang paling dasar.
Pemantauan tumbuh kembang anak melalui deteksi dini tumbuh kembang merupakan bagian dari
tugas kader. Kesehatan anak dapat diketahui secara dini dengan dilakukan deteksi tumbuh kembang.
Metodologi yang digunakan berupa pelatihan dan penyuluhan udengan metode ceramah, diskusi dan
demonstrasi cara deteksi dini tumbuh kembang anak serta cara stimulasi tumbuh kembang anak.
Hasilnya bahwa pengetahuan dan ketrampilan kader dalam mendeteksi dan menstimulasi dini
meningkat. Kesimpulan kader posyandu dapat memahami pentingnya deteksi dini tumbuh kembang
pada anak, menerapkan cara deteksi dini tumbuh kembang anak pada masyarakat, memberikan
penyuluhan serta mendemonstarikan cara menstimulasi tumbuh kembang anak.
Katakunci: kader posyandu, deteksi dini, stimulasi, anak

PENDAHULUAN

anak ternyata bukan semata terarah pada


Kesehatan masyarakat merupakan persoalan

pertumbuhan

bersama

melainkan

yang

harus

menjadi

perhatian

dan
juga


kesehatan

fisik

komprehensif

saja,
pada

pemerintah dan masyarakat. Salah satu bagian

perkembangan psikis anak. Kesalahan atau

dari program kesehatan masyarakat adalah

disfungsi yang terjadi pada salah satu faktor,

kesehatan anak,. Kesehatan anak termasuk

baik fisik ataupun psikis, akan menyebabkan


didalamnya mengenai tumbuh kembang anak

kelainan pada tumbuh kembang anak. Apabila

dan ketrampilan dalam mendeteksi secara dini

tidak dilakukan pemantauan tumbuh kembang

disfungsi tumbuh kembang anak.

anak melalui deteksi dini secara benar dan
cermat, dimungkinkan akan menjadi kelainan

Posyandu sebagai bentuk partisipasi masyarakat
yang

beraktifitas

Kesehatan

pelaksanaan
kesehatan

di

bawah

merupakan

salah

pendidikan
masyarakat

dan

yang

permanen pada diri anak.


Departemen
satu

tataran

Efektifitas pelaksanaan dan pencapaian tujuan

pemantauan

dan sasarannya, teknis posyandu dilaksanakan

paling

dasar.

oleh kader yang menggerakkan setiap posyandu.

Pemantauan tumbuh kembang anak melalui

Mengingat pentingnya tugas kader posyandu


deteksi dini tumbuh kembang merupakan bagian

dalam pemantauan tumbuh kembang anak

dari tugas kader posyandu di wilayah kerjanya

melalui deteksi dini dan stimulasi

masing-masing. Kesehatan anak dapat diketahui

kembang, maka pemahaman dan ketrampilan

secara dini dengan dilakukan deteksi. Deteksi

setiap kader dalam konsep dan teknis tumbuh

yang sudah diketahui adanya disfungsi tumbuh

kembang, deteksi dini, serta stimulasi tumbuh


kembang anak harus diberikan stimulasi supaya

kembang menjadi sangat disyaratkan.

tumbuh

tidak terlanjur lebih parah.
PERMASALAHAN
Tugas kader posyandu menjadi sangat penting

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah

dan komplek karena persoalan tumbuh kembang

yang muncul adalah sebagai berikut,
Page 1

disampaikan


1. Bagaimana pengetahuan kader posyandu

proses

pengertian,

karakteristik anak berdasarkan usia, tahap-

terhadap tumbuh kembang anak
2. Bagaimana

meliputi

pemantauan

tahap

tumbuh

perkembangan


kognitif,

emosi,

psikososial dan motorik anak, pengetahuan

kembang anak melalui deteksi dini

mengenai deteksi tumbuh kembang anak,

3. Bagaimana menstimulasi tumbuh kembang

pengetahuan tentang alat yang dibutuhkan

anak

untuk melakukan deteksi tumbuh kembang
TUJUAN


anak, pengetahuan tentang cara stimulasi

Tujuan kegiatan ini diharapkan akan menambah

tumbuh kembang anak

pemahaman dan ketrampilan kader posyandu

2.

Display Study (Foto dan film)

mengenai deteksi tumbuh kembang anak dan

Metode ini dipilih untuk menampilkan

cara

kondisi


stimulasi

tumbuh

kembang

anak.

dan

perilaku-perilaku

yang

Bertambahnya pemahaman dan ketrampilan

mungkin terjadi pada anak, baik normal

kader

upaya

maupun anak berkebutuhan khusus. Dengan

pengendalian

display study maka para peserta pelatihan

disfungsi tumbuh kembang anak. Kemampuan

akan dapat melakukan pengamatan perilaku

itu juga diharapkan akan mencegah dan

anak dan mempraktekan deteksi tumbuh

meminimalisasi adanya efek negative yang akan

kembang anak, serta mengetahui bagaimana

dialami anak dari disfungsi tumbuh kembang,

cara untuk menstimulasi tumbuh kembang

seperti gangguan dan kecacatan tertentu, baik

anak

posyandu

pemantauan

akan

kesehatan

mendukung
dan

fisik maupun psikis. Program pengabdian

3.

Role Play

kepada masyarakat yang berupa pelatihan

Peserta secara bergantian diminta untuk

deteksi

mempraktikan cara mengisi denver II,

dini

tumbuh kembang anak

dan

stimulasi tumbuh kembang anak.

pelayanan, pendeteksian, penyuluhan dan
berinteraksi

dini

pada

METODE PENERAPAN IPTEKS

tumbuh

Metode yang digunakan dengan memberikan

mempraktekkan cara stimulasi tumbuh

pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kembang anak

ketrampilan mengenai deteksi dini tumbuh

4.

kembang

penyimpangan
anak,

serta

Studi kasus dan diskusi

kembang anak serta cara stimulasi tumbuh

Pada metode ini peserta akan melakukan

kembang anak kepada kader posyandu di

kajian terhadap kasus-kasus yang mungkin

puskesmas manyaran, Kecamatan Semarang

dihadapi oleh kader posyandu pada saat

Barat.

praktik. Diharapkan kader akan lebih

Pelatihan yang disampaikan kepada kader

terampil dan memiliki bekal yang cukup

posyandu dengan beberapa metode sebagai

untuk melakukan pelayanan deteksi tumbuh

berikut:

kembang anak.

1.

Ceramah

5.

Pendampingan

Metode ini dipilih untuk menyampaikan

Metode ini dipilih pada saat pelaksanaan

teori dan konsep yang sangat prinsip dan

posyandu tim pelaksana terjun langsung

penting untuk dimengerti serta dikuasai

untuk mendampingi kader dalam melakukan

oleh

pendeteksian dan stimulasi dini tumbuh

peserta

pelatihan.

Materi

yang

Page 2

kembang

anak.

Harapannya

setelah

Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan

pelatihan selesai kader dapat melakukan

Anak

sendiri tanpa pendampingan tim pelaksana

Tumbuh kembang anak berlangsung secara

disetiap kegiatan posyandu

teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan
dimulai sejak pembuahan sampai dewasa.

Pelatihan diawali dengan pemberian materi

Walaupun terdapat variasi, namun setiap anak

pengetahuan. Materi pelatihan dibuat modul dan

akan melewati suatu pola tertentu. Tanuwijaya

dibagikan

(2003) memaparkan tentang tahapan tumbuh

pada

seluruh

peserta

pelatihan

kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu

sebelum dimulai.

masa pranatal dan masa postnatal. Setiap masa
TINJAUAN TEORI

tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam

Pengertian

anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya.

Tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa

Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di

yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan

dalam kandungan. Masa ini dibagi menjadi dua

dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan

periode, yaitu masa embrio dan masa fetus.

dan

(growth)

Masa embrio adalah masa sejak konsepsi

berkaitan dengan masalah perubahan ukuran,

sampai umur kehamilan 8 minggu, sedangkan

besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel,

masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai

organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat

kelahiran. Masa postnatal atau masa setelah

kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan

lahir terdiri dari lima periode. Periode pertama

berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m),

adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28

umur tulang, dan keseimbangan metabolik

hari dilanjutkan masa bayi yaitu sampai usia 2

(retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

tahun.

Perkembangan

adalah

Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2 – 6

pertambahan kemampuan struktur dan fungsi

tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki

tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan

dan perempuan belum terdapat perbedaan,

menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel,

namun ketika masuk dalam masa selanjutnya

jaringan,

yaitu masa sekolah

perkembangan.

organ,

Pertumbuhan

(development)

dan

sistem

organ

yang

atau masa

pubertas,

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-

perempuan berusia 6 – 10 tahun, sedangkan

masing

laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak perempuan

dapat

memenuhi

fungsinya.

(Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).

memasuki masa adolensensi atau masa remaja

Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu

lebih awal dibanding anak laki-laki, yaitu pada

perubahan

proporsi,

usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat pada usia

hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-

18 tahun. Anak laki-laki memulai masa

ciri

pubertasa pada usia 12 tahun dan berakhir pada

baru.

ukuran,

Keunikan

perubahan

pertumbuhan

adalah

mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di

usia 20 tahun.

setiap kelompok umur dan masing-masing.
Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

Pertumbuhan dan Perkembangan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Secara garis besar faktorPage 3

faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan,

khususnya dalam keluarga, misalnya dengan

yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar

penyediaan

(eksternal/lingkungan).

keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan

Pertumbuhan

dan

alat

mainan,

mempengaruhi

faktor tersebut. Faktor internal terdiri dari

perkembangan yang optimal. Seorang anak

perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga,

yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh

umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan

orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan

kelainan kromosom. Anak yang terlahir dari

mengalami hambatan di dalam pertumbuhan

suatu

dan perkembangan.

tertentu,

misalnya

ras

Eropa

dlam

anak,

perkembangan merupakan hasil interaksi dua

ras

anak

sosialisasi

mencapai

mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang

Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari

daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa

pertumbuhan dan perkembangan anak

dibanding laki-laki. Masa pubertas wanita

adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu

umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki,

berkaitan

dengan

kemudian setelah melewati masa pubertas

kesehatan

lingkungan

sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat.

kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).

kekurangan
yang

makanan,

jelek,

serta

Adanya suatu kelainan genetik dan kromosom
dapat

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

perkembangan anak, seperti yang terlihat pada

Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4

anak yang menderita Sindroma Down. Selain

pola, yaitu pola umum, neural, limfoid, serta

faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga

reproduksi. Organ-organ yang mengikuti pola

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

umum adalah tulang panjang, otot skelet, sistem

anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak

pencernaan,

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

volume darah. Perkembangan otak bersama

anak adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan

tulang-tulang yang melindunginya, mata, dan

sosial ekonomi.

telinga berlangsung lebih dini.
Otak

Gizi

merupakan

salah

satu

faktor

yang

bayi

pernafasan,

yang

baru

peredaran

dilahirkan

darah,

telah

mempunyai berat 25% berat otak dewasa, 75%

berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang

berat otak dewasa pada umur 2 tahun, dan pada

anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat

umur 10 tahun telah mencapai 95% berat otak

gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah

dewasa. Pertumbuhan jaringan limfoid agak

lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan

berbeda dengan dari bagian tubuh lainnya,

makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil

pertumbuhan mencapai maksimum sebelum

penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia

remaja kemudian menurun hingga mencapai

(Sunawang,

ukuran

2002)

menunjukkan

bahwa

dewasa.

Sedangkan

organ-organ

kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi

reproduksi tumbuh mengikuti pola tersendiri,

pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh

yaitu pertumbuhan lambat pada usia pra remaja,

tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil,

kemudian disusul pacu tumbuh pesat pada usia

pola makan bayi yang salah, dan penyakit

remaja. (Tanuwijaya, 2003; Meadow & Newell,

infeksi.

2002; Cameron, 2002 ). Perbedaan empat pola

Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh

pertumbuhan tersebut tergambar dalam kurva di

stimulasi dan psikologis. Rangsangan/stimulasi

bawah ini.
Page 4

Kurva pertumbuhan jaringan dan organ yang

(Tim

memperlihatkan 4 pola pertumbuhan (Dikutip

Penilaian

dari Cameron, 2002). Usia dini merupakan fase

meliputi

awal

perkembangan

menentukan

Dirjen

Pembinaan

pertumbuhan
dua

hal

Kesmas,

dan

pokok,

1997).

perkembangan
yaitu

penilaian

anak

yang

akan

pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan.

perkembangan

pada

fase

Masing-masing penilaian tersebut mempunyai

selanjutnya. Perkembangan anak pada fase awal

parameter dan alat ukur tersendiri.

terbagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional,
yaitu

motorik

kasar,

dan

Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik

penglihatan, berbicara dan bahasa, serta sosial

anak adalah penilaian menggunakan alat baku

emosi dan perilaku. Jika terjadi kekurangan

(standar). Untuk menjamin ketepatan dan

pada salah satu aspek kemampuan tersebut

keakuratan penilaian harus dilakukan dengan

dapat mempengaruhi perkembangan aspek yang

teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan

lain. Kemajuan perkembangan anak mengikuti

dalam kurun waktu tertentu untuk menilai

suatu pola yang teratur dan mempunyai variasi

kecepatan

pola batas pencapaian dan kecepatan. Batasan

antropometrik yang dipakai dalam penilaian

usia

patokan

pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat

kemampuan harus dicapai pada usia tertentu.

badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar

Batas ini menjadi penting dalam penilaian

lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, dan

perkembangan, apabila anak gagal mencapai

panjang tungkai. Menurut Pedoman Deteksi

dapat

segera

Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen

melakukan penilaian yang lebih terperinci dan

Pembinaan Kesmas, 1997) dan Narendra (2003)

intervensi yang tepat.

macam-macam penilaian pertumbuhan fisik

menunjukkan

motorik

bahwa

halus

suatu

memberikan petunjuk untuk

pertumbuhan.

Parameter

ukuran

yang dapat digunakan adalah:
Deteksi

Dini

Pertumbuhan

dan

1) Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur

Perkembangan
perkembangan

untuk memantau pertumbuhan dan keadaan

dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak

gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan

dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya

dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita

penjaringan

secara

(KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik

komprehensif untuk menemukan penyimpangan

pertumbuhannya dan dilakukan interfensi

tumbuh

jika terjadi penyimpangan.

Penilaian

pertumbuhan

yang

kembang

dan

dilaksanakan

dan

mengetahui

serta

mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut

2) Pengukuran Tinggi Badan (TB)

juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat

Pengukuran tinggi badan pada anak sampai

diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak

usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring.,

secara

pencegahan,

sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan

stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat

dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap

diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-

bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang

masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-

mempunyai

upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur

badan.

dini,

sehingga

upaya

grafik

pertumbuhan

perkembangan anak, dengan demikian dapat
tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal
Page 5

tinggi

3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)

Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan

PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk

Denver II (Subbagian Tumbuh Kembang Ilmu

mengetahui pertumbuhan dan perkembangan

Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004), formulir

otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan

tes DDST II berisi 125 item yang terdiri dari 4

tengkorak mengikuti perkembangan otak,

sektor, yaitu: personal sosial, motorik halus-

sehingga

pada

adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor

pertumbuhan tengkorak maka perkembangan

personal sosial meliputi komponen penilaian

otak anak juga terhambat. Pengukuran

yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian

dilakukan

occipitofrontal

diri anak di masyarakat dan kemampuan

dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran

memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor

sebagai standar.

motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak

bila

ada

pada

hambatan

diameter

Untuk menilai perkembangan anak banyak

dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan

instrumen yang dapat digunakan. Salah satu

dan menggunakan benda-benda kecil serta

instrumen

pemecahan masalah. Sektor bahasa meliputi

skrining

yang

dipakai

secara

internasional untuk menilai perkembangan anak

kemampuan

adalah

menggunakan bahasa. Sektor motorik kasar

DDST

II

(Denver

Development

mendengar,

mengerti,

dan

Screening Test). DDST II merupakan alat untuk

terdiri dari penilaian kemampuan duduk, jalan,

menemukan secara dini masalah penyimpangan

dan gerakan-gerakan umum otot besar. Selain

perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun.

keempat sektor tersebut, itu perilaku anak juga

Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang

dinilai secara umum untuk memperoleh taksiran

pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk

kasar bagaimana seorang anak menggunakan

tujuan yang sama.

kemampuannya.

Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan

Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan

merupakan

Anak

namun

pengganti

lebih

ke

evaluasi
arah

diagnostik,

membandingkan

Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan

anak

dan perkembangan anak meliputi gangguan

dengan anak lain yang seumur. DDST II

pertumbuhan fisik, perkembangan motorik,

digunakan untuk menilai tingkat perkembangan

bahasa, emosi, dan perilaku.

anak

1. Gangguan Pertumbuhan Fisik

kemampuan

perkembangan

sesuai

umurnya

mempunyai

seorang

pada

tanda-tanda

anak

yang

keterlambatan

Gangguan

pertumbuhan

fisik

meliputi

perkembangan maupun anak sehat. DDST II

gangguan pertumbuhan di atas normal dan

bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan

gangguan pertumbuhan di bawah normal.

peramal kemampuan intelektual anak di masa

Pemantauan berat badan menggunakan KMS

mendatang.

untuk

(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara

menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah

mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan

untuk

anak. Menurut Soetjiningsih (2003) bila

Tes

ini

tidak

dibuat

membandingkan

perkembangan

seorang

kemampuan
anak

kemampuan anak lain yang seumur.

dengan

grafik berat badan anak lebih dari 120%
kemungkinan anak mengalami obesitas atau
kelainan
grafik

hormonal.
berat

badan

Sedangkan,

apabila

di

normal

bawah
Page 6

kemungkinan anak mengalami kurang gizi,

neuromuskular. Anak dengan serebral palsi

menderita penyakit kronis, atau kelainan

dapat mengalami keterbatasan perkembangan

hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah

motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis,

satu

dalam

ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum

dan

tulang belakang seperti spina bifida juga

parameter

mendeteksi

yang

gangguan

penting
pertumbuhan

perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala

dapat

menyebabkan

keterlambatan

menggambarkan isi kepala termasuk otak dan

perkembangan

cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang

neuromuscular

lebih dari normal dapat dijumpai pada anak

memperlihatkan

yang menderita hidrosefalus, megaensefali,

kemampuan

tumor otak ataupun hanya merupakan variasi

selamanya gangguan perkembangan motorik

normal. Sedangkan apabila lingkar kepala

selalu didasari adanya penyakit tersebut.

kurang dari normal dapat diduga anak

Faktor lingkungan serta kepribadian anak

menderita retardasi mental, malnutrisi kronis

juga dapat mempengaruhi keterlambatan

ataupun hanya merupakan variasi normal.

dalam perkembangan motorik. Anak yang

motorik.
sepeti

Penyakit

muscular

distrofi

keterlambatan

dalam

berjalan.

Namun,

tidak

tidak mempunyai kesempatan untuk belajar
Deteksi dini gangguan penglihatan dan

seperti sering digendong atau diletakkan di

gangguan pendengaran juga perlu dilakukan

baby walker dapat mengalami keterlambatan

untuk mengantisipasi terjadinya gangguan

dalam mencapai kemampuan motorik.

yang lebih berat. Jenis gangguan penglihatan

3. Gangguan perkembangan bahasa

yang dapat diderita oleh anak antara lain

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi

adalah maturitas visual yang terlambat,

seluruh

gangguan

Kemampuan

refraksi,

juling,

nistagmus,

system

perkembangan
berbahasa

anak.

melibatkan

ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat

kemapuan motorik, psikologis, emosional,

katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain

dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan

sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan

perkembangan bahasa pada anak dapat

ketulian pada anak dapat dibedakan menjadi

diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya

tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut

faktor

Hendarmin (2000), tuli pada anak dapat

intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak

disebabkan

dan

dengan lingkungan, maturasi yang terlambat,

postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah

dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan

genetik dan infeksi TORCH yang terjadi

bicara juga dapat disebabkan karena adanya

selama

faktor

kelainan fisik seperti bibir sumbing dan

mengakibatkan

serebral palsi. Gagap juga termasuk salah

ketulian adalah infeksi bakteri atau virus

satu gangguan perkembangan bahasa yang

yang terkait dengan otitis media.

dapat disebabkan karena adanya tekanan dari

postnatal

karena

faktor

kehamilan.
yang

prenatal

Sedangkan

sering

2. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu

genetik,

gangguan

pendengaran,

orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih,
2003).
4. Gangguan Emosi dan Perilaku

penyebab gangguan perkembangan motorik

Selama tahap perkembangan, anak juga dapat

adalah kelainan tonus otot atau penyakit

mengalami berbagai gangguan yang terkait
Page 7

dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah

tumbuh kembang anak. Setelah diberikan

satu gangguan yang muncul pada anak dan

pengetahuan tentang deteksi dini dan stimulai

memerlukan suatu intervensi khusus apabila

tumbuh kembang anak melalui ceramah, diskusi

mempengaruh

dan stimulasi, peserta diwajibkan untuk mengisi

interaksi

sosial

dan

perkembangan anak. Contoh kecemasan yang

lembar DDST sesuai kasus yang diberikan.

dapat dialami anak adalah fobia sekolah,

Saat

kecemasan

berpisah,

dan

langsung bahwa kader sudah mampu mengisi

kecemasan

setelah

trauma.

lembar DDST secara mandiri dan juga dapat

fobia

sosial,

mengalami

Gangguan perkembangan pervasif pada anak

pendampingan

di

posyandu

secara

menginterprestasikan hasil DDST nya.

meliputi autisme serta gangguan perilaku dan
interaksi sosial. Menurut Widyastuti (2008)

Hasil kegiatan pelatihan ini secara kualitatif

autism adalah kelainan neurobiologis yang

menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan

menunjukkan

komunikasi,

kader tentang materi yang diajarkan. Hal ini

interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai

ditunjukkan dengan kemampuan kader dalam

dengan terhambatnya perkembangan bahasa,

mengisi

munculnya gerakan-gerakan aneh seperti

penyuluhan tentang deteksi dan stimulai dini

berputar-putar,

tumbuh kembang anak saat ditemukan adanya

gangguan

melompat-lompat,

atau

lembar

DDST

dan

memberikan

kasus keterlambatan tumbuh kembang anak

mengamuk tanpa sebab.

berdasarkan hasil dari penilaian DDST.
HASIL KEGIATAN
Pelatihan ini dilaksanakan selama satu hari

Keberhasilan kegiatan pelatihan ini disebabkan

bertempat di Aula Akper Widya Husada

kooperatifnya peserta mulai dari awal pelatihan

Semarang. Pelatihan berlangsung mulai pukul

sampai selesai. Alasan dari aktifnya partisipasi

12.00 s.d 17.00. Jumlah peserta pelatihan terdiri

peserta tersebut adalah keingintahuan peserta

dari 9 orang meliputi kader RW V sebanyak 5

tentang pentingnya deteksi tumbuh kembang

orang dan kader RW VIII sebanyak 4 orang.

anak.

Pemilihan kader diserahkan kepada ketua RW

Ketrampilan peserta ketika praktik mengisi

karena adanya pembatasan peserta dari institusi

DDST juga menunjukkan perbaikan. Hal ini

pendidikan.

ditunjukkan

Pembinaan

dan

pendampingan

oleh

demonstrasi

dari

semua

dilaksanakan di posyandu RW V dan RW VIII

peserta setelah selesai pelatihan dan saat

setiap

dan

pelaksanaan posyandu dihadapkan anak secara

pendampingan diikuti dilaksanakan di masing-

langsung. Kegiatan proses belajar mengajar

masing posyandu dan diikuti oleh semua kader

biasa terjadi dimana saja, melalui penyuluhan

baik RW V atau RW VIII.

kesehatan seseorang akan belajar dari tidak tahu

bulan

sekali.

Pembinaan

menjadi tahu dan dengan pendekatan edukatif
Kegiatan pelatihan dimulai dengan pembukaan

akan dapat memacu perkembangan potensi.

dan kemudian pemberian materi sebelumnya
pemateri

melakukan

penggalian

tingkat

KESIMPULAN

pengetahuan kader tentang sejauhmana kader

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan

mengetahui tumbuh kembang anak dan deteksi

suatu proses yang diawali dari konsepsi

dini. Sembilan kader belum mengetahui tentang

(pembuahan) sampai pematangan atau dewasa.
Page 8

Apabila terdapat suatu masalah dalam proses

dengan lebih baik. Gangguan pertumbuhan dan

tersebut

berakibat

perkembangan merupakan masalah yang banyak

terhambatnya anak mencapai tingkat tumbuh

dijumpai di masyarakat, sehingga sangatlah

kembang

penting apabila semua komponen yang terlibat

maka

yang

yang

sesuai

akan

dengan

usianya.

Gangguan ini berlanjut maka akan menjadi

dalam tumbuh kembang anak, yaitu orang tua,

suatu bentuk kecacatan yang menetap pada

guru, dan masyarakat dapat bekerja sama dalam

anak. Namun apabila sejak dini gangguan

melakukan pemantauan sejak dini.

tumbuh kembang sudah terdeteksi, maka dapat

Hasil pelatihan ini menggambarkan adanya

dilakukan

suatu

intervensi

sesuai

peningkatan

kebutuhan

anak.

Melalui

intervensi

dengan
yang

dilakukan sejak dini itulah tumbuh kembang

pengetahuan

dan

ketrampilan

tentang cara deteksi dini dan stimulasi tumbuh
kembang anak.

anak pada tahap selanjutnya dapat berjalan

DAFTAR PUSTAKA
Cameron, N. 2002. Human Growth and Development. California: Academic Press
Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC
Meadow, R dan Newll, S. 2002. Lecture Notes Pediatrica. Jakarta: Erlangga
Setiati, T. E., et al (ed). 1997. Tumbuh Kembang Anak dan Masalah Kesehatan Terkini Semarang:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Kariadi
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC
Soepardi, E. A. dan Iskandar, N (ed). 2000. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-4 Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Subbagian Tumbuh Kembang. 2004. Pemantauan Perkembangan Denver II. Yogyakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUGM/RS Sardjito.
Suyitno, H, dan Narendra, M. B. 2003. Pertumbuhan Fisik Anak. Jakarta: EGC
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC
Tim Dirjen Pembinaan Kesmas. 1997. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Widyastuti, D, dan Widyani, R. 2001. Panduan Perkembangan Anak 0 Sampai 1 Tahun. Jakarta:
Puspa Swara.

Page 9