Analisis Sinergisme Radopholus similis Cobb, dan Fusarium oxysporum Schlecht t sp cubense Snyd. & Hans Dalam Perkembangan Layu Fusarium Pada Pisang
LISNAWITA. Analisis potensi sinergisme Radopholus sirnilis Cobb. dan Fusariurn
oxysporum Schlecht. f.sp. cubense (E. F. Smith) Snyd. & Hans. dalam perkembangan
layu fusarium pada pisang (Di bawah bimbingan MElTY SURADJI SINAGA sebagai
ketua, SRI MULYATI dan IKA MUSTIKA sebagai anggota).
Penyakit layu fusarium (Panama disease) yang disebabkan oleh cendawan
tular tanah Fusarium oxysporurn Schlecht. f.sp. cubense (E. F. Smith) Snyd. & Hans.
merupakan salah satu penyakit penting yang berperan dalam penurunan jumlah pohon
dan produksi pisang di Indonesia. Kehadiran nematoda-nematoda parasit bersamasama dengan cendawan layu di rizosfir tanaman pisang dapat menyebabkan
pred~sposisipada pisang, sehingga dapat meningkatkan keparahan dan kejadian
penyakit layu fusarium pada pisang. Penelitian mengenai potensi sinergisme cendawan
layu dengan nematoda parasit khususnya dengan Radopholus sirnilis masih sangat
kurang, bahkan di Indonesia penelitian ini belum pemah dilakukan. Oleh karena itu
2-
V
Ll"-- untuk : (1). Menganalisis potensi sinergisme
dilakukan penelitian ini yang ertujuan
antara R. sirnilis dan F. o. f.sp. cubense dalam perkembangan layu fusarium pada
tanaman plsang, (2). Menganalisis pengaruh populasi dan waktu inokulasi R. sirnilis
dan F. o. f.sp. cubense terhadap tingkat keparahan dan kejadian penyakit layu, (3).
Mendeterminasi tingkat kerusakan jaringan akar dan pembuluh sebagai akibat
serangan R. sirnilis dan F. o. f.sp. cubense baik secara tunggal maupun kombinasi. L/
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (BALITTRO) dan rumah kaca Balai Penelitian Tanarnan pangan
(BALITTAN) , Cimanggu, Bogor yang berlangsung dari bulan Desember 1997 sampai
bulan Agustus 1998.
W),1C7_
Dalam percobaan ini digunakan bibit pisang Ambon lumut hasil kultur jaringan berumur
4 bulan, ditanam di dalam pot plastik dengan menggunakan tanah Regosol steril 5
kglpot, kemudian di tempatkan di rumah kaca. lnokulum R. similis diperbanyak dengan
metode Huettel menggunakan media wortel steril. Sedangkan inokulum F.o. f.sp.
cubense diperbanyak dengan pembiakan spora tunggal dalarn media beras.
V
lnokulasi R. similis dilakukan dengan menuangkan 100 ml suspensi nematoda
di sekeliling batang tanarnan dengan jarak 3 cm dan kedalaman 7 cm. lnokulasi F. o.
f.sp. cubense dilakukan dengan menginfestasikan 10 gram biakan beras dengan
konsentrasi l o 6 makrokonidia dan mikrokonidia di sekeliling batang dengan jarak 5 cm
dan kedalaman 7 cm.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
10 (sepuluh) perlakuan, yaitu : (7). Tidak diinokulasi (Kontrol), (2). lnokulasi dengan 500
R. similis (RS,,), (3). lnokulasi dengan 1000 R.similis (Rs,), (4). lnokulasi dengan
F. o. f.sp.
cubense (F), (5).lnokulasi 500 R.sirnilis dan F. o. f.sp. cubense secara
bersamaan (RsoFWo), (6). lnokulasi 1000 R.similis dan F.o. f.sp. cubense secara
bersamaan (RslFWo), (7). lnokulasi 500 R.similis, 2 minggu kemudian diinokulasi
dengan F.o.f.sp. cubense (RsQFWI), (8). lnokulasi 1000 R.sirnilis, 2 minggu kemudian
diinokulasi dengan F.o. f.sp. cubense (RslFW,).
(9). lnokulasi F.o. f.sp. cubense, 2
minggu kemudian diinokulasi dengan 500 R.similis (FRsoWl), (10). Inokulasi F.o. f.sp.
cubense, 2 minggu kemudian diinokulasi dengan 1000 R.similis (FRslW,).
Setiap
perlakuan diulang sebanyak 3 kali, banyaknya tanaman tiap perlakuan adalah 10
tanaman
Pengamatan dilakukan terhadap laju pertambahan (A) tinggi tanaman dan
diameter batang, periode laten, tingkat keparahan penyakit dengan metode Townsend
dan Hueberger, tingkat kejadian penyakit dengan metode Abbott, populasi R. sirnilis
dan F.o.f.sp. cubense pada akhir penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran R. similis dan F.o f.sp. cubense
secara tunggal dapat menghambat laju pertarnbahan tinggi tanaman dan diameter
batang, penghambatan akan semakin nyata bila R. similis diinokulasikan bersamasama dengan F.o f.sp. cubense. Pengharnbatan laju pertambahan tinggi tanaman dan
diameter batang sudah mulai terlihat sejak 30 hari setelah inokulasi (hsi) dan semakin
nyata pada 120 hsi. L/
Periode laten terpendek yaitu 35 hsi terdapat pada tanarnan yang mendapat
perlakuan kombinasi 1000 R. sirnilis yang diberikan secara bersamaan dengan F. o.
f.sp. cubense (Rs,FWo). Kisaran periode laten untuk perlakuan kombinasi adalah 35-58
hsi, sedangkan periode laten untuk F. o. f.sp. cubense dan R. similis secara tunggal
masing-masing adalah 95 hsi dan 100-115 hsi.
Tingkat keparahan dan kejadian penyakit lebih berat pada tanaman yang
rnendapatkan serangan ke dua patogen secara bersama dibandingkan dengan
serangan patogen secara tunggal. Keberadaan R. sirnilis bersama-sama dengan F. o.
f.sp. cubense berpotensi sinergisme dengan respon linear, yaitu semakin banyak
populasi nernatoda rnaka semakin berat tingkat keparahan dan kejadian penyakit.
Populasi R. similis di dalam akar cenderung lebih tinggi dibandingkan di dalam
bonggol dan tanah. Total populasi nematoda pada perlakuan kombinasi nyata lebih
rendah dibandingkan dengan populasi nematoda pada perlakuan nematoda secara
tunggal. Sedangkan populasi F. o. f.sp. cubense tidak berbeda nyata untuk sernua
perlakuan, tetapi jumlah populasi cendawan lebih tiriggi pada perlakuan kombinasi
dibandingkan pada perlakuan cendawan secara tunggal.
oxysporum Schlecht. f.sp. cubense (E. F. Smith) Snyd. & Hans. dalam perkembangan
layu fusarium pada pisang (Di bawah bimbingan MElTY SURADJI SINAGA sebagai
ketua, SRI MULYATI dan IKA MUSTIKA sebagai anggota).
Penyakit layu fusarium (Panama disease) yang disebabkan oleh cendawan
tular tanah Fusarium oxysporurn Schlecht. f.sp. cubense (E. F. Smith) Snyd. & Hans.
merupakan salah satu penyakit penting yang berperan dalam penurunan jumlah pohon
dan produksi pisang di Indonesia. Kehadiran nematoda-nematoda parasit bersamasama dengan cendawan layu di rizosfir tanaman pisang dapat menyebabkan
pred~sposisipada pisang, sehingga dapat meningkatkan keparahan dan kejadian
penyakit layu fusarium pada pisang. Penelitian mengenai potensi sinergisme cendawan
layu dengan nematoda parasit khususnya dengan Radopholus sirnilis masih sangat
kurang, bahkan di Indonesia penelitian ini belum pemah dilakukan. Oleh karena itu
2-
V
Ll"-- untuk : (1). Menganalisis potensi sinergisme
dilakukan penelitian ini yang ertujuan
antara R. sirnilis dan F. o. f.sp. cubense dalam perkembangan layu fusarium pada
tanaman plsang, (2). Menganalisis pengaruh populasi dan waktu inokulasi R. sirnilis
dan F. o. f.sp. cubense terhadap tingkat keparahan dan kejadian penyakit layu, (3).
Mendeterminasi tingkat kerusakan jaringan akar dan pembuluh sebagai akibat
serangan R. sirnilis dan F. o. f.sp. cubense baik secara tunggal maupun kombinasi. L/
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (BALITTRO) dan rumah kaca Balai Penelitian Tanarnan pangan
(BALITTAN) , Cimanggu, Bogor yang berlangsung dari bulan Desember 1997 sampai
bulan Agustus 1998.
W),1C7_
Dalam percobaan ini digunakan bibit pisang Ambon lumut hasil kultur jaringan berumur
4 bulan, ditanam di dalam pot plastik dengan menggunakan tanah Regosol steril 5
kglpot, kemudian di tempatkan di rumah kaca. lnokulum R. similis diperbanyak dengan
metode Huettel menggunakan media wortel steril. Sedangkan inokulum F.o. f.sp.
cubense diperbanyak dengan pembiakan spora tunggal dalarn media beras.
V
lnokulasi R. similis dilakukan dengan menuangkan 100 ml suspensi nematoda
di sekeliling batang tanarnan dengan jarak 3 cm dan kedalaman 7 cm. lnokulasi F. o.
f.sp. cubense dilakukan dengan menginfestasikan 10 gram biakan beras dengan
konsentrasi l o 6 makrokonidia dan mikrokonidia di sekeliling batang dengan jarak 5 cm
dan kedalaman 7 cm.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan
10 (sepuluh) perlakuan, yaitu : (7). Tidak diinokulasi (Kontrol), (2). lnokulasi dengan 500
R. similis (RS,,), (3). lnokulasi dengan 1000 R.similis (Rs,), (4). lnokulasi dengan
F. o. f.sp.
cubense (F), (5).lnokulasi 500 R.sirnilis dan F. o. f.sp. cubense secara
bersamaan (RsoFWo), (6). lnokulasi 1000 R.similis dan F.o. f.sp. cubense secara
bersamaan (RslFWo), (7). lnokulasi 500 R.similis, 2 minggu kemudian diinokulasi
dengan F.o.f.sp. cubense (RsQFWI), (8). lnokulasi 1000 R.sirnilis, 2 minggu kemudian
diinokulasi dengan F.o. f.sp. cubense (RslFW,).
(9). lnokulasi F.o. f.sp. cubense, 2
minggu kemudian diinokulasi dengan 500 R.similis (FRsoWl), (10). Inokulasi F.o. f.sp.
cubense, 2 minggu kemudian diinokulasi dengan 1000 R.similis (FRslW,).
Setiap
perlakuan diulang sebanyak 3 kali, banyaknya tanaman tiap perlakuan adalah 10
tanaman
Pengamatan dilakukan terhadap laju pertambahan (A) tinggi tanaman dan
diameter batang, periode laten, tingkat keparahan penyakit dengan metode Townsend
dan Hueberger, tingkat kejadian penyakit dengan metode Abbott, populasi R. sirnilis
dan F.o.f.sp. cubense pada akhir penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran R. similis dan F.o f.sp. cubense
secara tunggal dapat menghambat laju pertarnbahan tinggi tanaman dan diameter
batang, penghambatan akan semakin nyata bila R. similis diinokulasikan bersamasama dengan F.o f.sp. cubense. Pengharnbatan laju pertambahan tinggi tanaman dan
diameter batang sudah mulai terlihat sejak 30 hari setelah inokulasi (hsi) dan semakin
nyata pada 120 hsi. L/
Periode laten terpendek yaitu 35 hsi terdapat pada tanarnan yang mendapat
perlakuan kombinasi 1000 R. sirnilis yang diberikan secara bersamaan dengan F. o.
f.sp. cubense (Rs,FWo). Kisaran periode laten untuk perlakuan kombinasi adalah 35-58
hsi, sedangkan periode laten untuk F. o. f.sp. cubense dan R. similis secara tunggal
masing-masing adalah 95 hsi dan 100-115 hsi.
Tingkat keparahan dan kejadian penyakit lebih berat pada tanaman yang
rnendapatkan serangan ke dua patogen secara bersama dibandingkan dengan
serangan patogen secara tunggal. Keberadaan R. sirnilis bersama-sama dengan F. o.
f.sp. cubense berpotensi sinergisme dengan respon linear, yaitu semakin banyak
populasi nernatoda rnaka semakin berat tingkat keparahan dan kejadian penyakit.
Populasi R. similis di dalam akar cenderung lebih tinggi dibandingkan di dalam
bonggol dan tanah. Total populasi nematoda pada perlakuan kombinasi nyata lebih
rendah dibandingkan dengan populasi nematoda pada perlakuan nematoda secara
tunggal. Sedangkan populasi F. o. f.sp. cubense tidak berbeda nyata untuk sernua
perlakuan, tetapi jumlah populasi cendawan lebih tiriggi pada perlakuan kombinasi
dibandingkan pada perlakuan cendawan secara tunggal.