Penentuan Dosis Purwoceng Pimpinella alphina Molk. terhadap Kuantitas dan Kualitas Sperma Ikan Maskoki Carassius auratus

PENENTUAN DOSIS PURWOCENG Pimpinella alphina Molk.
TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA IKAN
MASKOKI Carassius auratus

HARIS ACHMAD NUGRAHADI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Dosis
Purwoceng Pimpinella alphina Molk. terhadap Kuantitas dan Kualitas Sperma
Ikan Maskoki Carassius auratus adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Haris Achmad Nugrahadi
NIM C14100079

ABSTRAK
HARIS ACHMAD NUGRAHADI. Penentuan Dosis Purwoceng Pimpinella
alphina Molk. terhadap Kuantitas dan Kualitas Sperma Ikan Maskoki Carassius
auratus. Dibimbing oleh HARTON ARFAH dan DINAR TRI
SOELISTYOWATI.
Ikan maskoki Carassius auratus merupakan ikan hias yang digemari oleh
banyak konsumen karena keindahan warna dan bentuk tubuhnya. Salah satu
hambatan budidaya ikan maskoki adalah kualitas dan kuantitas sperma ikan tidak
mencukupi kebutuhan dalam kegiatan produksi benih. Kualitas sperma
mempengaruhi keberhasilan pembuahan. Purwoceng Pimpinella alphina Molk.
merupakan tumbuhan afrodisiaka yang mengandung senyawa fitosteroid berupa
stigmasterol dan isoorientin yang berperan dalam meningkatkan kualitas seksual
jantan. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menentukan dosis purwoceng

terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas sperma ikan maskoki melalui pakan.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap RAL yang terdiri dari 4
perlakuan dengan 3 ulangan individu. Dosis purwoceng yang diberikan yaitu 0
(kontrol); 2,5 g/kg; 5 g/kg dan 7,5 g/kg pakan. Pemberian dosis purwoceng 2,5
g/kg pakan efektif meningkatkan volume semen, kadar spermatokrit, dan total sel
spermatozoa.
Kata kunci: Maskoki, spermatokrit, purwoceng

ABSTRACT
HARIS ACHMAD NUGRAHADI. Dosage Application of Purwoceng Pimpinella
alphina Molk. to the quantity and quality of Sperm Goldfish Carassius auratus.
Guided by HARTON ARFAH and DINAR TRI SOELISTYOWATI.
Goldfish Carassius auratus is an ornamental fish favored by many
consumers because of its body shape and color beauty. One of the obstacle in the
cultivation of goldfish is the insufficiency of sperm quality and quantity for the
hatchery. The fish sperm quality affects the success of fertilization. Purwoceng
Pimpinella alphina Molk. is an aphrodisiacal plant containing phytosteroid
compounds such as stigmasterol and isoorientin that play a role in improving male
sexual quality. The purpose of this study was to determine the dosage of
purwoceng to improve the goldfish sperm quality and quantity through the feed.

This study used a completely randomized design RAL consisting of 4 treatments
with 3 individual replications. Purwoceng dossage were 0 (control); 2,5 g/kg; 5
g/kg and 7,5 g/kg of feed. Addition of purwoceng at dossage of 2,5 g/kg feed was
effective to increase semen volume, spermatocrit level, and total spermatozoa
cells.
Keywords: Goldfish, spermatocrit, purwoceng

PENENTUAN DOSIS PURWOCENG Pimpinella alphina Molk.
TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA IKAN
MASKOKI Carassius auratus

HARIS ACHMAD NUGRAHADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Penentuan Dosis Purwoceng Pimpinella alphina Molk. terhadap
Kuantitas dan Kualitas Sperma Ikan Maskoki Carassius auratus
Nama
: Haris Achmad Nugrahadi
NIM
: C14100079
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Ir Harton Arfah, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul
Penentuan Dosis Purwoceng Pimpinella alphina Molk. terhadap Kuantitas dan
Kualitas Sperma Ikan Maskoki Carassius auratus. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan April hingga Mei 2014 di Laboratorium Teknik Produksi dan
Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ir. Harton Arfah, MSi selaku Pembimbing I dan Dr. Ir. Dinar Tri
Soelistyowati, DEA selaku Pembimbing II dan Pembimbing Akademik Dr. Ir.
Mia Setiawati, MSi atas segala masukan dan dukungannya selama
pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

2. Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, MSi selaku Dosen Penguji tamu dan Dr.
Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen
yang telah banyak memberikan arahan, saran, dan masukkan untuk
penyusunan tugas akhir ini.
3. Kedua orang tua, Ayah Supramana dan Ibu Titi Sawitri Ertifa yang selalu
mencurahkan kasih sayangnya, do’a dan dukungan yang tiada henti. Fathiin
Muhtadi Priyatama dan Ajri Scadsa Darutama yang senantiasa memberikan
motivasi, nasihat dan semangat kepada penulis.
4. Teman-teman dan sahabat seperjuangan BDP 47 atas semangat, motivasi,
kebersamaan, dan kenangan. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan,
BDP 46, BDP 48, dan BDP 49.
5. Yuris Azza Baihaqi tetangga penelitian yang telah banyak membantu
pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir. Teman-teman terdekat Rudy,
Fendy, Riyan, Vikiet, Wira, Agas, Saddam, Dio, Bagus, Akbar, Arman,
Bowie, Radit, Kurdianto, Zaky, Ricky, Dea, Imam, Hasyim, Alfi, dan Endang
serta adik kelas Mario, Fendi, Aji, dan Habibi yang selalu membantu selama
penelitian.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan,
masyarakat, dan seluruh pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2014


Haris Achmad Nugrahadi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. viii
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................................... 2
BAHAN DAN METODE.......................................................................................... 2
Materi Uji ................................................................................................................ 2
Rancangan Percobaan ............................................................................................. 2
Prosedur Penelitian.................................................................................................. 3
Parameter Uji .......................................................................................................... 3
Analisis Data ........................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 5
Hasil ........................................................................................................................ 5
Pembahasan ............................................................................................................. 8

KESIMPULAN ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11
LAMPIRAN .............................................................................................................. 13
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... 14

DAFTAR TABEL
1 Rancangan perlakuan pemberian purwoceng pada dosis berbeda ......................... 2
2 Kriteria skor motilitas sperma ................................................................................ 3
3 Rekapitulasi parameter kualitas dan kuantitas sperma ikan maskoki..................... 4
4 Kisaran kualitas air ikan maskoki selama pemeliharaan ........................................ 6

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kandungan nutrisi pakan PF1000 .......................................................................... 12
2 Uji lanjut Duncan ................................................................................................... 12

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perikanan yang menyokong perekonomian di Indonesia adalah

kegiatan budidaya ikan konsumsi maupun ikan hias. Ikan hias digemari oleh
banyak konsumen karena memiliki keindahan warna dan bentuk. Ikan hias yang
banyak diminati adalah dari jenis cyprinidae, siklid, caracoid, dan anabantoid.
Menurut data Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2010 target ekspor ikan
hias mampu mencapai 700 juta ekor pada tahun 2011. Perkembangan nilai ekspor
ikan hias Indonesia terus meningkat dilihat dari tahun 2009 mampu mengekspor
566.342.000 ekor dan tahun 2010 sebanyak 605.054.000 ekor. Indonesia
menempati posisi 5 dunia yang mampu mengeskpor ikan hias pada tahun 2012
sebesar 8 persen. Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, dan Yogyakarta
merupakan provinsi yang menyuplai ikan hias untuk ekspor (KKP 2014). Salah
satu contoh ikan hias yang diminati adalah ikan maskoki Carassius auratus.
Permintaan yang tinggi terhadap ikan maskoki baik didalam maupun luar negri
mengharuskan ketersediaannya ditingkatkan. Namun masalah yang dihadapi
adalah produksi benih ikan maskoki masih dilakukan secara tradisional sehingga
keberhasilan pemijahan masih rendah.
Tingginya permintaan pasar mendorong para pembudidaya menambah
jumlah produksi dalam kegiatan budidaya ikan maskoki. Salah satu aspek penting
dalam budidaya adalah reproduksi. Affandi dan Tang (2002) menyatakan aspek
reproduksi meliputi perkembangan gonad, struktur gonad, perkembangan sel
gamet, dan kematangan akhir (final maturation). Untuk mendukung kegiatan

tersebut salah satu aspeknya adalah induk matang gonad jantan dan betina. Induk
jantan matang gonad umumnya ditandai dengan sperma yang berwarna putih
susu, kental, penuh dan membuyar dengan mudah ketika diteteskan dalam air
tawar atau larutan fisiologis (Pangestuningtias 1993). Kegagalan dalam pemijahan
ikan maskoki diduga karena dua faktor, yaitu persiapan induk matang gonad dan
rangsangan terhadap induk. Ikan maskoki mulai masuk masa matang gonad ketika
berumur 5-6 bulan, namun umur ideal untuk dijadikan induk adalah 1,5-3,5 tahun.
Berbeda dengan betina, ukuran jantan ketika matang gonad lebih kecil yaitu 2-3
inchi dibandingkan dengan betina yang ukurannya lebih besar yaitu 3-5 inchi.
Hambatan dalam pembenihan adalah kualitas dan kuantitas sperma yang
ada tidak mencukupi kebutuhan. Rangsangan hormonal merupakan alternatif
dalam meningkatkan sperma pada induk jantan. Affandi dan Tang (2002)
menyatakan hormon atau zat perangsang pada ikan mas jantan dapat
meningkatkan volume cairan semen dan kualitas sperma. Pemberian hormon
GnRH mampu meningkatkan volume cairan semen dan jumlah sel sperma pada
Platichtys stellatus (Moon et al. 2002). Pemberian Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) atau Gonadotropin Releasing Hormone analog atau
sintetisnya (GnRHa) mampu memproduksi cairan semen dan sperma pada ikanikan teleostei dewasa (Zohar dan Mylonas 2001).
Pengetahuan tentang kualitas sperma dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas pembuahan dan cara penanganan sperma. Parameter yang biasa

digunakan untuk mengetahui kualitas sperma adalah motilitas (pergerakan)

2

spermatozoa. Spermatozoa ikan diketahui dapat hidup dan bergerak selama 30-60
detik dalam air (Ginzburg 1972). Sedangkan Pavlovici dan Vlad (1976)
mengatakan bahwa lamanya pergerakan aktif spermatozoa ikan mas dalam air
tawar dengan suhu 20oC kira-kira 106,6 detik. Pergerakan spermatozoa
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu konsenrasi unsur yang terkandung didalam
sperma, suhu, pH, dan metabolisme sel serta konsentrasi spermatozoa dalam
cairan sperma (Scott dan Baynes 1980). Spermatozoa yang sudah mulai berkurang
motilitasnya hanya mempunyai waktu singkat untuk membuahi (Harvey dan Hoar
1979).
Penggunaan bahan alami atau herbal untuk beberapa tahun terakhir lebih
dikedepankan. Salah satu bahan alami yang digunakan dan teruji adalah
Purwoceng Pimpinella alpina Molk. Purwoceng merupakan tanaman yang hidup
secara endemik didaerah pegunungan seperti gunung Galunggung dan gunung
Gede Pangrango pada ketinggian 2000 mdpl. Purwoceng berkhasiat sebagai
afrodisiak, diuretik, dan tonik (Darwati dan Roostika 2006). Purwoceng
mengandung senyawa fitosteroid (Widowati dan Faridah 2005) yaitu stigmasterol
dan isoorientin untuk meningkatkan kualitas seksual jantan. Dosis 25 mg dan 50
mg ekstrak purwoceng yang diimplankan langsung ke dalam mulut tikus jantan
dewasa dapat meningkatkan kadar testosteron dan Luiteinizing Hormone dengan
lama pemberian waktu 30 hari (Taufiqqurahman dan Wibowo 2005). Penggunaan
ekstrak purwoceng yang dicampur dalam pakan ikan lele dengan dosis 5 g/kg
pakan mampu meningkatkan nilai GSI pada ikan lele jantan, sedangkan dosis 2,5
g/kg pakan mampu menaikan nilai spermatokrit (Bertha 2012). Penelitian dosis
ekstrak purwoceng yang efektif untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
sperma perlu diuji pada jenis ikan hias potensial ekonomis penting diantaranya
ikan maskoki.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menentukan dosis terbaik penggunaan ekstrak
purwoceng Pimpinella alphina Molk. yang diberikan melalui pakan terhadap
kualitas dan kuantitas sperma ikan maskoki Carassius auratus berdasarkan
pengamatan nilai spermatokrit, durasi motilitas sperma, skor motilitas sperma,
volume cairan semen, dan jumlah sel sperma.

METODE
Materi Uji
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ikan maskoki Carassius
auratus jenis oranda berkelamin jantan dan berukuran 32,04±5,1 gram yang
didapat dari pembudidaya di daerah Jampang, Ciseeng, Kabupaten Bogor.
Sedangkan bahan yang digunakan selama perlakuan berupa simplisia purwoceng
Pimpinella alpina Molk. berbentuk serbuk. Simplisia purwoceng ini merupakan
akar purwoceng yang telah dikeringkan dan dibuat menjadi serbuk. Produk
simplisia purwoceng ini merupakan produk komersial yang telah banyak dijual
dipasaran dengan harga Rp 10.000 untuk 8 gram simplisia purwoceng.

3

Rancangan Percobaan
Perlakuan dengan menggunakan ekstrak purwoceng melalui pakan
komersial. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan individu
(Tabel 1) perlakuan diberikan selama 30 hari waktu pemeliharaan.
Tabel 1 Rancangan perlakuan pemberian purwoceng dengan dosis berbeda pada
ikan maskoki
Perlakuan
Keterangan
Purwoceng dosis 0 g/kg pakan
PA
Purwoceng dosis 2,5 g/kg pakan
PB
Purwoceng dosis 5 g/kg pakan
PC
Purwoceng dosis 7,5 g/kg pakan
PD
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan maskoki uji adalah
akuarium berukuran 60x40x30cm sebanyak 4 buah yang diletakan berdekatan.
Sebelum digunakan wadah dibersihkan menggunakan Permanganat Kalium (PK)
dengan dosis 2-4 mg/L (EPA 1999) selama 24 jam. Keesokan harinya dibilas
hingga bersih agar kandungan PK hilang dan diisi air sebanyak 63 L dari total
volume akuarium. Kemudian didiamkan selama 24 jam agar kotoran mengendap
didasar akuarium selanjutnya akuarium siap digunakan.
Persiapan Pakan Perlakuan
Purwoceng berupa serbuk dicampurkan dengan menggunakan putih telur
(1:1) atau 1 g purwoceng dibutuhkan 1 ml putih telur, kemudian diaduk hingga
tercampur. Selanjutnya, campuran purwoceng dengan putih telur diencerkan
kembali menggunakan larutan fisiologis agar tidak terlalu kental (1:2) atau 1 g
bahan digunakan 2 ml larutan fisiologis. Kemudian pakan komersial sebanyak 1
kg pakan dicampur dengan bahan purwoceng tersebut sesuai dengan dosis
perlakuan, sambil diaduk rata kemudian dikering anginkan. Pakan yang
digunakan bermerk PF1000 dengan komposisi pakan seperti tertera pada
Lampiran 2. Pakan perlakuan yang sudah siap digunakan dapat di simpan pada
suhu rendah (3-5oC) atau didalam kulkas agar tidak berjamur atau busuk.
Pemeliharaan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan dalam tiap akuarium perlakuan adalah 4 ekor.
Sebelum diberikan perlakuan, ikan diadaptasikan selama 10 hari, kemudian
dilakukan striping atau pengosongan sperma pada semua ikan. Keesokan harinya
ikan diberi perlakuan yaitu pemberian pakan yang mengandung purwoceng sesuai
dosis perlakuan. Pemberian pakan dilakukan selama 30 hari menggunakan FR 5%
(Basuki 2007) dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pada pagi
dan sore hari. Pengukuran bobot dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan
untuk menghitung pertambahan bobot mutlak. Setelah hari ke 30 masa perlakuan

4

dilakukan striping dan pengamatan skor motilitas, durasi motilitas, jumlah
sperma, kadar spermatokrit, dan volume cairan semen.
Pergantian air dilakukan 7 hari sekali selama 30 hari karena selama
pemeliharaan menggunakan top filter, namun penggantian filter dilakukan 3 hari
sekali. Pengukuran kuaitas air dilakukan 10 hari sekali selama 30 hari
pemeliharaan. Parameter yang diukur meliputi suhu, pH, DO, dan TAN (Tabel 2).
Tabel 2 Parameter pengelolaan kualitas air selama pemeliharaan ikan maskoki
dengan perlakuan dosis purwoceng melalui pakan
Parameter
Suhu
pH
DO
Amoniak

Satuan
o
C
mg/L
mg/L

Alat
Thermometer
pH meter
DO meter
Spektrofotometer

Parameter Uji
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pertumbuhan bobot mutlak (PBM) dinyatakan sebagai perubahan ukuran
bobot dalam kurun waktu tertentu. Selisih antara bobot akhir (Wt) dengan bobot
awal (Wo) merupakan nilai dari pertumbuhan bobot mutlak yang dinyatakan
dengan rumus:
PBM = Wt-Wo
Motilitas Sperma
Durasi motilitas diamati bersamaan dengan penentuan skor motilitas
sperma. Pengamatan lama motilitas sperma dilakukan dengan mencatat waktu
sperma bergerak hingga sperma tidak bergerak lagi. Pengamatan lama motilitas
dilakukan pada satu sampel sperma dari tiap perlakuan. Sampling durasi motilitas
sperma dilakukan tanpa ulangan.
Penentuan skor motilitas sperma dilakukan menggunakan mikroskop.
Cairan sperma diteteskan pada gelas objek dan disamping cairan tersebut
diteteskan juga akuades. Setelah sel sperma terlihat pada bidang pandang dan
sperma tidak dalam kondisi motil, aquabides dicampurkan menggunakan tusuk
gigi. Pengamatan motilitas dilakukan pada setiap sampel sperma dari tiap
perlakuan. Penentuan skor sperma dilakukan berdasarkan kriteria mengacu pada
Guest et al. (1976) (Tabel 3).
Tabel 3 Kriteria skor motilitas sperma
Angka Motilitas
5
4
3
2
1
0,75
0,50
0,25
0

Kriteria
Semua sperma bergerak sangat cepat dengan pergerakan ekor bervariasi
Banyak sperma bergerak sangat cepat dengan pergerakan ekor cepat, beberapa
sperma memperlihatkan getaran yang kuat ditempat
Banyak sperma bergerak cepat dan yang lain bergerak ditempat
Banyak sperma bergetar dengan sedikit memperlihatkan pergerakan cepat
Banyak sperma bergetar tetapi sangat sedikit yang bergerak cepat
Banyak sperma tidak bergerak dan sangat sedikit sperma yang bergetar dengan
gerakan lemah
Banyak sperma tidak bergerak dan sangat sedikit sekali sperma yang bergetar,
kadang-kadang terlihat bergerak lemah
Banyak sperma tidak bergerak, kadang-kadang terlihat bergetar lemah
Semua sperma tidak bergerak

5

Volume Cairan Semen
Sperma diambil dari tiga induk jantan setiap perlakuan. Setiap induk
jantan distriping untuk mengambil cairan sperma menggunakan syringe 1 ml.
Volume cairan semen yang didapatkan dapat dilihat dari skala yang tertera pada
syringe.
Jumlah Sel Sperma
Penghitungan jumlah sel sperma dilakukan menggunakan hemasitometer
dan mikroskop. Cairan semen yang akan dihitung jumlah sel spermanya
diencerkan hingga seribu kali menggunakan larutan fisiologis. Kemudian diambil
sepuluh mikroliter (10 µl) dan diteteskan ke hemasitometer. Selanjutnya bagian
hemasitometer yang sudah ditetesi sampel sperma ditutup menggunakan kaca
penutup. Penghitungan jumlah sel sperma dilakukan tanpa ulangan. Penghitungan
dilakukan dengan mengambil lima titik sampel dari bidang pandang
hemasitometer. Hasil yang didapat satuannya adalah jumlah sel/mm3 dan
selanjutnya dikonversi menjadi jumlah sel/ml cairan semen. Setelah itu jumlah sel
sperma dihitung dengan rumus:
x faktor pengencer
∑ sel sperma (sel/ml) = rataan ∑ sel sperma x
Keterangan :
KB
Faktor Pengencer

= Kotak besar (0,2 mm x 0,2 mm x 0,1 mm)
= 1000

Spermatokrit
Penghitungan kadar spermatokrit dilakukan dengan cara sampel cairan
semen dimasukan dalam tabung mikrohematokrit sampai 4/5 bagian. Ujung
tabung ditutup dengan crytoceal. Tabung mikrohematokrit disentrifuse selama 5
menit dengan kecepatan 8000 rpm. Setelah itu dilakukan pengukutan kadar
hematokrit dengan rumus sebagai berikut:
Kadar Spermatokrit (%) =
Keterangan:
x
= Padatan cairan semen (cm)
y
= Total cairan semen (cm)
Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta
dianalisis menggunakan aplikasi SPSS 17.0 dan Microsoft Excell 2013. Kuantitas
sperma (volume semen, spermatokrit, jumlah sperma) dan pertambahan bobot
mutlak diuji ANOVA dengan selang kepercayaan 95% serta uji lanjut Duncan,
sedangkan kualitas sperma (durasi motilitas dan lama motilitas sperma) dianalisis
secara deskriptif.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Pertumbuhan bobot mutlak
(g)

Pertambahan Bobot Mutlak
Rata-rata pertambahan bobot mutlak ikan maskoki selama perlakuan
berkisar 7,12-12,33 g (Gambar 1). Perlakuan dosis purwoceng 5 g/kg pakan (PC)
memiliki rata-rata pertambahan bobot mutlak tertinggi yaitu 13,26±1,55 g (P<
0,05) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis 7,5 g/kg pakan (PD),
sedangkan pertambahan bobot mutlak terendah terdapat pada perlakuan dosis 2,5
g/kg pakan (PB) yaitu 7,12±1,65 g. Perlakuan dosis 2,5 g/kg pakan berbeda nyata
dengan perlakuan dosis 5 g/kg pakan dan 7,5 g/kg pakan, namun tidak berbeda
nyata dengan kontrol (PA).
16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00

ab
0

a

c

2,5
5
Perlakuan (g/kg) pakan

bc
7,5

Gambar 1 Rerata pertambahan bobot mutlak ikan maskoki Carassius auratus
pada dosis berbeda pemberian dosis purwoceng Pimpinela alphina Molk. melalui
pakan
Jumlah dan Kualitas Sperma
Skor motilitas sperma ikan maskoki pada semua perlakuan dosis
purwoceng memiliki nilai yang sama yaitu skor 5 yaitu semua sperma bergerak
sangat cepat dengan pergerakan ekor bervariasi. Durasi motilitas sperma pada
perlakuan purwoceng dosis 5 g/kg pakan memiliki nilai tertinggi yaitu 125 detik
dibandingkan dengan dosis perlakuan lainnya. Penghitungan kadar spermatokrit
pada perlakuan dosis purwoceng 7,5 g/kg pakan berbeda nyata dengan perlakuan
dosis purwoceng 2,5 g/kg pakan, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
dosis purwoceng 5 g/kg pakan dan kontrol. Kadar spermatokrit berpengaruh
terhadap jumlah sel sperma, yaitu yang tertinggi didapatkan pada perlakuan dosis
purwoceng 2,5 g/kg pakan dengan jumlah sel sperma 6,3x106 sel/mm3. Demikian
pula volume cairan semen pada pada perlakuan dosis purwoceng 7,5 g/kg pakan
berbeda nyata dengan perlakuan dosis purwoceng 2,5 g/kg pakan, namun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan dosis purwoceng 5 g/kg pakan dan kontrol.

7

Tabel 4 Jumlah dan Kualitas sperma ikan maskoki pada perlakuan dosis
purwoceng melalui pakan
Perlakuan

Bobot
Akhir

Skor
motilitas

Durasi
motilitas*
(detik)
75

Volume
Kadar
Jumlah
semen
spermatokrit spermatozoa*
(ml/g)
(%)
(sel/ml)
5
0,0024±0,0
8,67±4,07ab
2,805x109
43,73±7
PA
02a
,18
5
114
0,0048±0,0
12,55±0,27b
6,32x109
37,32±3
PB
b
01
,23
5
125
0,003±0,00
7,55±1,32ab
3,795x109
47,71±7
PC
ab
1
,20
5
104
0,0024±0,0
5,11±3,83a
0,96x109
41,85±5
PD
a
01
,29
Data ditampilkan dalam bentuk rerata ± simpangan baku dari 3 ulangan. PA = kontrol yang
diberikan dosis purwoceng 0 g/kg pakan, PB = 2,5 g/kg pakan, PC = 5 g/kg pakan, PD = 7,5
g/kg pakan.
* Data sekali pengamatan

Skor Motilitas
Penentuan skor motilitas sperma dilakukan mengacu kriteria menurut
Guest et al. (1976) (Tabel 1). Hasil pengamatan skor motilitas dengan dosis
berbeda (Tabel 4) pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Semua perlakuan
menunjukan nilai skor tertinggi yaitu 5.
Durasi Motilitas
Durasi motilitas ditentukan oleh daya hidup spermatozoa dan akan
memberikan efek yang signifikan terhadap kemampuan sperma membuahi telur.
Durasi motilitas sperma dengan perlakuan purwoceng lebih tinggi dibanding
dengan kontrol (tanpa purwoceng) (Tabel 4) yaitu berkisar 104-125 detik
berbanding 75 detik pada perlakuan kontrol.
Volume Semen
Hasil pengamatan volume semen dengan perlakuan dosis berbeda.
Perlakuan dosis 2,5 g/kg pakan memiliki rata-rata nilai volume semen tertinggi
yaitu 0,18±0,04 ml. Rata-rata volume semen terendah terdapat pada perlakuan
dosis 7,5 g/kg pakan yaitu 0,0024±0,001 ml/g induk. Pengujian lanjut
menggunakan uji Duncan didapatkan hasil pada selang kepercayaan 95%
diketahui bahwa pada perlakuan dosis purwoceng 7,5 g/kg pakan berbeda nyata
dengan perlakuan dosis purwoceng 2,5 g/kg pakan, namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan dosis purwoceng 5 g/kg pakan dan kontrol (Lampiran 2).
Spermatokrit
Hasil pengukuran spermatokrit ikan maskoki yang diberikan perlakuan
ekstrak purwoceng dengan perlakuan dosis berbeda. Diketahui perlakuan dosis
2,5 g/kg pakan memiliki kadar spermatokrit tertinggi yaitu 12,55±0,27% kadar
spermatokrit terendah terdapat pada perlakuan dosis 7,5 g/kg pakan yaitu
5,11±3,83%. Pengujian lanjut menggunakan uji pada selang kepercayaan 95%
Duncan diketahui bahwa pada perlakuan dosis purwoceng 7,5 g/kg pakan berbeda
nyata dengan perlakuan dosis purwoceng 2,5 g/kg pakan, namun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan dosis purwoceng 5 g/kg pakan dan kontrol (Lampiran 2).

8

Total Sel Sperma
Hasil penghitungan jumlah sel sperma dengan perlakuan dosis berbeda
(Tabel 4) menunjukan bahwa perlakuan dosis 2,5 g/kg pakan memiliki total sel
6,3x109 sel/ml. Hal ini menunjukan penggunaan purwoceng mampu menaikan
jumlah sel spermatozoa jika dibandingkan dengan kontrol yang memiliki total sel
0,96x109 sel/ml.
Kualitas Air
Kisaran kualitas air selama pemeliharaan disajikan dalam Tabel 5;
Tabel 5 Kisaran kualitas air selama pemeliharaan ikan maskoki dengan perlakuan
dosis purwoceng melalui pakan
Perlakuan
PA (dosis 0 g/kg
pakan)
PB (dosis 2,5 g/kg
pakan)
PC (dosis 5 g/kg
pakan)
PD (dosis 7,5 g/kg
pakan)
SNI 01-6494. 1-2000

Suhu
27-28oC

pH
7,16-6,33

DO
4,7-5,8 mg/l

Amoniak
0,018-0,002 mg/l

27-29oC

6,92-5,95

5,1-5,4 mg/l

0,007-0,001 mg/l

28-29oC

6,76-5,74

4,7-5,5 mg/l

0,006-0,001 mg/l

27-28oC

6,57-5,76

5,3-6 mg/l

0,003-0,001 mg/l

25-30oC

6,5-8,5

> 4 mg/l

< 0,001 mg/l

Berdasarkan data pada Tabel 5 diketahui bahwa nilai kisaran kualitas air
yang didapatkan selama pemeliharaan masih dalam taraf kisaran optimum untuk
setiap parameter. Kisaran kualitas air jika pemeliharaan ikan maskoki selama
pemeliharaan masih dalam kisaran optimum dengan SNI 01-6494. 1-2000 yaitu
pemeliharaan benih ikan mas strain majalaya. Suhu, pH, DO, dan amoniak selama
pemeliharaan pada tiap-tiap perlakuan masih dalam kisaran yang optimum untuk
pemeliharaan.
Pembahasan
Ikan uji yang dipelihara selama 30 hari dengan perlakuan purwoceng
melalui pakan mengalami pertambahan bobot yang lebih tinggi dibandingkan
kontrol kecuali perlakuan dosis purwoceng 2,5 g/kg pakan berbeda nyata lebih
rendah dibandingkan dengan perlakuan dosis purwoceng 5 g/kg pakan dan 7,5
g/kg pakan. Penambahan ekstrak purwoceng dalam pakan ikan maskoki
berpengaruh terhadap pertambahan bobot mutlak. Kandungan senyawa fitosterol
dalam purwoceng mampu menaikan bobot testis. Effendie (1997) menyatakan
pertambahan berat gonad akan diikuti oleh pertambahan berat ikan. Ikan lele
Clarias sp. yang diberikan purwoceng selama 30 hari mampu menaikan nilai
bobot testis dan GSI (Bertha 2012).
Penelitian menggunakan purwoceng Pimpinela alphina Molk. terhadap
kualitas dan kuantitas sperma ikan maskoki Carassius auratus dengan dosis
berbeda menunjukan hasil bahwa perlakuan dosis purwoceng 2,5 g/kg pakan
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sperma. Kualitas sperma menurut
Rustidja (2000) mencakup presentase hidup, motilitas, dan lama hidup sperma.
Kime et al. (2001) menyatakan parameter yang paling sering digunakan untuk
mengukur kualitas sperma adalah motilitas (pergerakan progresif) dan viabilitas.

9

Pemberian ekstrak purwoceng melalui pakan dapat meningkatkan beberapa
parameter yaitu volume semen, spermatokrit, skor motilitas, dan durasi motilitas
sperma. Bertha (2012) menunjukan kenaikan kadar spermatokrit, bobot testis, dan
GSI ikan lele (Clarias sp.) dengan pemberian ekstrak purwoceng (Pimpinela
alphina Molk.) yang diberikan selama 30 hari. Purwoceng dapat meningkatkan
hormon LH, FSH dan testosteron yang mempengaruhi proses spermatogenesis
pada tikus (Juniarto 2004). Ekstrak purwoceng memiliki kandungan fitosterol
yang dapat dikonversi menjadi hormon steroid pada hewan vertebrata khususnya
mamalia yang digunakan untuk meningkatkan spermatogenesis. Reseptor
androgen dan esterogen pada hewan dapat mengikat fitosterol (Tremblay dan
Kraak 1998) sehingga dapat mempengaruhi seks rasio, gonad, dan hormonal
(Hewit et al. 2008). Pengikatan tersebut akibat dari adanya kemiripan struktur
molekul stigmasterol, kolesterol, dan testosteron. Selain itu struktur kimia hormon
dari kelompok steroid seperti kortisol, testosteron, dan 17 α-hidroksiprogesteron
sama, baik untuk mamalia maupun ikan (Zairin 2003).
Volume semen mengalami kenaikan pada perlakuan dosis 2,5 g/kg pakan.
Kenaikan volume semen tersebut diduga karena pengaruh pemberian purwoceng
Pimpinella alphina Molk. Gunawan (2002) menyatakan salah satu senyawa yang
terkandung dalam purwoceng Pimpinella alphina Molk. dapat meningkatkan atau
menambah produksi sperma yaitu isoorientin. Skor motilitas yang didapatkan
memiliki nilai yang sama yaitu 5 namun durasi motilitas pada perlakuan
purwoceng lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Menurut Guest et al. (1976)
menyatakan bahwa skor 5 pada sperma menunjukan semua sperma bergerak
sangat cepat dengan pergerakan ekor bervariasi. Kime et al. (2001) menyatakan
spermatozoa dari kebanyakan ikan teleostei langsung motil setelah dikeluarkan
dari tubuh dan berhubungan dengan air. Lama motilitas spermatozoa kurang dari
120 detik. Durasi motilitas spermatozoa pada perlakuan dengan dosis 5 g/kg
pakan merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan perakuan lain dan
kontrol. Harvey dan Hoar (1979) menyatakan spermatozoa ikan Hering Clupea
herenous masih dapat bergerak 4-5 hari, sedangkan spermatozoa ikan air tawar
kebanyakan hanya selama 2-3 menit. Selanjutnya dikatakan oleh Ginzburg
(1972), bahwa spermatozoa ikan mas hanya hidup selama 30-60 detik dalam air.
Sedangkan Pavlovici dan Vlad (1976) mengatakan bahwa lamanya pergerakan
aktif spermatozoa ikan mas dalam air tawar dengan suhu 20oC kira-kira 106,6
detik. Toelihere (1981) dan Fujaya (2004) menambahkan kriteria kualitas
spermatozoa yang baik adalah sperma dengan presentase hidup lebih dari 70%
dan lama gerak lebih dari 120 detik. Spermatozoa ikan hanya dapat bertahan
beberapa menit saja karena adanya fenomena cedera osmotik dan terbatasnya
jumlah energi pada sperma. Cedera osmotik adalah kerusakan yang terjadi pada
sel akibat goncangan tekanan osmotik (Billard 1978). Hidayaturrahmah (2007)
menambahkan spermatozoa sama seperti sel lain dalam tubuh yang juga
memerlukan energi. Energi yang diperoleh dengan memanfaatkan sumber energi
dari luar tubuhnya.
Kadar spermatokrit adalah presentase padatan spermatozoa terhadap cairan
sperma. Affandi dan Tang (2002) menyatakan campuran antara seminal plasma
dengan spermatozoa disebut semen. Perlakuan pemberian purwoceng menunjukan
peningkatan kadar spermatokrit yang nyata. Pemberian ikan uji dengan dosis
perlakuan 2,5 g/kg pakan memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan lain dan

10

kontrol. Kadar spermatokrit dapat digunakan sebagai indikator kekentalan sperma.
Jika nilai spermatokrit tinggi maka dapat disimpulkan bahwa cairan sperma
tersebut bersifat kental sehingga memiliki padatan spermatozoa yang lebih banyak
dibandingkan dengan cairan seminalnya. Sebaliknya kadar spermatozoa yang
rendah menunjukan cairan sperma tersebut memiliki kandungan padatan
spermatozoa yang lebih sedikit dibandingkan dengan cairan seminalnya.
Jumlah sel sperma dengan perlakuan 2,5 g/kg pakan memiliki jumlah sel
sperma tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain dan kontrol. Gwo et al.
(1991) menyatakan konsentrasi spermatozoa yang tinggi dapat menghambat
aktifitas spermatozoa karena berkurangnya daya gerak sehingga spermatozoa sulit
menemukan atau menembus mikrofil sel telur yang mengakibatkan rendahnya
fertilitas spermatozoa. Peningkatan jumlah spermatozoa seharusnya diikuti
dengan peningkatan volume cairan seminal sehingga spermatozoa tetap
mendapatkan zat makanan yang cukup dari cairan seminal tersebut.
Pemberian dosis purwoceng berlebih pada penelitian menunjukan
terjadinya efek paradoksial pada sperma ikan maskoki. Volume semen, kadar
spermatokrit, dan jumlah sel spermatozoa yang diberikan perlakuan dosis
purwoceng 7,5 g/kg memiliki nilai terendah dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Purwoceng mengandung senyawa fitosteroid yaitu stigmasterol dan
isoorientin (Gunawan 2002). Fitosteroid merupakan senyawa steroid yang
ditemukan dalam tumbuhan. Pendugaan sementara karena adanya steroid dalam
ekstrak purwoceng sehingga menyebabkan umpan balik negatif jika digunakan
secara berlebih. Penelitian mengenai steroid menunjukan penggunaan steroid
yang berlebih akan menurukan konsentrasi spermatozoa dan mempengaruhi
spermatogenesis dimana terjadi hambatan sekresi pada hormon gonadotropin
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) sehingga
menekan spermatogenesis dan produksi spermatozoa (Yurnadi et al. 2008).
Ekstrak purwoceng mengandung senyawa fitosteroid yaitu stigmasterol
dan isoorientin yang berkaitan dengan spermatogenesis. Senyawa fitosteroid yang
terkandung dalam purwoceng tersebut mampu meningkatkan jumlah sperma dan
spermatokrit, namun pada dosis purwoceng diatas 2,5 g/kg pakan tidak diikuti
dengan peningkatan volume semen, maka spermatokrit menurun.
KESIMPULAN
Ekstrak purwoceng yang diberikan melalui pakan efektif meningkatkan
durasi pergerakan sperma ikan maskoki. Pemberian dosis purwoceng 2,5 g/kg
pakan efektif meningkatkan volume semen, kadar spermatokrit, dan total sel
spermatozoa.

11

DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau (ID): Unri Press.
Basuki F. 2007. Optimalisasi pematangan oosit dan ovulasi pada ikan maskoki
Carassius auratus melalui penggunaan inhibitor aromatase [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Bertha PD. 2012. Pengaruh pemberian ekstrak purwoceng Pimpinella alpina
Molk. melalui pakan terhadap spermatogenesis ikan lele jantan Clarias
sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Billard R. 1978. Changes In Structure And Fertilizing Ability Of Marine And
Freswater Fish Spermatozoa Diluted In Media Of Various Salinities.
Aquaculture 14: 187-198.
Darwati I, Roostika I. 2006. Status penelitian purwoceng (Pimpinella alpina
Molk.) di Indonesia. Jurnal Plasma Nutfah 12 (1): 300-304.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pusaka
Nusantara.
EPA. 1999. Chapter 5 potassium permanganate. In EPA Guidance Manual:
Alternative
Disinfectants and Oxidants Guidance Manual. EPA 815-R99-014. pp 5.1- 5.14.
Fujaya Y. 2002. Fisiologi Ikan. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Ginzburg AS. 1972. Fertilization in fishes and the problem of polyspermy. U.S.
Department of Commerce, National Technical Information Service,
Spingfield, VA 22151, 366 pp.
Guest WC, Avault JW, Rousel JA. 1976. Spermatogeny study of chanel catfish
Ichtalurus punctastus. Trans. Am. Fish. Society. 104: 463-468.
Gunawan D. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Keharmonisan Suami Istri. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Gwo JC, K Strawn, MT Longnecker, CR Arnold. 1991. Cryopreservation of
Atlantic croker spermatozoa. Aquaculture 94: 355-376.
Harvey B, Hoar WS. 1979. The theory and practice of induced breeding in fish.
Internnational Development Research Centre, Ottawa, Ontario 48 pp.
Hewit LM, Kovacs TG, Dubes MG, Macclatchy DL, Martel PH, Mcmaster ME,
Paice MG, Parrot JL, Heuvel MRVD, Van der Kraak GL. 2008. Altered
reproduction in fish exposed to pulp and paper mill effluents: roles of
individual compounds and mill operating conditions. Enviromental
Toxicology and Chemistry 27 (3): 682-697.
Hidayaturrahmah. 2007. Waktu motilitas dan viabilitas spermatozoa ikan mas
(Cyprinus carpio L) pada beberapa konsentrasi larutan fruktosa.
Bioscientiae 4: 9-18.
Juniarto AZ. 2004. Perbedaan pengaruh pemberian ekstrak Eurycoma longifolia
dan Pimpinella alpina pada spermatogenesis tikus Spraque dawley [tesis].
Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Kime DE, Van Look KJM, McAllister BG, Huykens G, Rurangwa E, Ollevier F.
2001. Computer-assisted sperm analysis (CASA) as a tool for monitoring
sperm quality in fish. Comparative Biochemistry and Physiology 425-433.

12

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana Strategi Kementerian
Kelautan dan Perikanan 2010-2014. KKP, Jakarta.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Ikan Hias [Internet]. [Diunduh
2014
Juni
25]
Tersedia
pada
http://www.kkp.go.id/ikanhias/index.php/news/c/98/Ikan-Hias-SebagaiKomoditas-Unggulan-Baru/?category_id=1.
Moon HS, Lim KH, Kwon YJ, Lee KJ, Chang JY. 2002. Incresed PLASMA 17Hydroxyprogesterone and milt production in response to GonadotropinReleasing Hormone Agoinst in captive male starry flounder. Platichthys
stellatus. Aquaculture 218 : 703-716.
Pangestuningtias JW. 1993. Studi tentang pengaruh radiasi sinar ultra violet dan
waktu penyimpanan sperma ikan mas (Cyprinus carpio L.) terhadap
persentase pembuahan dan persentase penetasan telur [skripsi]. Semarang
(ID): Universitas Dipenogoro.
Pavlovici I, Vlad C. 1976. Some data on the preservation of carp (Cyprinus carpio
L.) seminal material by freezing. Cresterea Anim. 4: 45-48.
Rustidja. 2000. Pemijahan Buatan Ikan-ikan Daerah Tropis. Malang (ID):
Bahtera Press.
Scott AP, Baynes SM. 1980. A Review of the biology, handling and storage of
salmonid spermatozoa. Journal Fish. Biology. 17: 707-739.
Taufiqqurahman, Wibowo S. 2005. Effect of Purwoceng (Pimpinella alpina)
extract in stimulating testosterone, Luteinizing Hormone (LH) and Follicle
Stimulating Hormone (FSH) in sprague dawley male rats. Prosiding
Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Bogor,
15-16
September 2005.
Toelihere MS. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa.
Tremblay L, Van Der Kraak G. 1998. Use of A Series of Homologonous In Vitro
And In Vivo Assays to Evaluate the Endocrine Modulating Actions of B
Sitosterol In Rainbow Trout. Aquatic Toxicology 43, 149-162.
Widowati D, Faridah. 2005. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Dalam Fraksi
Non-Polar dari Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina). Prosiding
seminar nasional tumbuhan obat Indonesia XXVIII. Bogor, 15-16
September 2005.
Yunardi, Asmida Y, Suryandari DA, Wahjoedi B, Moeloek N. 2008. Penentuan
Dosis Minimal Depot Medroksi Progesteron Asetat serta Pengaruhnya
terhadap Viabilitas Spermatozoa dan Kadar Hormon Testosteron Tikus.
Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 58, No. 6. 192-199.
Zairin M. 2003. Endokrinologi dan Perannya Bagi Masa Depan Perikanan
Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan
Endokrinologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. 70hal.
Zohar Y, Mylonas CC. 2001. Endrocrine manipulations of spawning in cultured
fish: from hormones to genes. Aquaculture 197: 99-136.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kandungan nutrisi pakan PF1000
Komposisi Pakan PF1000
Protein
Lemak
Serat kasar
Abu
Kadar air

Nilai (%)
39-41
Min 5
Max 6
Max 16
Max 10

Lampiran 2 Uji Lanjut Duncan
ANOVA
Sum of Squares
Spermatokrit

Bobotmutlak

Bobotakhir

86.482

3

28.827

Within Groups

66.116

8

8.264

152.597

11

Between Groups

.000

3

.000

Within Groups

.000

8

.000

Total

.000

11

Between Groups

68.789

3

22.930

Within Groups

15.683

8

1.960

Total

84.472

11

Between Groups

167.377

3

55.792

Within Groups

283.568

8

35.446

Total

450.945

11

Spermatokrit
a

Duncan

Subset for alpha = 0.05

Parame
ter

N

1

2

4

3

5.1100

3

3

7.5467

7.5467

1

3

8.6667

8.6667

2

3

Sig.

Mean Square

Between Groups

Total
Volumesemen

Df

12.5500
.184

.075

F

Sig.

3.488

.070

3.534

.068

11.697

.003

1.574

.270

14

Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Volumesemen
a

Duncan

Subset for alpha = 0.05

Parame
ter

N

1

2

4

3

.00240

1

3

.00240

3

3

.00300

2

3

.00300
.00480

Sig.

.519

.068

Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Bobotmutlak
a

Duncan

Subset for alpha = 0.05

Parame
ter

N

1

2

2

3

7.1167

1

3

9.7467

4

3

3

3

Sig.

3

9.7467
12.3300

12.3300
13.2600

.050

.054

.439

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 26 Pebruari 1992. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Supramana dan Titi Sawitri
Ertifa. Penulis mengawali pendidikan di SDN Bantarjati V tahun 1998-2004.
Melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 7 Bogor pada tahun 2004-2007 dan SMA
KOSGORO Bogor pada tahun 2007-2010.
Pada tahun 2010, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dan memilih
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui
jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif
sebagai asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Reproduksi Organisme Akuatik
2012/2013, asisten praktikum mata kuliah Biologi Laut tahun 2014/2015, dan
asisten praktikum mata kuliah Ikan Hias dan Akuaskap tahun 2014/2015. Penulis
juga aktif mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai
oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI).
Selain itu, penulis juga aktif di Laboratorium Reproduksi dan Genetika
Organisme Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes To Field dan ditempatkan
di Desa Salem, Kabupaten Brebes. Penulis pernah melaksanakan praktik lapang
akuakultur (PLA) dengan judul “Budidaya Ikan Klon Hitam Amphiprion
percula di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut,
Gondol”. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis
skripsi yang berjudul “Penentuan Dosis Purwoceng Pimpinella alphina Molk.
Terhadap Kualitas dan Kuantitas Sperma Ikan Maskoki Carassius auratus”.