284
bahasa mereka. Mereka cenderung menghasilkan kalimat yang lebih pendek dan sederhana McLeavey et al. 1982; Naremore dan Dever 1975 dengan jenis kalimat deklaratif, kalimat negatif, kalimat interogatif
hingga interogatif negatif Lacner 1968. Mereka sedikit sekali mengambil giliran atau peran bicara Hayes dan Koch 1972. Meskipun mitra percakapan adalah seorang anak, anak tuna grahita tetap jarang
sekali mendominasi percakapan Bedrosian dan Prutting 1978. Mereka mengambil peran bicara atau menunjukkan perilaku yang lebih tunduk dalam percakapan institusional Prior et al. 1979. Meskipun
demikian, amatlah menarik bahwa anak tuna grahita dapat bercerita dengan struktur cerita yang sama dengan anak nontuna grahita Kernan dan Sabsy 1993.
Keterlambatan perkembangan bahasa language delay yang dialami anak tunagrahita tersebut menunjukkan keadaan kesulitan berbahasa yang seringkali terjadi pada anak-anak tuna grahita Warren
dan Abbeduto 1992. Akibatnya, hal itu dapat menjadi sumber kesulitan akademis bagi anak-anak tuna grahita. Mereka membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mempelajari mata pelajaran yang bisa
dipahami dengan cepat oleh anak lain. Mereka juga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam memahami teks bacaan dibanding dengan anak normal seusia mereka. Untuk itu, guru harus memiliki
strategi interaksi yang tepat untuk membantu mempercepat proses pemahaman siswa tuna grahita terhadap teks bacaan.
2. Tujuan dan Urgensi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkategorisasi strategi interaksi ekstra teks yang digunakan oleh guru sekolah dasar inklusif pada saat membacakan teks narasi dan teks eksplanasi
kepada siswa tunagrahita, serta menjelaskan pengaruh strategi interaksi ekstra teks tersebut terhadap pemahaman teks atau bacaan siswa tunagrahita. Penelitian ini penting dilakukan untuk meningkatkan
mutu proses pembelajaran membaca pada siswa berkebutuhan khusus, khususnya siswa tunagrahita di sekolah inklusif. Atmosfir pembelajaranmembaca yang menyenangkan dapat meningkatkan minat
membaca siswa tuna grahita sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka sebagai bekal hidup secara mandiri dengan keterbatasan kondisi yang dimiliki.
3. Metode Penelitian
Penelitian yang menggunakan ancangan kualitatif ini dilakukan di Sekolah Dasar Inklusif Galuh Handayani Surabaya. Kegiatan membacakan buku cerita menjadi salah satu pokok bahasan ketrampilan
berbahasa di dalam mata ajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di Sekolah Dasar Inklusif Galuh Handayani. Bahkan, kegiatan tersebut juga menjadi kegiatan rutin yang dilakukan guru pada saat murid
Sekolah Dasar Inklusif Galuh Handayani istirahat tidur siang.
Partisipan penelitian adalah 1 guru perempuan berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikan Sarjana Strata 1 dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Inklusif Galuh Handayani dengan rincian 1 guru
G1.A dan 4 siswa tuna grahita S1.A, S3.A, S4.A, S5.A yang duduk di kelas IV tersebut dengan dua dari mereka juga menderita Sindroma Down, yakni siswa S4.A dan S5.A.
Instrumen yang digunaan dalam penelitian ini adalah 4 buku cerita anak yang terdiri dari dua teks narasi dan dua teks eksplanasi dan telah disunting bahasanya serta piranti perekam audio-visual. Data
dikumpulkan dengan melakukan perekaman audio-visual terhadap percakapan guru dan siswa tuna grahita dalam sesi pembacaan teks narasi dan teks eksplanasi dengan durasi perekaman pembacaan setiap
teks 30 menit dan sesi tanya jawab antara guru dan siswa tuna grahita melalui lembar kerja siswa selama 15 menit total perekaman adalah 180 menit.
Setelah proses transkripsi secara ortografis dilakukan, jenis interaksi ekstra teks yang muncul diidentifikasi dan dikategorisasi sesuai dengan 12 jenis interaksi ekstra teks menurut Natsiopoulou,
Souliotis dan Krydis 2003 yang meliputi: 1 perhatian; 2 penamaan; 3 penanyaan nama; 4 pengumpanbalikan; 5 pengulangan; 6 elaborasi; 7 pengorganisasian aktivitas; 8 prediksi; 9
pengaitan cerita dengan kehidupan nyata; 10 pengingatan informasi; 11 pengklarifikasian; dan 12 penanyaan untuk klarifikasi. Pemetaaan strategi ekstra teks oleh guru dilakukan dengan penghitungan
kekerapan penggunaan jenis interaksi ekstra teks yang muncul. Pada tahap akhir, nilai uji pemahaman teks siswa tunagrahita dihitung berdasarkan kertas kerja siswa tersebut yang berisikan 4 tanyaan terbuka
berstruktur untuk setiap jenis teks dengan jawaban sesuai dengan isi teks bacaan.
285
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil