Potensi anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) sebagai alternatif satwa budidaya dalam mengatasi kepunahannya

Oleh :
K-AHAUUDIX KASlWI

Dan jilgathh, ketika Tuhenmu berkata pad8 malaikat
sesungguhnya A ku akan rnenjadikan seorang khaljFah di muka bumi
(QS. A/-Baqarah :30)

Diserfasi ini kupersembahkan kepada istniku (Pumamawati) iercinia den anakanakku (Adi Sastra dan Nur Intan) tersayang sebagai penebus lam disaaf-saat
kalian merasa dikesampingkan setama papa dalam pendidikan dan penuJisan

disertasi jni.

Dan orang-orang yang berkafa :'Ya Tuhen Kami Anugemhkanlah kepada kemi
Isfsi-isfri kami dan keturunan k m i sebagai penyenang hati (kam,;E,dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa
(QS. Aspsyu'amh' :74)

ABSTRACT
KAHARUDIN KASI M, The Anoas; Buha/us depressicornis and Rubulus quurlesi as
Alternatives for Domesticated Animals in Preventing Their Extinction. Under the
direction of H. R. EDDIE GURNADI, H. ASIKIN NATASASMITA, D.T.H.

SIHOMBING, WASMEN MANALU and H. SURYAHADI.
Anoa is one of the wild animals endemic to Sula\vesi island of Indonesia. The
anoa is protected by law ("Undang-undang No. 5, 1990") and has been classified as
an endemic-wild-animal extinction (endangered species). A research had been
conducted on this animal, since the second half of 1999 to 2001. The objective of the
research is to study and gain knowledge on the animal's characteristics. The studied
characteristics are; behavior and adaptation, muscle tissue of the carcass, reproductive
cycle, digestive tract, as well as the anoa's feeding and handling methods. Further
0bjectiw.e is to find out a solution on the problem of protecting thls endangered
species. It was suggested that domestication might be one of the problem solving.
The study was mainly undertaken at three different places, are: at Palu,
Central Sulawvesi (two years): the 'TMS Ragnan', and the 'TSI Cisarua' Bogor,
approximately one month at each of the last hvo sites. There were total 22 animals
were observed with distribution as follow.
a. Central Sulawvesi; 10 animals, consisted of 5 beasts of R. depressicornis and 5
beasts of B. quurlesi.
b. 'TMS Ragunan'; 6 animals (1 female of B. quarlesi, and 5 beasts of B.
depressicornis which were 2 males and 3 females); and

c. 'TSI Cisarua'; 6 beasts of B. depressicornis, which consisted of 5 femeles

and 1 male.
The results of the stud? indicated that:
1) Each of the two species (R. deprec trcor17r.v and R. yuarle~i)has specific

characteristics that distinguish one from the another, such as body performance
and animal behavior.
2). Both species (B. depressrcorni.~and B. qtturlesi) have been able to adapt to the
\ arious kinds of feedstuffs, as well as to survive in a new living environment (ex
rlrzr t. indicating that there is a chance for domestication.

3). High production forage grasses, such as Bruciziar~u n~tlricu, Penni.setunt
,nurpur~'u171,
and Punrcunr ~rtun-rrttwnare fairly palatable to the anoa; as well as
concentrate, and agricultural residues, such as 'kangkung' and cassava leaves,
banana and banana's skin. sueet potatoes and cassava.
4) The studied animals hale indicated mating behavior characterized by fighting

bsn\een the female and male. or among the male animals in order to get the
opportunih to mtite with the available female for a winner male beast.


5). The physical fighting of the same or different sexes caused anoa become more
soliter.
6). Anoa (Huhulus sp.) has been suggested to have specific performance on 'muscle
group index'; (MGI). This indicated that both species have different activities in
their different habitats, including foraging habitat of the animals and topography
of their living habitat.

7). Activity and agressivity of Anoa (13.depres.sicornis and B. quarlesi) highest than
of the cattle, buffalo, and banteng.

ARSTRAK
KAH ARUDIN KASI M, Potensi Anoa (Huhalus depressicornis dan Rubalus quarlesi)
Sebagai A1ternatif Satwa Budidaya dalam Mengatasi Kepunahannya. Di bawah bimbingan
H. R. EDDIE GURNADI, H. ASIKIN NATASASMITA, D.T.H. SIHOMBING,
WASMEN MANALU dan H. SURYAHADI.
Anoa adalah salah satu satwa liar endemik di Sulawesi (Indonesia) dan dilindungi
oleh Undang-undang No. 5 Tahun 1990, dan masuk kategori satwa liar yang rawan dan
terancam punah (eitdui~gered).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari
sedikit tentang tingkah laku dan adaptasinya, baik terhadap karakteristik anoa dan pola


-

penanganan, pemberian pakan dan tingkah lakunya, siklus reproduksi dan bihaviornya
serta gambaran organ pencernaan, reproduksi serta gambaran perototan pada karkas anoa.
Sehingga di dalam

mengatasi kepunahannya

diharapkan di dala~n penelitian ini

dite~nukansolusi pemecahannya, lninilnal sebagai satwa budidaya. Untuk tujuan tersebut,
telah dilakukan penelitian se-iak akhir 1999 sainpai 2001. Lokasi penelitian, masingmasing di Palu (Sulatvesi Tengah) setanla kurang lebih dua (2) tahun dan di TMS
Rapnan dan di TSI Cisarua Bogor, masing-masing selama kurang lebih satu bulan. Anoa
yang dilibatkan & dalam pengamatan ini, adalah sebanyak 22 ekor, masing-masing 10
ekor anoa yang ada di Sulawesi (Palu dan sekitarnya), 6 ekor anoa di W S Ragunan dan 6
ekor lagi anoa yang ada di TSI Cisarua Bogor. Di Palu Sula\vesi Tengah, spesies anoa
yang dilibatkan terdiri atas 5 ekor Bubuius depressicornis dan 5 ekor Bubuius quarlesi,
sementara dl TMS Raguanan dan satu ekor betina Bubaitij quurlc.sr dan 5 ekor Bubuiqs
depres.\iconii.s ( 2 ekor jantan ban 3 ekor betina). dan di TSI Cisaria Bogor terdiri atas 5
ekor beti na .laode Penel~ttan..................................................................


44

2.3. Parameter Penga~natandi Lapangan ............................................

44

2.3.1. Karakteristik dan Penampilan Tingkah Laku Anoa ...................

44

2.1.2. Siklus Reproduksi dan Tingkah Laku Biolod Reproduksi ...........

46

2.3.3. Pola, Adaptasi dan Tingkah Laku Makan pada Anoa .................
2.3.4. Distribusi Perototan (KUDB) pada Karkas Anoa ......................
3. .Analisis Data ............................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................


1 . Karakteristik dan Tingkah Laku Anoa ...............................................
1.1. Karakteristik dan Ukuran Dimensi Tubuh .....................................

1.2. Perilaku Kehidupan Anoa ........................................................

2. Penampilan Reproduksi dan Kelakuan Kelamin pada Anoa ......................
.

2.1. Kondisi Urnurn pada Pengamatan Siklus Reproduksi .........................
2.2 Siklus Reproduksi dan Gambaran Organ Reproduksi pada Anoa ...........
2.3. Kelakuan Kela~nin(anoa jantan dan betina) ...................................
3. Pola Makan dan Adaptasi Anoa pada Sistem Penangkaranl Budidaya ..........
3.1. Kondisi Umum Penangkaran ......................................................

3.2. Pola Makan dan Gambaran Relatif Organ Pencemaan Anoa ................
2.3. .Adaptasi Anoa terhadap Pakan pada Kondisi Penangkaran .................

1.4. Tingkah Laku Makan pada Anoa ................................................
4 . Dismbusi KUDB Karkas Anoa dibandingkan dengan hewan lainnya...........

4.1. Indeks dan Distribusi KUDB pada Anoa .......................................
4.2. lndeks KUDB atitara ,4noa (Bubalus sp) dengan hewan lainnya ............
4.2.1. Indeks KUDB antara Bubalus depressicornis dengan kerbau ........
4.2.2. Indeks KUDB antara B~lbalmylrarlrsi dengan lierbau ...............
4.2.3. Indeks KUDB antara Bubalus quarlesi dengan banteng .............
4.2.4. Indeks KLmB antara Bubalus depressicomis dengan banteng ......
4.2.5. Indeks KUDB antara Bttbalus depressicornis dengan sapi ..........
4.2.6. Indeks KUDB antara Bubalus quarlesi dengan sapi ..................

KESI>fPt-L-kV DAS S-ARAN..................................................................
1. Kesimpulan ..............................................................................

-? . Saran .......................................................................................
DAFT.L\R PUSTAKA ............................................................................
LAMPIRIS .......................................................................................

xii

DAFTAR TABEL
Halaman

Hubungan silsilah dari Sub-famili Hovinae atau kumpulan Rovidue ...............

5

Posisi taksonomi anoa dan kerbau dibandingkan dengan lainnya .................

6

Ukuran-ukuran dimensi tubuh anoa (H. quurlesi dan B. depressicornis) .........

11

Data biologis beberapa jenis ternak dan anoa ........................................

18

Vegetasi utalna sumber nutrisi satwa anoa di kawasan hutan lindung Karnbuno
Katena, di Luwu. Sulawesi Selatan ....................................................
Jenis pakan dan nutrisi pakan anoa di dataran rendah ..............................


21
21

Jenis bahan makanan yang dimakan anoa (B. quarlesi) pada kondisi
penangkaran ..............................................................................

22

Jenis atau spesies tanaman yang diberikan serta j umlah pemberiannya ..........

23

Ukuran dimensi organ reproduksi pada ruminansia jantan .........................

29

Ukuran diinensi organ reproduksi pada ruininansia betina .........................

32


Siklus reproduksi pada beberapa jenis hewan ruminansia ..........................

35

Indek KUDB Bos taurus ( 100) relatif terhadap beberapa bangsa hekm
(kerbay banteng. rusa, bison dan domba) .............................................
Nama-nama otot pada karkas lzindquarter dan karkasforequarter ...............

38

Ukuran tilik anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) ................

57

Jumlah individu jantan dan betina pada pengamatan tingkah laku reproduksi
aima pada tiga lokasi penangkaran .....................................................

63

Ah.i\.itas biologi reproduksi at.


siklus kelarnin pada anoa ........................

64

Ukuran organ reproduksi pada anoa (Buhuitt.~
sp) ...................................

65

Gejala-gejala berahi pada anoa betina .................................................

66

Jumlah individu, jenis kelamin dan spesies anoa yang berhasil digunakan pada
pengdmatan pakan dan tingkah lakunya...............................................

73

Ukuran relatif organ pencemaan (B. ~leprr.~srcornrs
dan B . quurlesr) ...........

77

Jenis rumput dan rumput potongan yang dapat dirnakan anoa pada kondisi
penangkaran ..............................................................................
denis daun-daunan yang dapat di~nakananoa di penangkaran es siru ...............

79

denis buah dan kulit buah. umbi-umbian serta konsentrat yang dimakan anoa
. .
pada kondrsi penangkaran C.Y .\r l . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bahan pakan anoa yang ineinpunyai nilai kuantitatif dan kualitatif pada
. .
kondisi penangkaran e.x slrzr . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

53

81

82
84

I

...

Xlll

lndeks dan penyebaran kelompok bobot urat daging (KUDB)pada anoa
(Huhulu.~
clepres.sicorni.s dan Htihulus qziarlesi) ......................................

88

Indeks relatif KUDB pada Huhulus depres.sicorn~sterhadap KUDB pada .
kerbau ......................................................................................

90

27.

Indeks relatif KUDB H ~ b ~ l yt ltturlesi
.~
terhadap KUDB pada kerbau .........

92

28 .

Indeks relatif KUDB pada Ruhulus q uurlesi terhadap KUDB banteng .........

93

29 .

Indeks KUDB pada anoa (Huhulu.~
depressicornis) terhadap KUDB banteng ...

94

30. Indeks KUDB antara Bos Tuurus (bull) dengan Bubalus depressicornis .........

95

3 1 . Indeks KUDB antara Ros Taurus (bull) dengan KUDB pada B. quarlesi ........

96

25 .
26 .

DAFTAR ILUSTRASYGAMBAR

Halaman
Bagan alir unsur penentu kebijakan peiestarian dan peningkatan produktivitas .
4
anoa di Sulawesi dalam mencegah kepunahannya ......................................
Penampiian Anoa Dataran Rendah (Huhalzrs clepre~~sicorrzis)
.........................

7

Penampilan Anoa Dataran Tinggi (Huha1u.squurlesi)...................................

8

Peta katvasan konservasi.flom dan.fuunu di Sulawesi Tengah ..........................

13

Peta penyebaran populasi anoa di Suiawesi..............................................
Tipe dan kapasitas saluran pencemaan pada ruminansia (sapi) ........................

15

25

Anatomi organ reproduksi pada ruminansiajantan .....................................

28

Anatomi organ reproduksi ruminansia betina ............................................

31

Alur distribusi hormon reproduksi pada temak ruminansia ...........................

33

Penyebaran kelompok urat daging baku (KUDB) pada hewan ........................

40

Pengukuran dimensi tubuh dilakukan inenurut petunjuk Santoso (1 995) ............

45

Pengarnatan tingkah laku bioiogi reproduksi .............................................

46

Poia atau tingkah iaku makan pada sekeiompok anoa ..................................

49

Belahan seperdua bagian karkas ...........................................................

50

Metode penguraian dan nama serta letak perototan pada karkas ......................

51

Pengeiompokan otot berdasarkan KUDB pada kerbau .................................

52

Penampilan anoa jantan (Bubulus quurlesi) .............................................

54

Penampiian anoa jantan (Bubaius depres.~icori~rs
j ......................................

$5

Tanduk BzrbuZzis q zruriesl dan ljzthuizrs deprc.zszcornrs ................................

56

Anoa sedang menceiupkan dirinya ke dalam hxbangan air

60

............................

Sifat ganas sesama anoa di penangkaran .................................................

63

Ahi\-itas percumbuan dan katiin pada anoa di penangkaran ..........................

69

Pertarungan antara anoa jantan dan betina yang sedang berahi

........................

70

23 . Kapasitas reiatif organ pncernaan anoa de\vasa ........................................

76

25 . Distribusi indeks pada KUDB Buhultis quar1e.c.1terhadap sapi (Ros r1rurzc.t ) ......

97

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Anoa yang ditemukan di Sulawesi inerupakan hewan endeinik Sulawesi dan
masuk dalain kategori satwa yang dilindungi. Selain endemik, hewan ini juga dinyatakan
sedang inenuju kepunahan (endangered), yaitu pada Undang-undang No.7 tahun 1999
(Noerdjito dan Maryanto, 2001). Populasi anoa ini diketahui terdiri atas dua jenis
(spesies), yaitu Anoa Dataran Tinggi fBubalzt.s quurle.~iOwens, 1910) dan Anoa Dataran
Rendah fHrtbu1tr.v depressicorni.~,Hamilton-Smith, 1 827).
Penelitian tentang keberadaan populasi anoa di Sulawesi Tengah, belum banyak
dilakukan. Sementara penelitian anoa di daerah-daerah lain seperti di Sulawesi Utara?
Sulawvesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, hingga saat ini baru satnpai pada pengamatan
dasar tentang konservasi populasi dan habitatnya. Penelitian tentang jumlah populasi,
kapasitas tampung dan kerapatan populasi anoa di dalam suatu habitat (wilayah areal) juga
masih sangat minim, sehingga prediksi jurnlah populasi anoa perwilayah belurn banyak
diketahui. Ssinsntara ketenaran flavor daging anoa di kalangan masyarakat yang ada di
wvilayah pedesaan di Sulawesi Tengah khususnya, tidak diragukan lagi. Demikian pula
tanduk anoa sebagai pajangan atau ~nitosuntuk pengobatan hainpir semua lnasyarakat di
pedesaaan teiah mengetahuinya, sehingga tanduk anoa ini mudah ditemukan di setiap
-\rang ada di pedesaan. Hal ini pula me~nberikanpetunjuk bahiva anoa,
ruinah rak~.at

hampir setiap saat, setiap hari atau setiap bulan tertangkap dan dipotong untuk konsumsi
da?ingn!.a. Begitu pula perburuan. penangkapan dan petnotongan anoa dari habitatnya
juga terjadi. kstika ada anggota kzluarga Inelahirkan dan untuk doa keselamatan anak
yang baru dilahirkan dicarikan suinber daging dari anoa atau satwva lain seperti russ.

Pendahuluan

Metode penyelamatan populasi anoa seperti dalam bentuk suaka margasatwa (SM)
dan sejenisnya, juga dianggap belum memadai dan perlu diupayakan sistem penangkaran
khusus, sehingga sifat-sifat keseharian, tingkah laku dan biologi reproduksi serta pola
perkembangbiakannya dapat dipelajari. Hasil pengamatan ini dapat menjadi bahan rujukan
dalam penanganan di luar habitatnya (ex .vitu) atau dengan sistem budidaya. Pola
penanganan anoa untuk tujuan budidaya diharapkan dapat menjadi acuan untuk
penyelamatan populasi anoa secara meluas di Sulawesi.
2. Perumusan Masalah

Penanganan anoa secara sistem budidaya (ex situ) belum dilakukan, kecuali
dilakukan sebazai s a t m kesayangan atau pajangan. Di dalam pelestarian anoa di
Sula~vesi,adalah dengan mengupayakan metode pengembangan melalui budidaya hasil
penangkaran di luar habitatnya (ex situ) merupakan suatu yang perlu diteliti kemungkinankemungkinannya, sebagaimana telah banyak dimulai dan dilakukan oleh w r g a
masyarakat. Faktor-faktor seperti masalah pakan dan reproduksi merupakan kajian yang
cukup psnting untuk diperhatikan di dalam kelangsungan

budidaya

satwa tersebut,

sebagai upa!.a mencari solusi pola penanganan di dalain tata laksana pemeliharaan anoa.
Penam pi Ian

kzmampuan reproduksi yang dimaksudkan meliputi; aspek siklus berahi,

lama berahi dan gejala-gejala saat berahi serta aspek penampilan reproduksi laimya,
demikian pula sifat-sifat khas, pada perilaku reproduksin!.a, ~nenjadifaktor penting untuk
diainati dan diketahui. Demikian pula adaptasi terhadap konsumsi pakan, jenis bahan
pakan !-ang dapat dimakan ((7ulirruhlc.),sehingga anoa dapat beradaptasi lebih baik pada
kondisi budida!.a i e . ~situ), demikian pula yang menjadi penting lagi adalah pengamatan
dasar tentang struktur;'sistem anato~nisaluran pzncernaan dan siste~nsaluran reproduksi

Pcndahuluan

(jantan dan betina), serta gambaran umum penampilan kelompok urat daging baku

(KUDB) yang mempunyai hubungan dengan aktivitas dan tingkah laku anoa di
habitatnya. Karena banyaknya perrnasalahan dan kajian-kajian dasar tentang anoa, namun
yang terpenting dari semua itu, adalah bagaimana anoa dapat dijadikan sebagai satwa
budidaya di dalaln mencegah kepunahannya.
3. Kerangka Pemikiran

Hasrl penelitian tentang anoa, baru terbatas pada hal-ha1 konsewasi habitat dan
belum banyak menyentuh potensi hewannya secara individual. Untuk menjadikan anoa
sebagai sahva budidaya, diperlukan ketersediaan informasi biologi dasar yang
menyangkut pengetahuan tentang sistein saluran reproduksi dan saluran pencernaan serta
perilaku spesifik yang ada hubungannya dengan tingkah laku reproduksi dan pola makan,
sekaligus jenis-jenis bahan pakan yang disukai oleh anoa, bark pada kawasan habitatnya
maupun di luar kawasan habitatnya, jika anoa hams didomestikasi menjadi sahva
budidaya. Faktor-faktor tersebut sangat membantu dalam menentukan pengaturan
perkembanybiakan, pengaturan tata laksana pemeliharaan dan pemberian pakan, sehingga
diharapkan optimalisasi reproduksi dan produksi dapat diwujudkan. Secara ringkas, kaitan
unsur-unsur penentu produktivitas disajikan pada bagan alir (Gambar 1 ).
4. Tujuan dan Kegurraan Penelitian
Psnslitian ini bertujuan untuk ineinpelajari dan mengetahui data dasar atau
garnbaran penampilan anoa pada kondisi penangkaran atau budidaya (cs srtzi), sehingga
diharapkan hasil penelitian dapat ~nernberilian masulian ataupun solusi di dalaln
Fenanyanan anoa, pada kondisi atau lingkungan penangkaran ataupun budidaya. Untuli
itut penelitian ini ~nencobamenemukan data dasar !.an2 rnzliputi karakteristik anoa, siklus

Pendahuluan

reproduksi dan tingkah laku kawin, pola makan, adaptasi serta tingkah lakunya, dan
gambaran dasar penampiian kelompok urat daging baku (KUDB) pada karkas menurut
fungsinya. Sehingga gambaran umum aktivitas dan pola serta tingkah laku anoa di
habitatnya sudah dapat diketahui sedini mungkin.
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan di dalarn
mengarnbil kebijakan pelestarian anoa, di luar habitat aslinya (ex situ) atau pada sistem
penangkaran maupun pada sistem budidaya.

REPRODL-KSi DAY

REPRODUKSI

Gambar 1 . Bagan alir unsur penentu kebijakan,
pelestarian dan peningkatkan produktivitas anoa
di Sulawwsi

Pendahuluan

TINJGUAN PUSTAKA
1. Deskripsi Anoa
1.1. Silsilah dan Penamaan Anoa (Bubulus sp.)

Anoa (Hubalus clepressicori71.v dan Huhrtlzcs yuurle.si), atau nama lokal untuk
daerah di Sulawesi Tengah adalah "nua" (bahasa Kaili). Anoa ini adalah salah satu di
antara 79 (62%) dari fauna yang tergolong ke &lam hewan marnrnalia, sekaligus
merupakan hewan endemik Sulawv-esi.Grzimek (1972) menyatakan bahwa anoa (Subalus
sp.) adalah salah satu margasatwa dan fosilnya hanya ditemukan di Sulawesi. Slijper
( 1954) menyatakan

hewan berkuku genap dalam ha1 ini termasuk anoa, dapat diturunkan

dari Eorrugu.c pada zaman

I ? Z I C I C Z ~ ? dan
~I

dari Hon~ocou'ontrdue pada zaman mioceerz,

sehingga sejarah keturunannya adalah dari genus Bubulus (Tabel 1).
Tabel 1. Hubungan pohon evolusi dari Sub-famili Bovinae atau kumpulan Bovidae
j
I

Suh-Fad\-

Genus

+

+

Sub famili
Bovinae

I

4
Bi so)l

-+

Bilhcrlr~s

Sub-Genus

W ~ l dspesies

Domesliliasi & Liar

I

Bos

Bibos

d Punah

C

Poephagus

.----------)

+

Bos /Rihos)

Bus taurus (bangsa sapi)
Bos indicus (bangsa sapi)
Bos (Bibos) Banteng.

Bangsa sapi Bali
Ro.s (Hihm)
Hihosfronmlrs (nlithan)
GIII~
Gcii~r
II.Y
Bos .sm~~rli
Ro.s Pa~yhag~ns Yak domestik
(yak liar)
B I S O / I - ~ ~ S O ~ IBlson AmenIia
Bison Eropah
Bisorl bot~arrzrs
Bzlbalzrs Brrbalzrs (Semua jerus
3. t ~ r t ~fKerbntf
i
dcrttwrrrr Asia) liar herbau sungar dan lumpur)
B.d (Iepre~srcort~r\
(a dataran
H. tlrl,'re.s.si~or~ris
rendah) dan B d quarlesi
(Anoa)
(anoa pegundngan)
Tamaraw di Pulau Philiprna

L) .XI IIcerlo
(herban 4fr1La)

S!nCerus caffcr nanus (herbau

Congo) (taiyung perlgharapan)

Sumber: Williamson dan Pa\.ne ( 1 9 6 ) dan Reksohadiprodjo (1984).

Tinjauan Pustaka- l

I
I
I

/

I

,

Bila ditelusuri lebih cennat tentang postur tubuh anoa ini, maka banyak
mempunyai persamaan dengan ternak kerbau seperti tubuh yang kompak serta postur
kepala dan muka. Bahkan di daerah-daerah tertentu, anoa ini juga sering disebut "kerbau
cebol" (Pilgrim, 1939), demikian juga Groves (1969)menyatakan bahwa anoa mempunyai
persamaan dengan leluhur Vi/lafrunciu, genus Hettzihos dan bahkan dengan Proamphibos
pada zaman Plrocene.
Taksonomi dan klasifikasi hewan mammalia, termasuk kerbau dan anoa ini, yang
secara rinci telah direkomendasikan oleh Fahimuddin (1973), bahwa anoa masuk ke dalam
Bos Bubaiu.~,sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Posisi taksonomi anoa dan kerbau dibandingkan dengan hewan
lainnya (Fahimuddin, 1973).

i Klasifikasi
0rd0
Sub-order

i

LIngzrkrtu

I Artiodactjdes

/ a.

~uina
b. Tragulzna
! c. Dlopoda
I d. Pecora
, Famili
I a.
Cen-idae
I
h. G~rq,ffide
c. Antrlocopr~~lor
I
d Bn\*ldnt.
/ Sub-fami1s Bov~rzcle
1

j Genus

1 Sub-genera
1

i

1 Famili Suidae
I Chevrotains

i Camels (onta)

1 True rumhans
1 ~tter
Giraffes
Prongbuck

1

Cattle (sapi)

I

Ruminants (sapi, doinba kerbau), dan & 1

!

Ros

I

: (Sub group)
a

Tarrrit~e- Sub-~oup

b

R~ho~./tre
- Sub-group

I

c

Bl~olltltle-Sub-group

,
I

I Keterangan
I M ~ M / ~ Uherkuku
I

d. Lrprobo\-o~e(extinct)
e

!

Tinjauan Pustaka- 1

Hrrbir/rire - Sub-group

-

Bos raurus (sapi Eropah)
BO.Frndrcus (sapi berpunuk)
H ~ ga11r1t.5
Y
- Bc)x.fiot~tcr/rs
(gayal)
- Bo.5 sotzda~cr,~
(banteng)
- BOAprzrrretis (yak)
- Hos bot~at~rr.s
(bison Eropah)
- Bo\ hrso11(bison Amenka)
Fosil lsapi bertanduk panjang)
- Ho\ /Hr~ha/ns)b~rrhirhs(kerbau)
- No\ iH1lb~71n
sj nrnrdorrii~r
r (tarnaralt )
- BOA(Hubatus) clepre.~,rcow?rs (anoa)
- Ho\ iHirbaiirs) caf'fcr(kerbau cafe)

-

I
I
I
I

1

I

I

I

1

i

1

6

1.2. Karakteristik Penampilan Anoa
Anoa yang ditemukan di dataran rendah (Bubalus depressicornis), umumnya
berwarna hitam dan mempunyai postur tubuh yang besar (Gambar 2).

Gambar 2. Penampilan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis).
Sedangkan anoa yang ditemukan di hutan-hutan dataran tinggi (Bubalus quarlesi),
mempunyai penampilan agak kecil dan umumnya berwarna kuning kehitarnan atau pacia*
anak benvama krem, dan bulu badan halus menyerupai wol (Gambar 3).
Kasim (1998) melaporkan bahwa saat ini anoa, baik untuk Anoa Dataran Rendah
(Bubalus depressicornis) maupun Anoa Dataran Tinggi (Bubalus quarlesi), sudah tidak

memiliki habitat yang khas lagi. Kadang kala Anoa Dataran Rendah (Bubalus quarlesi)
dapat ditemukan di dataran tinggi dan sebaliknya Anoa Dataran Tinggi (Bubalus
depresszcor~zls~
juga dapat dijumpai di daerah-daerah dataran rendah. Pendapar senada

j uga dikemdakan oleh Groves ( 1969) dan Whitten er ul. (1987).

Tinjauan Pustaka- 1

-

Gambar 3. Penampilan Anoa Dataran Tinggi (Bubalus quarlesi)
Uni Internasional untuk Pelestarian Alam dan Surnberdaya Alam (International
Union for the Conservation of Nature and Natural Resource) di Cambridge, Inggns di
dalam bukunya "Red Data Book" menyatakan bahwa anoa di Sulawesi, adalah salah satu
di antara 16 jenis satwa liar yang rawan, terancam punah, langka dan menghadapi bahaya
kepunahan (Whitten et al., 1987). Hasil pemantauan di Sulawesi Utara pada akhir abad
ke- 19, menunjukkan bahwa Bubalus depressicornis masih mempunyai daerah penyebaran
yang luas dari ujung Utara Sulawesi. Bahkan setengah abad lalu Bubalus depressicornis
masih mudah dijumpai di dalam hutan di daerah Bolaan Mongondo dan Gorontalo.
Kemudian semenjak itu terjadi penurunan yang sangat drastis. Selain karena kerusakan
habitat anoa, keadaan itu juga akibat peningkatan pembukaan hutan-hutan tempat hidup
(habitat) satwa endemik ini (Whitten et a!., 1987).

Tijauan Pustaka-1

Di daerah Sulawesi Tengah, populasi anoa ini juga sudah mulai menurun, karena
habitat anoa mulai terdesak, banyak anoa yang terperangkap oleh jerat, dan dipotong
sebagai hewan penghasil (sumber) daging oleh masyarakat di daerah-daerah pedesaan
(Kasim, 1998). Faktor lain yang turut mempercepat penurunan populasi anoa, adalah
adanya kegiatan perburuan liar oleh masyarakat, di samping seinakin sempitnya habitat
dan adanya peningkatan kegiatan eksploitasi hutan, konversi hutan menjadi lahan
pertanian, penempatan transmigran, pembukaan hutan untuk kegiatan perkebunan oleh
masyarakat setempat. Di gunung Roroka Timbu di bagian Timur Laut Tarnan Nasional
Lore Lindu sampai akhir tahun tujuh puluhan masih banyak dijumpai jejak anoa dalam
bentuk feses ataupun jejak (bekas tapak kaki). Akan tetapi kemudian pada kunjungan
berikutn>a sedikit sekali dijuinpai tanda-tanda keberadaan anoa, sementara jerat dan
perangkap yang dipasang banyak ditemukan jejaknya (Whitten et a/., 1987).
Menurut Hooijer (1946), kemudian Whitten et a/.(1987), anoa biasanya hldup
sendiri-sendiri, tetapi pernah juga ditemukan dalam kawanan (5 ekor) di hutan Gucung
Nokilalaki. Penamaan anoa (Bubalus sp.) di Sulawvesi, bergantung pada daerahnya, seperti
pada prnberian nama anoa di bagian Utara Sulawesi (Gorontalo) disebut unuung.
buizdugo

dan ada pula menyebut buluturzi. Di daerah Sulawvesi Selatan disebut

fzctti

dungko. lai?gkau dan ada menyebut soko, seciangkan di Sulawesi Tengah, urnumnya

dikenal unou (DPPA, 1978: dan Whitten et crl. (1987). Penemuan Kasim (1998)
melaporkan bahwva nama lain anoa di Sulawesi Tengah adalah "bakulu ", (untuk orang
(untuk orang Dampelas), sementara orang Kaili menyebutnya dengan
Eugis). --bc~tilzr"
naina

..IIZIU

"

.

dan orang Kulawvi menyebutnya dengan "luplr" dan dl daerah Buol

menyebut -'htrkl!\*u".

Tinjauan Pustaka- l

Bentuk tubuh anoa mirip ternak kerbau atau biasa disebut kerbau cehol. Pada anoa

(Hubulus depressicornis) memiliki tinggi pundak antara 80-100 cm, sedangkan anoa
(Huhu1u.v quurlesr) antara 60-75 cm (DPPA, 1976). Deskripsi ini, sama dengan lapora::
Groves (1969) yang mciqztakar; bahxa anoa dataran rendah relatif lebih besar
dibandingkan dengan anoa yang ditemukan pada dataran tinggi. Hal ini juga dilaporkan
oleh (Noak, 199 1 ) bahwa bobot badan Bubalus depressrcornrs mencapai 300 kg sementara
bobot badan untuk Rubalus quurlesi hanya mencapai 150 kg. Lanjut Groves (1969)
menyatakan bahwa Bubalus depressicornis mempunyai ekor lebih panjang, kaki putih dan
tanduk yang besar, sedangkan anoa gunung (Bubulus quarlesi)

relatif lebih kecil,

mempunyal ekor yang lebih pendek serta tanduk berbentuk kerucut dan rata. Sementara
bentuk kepala menyerupai kepala sapi (Bos), kaki dan kuku menyerupai banteng (Bos

sonduicus). Pa& kaki bagan depan (metacarpal) benvama putih atau mirip sapi Bali,
namun mempunyai garis hitam ke ba~vah.Tanduk anoa umumnya mengarah ke belakang
menyerupai penampang yang bagian dasamya tidak bulat seperti pada tanduk sapi,
melainkan menyerupai bangun seti-tiga seperti pada tanduk kerbau (Walker, 1968).
Penampilan anoa (Huballis depressicornw) pada usia dewasa mempunyai wama
bulu badan cokelat hitam sampai hitam, tetapi jarang, sedangkan bulu pada anak berwarna
cokelat dan keadaannya lebat, sementara bulu parla bagian kaki benvarna putih sampai
putih kekuning-kuningan. Pada anoa (Bubulus qzmrlesi), bulu pada usia dewasa berwama
cokelat ma sampai hitam dan kadang-kadang memiliki bulu badan yang tebal sampai usia
dewasa. Deskripsi tentang postur tubuh anoa (Buhuizrs quuriesi) secara rinci dilaporkan
oleh Kasim ( 1998) untuk anoa jantan dengan uinur antara satu sampai dua tahun, rataan
bobot badan 27 kg, tinggi pundak 57 cm, panjang badan 60 cm, lingkar dada 67 cm,

Tinjauan Pustalia- !

lingkar paha 18 cm dan lingkar lengan 15 cm. Sementara ukuran-ukuran tubuh anoa
(Bubulus quurlesi dan Hubulu,~ depressicornis) menurut hasil penelitian terdahulu
(Groves, 1 969) disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Ukuran-ukuran dimensi tubuh anoa (Hubulus quurlesi dan Hubulus
depres.sicornis).
I

No.
1.

Bagian tubuh

I

Tinggi pundak (cm)

1 2.

Tin@ punggung (cm)

3.
j 4.

1
Panjang tanduk jantan (cm) 1

1

Panjang badan (cm)

Anoa
;
Anoa
I Pustaka
(H. quurlesl) / (R. depressicornls)
80 - 100
Groves, 1969
75
I
76 - 98
Syam, 1977

I

12*- 153
15 - 20

170 - 188
I

27 - 37

Groves, 1969
Syam, 1977

Panjang tanduk betina (cmf

/

relatif sama

/

18 - 26

Panjang ekor (% dpt)

I

14,6-17,8

i

19,8 - 25,8

1

I

I

Keterangan : dpt = dari panjang tubuh

1.3. Penyebaran Populasi Anoa di Sulawesi
Berdasarkan pada penemuan Grzimek (1972) dinyatakan bahwa fosil anoa hanya
ditemukan di pulau Sulawesi. Walaupun di luar pulau Sulawesi seperti di pulau Mindoro
Philipina: ditemukan spesiesnya yang disebut Tamaraw (Ruhulus mindorensis) dan di
Afrika disebut kerbau caffe (Htrbultcs cufer).
Di Sulawvesi Utara, menurut Whitten et ul. (1987) pada akhir abad Ice 19, anoa
(Bubalzcs depressicorizis) masih mempunyai daerah penyebaran yang luas, ke ujung Utara
Sula\vesi. Bahkan setengah abad lalu masih mudah di-jumpai di dalam hutan Bolaan
Mangondo dan Gorontalo. Kemudian semenjak itu perubahan tejadi sangat drastis dengan
peningkatan psmbukaan usaha-usaha perhutanan, yang merupakan tempat hidup sativa
endemik ini. Whitten et a/. (1987) menyatakan bahwa anoa di daerah Sula\vesi Utara;
meliputi \\-ilayah Gorontalo, Minahasa, Likupang, Lempias, daerah Limpe, kemudian di

Tinjauan Pustaka- l

areal hutan Langowan dan Pangku masih banyak ditemukan. Demikian pula menurut
Mohr (1 92 1) serta Mustari (1 995) melaporkan bahwa anoa dataran rendah (Hubulus
depressrcortzrs) banyak ditemukan di daerah-daerah Minahasa (di lereng Gunung Klabat).
Hasii penelitian Gunawan (1996) di Sulawesi Ulara, menyavakan bahwa penyebaran
populasi anoa dari spesies RUBUIW depressicorrtw, ~neliputiTalnan Nasiot~alDulnoga
Bone, ivlinahasa, Manado, Gorontalo dan Bolaan Mangondo; sedangkan spesies anoa
(Bubaius quariesij juga ditemukan di daerah Manado, Taman Nasional Bone dan di
daerah Gorontalo.

Di Sulawesi Tengah, u t u k anoa dataran tinggi (Bubalus quar/e.\r), banyak
ditemukan di daerah Tomini, Malinang dan Randangan. Demikian pula di daerah Lindu,
Besoa, Bada, Topebatu (Posoj, di daerah Toli-toli dan Buoi serta wiiayah Ba~~ggai
&[I
Tobungku, masih banyak ditemukan. Sementara di daerah pantai barat Sulawesi Tengh

p
icficiiiii sepiti &
(Kabupaten Donggala) anoa ini inasih ditemukai & b ~ b e i ~ieiiipiii
daerah-daerah aliran sungai (DAS) (Kasim, 1998). Hal ini senada dengan pernyataan Arnir
&an Wind (197%)yang j u g menyatakan bahwa anoa, urnumnya hidup rii i~uiar~
ya118i ~ b a i
cii dekar aiiran sungai, danau, raws-rawa, suinber air panas yang lnengandung mineral dan

di scprijii~~g
piniai. Seillttr~iiirahasil peneiiiiar~Eismark dan Guilawan j 1866j rnelaporlial~
bahwa anoa mempunyai habitat yang spesifik dengan komponen dan sebslran iohsi yang
Japai ~licrlunjangkebutu'nan pakan dan perilakunya dari pada Iokasi yang terbuka seperti
padang rumput, jarang dihuni. Habitat anoa di Sulawesi Tengah rersebar di daeran
vvlis_ra:;l