Studi Morfologi dan Ekologi Anoa Dataran Rendah (Bubalus {Anoa} depressicornis, Smith 1872) di Wilayah Hutan Pinogu, Gorontalo Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

1

G/ Ru
..2.p{
n '.'K)
b.

STUD1 MORFOLOGI DAN EKOLOGI
Smith 1827)
ANOA DATAIUN RENDAH (Bubnlxis {Anoa) ~lcpressicon~is,
DI WILAYAH, HUTAN PINOGU, GORONTALO
TARt.4N NASIONAI, BOGANI NAN1 WARTABONE

AHMAD MIZANI RAHMAN
GO4495012

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2001


"Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika kaum itu
tidak merubah nasibnya sendiri" (QS. Ar Rad : 11)

Kupersembahkan Kepada
Ibunda Azizah Lamato. Papa Sudirman, dan Adik-adik Tercinta
Tak Lupa Semua Tante dan Pamanku Tercinta

RINGKASAN
Studi Morfologi dan Ekologi Anoa Dataran Rendah (B~rbolr~s
{Anoa) depressicort~is,Smith 1827) di Wilayah Hutan Pinogu, Gorontalo Taman Nasional Bogani
Nani Wartabone. Penelitian ini di bawah bitnbingan Dr. Ir. Dedy Duryadi Soliliin, DEA.
Anoa dataran rendah meritpakan salah satu mamalia endemik Sulawesi yang staulsnya semakin
terancam oleh aktivitas perburuan ilegal dan perusakan habitat. Informasi liiengenai karakteristik
biologi dan ekologi satwa ini dalam habitat aslinya masih sangat sedikit dipelajari. Penelitian itli
bertujuan ulituk mengetahui aspek bio-ekologi anoa dataran rendah di wilayah hutan Pinogu, Propinsi
Gorontalo, selama bulan April - Juli 2000.
'Dalam penelitian ini aspek bio-ekologi yang diamati menggunakan tiga parameter yaitu morfologi,
populasi dan habitat. (I) Parameter morfologi diamati dengan menggunakan analisis morfolnetrik dan
deskripsi kualitatif tubuh, kepala, kaki dan kulit. Sebagai obyek penganiatan adalah anoa dataran

rendah dari Pinogu yang terdiri dari spesimen hidup 2 ekor (n= 2), spesimen kepala (n=15), dan kulit
(n= 16). Sebagai obyek pembanding adalah anoa dataran rendah dari Taman Safari yaitu sebagai
obyek identifikasi morfologi 5 ekor (n=S) dan identifikasi tingkah laku 3 ekor (n=3). (ii) Parameter
populasi dianalisis melalui sensus dengan metode footprint co~oitdan line transect. Sensus dilakukan
dalam jalur lintasan sahva di daerah sungai dan bukit dengan interval pengamatan 5 -7 hari. (iil)
Parameter habitat dianalisis melalui pengamatan komponen habitat anoa dalam enlpat blok
penganiatan di wilayah sungai Tolinggopoto. Komposisi vegetasi dan pakan satwa dianalisis dengan
metode Laadrat dalam 4 jalur transek.
Berdasarkan pengamatan morfometrik ditemukan variasi ukuran di antara tingkat ulnur satwa.
Anoa dataran rendah dari Pinogu cenderung memiliki ukuran tubuh lebih besar dari anoa dari wilayah
Sulawesi Tengah di Taman Safari. Anoa dari Pinogu memiliki kisaran panjang tubuh 117 - 160 cm,
tinggi tubuh 71 - 88 cm, panjang kepala 26,9 - 31.4 cm, panjang tanduk 13 - 28,4 cm, panjang ekor
26, 5 - 32 cm, panjang jejak kaki 6,6 - 10,2 cm. Corak wama kulit menunjukkan adanya keragaman
berdasarkan perbedaan kelas umur yaitu anak (coklat keemasan, coklat muda, dan coklat kehitaman),
muda (cokiat mudaj, dan dewasa (coklat kehitaman dan hitam).
Kepadatan populasi anoa dataran rendah di sungai Tolinggopoto menunjukkan adanya variasi
berdasarkan lokasi dan waktu sensus Nilai dugaan kepadatan populasi di blok Kuning adalah 20,96
ekorka, blok Matamata adalal~52,9 ekornia, blok Pinotnonua adalah22,: ekoriha, da;; blok Ofibolo
adalah 38,l ekorha. Ukuran kelompok sosial pada anoa bervariasi dari 1 - 4 ekor. Frekuensi jejak
yang ditemukan umumnya menunjukkan anoa adalah hewan yang soliter (n=79).

Komponen lingkungan anoa meliputi vegetasi, sumber air, sumber mineral, sarang, dan kubangan.
Potensi sumber daya habitat menyebar secara tidak merata dalam lokasi. Tumbuhan utama yang
mempunyai nilai ekologis penting sebagai tempat berlindung dan pakan satwa adalah topu (Sauria
caulflora), dan olnbulo (Livistona rot~mdifolia Mart.). Umumnya anoa melniliki jenis makan yang
beragam dari buah-buahan, herba, semak, paku-pakuan and rerumputan. Ditemukan 46 jenis
tumbuhan yang menjadi pakan anoa , seperti buhio (Ficus variegatus Linn.), poli (Ficus minahassae
Miq.), gesengo (Aglaia elliptica), pangi (Pangium edule Reinw.), tombito (Licuala celebica), momali
(Anrideswa sp.), topu (Sauria caulflora), dan taginabala (Musaparadisiaca).
A H M A D MIZANI RAHMAN.

..

ABSTRACT
AHMAD MlZANl RAHMAN. Morphology and Ecology Lowland Anoa (Bubalus (Anoa)
depressicornis. Smith 1827) in Pinogu area, (Gorontalo district) Bogani Nani Wartabone National
Park. This study was directing Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA.
Lowland anoa is one of endemic mammals in Sulawesi. The current status of anoa are threatening
by illegal activity both hunting and destroying their habitat. Little is known about biological and
ecological characteristic of anoa in nature habitat. The objective of this study to obtain some
biological and ecological data about the lowland anoa. This study was conducted from April to July

2000 in Pinogu area, Gorontalo district, Bogani Nani Wartabone National Park.
The bio-ecological aspect was observed though in this study is morphology, population, and habitat
characteristic. (i) Morphological data were collested by measurement and identification of body, head,
foot, and skins. Some o f specimens (consists body parts, sKulls and skins) o f lowland anoa were
collected and measured in Pinogu area. The outgroup specimens of anoa were collected and measured
in Taman Safari Indonesia. (it') The anoa population was estimated by combination of the footprint
count and line transect methods. The methods was applied along the trails of anoa where their
footprints recognized. This method was conducted twice for every month by interval 5 -7 days (iii)
Habitat components were observed at four location in Tolinggopoto area such as Kuning, Matamata,
Pinomonua, and Ombulo. T l ~ equadrat method was applied for vegetational analysis and identify food
resources o f anoa.
The results of body measurements for lowland anoas varied depend on the age of animals. The
measurements of lowland anoa from Pinogu are significantly larger than lowland anoa of Central
Sulawesi. The adult anoa of Pinogu have a body length of between 117 - 160 cm, height at tile
shoulder between 71 - 88 cm, skull length between 26,9 31,4 cm, horn length 13 28,4 cm, tail
length between 26, 5 - 32 cm, footprints length between 6,6 - 10, 2 cm. The colour of skin was
different correspond to age class : infant (golden brown, brown, and brown to black), juvenile (brown),
and adult (brown to black and black). Population density of lowland anoa in Tolinggopoto area varied
from one site to anothersite. The estimated population density o f anoa in Kuning area was
approximately 20,96 individualha, Matamata 52,9 individualha, Pinomonua 22,1 individualha and

Ombulo 38,l individualha. Composition and size group ofanoa consists o f 1 - 4 individu. Generally
anoa was solitary than groups animal.
Habitat components of anoa consisting vegetation, water sources, mineral sources, nest, and
wallowing sites. Habitat resources in Tolinggopoto were distributed unregularly throughout area. The
essential plants has ecological implication such as for shelter. Anoa diets was topu (Sauria caulflora),
and ombulo (Livistona rolundfolia Mart.). The diet of anoa including 4 6 spesies plants, such as buhio
(Ficus variegalus Lim), poli (Ficus rninahassae Miq.), gesengo (Aglaia elliptica), pangi (Par~giunl
edule), tombito (Licztala crlebica), n~omali(Anlideswa sp.), topu (Saltria caulflora), and mginabalo
(Musa paradisiaca).

-

Keywords

: Lowland anoa (Bubalus {Anoa) depressicorttis),
vegetation.

-

morphological, population, and


STUD1 MORFOLOGI DAN EKOLOGI
ANOA DATARAN RENDAH (Brtbalrrs {Anoa) clepr.essicor.nis,Smith 1827)
DI WILAYAH HUTAN PINOGU, GORONTALO
TAMAN NASIONAL BOGANI NAN1 WARTABONE

AHMAD MIZANI RAHMAN
GO4495012

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelat
Sa~janaSains
pada
Jurusan Biologi

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2001


Judul

:Studi Morfologi dan Ekologi Anoa Dataran Rendah (Bubrrlus {Anoa)

delnvssicornis, Smith 1827) di Wilayah Hutan Pinogu, Gorontalo
Tanlan Nasional Bogani Nani Wartabone
Nama

: Ahmad Mizani Rahman

N~P

: GO4495012

Menyetujui,

Dr.Ir. Dedv Dunradi Solihin. DEA
Pembimbing I


Tanpgal Lulus :

25

jU1. 2001

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilal~irha~i
di Ujuny I'andang pada tanggal 19 Maret 1977 sebayai anah perkanla dari empal
bersaudara. anak dari pasangan Sudirman M. Chatib dan Azizah Lamato.
Tahun 1995 pet~ulislulus dari SMA Negeri I Gorontalo dan pada taliun yang sama lulus seleksi
niasuk IPB mclalui jalur Undangan seleksi Masuk IPB. Pada tahun yaog sama penulis niemilili
Jurusan Bioloyi Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam.
Sela~na~iiengikuliperkuliahan penulis menjadi asisten mata kuliali Zoologi Umum pada tahun
ajaran 199912000 dan 20001200l.
Jurusan Biologi.

Sejak 1997 penulis aktif menulis dalam ~ii~jalali
Cephalos di


Minat penulis dalani bidang lingkungan ~nendorongpenulis bergabung dengan

organisasi ~nahasis\eaBiologi Studi Klub "OWA", pada tahun 1999.

Pu.ii Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah
yany betjudul "Studi Morfologi dan Ekologi Anoa Dataran Rendall (Anoa depressico,?ii.s, Stnit11 1827)
di Wileye11 Nutall Pinogo, Gorontalo Taiiian Nasional Bogani Nani Wartabone" dapat diselesaikan
dcngan boik.
Penulis ingin iiienyatnpaikan petighargaan kepada Bapak Dr.lr. Dedi Duryadi Solillin, DEA, selaku
pet!~bimbing atas aralian, kritik dan saran selama penelitian. Terima kasih yang tinggi kepada ibu Prof.
Dr. Nawanysari Sugiri atas sumbangan pemikirannya dari awal sarnpai akhir penelitian.

Ucapat~

terilnn kasih kepada pimpinan dan seluruh staf Taman Nasional Bogani Nani'Wanabone dan Taman
Safari Indonesia, Bogor yang telah membantu dalam pengumpulan data.
Terima kasih sebesar-besamya kepada Tim lapang "Anoa" dalam studi ini yaitu Bapak Burhanudin
Lagebo dan Ardiansyall atas semua dukungan dan suka dukanya selama di lapang. Disamping itu
ungkapan sayang dan teritna kasih kepada Papa, Mama, Tante-tante, dan semua keluarga atas
dukungan moril dan materilnya selatna ini. Dan yang terakliir untuk semua rekan-rekan Ma'had Al

Azhar Bogor dan rekan-rekan Biologi atas dukungan motivasinya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2001

Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR IS1 ....................................................................................................................................

i

DAFTAR TABEL ...........................................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................................

ii

...

DAFTAR LAMPIRAN ..........................

........................................................................................

PENDANULUAN
Latar Belakang .............................
. . ........................
. Tujuan Penel~t~an

......

.............................................................................

.
.
................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................

111

1
!

2

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...............................
.... ....................................................................... 4
Wilayah Studi.........................................................
4
Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 4
Studi Pendahuluan ...............................................................................................................
4
Morfologi ...........................................................................................................................
4
..
P e ~ n ~ l ~ Lokasi
h a n ...............................................................................................................
5
Habitat ................................................................................................................................
5
Sensus Populasi ....................................................................................................................5
Analisis Data ....:...................................................................................................................6
Koleksi Sampel .................................................................................................................... 6
HASIL DAN PEMDAHASAN
Morfologi
1 . Tubuh ................
2 . Kepala ................................................................................
3 . Kulit .........................................................................................................................
4 . Jejak kaki ................................................................................................................
Populasi
1. Kepadatan ................................................................................................................
2 . Struktur umur dan kelamin
. . s ~ ........................................................................................
3 . Ukuran dan k o m p o s ~ kelompok
........................
.
.
...............................................
Habitat
1. Faktor fisik
2 . Faktor biotik ............................................................................................................

.

KESIMPULAN DAN S A M N
Kesimpulan ...................................................................................................................... 22
.... ...............................................................
Saran .................................;
........................... 22
DAFTAR PUSTAKA

......................................................................................................................23

DAFTAR TABEL
Halaman
1 . Karakteristik rnorfologi anoa dataran rendall berdasarkan kelas umur dan jenis kelarnin

yang berasal dari Pinogu (2000), Taman Safari (2000), dail Groves (1969) .............................

7

2. Karakteristik inorfometrik kepala anoa dataran rendah dari Pinogu

I0

3. Warna kulit dan sifat rambut anoa dataran rendah dari Piriogu dilihat dari kepala dan kulit .....

11

4. Nilai rataan, kisaran dar~simpang baku jejak kaki anoa dataran rendah berdasarkan
12

cozo7t di Sungai Tolinggopolo, Pinogu
nietode foorpri~~r

5. Daftar sensus populasi anoa dataran rendah berdasarkan
Tolinggopoto

14

6. Kepadatan populasi anoa dataran rendah di Sungai Tolinggopoto, Pinogu ................... .
.

I4

7. Jenis vegetasi dengan Nilai Penting tertinggi di daerah Sungai Tolinggopoto, Pinogu .............. 18
8. Kondisi habitat anoa dataran rendah di Sungai Tolinggopoto, Pinogu

.

20

DAFTAR GAMBAR
Halaman
8

...................... .
.
......... .
2. Ko!eksi spesimen anoa dataran rendah dari Pinogu .............................................................
1 . Karakteristik rnorfologi anoa dataran rendah betina muda dari Pinogu

3. Ukuran kelompok anoa dataran rendah di Sungai Tolinggopoto, Pinogu

4.

..................................

.
Karakteristik liabitat anoa di Sungal Tolrnggopoto ..............................
.
.
....................
.

10

15

21

..

DAFTAR LAMPIRAN
Halamarr
I. a. Peta lokasi distribusi anoa di wilayah Talnan Nasional Bogani Nani Wartabone ................ 26

.
.
.
............................

27

2. Peta lokasi studi anoa di wilayah Sungai Tolinggopoto, Pinogu ................... .
.
.
.............

28

3. Detenninasi morfologi anoa dengan metode Wogyzr Cattle Regishy Associotio~r.....................

29

b. Peta lokasi distribosi anoa di wilayah Hutan Pinogu .....................

4. Kuisiorier identifikasi karakteristik anoa di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

............. 30

5. 'skerna analisis ko~nposisivegetasi dengan Metode Kuadrat (Alikodra, 1983)

6. Koniposisi kelompok anoa berdasarkan metode footprint

COZIII~
di

Sungai Tolinggopoto,,

Pinogu
7.

3l
32

Komponen habitat anoa dataran rendah di Pinogu, Tarnan Nasional Bogani Nani

.......................................................

Wartabon

33
34

8. Daftar pakan anoa dataran rendah (AIIOOdepiessicor~~is)
di Pinog

.
.
.
.......................

9. Daftar turnbuhan bawah do~ninandi wilayah hutan Pinogu .....................

35

10. DaAar vegetasi pohon dolninan di wilayah hutan Pinogu

36

1 I . Temperatur harian di Sungai Tolinggopoto, Pinogu selarna bulan,Mei

- Juli ...........................

12. Hasil inventarisasi populasi anoa dataran rendah dengan metode Footprint count di
.
.
blok Kuning, Sungai Tolinggopoto (Mel- J u l ~2000)

37
38

13. Hasil inventarisasi populasi anoa dataran rendah dengan metode Footprint count di
blok Matamata, Sungai Tolinggopoto (Mei - Juli 2000)
14.Hasil ioven:e:isasi

........................................................ 40

populasi anoa dataran rendah dcngan metode Footpirit.coui:r 6i

blok Pinomonua, Sungai Tolinggopoto (Mei - Juli 2000)

...................................................... 44

15. Hasil inventarisasi popul-si anoa dataran iendah dengan metode Foolprint count di

-

.
.......................
blok Onibulo, Sungai Tolinggopoto (Juni Juli 2000) .......................

45

besar penelitian terltadap anoa saat ini dilakukart
pada bida~igtaksonotni dari sampel-sampel yang
Sulawesi ~nerupakatr pulau besar dan pentirrg diperoleh dari kebun binatang dan museum.
pada kawasan Wallacea, suatu wilayah unik di Scmentara aspek biologi anoa dalam habitat
alatninya merupakan bagian yang belum banyak
dunia yang tnerupakan tempat bercatnpurnya
tumbuhan dan binatang dari daratan Asia da~r disentuli. Penelitian yang sudah per~lalrdilakuka~i
mengenai anoa mencakup taksonomi dan
Australia. Proses geologi yang kompleks telah
~rrorfologi
(Groves, 1969, Hooijer, 1948) ;perilaku
menyebabkan Sulawesi nienjadi wilayah dengall
persentase jenis-jenis flora dati fauna endemik (Syam: 1977, Mustari, 1996) ; formula pakan
yang l.ebih tirrggi dibanding pulau-pulau lainnya di (M'ira\vatl. 1981 dalam Whitten, 1987, Mustari,
1996) ; penangkaran (Farajallah, 1989, Notzold,
Indonesia (Kinnaird, 1997). Salah satu fauna
19953.
endemik yang ditetnukan hanya di pulau Sulawesi
Pertelitian rnertgenai aspek bio-ekologi anoa
adalah Anoa. Dari fosil yang ditemukan di daratan
utama Asia, tidak diketahui ada hewan yang perlu dilakukan untuk tnenjelaskan adaptasi
rnerniliki kerniripan dengannya. Karakteristik anoa biologis anoa dalam habitatnya. Kondisi ekoloyi
yang tidak dijumpai dalam fatnili bovidae lainnya habitat anoa yang berbeda-beda di Sula~vesi
mengarahkan proses evolusi satwa melalui isolasi
yaitu bentuknya yang kecil sehingga sering juga
spesies (Sugiri, komunikasi pribadi). Pertelitian ini
disebut kerbau cebol (Grizmek, 1990).
Status kehidupan anoa saat ini selllakit1 dilakukan dengan maksud mengungkapkan tingkat
ter-a~icam dengan berbagai tekanan terltadap diversensi karakter morfologi, liabitat, dan
populasi dan habitatnya di seluruli Sulawesi. popltlasi anoa sebagai bahan pertimbangan dalam
Masalah utama yany mengaticam kelestarian satwa strategi konservasi.
Wilayab hutan Pinogu (Tanian Nasional
adalah
hilangnya habitat
dalam wilayah
perlindungannya oleh aktivitas penebangan hutan, Bogatii Natii Wartabone) dipilih sebagai lokasi
pengumpulan rotan, dan penambangan emas ilegal penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut :
tnasih terus berlangsung (Tanlan Safa~i, 1996). (i) Tingkat endemisme tertinggi di Sulawesi
Proses perusakan habitat dan populasi satwa ditemukan di wilayah semenanjung utara pulau, di
bertatnbah serius dengan ancaman perburuan ilegal 'Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Mac
untuk tnendapatkan daging, kulit, dan tanduknya Kinnon, 198 I), (ii) Kondisi topografi lokasi dengan
(Mustari, 1995). Mac Kinnon (1981) melaporkan kompleh pegunungan (dengan ketinggian rata-rata
di pasar-pasar desa lembah Dumoga sedikitnya 100 .di. atas.. 1000 m) yang membhtasi kawasan
Inemungkinkan terjadinya isolasi spesies satwa..
ekor anoa diperjualbelikan setjap tahunnya.
(iir]
Masih rendahnya aktifitas perburuan dalam
Selama dekade tiga puluh tahun terakhir
lokasi
kecuali untuk memenuhi kebutuhan lokal.
(1970-2000) semakin meningkatnya perburuan
anoa diseluruh Sulawesi telah menyebabkan
turunnya populasi anoa secara drastis. Kondisi ini Tujuait Penelitian
Tujuan penelitian ini sdalah (I] tnengetahui
telalr mendorong /ti!er/lationol
Dnion for
C o ~ ~ s e r v a t iofo ~Nature
~
and Nalzrral Recozrrces ciri-ciri rnorfologi dan morfometrik anoa dataran
(IUCN, 1994) dan Co~tvenlion of I~iternarional rendah (ii) mengetahui keadaan populasi yang
Trade of Endangered Species of Wild Flora and tneliputi kepadatan, struktur umur dan kelamin,
Fauna (Taman Safari, 1996) menggolongkan status dan komposisi kelotnpok anoa dataran rendah (iii)
identifikasi komponen habitat anoa dalam wilayah
anoa dalam kategori endangered (langka rnenuju
kepunahan). Di Indonesia kedua satwa ini telah perlindungan gi hutan Pinogu, Propinsi Gorontalo,
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.
dilindungi sejak zaman kolonial dengan Undangundang
Perlindungan
Satwa
Liar
1931
(Anonimous, 1978).
Upaya konservasi baik secara in situ (dalam
habitat alatni) tnaupun ex si!u
(tempat
penangkaran) harus segera dilakukan untuk
menghindari ancaman kepunahan anoa. Adanya
keterbatasan informasi dan masih sedikitnya
penelitian mengenai anoa merupakan masalab
ittatna dala~iiupaya konservasi sat\rfa. Sebayian

PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA
1. Talisonomi

Anoa merupakan salal~satu bentuk keliidupan
prasejarah yang berasal dari zaman pleistoisen
(Hooijer, 1948). Bentuknya yang unik tnirip
denqan sapi tempi berukuran lebih kecil. sehingga
sering juga disebut sebagai sapi cebol. Deskripsi
pertalna satwa ini diberikan oleh Hatnilton Smith
(1827) dalam Groves (1969) dengan memberinya
nama Anrilope depressicornis. Lydekkers (1905)
dalatii Groves (1969) menganggap anoa sekera5at
detigan genus Bos (banteng) dengan rnetiiberi nama
Selanjutnya Ouwens
Bos depressicor~~isfergr~soni.
(1910) dalaln Mustari (1996) nienemukan adanya
spesimen di hutan peqi~nungandari wilayah tengall
Toraja Suhwesi Selataa yang dinamakan sebagai
anoa pegunungan (Anoa qlrarlesi).
Sejak spesilnen pertatna anoa ditemukan status
taksonotni satwa ini melijadi surnber perdebatan
diantara para peneliti. Secara morfologi anoa
memiliki kemiripan dengan kerbau air Asia
(Bzrbalus bzrbalis), sellingga hat ini mendorong
beberapa peneliti meletakkannya ke dalam genus
tersendiri yaitu Anoa (Smith, 1827 dalam Groves,
1969). Dolan (1965) dalam .Groves (1969)
rnengusulkan genus Anoa untuk dimasukkan ke
dalaln subgenus Bubal~rs.
Groves (1969)
memasukkan Anoa sebagai subgenus sendiri untuk
menunjuklm keke~abstennya dengsn kerbau air
Asia Bubalus (Bubuilrs) bubalis. talnaraw (B.
n~indorensis).
Koopman
(1 967)
mengklasifikasikannya sebagai berikut :
Filum
Subfilum
KIas
Subklas
lnfraklas
Ordo
Subordo
Famili
Genus

: Chordata

: Vertebrata
: Mamoiaiia
: Theria
: Metatheria
: Artiodactyla
: Ruminantia
: Bovidae
: Anoa

2. Morfologi
...
Anoa merupakan spesies kerbau liar yang
berukuran kecil, pendek, tungkai pendek. Menurut
Groves (1969) di~Sulawesi terdapat dua jenis anoa,
yaitu anoa dataran rendah (Bubalus {Anoa}
depressicornis) dan anoa dataran tinggi (Bubalus
(Anoa) quarles/]. Anoa dataran relidah dicirikan
oleli beberapa karakter yaitu berwarna hitam dan
rambot yang ta~iipakjarang pada invidu dewasa.

.

.

Jantan melniliki warna rambut yang tampak lebih
gelap dibanding betina, terkadang pada jantan
ditemukan jalur putili di bagian bawali lehernya.
Pada tungkai depan terdapat bercak putih atau
putih kekuningan, panjang ekor dapat mencapai
persendian lutut belakang. Bentuk tanduk pada
anoa dewasa berbentuk triangular yang pipih pada
pangkalnya dengan jalur-jalur berbentuk cincin
tnelintang pada pangkalnya. Panjang tanduk yaitu
pada jantan 27 - 37 cm dan betina 18 - 26 cm.
Panjang tengkorak adalah 29,s - 32,2 cm pada
jantan dan 29 - 30 ctn pada betina. Ukuran tinggi
i
tubuh di bagian punggung adalah 80 - 100 c ~ i dan
panjang tubuh adalah 170 -188 ctn.
Sedangkan pada anoa dataran tinggi dicirikan
oleh Groves (1969) adalal~sebagai berikut : warna
rambut coklat kehitatnan dan coklat kcmerahan.
Rambut tampak lebih tebal dan agak keriting.
Tidak tatnpak bercak putih berbentuk sabit pada
bagian bawah leher. Ekor berukuran lebih pendek,
tidak lebih seperdua jarak pangkal ekor dengan
persendian lutut belakang. Tanduk berbentuk bulat
(conical) dengan permukaan yang halus tanpa
jalur-jalur cincin di bagian pangkal. Panjang
tanduk berkisar antara 14,6-19,9 cm, sedangkan
panjang tengkorak adalah 24,4-29 cm. Ukuran
tinggi tubuh dibagian punggung adalah 75 cm dan
panjang tubuh adalah 122-153 cm.
.

3. Perilaku
Mustari (1996) yang mengamali perilaku anoa
dataran rendah di Cagar Alam Tanjung Alnolengu,
Sulawesi Tenggara menyinipulkan anoa sebagai
satwa soliter. Hidup sebagai individu tunggal atau
dalam kelompok kecil yang terdiri dari pasangan
janian dan betina dewasa terkadang diikuti satu
atau dua ekor anak. Harapan hidup anoa dalam
penangkaran adalah 20-30 tahun bagi kedua jenis
kelamin (National Research Council, 1983 dalam
Taman Safari, 1996). Selama musim kawin satwa
ini akan berpasangan secara monogami. Musim
kawin diperkirakan berlangsung antara bulan
Oktober sampai Januari dan musim berkembang
biak antara Juni sampai Oktober. Sedangkan masa
kehamilan anoa yaitu berlangsung antara 2 I5 - 3 15
hari, dimana anak yang lallir umumnya hanya satu
ekor. Pola aktivitas anoa merupakan rangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas
tiieocari makan. minum. dan berlindung (Syam,
1977). Seperti anggota genus B~baI11s laillnya
anoa menyukai kegiatan berendam. berkubang dan
berenang. Beberapa perilaltu, yang unik lainnya
dari satwa ini seringkali ditemukan menjilat-jilat

tanali untuk ~~iemenulii kebutuliannya akan
juga
ditcmukan
sering
mineral.
Anoa
menggosokkan dan menajamkan tanduknya.
Pengamatan Syam (1977) pada habitat alaminya di
cagar alam Gunung Tangkoko satwa ini diketahui
aktif di siang dari malam hari. Anoa lnulai
kegiatannya pada pukul 15.00 sore hari sampai
pukul 07.00 payi hari. Penduduk lokal mengenal
anoa sebagai satwa yang cukup berbahaya dengan
agresifitas, terutama jika tnerasa terancarn oleh
kehadiran manusia tidak jarallg menyerangnya
salllpai melukai korbannya.
4. Distribusi
Anoa nienyebar secara merata di seluruh
daratan utama Sulawesi seperti yang ditunjukkan
oleh peta bistorikal distribusi anoa (Groves, 1969).
Menurut Mustari (1997) sampai akhir abad ke-19,
anoa lnasih dapat ditemukan hampir di seluruh
daratan Sula\\-esi. Pada saat ini, di beberapa lokasi
di Sulawesi anoa telali hilang, ha1 ini disebabkan
ah~ivitasperambalian liutan dan dan perburuan liar
dalam habitat perlindungannya.
Menurut Mac Kinnon (1981) di dalam Taman
Nasional Bogani Nani Wartabone anoa banyak
ditemukan pada wilayah tilnur kawasan yaitu di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bone. Di seluruh
lokasi kawasan Taman Nasional diketahui terdapat
19 lokasi yang menjadi habitat anoa, dimana hanya
dua lokasi yang telah diidentifikasi secara pasti
;.ziti: di ';ilayah Hxtan Pinogu dan Gunung Poniki
Para petugas di Taman Nasional melaporkan
bahwa keberadaan kedua jenis anoa tersebut di
dalam Tanian (Balai TNBNW, 1998).
5. Habitat
Mustari (1997) mengungkapkan bahwa habitat
utatna anoa adalah hutan perawan (virgin forest) di
Sulawesi, yaitu hutan yang belum dijamah.
Habitat anoa dataran rendah umunya adalah hutan
datran rendah dengan ketinggian di bawah 700 m
di atas permukaan laut. Namun seringkali anoa
dataran rendah juga ditemukan .di daerah yang
lebih tinggi. Serangkaian penelitian di seluruh
Sulawesi menutijukkan bahwa anoa menempati
habitat yang bervariasi dari hutan dataran rendah,
rawa. pantai, hingga daerah pegunungan (Taman
Sakri, 1996).
Syam (1977) yang mengadakan penelitian di
Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus
(Sula\vesi Utara) mene~nukan habitat anoa pada
tiga ripe areal vegetasi yaitil hutan hujan tropis.
areal ka\\.ah Gunung Tangkoko dan hutan
sekunda..
Mustari (1996) mengatnati perilaku

anoa di Cagar Alani Tanjung A~nole~igu
(Sulawesi
Tcnggara) yang menempati daerah tepian pantai.
6. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
Taman Nasional berdiri di atas luas -1- 287.1 15
Ihektar. Secara geografi terlerak di antara 0' 25' 0' 44' lintang utara dan 16' 40' - 19' 29' bujur
timur.
Secara administrative wilayah Taman
Nasional termasuk wilayah Kabupaten Dati 11
Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara dan
Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo.
Kawasan TN Bogalii Nani Wartabone
me~npunyaiiklim muson khatulistiwa dengan pola
yang khas dengan temperatur tinggi yang konstan,
curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Curah
hujan rata-rata tahunan adalah 2500 mm.
Wilayah utama penelitian merupakan kompleks
hutan tropis dataran rendali yang dibatasi rangkaian
pegunungan yang merupakan puncak tertinggi
dalam kawasan yaitu gunung Bulawa (1970 m),
gunung Pinonimposa (1790 ni) dan gunung Ali
(1495 m).
Kawasan Taman Nasional memiliki ekosistem
hutan dataran rendah tropika terbentang pada
ketinggian 300 sampai 1000 meter dari pe~mukaan
laut. Dalam hutan ini vegetasi kaya dengan jellis
flora kayu inggeris (Eucalyptus deglupta),
cempaka (Elmerilla ovalis). beringin (Ficus sp.),
kayu bugis (Koordesiodendron pinnatunl),
~nanggishutan (Garcinia sp.). Tumbuhan bawah
kaya -d:ngan jcnis-jenis rotao sepirti Cblam~is,
Daewonorops, dan Korthalasia. (Mac Kinnon,'
1981; Ditjen PHPA, 1994 ; Balai TNBNW,
1998).
Dalam kawasan terdapat beragam satwa
endemik Sulawesi khas daerah , Wallacea.
Beberapa jenis mamalia yaitu anoa dataran rendah
(Aiioa depressicornis). anoa dataran tinggi (A.
qtrarlesi), babirusa (Babyrolrsa
babirussa),
tangkasi (Tarsius spectrunl), monyet sulawesi
(Macaca nigra), kuskus (Phalanger ursirrus),
rnusang Sulawesi (Mac(og1idia mtrschenbrouiki).
(Ditjen PHPA, 1994).

-

BAI-IAN DAN METODE
Walitu danTempat
Studi pendahuluan perilaku anoa dataran
rendali dilaksanakan di Taman Safari Indonesia,
Cisarua-Bogor, selama 50 jam (13-18 Maret 2000).
Peilelitian lapang dilakukan di wilayah hutan
Pinogu, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone,
Propinsi Go'-ontalo (Lampiran I a dan lb).
Pengamatan lapang berlangsung sela~na empat
bulan (April sampai Juli 2000). ldentifikasi sampel
dilakukan di Laboratorium..Biologi Satwa, Pusat
Studi Ilmu-ilmu Hayat IPB. Studi perbandingan
karakteristik morfologi dilaksanakan di Pinogu dan
di Taman SaTari diantara Maret 2000 dan Maret
200 1.
Wilnyalt Studi
Penelitian dilaksanakan di Tarnal1 Nasional
Bogani Nani Wattabone di wilayah hutan Pinogu,
Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo. Secara
0 28' - 0' 32'
geografis wilayali Pinogu terletak '
lintang utara dan 123' 24' - 123' 3 1' bujur timur,
dengan luas 1.125 hektar. Wilayah Ilutan Pinogu
terletak di bagian barat kawasan. Lokasi penelitian
dipusatkan di sungai Tolinggopoto (Lampiran 2).
Luas wilayah penelitian yaitu 2 20 hektar yang
terbagi dalam 4 blok pengamatan yaitu blok
Matamata (5 ha), Ombulo (5 ha), Pinomonua (3 ha)
dan Kuning (6 ha).
Alat dan Baltan
Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi
satwa yaitu digunakan meteran, kamera foto,
tecopong, dan buku identifikasi satwa. Untuk
analisis habitat digunakan peta lapang, kompas,
altimeter, rol meter, penggaris plastik, tali tambang
(50 meter), kertas indikator pH, tennometer, serta
alat tulis. Dalam mengkoleksi sampel segar dari
satwa digunakan larutan alkohol 70% sebagai
bahan pengawet. Bahan gips digunakan dalam
pembuatan cetakan kaki satwa.
Obyek pengamatan dalam penelitian ini adalah
anoa dataran rendah yang terdiri dari spesimen
hipup dan spesimen mati. Spesimen hidup berasal
dari anoa tangkapan penduduk desa Pinogu 2 ekor
(n=2), dan spesimen mati koleksi masyarakat yang
terdiri dari koleksi tengkorak kepala (n=15) dan
kulit (n=l6). Sebagai obyek pembanding adalah
anoa koleksi Taman Safari Indonesia sebanyak 8
ekor (n=S), dimana untuk penga~natanmorfologi
be~jitmlah 5 ekor (n=S), dan untuk pengamatan
tingkah laku berjumlah 3 ekor (n=3).

Studi Pendal~uluae
Studi pendal~ulual~
dilakukan di Taman Safari
Indonesia, Cisarua (Bogor) sela~na 50 jam
Tujuar~ pengalnatan
adalal~
pengamatan.
mengerahui perilaku dasar anoa dataran rendali
yang llidup dalam penangkaran. Sebagai obyek
pengamatan tingkah laku adalah satu kelompok
(n=3 ekor) anoa koleksi Tarnan Safari. Bentuk
perilaku yang diamati meliputi aktiviras l~arian
seperti makan dan minum, pergerakan, perawatan
tubuh, bersarang, agonistik, agresifitas dan
~nemelihara(e/>i171ilelik).
Morfologi
Parameter morfologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi jenis satwa yaitu melipuli (i)
bentuk tubuh, kepala, tanduk, dan ekor, (ii) \rrarlia
kulit dan sifat rambut (Schreiber el a/, 1993 dalam
Tanlan Safari, 1996), (iii) aspek morfometri yang
~neliputipalijang tubuh, tin& tubuh, panjang ekor,
panjang dan lebar kepala, jarak mata, panjang dan
lebar moncong, panjang tanduk, jarak pangkal
tanduk, jarak belakang tanduk, panjang tapak kaki
(Lampiran 3).
Adapun yang dimdksud dengan panjang tubuh
adalah panjang dari moncong kepala sampai di
bagian ekor dalam keadaan satwa berdiri tegak.
Tinggi tubuh adalah tinggi dari dasar tapak kaki
sampai bahu yang diukur pada kaki depan (Amano
et a/., 1981). Panjang kepala adalah jarak dari
moncong sampai bagian belakang kepala; -.
sedangkan lebar kepala adalah jarak terlebar dari
sisi kanan dan kiri bagian atas kepala. Panjang
tanduk adalah jarak dari pangkal tanduk santpai
ujung tanduk. Panjang ekor adalah panjang dari
pangkal ekor sampai ujung bulu ekor. Ukuran
tapak kaki dideterminasi dari panjang kuku dari
ujung depan ke bagian belakang kuku, sedangkan
berituk kuku dibedakati dari ukuran (van Strien,
1983). Tingkat umur satwa ditentukan berdasarkan
bentuk tanduk (Groves, 1969).
Anoa dataran rendall yang dideterminasi adalah
anoa yang ditangkap penduduk pada saat studi ini
dilakukan berjumlah 2 ekor (n=2). Sedangkan
untuk spesimen lnati yang didetelminasi adalah
awetan kepala dan kulit satwa. Kondisi sebagian
spesimen yang dikoleksi lnasyarakat tidak lagi
utuh, sehingga hanya bagian kranium kepala yang
dapat dideterminasi.
Sedangkan awetan kulit
dalam bentuk awetan kering.

Pen~ililtanLokasi
Dalam pemiiihan lokasi penelitian kegiatan
didahului
dengan
tnelakukan
serangkaian
wawancara kepada 19 responden yang mengetahui
infomlasi keberadaan satwa. Wawancara dilakukan
1 i-. ! ;is~?oildeilyang terdiri dari para pemburu,
m,:,..:;akat dan petugasungai lnformasi yang
dikumpulkan meliputi karakteristik morfologi,
junilah kelompok satwa, perilaku, karakteristik
habitat, infort~lasiperburuan satwa (Lampiran 4).
Berdasarkan informasi tersebut dilakukan
survei lokasi untuk menentukan wilayah studi.
Survei lokasi penelitian didasarkan pensamatan
tanda-tanda keberadaan satwa yang ditinggalkan
dalam jalur lintasan satwa. Dalam jalur lintasan
diatuati sebaran jejak satwa pada daerah kubangan,
sarang, tempat makan dan minum satwa. Lokasi
tersebut diidentifikasi dan dipetakan ke dalam blok
pengarnatal (Lampiran 2).
Untuk menentukan daerah pergerakan satwa
liar digunakan metode penelitian secara tidak
Tangsung.
Metode ini , dilakukan melalui
penganlatan tanda-tanda yang ditinggalkan sahva
seperti bekas-bekas gigitan pada tanaman,
tllakatian satwa, bau, kotoran, jejak kaki di atas
tanah, dan bekas gosokan tanduk pada tanaman
atau tanah (Alikodra, 1990). Daerah pergerakan
sahva ini ditentukan oleh batas-batas alam seperti
sungai-sungai besar, bukit, ataupun topografi yang
curani (Alikodra, 1990).
.

..

Habitat
Faktor habitat yang diamati adalah faktor
abiotik meliputi (i) temperatur harian dan curah
hujan bulanan, (ii) topografi dan ketinggian lokasi.
Temperatur harian habitat diukur pada daerah
tepian sungai. Curah hujan bulanan direkam dari
stasiun cuaca desa. Sedangkan topografi dan
ketinggian lokasi diukur dalam kegiatan sensus.
Faktor biotik yang diamati meliputi (I)
komposisi vegetasi, (;I) pakan satwa, dan (iii)
margasahva lain.
Dalam analisis komposisi
vegetasi digunakan metode kuadrat (Setiadi dan
Qoyim, 1996). Metode kuadrat dilakukan dalam
jalur transek sepanjang 100 meter, dengan jumlah 4
jalur transek di seluruh lokasi. Setiap plot
pengamatan diletakkan secara bersilangan dengan
titik awal diacak pada lokasi bukit dan tepian
sungai (Lampiran 5a). Tingkat pertumbuhan
dikategorikan ke dalam tingkat pohon dan
tumbulian bawah. Adapun yang dimaksud dengan
(i) pohon adalah tumbuhan berkayu yang dahan
dan rantingnya dengan diameter batang setinggi
dada (1,30 m) di atas 20 cm (Setiadi dan Qoyim,

1996), (ii) tumbuhan bawah adalah semua jenis
tumbuhan yang menutupi lantai hutan baik herba
maupun semak.
Potensi pakan satwa diidentifikasi lnelalui
penjelajahan lokasi penelitian, terutama dalam jalur
transek sensus populasi dan transek vegetasi.
Pengamatan pakan anoa dilakukan secara tidak
langsung dengan mengamati daun bekas-bekas
gigitan dan jejak anoa yang terdapat di bawah
vegetasi yang dimakan anoa. Setiap jenis vegetasi
yang dimakan diambil sampel bagian tumbuhannya
seperti daun dan buah. Jenis-jenis tumbuhan
tersebut. dideterminasi dalam naina lokal, nama
latin dan nama famili. lnformasi mengenai pakan
satwa juga diketahui dari para pemburu anoa.
Sensus Populasi
Data kelimpahan populasi digunakan melalui
kombinasi metode transek jalur (line transcct) dan
foolpriril cozrnr (van Strien, 1983). Langkahlangkah yang dilakukan dalanl sensus populasi
anoa adalah sebagai berikut :
(i) Penetapan jalur transek dilakukan dengan
menyusuri tepian sungai dan bukit yang
merupakan jalur lintasan sahva. Jumlah
transek pada setiap lokasi adalah satu dengan
panjang transek bervariasi dari 0,768 sampai
1,36 kilometer.
(ii) Penetapan batas maksimal jarak pandang
yaitu 2 5 m dari sisi kanan dan kiri jalur
trxsek. Pengamatan dilakukan oleh dua
orang pengamat pada kedua sisi jalur.
(iii) Data populasi dikumpulkan berdasarkan
identifikasi ukuran, bentuk dan umur jejak
yang ditemukan pada tanah berpasir atau
berlumpur.
(iv) Waktu sensus dilaksanakan dengan selang
waktn masing-masing 5 - 7 hari. Selang
waktu ini bertujuan menghindari pengaruh
yang ditinggalkan dalam sensus sebelumnya
seperti jejak, bau, dan kerusakan yang
dilakukan pada waktu sensus.
(v) Sensus dilaksanakan dua kali dalam sebulan,
dengan jangka waktu selama 3 bulan (Mei Juli 2000). Kegiatan berlangsung dimulai
dari pukul 08.00 sampai 14.00 WITA.
Data jejak sahva diidentifikasi dengan metode
footprint count (van Strien, 1983). Langkah yang
dilakukan dalam identifikasi tersebut adalah :
(i) Pengukuran jejak tapak kaki meliputi
panjang, bentuk, umul; dan arah jejak.
Pengukuran ini bertujuan untuk ~netnbedakan
masing-masing jejak, sehingga tidak terjadi
duplikasi data. Dalam pengumpulan data

jejak satwa diklasifikasikan berdasar kelas
umur (dewasa, muda, dan anak), dan jenis
kelatnin individu dewasa (jantan, betina, dan
tidak diketahui).
(ii) Sarnpcl jejak
kaki satwa dibuatkan
cetakannya dengan menggunakan bahan gips.
(ti;) Penetapan kriteria identifikasi jejak anoa
dataran rendah didasarkan pada teknik
tradisional yang biasa digunakan pemburu
lokal (Komunikasi Pribadi). Metode ini
disesuaikan kembali dengan mengukur jejak
kaki anoa dataran rendah yang berasal dari
Taman Safari Indonesia sebagai berikut :
Dewasa : p 2 6,s cm, jantan berkuku terbuka
dan betina berkuku sejajar
Muda : p = 5 - 6,s cm, kuku sejajar
Anak : p _< 5 cm, kuku sejajar

-

Atlalisis Data
a. Morfometri
Data morfologi sahva dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Dalam analisis kualitatif
sifat, dan bentuk tiap bagian tubuh diamati dan
dibandingkan antarindividu dalam berbagai kelas
umur dan jenis kelamin.
Data morfometri
ditabulasi dan dihitung nilai rataan. kisaran. dan
simpang bakunya.

b. Populasi
Parameter populasi yanz diamati meliputi
kepadatan populasi, struktur umur, rasio kelamin
dan komposisi kelompok.
Pada metode ini
diasumsikan bahwa populasi satwa menyebar
secara acak. Data sensus yang dikumpulkan
selanjutnya ditabulasi dan dihitung nilai rataan dan
kisarannya.
(i) Jumlah lndividu

(iiJ Kepadatan Populasi

Keterangan :
D = Dugaan populasi satwa ( e k o r h z )
N = Jumlah individu satwa (ekor)
J = Jumlah total jejak dalam lokasi
S = Jumlah selumh sensus dalam lokasi
p = Panjangjalur dalam lokasi (km)
1 = Lebar jalur sensus dalam lokasi (m)

b. Vegetasi
Data vegetasi dianalisis dan disajikan secara
deskriptif dart kuantitatif. Dalam analisis deskriptif
bentuk dan sifat karakteristik penumbuhan
diuraikan. Data
vegetasi
diolali
dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Jumlalt individu suatu jenis
K M = ......................................
Luas areal contoh
Kl