Ruang Lingkup dan Permasalahan

B. Ruang Lingkup dan Permasalahan

Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah, telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai pengaturan hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah. Mencermati Pasal 157 Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka konsep desentralisasi fiskal telah tercermin secara pragmatis di dalam pasal tersebut, sehingga ruang lingkup desentralisasi fiskal menurut undang – undang tersebut meliputi Pendapatan Asli Daerah PAD termasuk pajak dan retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, surcharge of taxes, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman, maupun subsidi atau bantuan dari pemerintah pusat. Pada era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberi kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya antara lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD , selain untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber – sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui pendapatan asli daerah PAD . Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan pembangunan, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya dengan menetapkan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu pelaksanaan desentralisasi fiskal dengan harapan dapat lebih mendorong pemerintah daerah untuk terus berupaya mengoptimalkan pendapatan asli daerahnya. Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa pajak dan retribusi daerah menjadi primadona atau sumber utama pendapatan asli daerah bagi Pemerintah Kota Denpasar. Hal tersebut terlihat dalam data statistik mengenai PAD Kota Denpasar tahun anggaran 2003. Pada APBD Kota Denpasar tahun anggaran 2003, pajak dan retribusi daerah memberikan sumbangan sebesar 91 Rp. 78.221.000.000,00 bagi keseluruhan pendapatan asli daerah Kota Denpasar sebesar Rp. 85.840.426.925,00; dengan rincian pajak daerah memberikan sumbangsih sebesar 66 atau sekitar Rp 56.550.000.000,00 dan retribusi daerah sebesar 34 atau sebesar Rp 21.671.000.000,00. Dengan demikian, sebelum peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan pembatasan – pembatasan permasalahan, mengingat pertimbangan luasnya objek kajian desentralisasi fiskal, penghematan tenaga, waktu dan materi serta dengan tujuan agar penelitian ini lebih fokus pada objek kajian. Pembatasan – pembatasan tersebut meliputi bahwa objek kajian desentralisasi fiskal yang akan diteliti terfokus pada kebijakan – kebijakan pajak daerah dari Pemerintah Kota Denpasar, tanpa mengabaikan objek kajian desentralisasi fiskal lainnya seperti, kebijakan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, subsidi atau bantuan kepada pemerintah daerah, dan lain sebagainya. Objek kajian desentralisasi fiskal di luar kebijakan pajak daerah tersebut, akan dipakai sebagai pembanding serta sebagai bahan analisis terhadap objek kajian utama. Mendasarkan pada latar belakang penelitian serta pembatasan – pembatasan tersebut di atas, maka permasalahan yang dapat disusun, antara lain : 1. Bagaimanakah kebijakan Pemerintah Kota Denpasar di sektor pajak daerah dalam rangka mengejawantahkan kebijakan desentralisasi fiskal ? 2. Latar belakang apakah yang mendasari Pemerintah Kota Denpasar mengambil kebijakan di sektor pajak daerah tersebut ? 3. Bagaimanakah peranan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Denpasar tersebut dalam menunjang pembangunan ekonomi di Kota Denpasar ?

C. Tujuan Penelitian