PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAGAR MERBAU T.A 2015/2016.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 1 PAGAR MERBAU T.A 2015/2016

Oleh :
Iin Sundari Hasibuan
NIM 4112111019
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

ii


RIWAYAT HIDUP

Iin Sundari Hasibuan dilahirkan di Medan, pada tanggal 21 Juni 1993.
Ayah tercinta bernama Usman Gazali Hasibuan dan ibu tercinta bernama Salbiah.
Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dan merupakan saudara
kandung dari Bastian Hanafi Hasibuan, Ari Harison Hasibuan dan M. Syafi'i
Hasibuan. Pada tahun 1999, penulis memulai pendidikan di SD Negeri 101778
dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan sekolah di Mts
Negeri 2 Medan dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan
sekolah di SMA PAB 1 Medan Estate dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun
2011, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Matematika, FMIPA Universitas Negeri Medan melalui jalur beasiswa Bidik
Misi.

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 1 PAGAR MERBAU T.A 2015/2016
Iin Sundari Hasibuan (4112111009)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual
Teaching And Learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
diajar dengan model pembelajaran langsung di kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar
Merbau Tahun Ajaran 2015/2016. Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau dan sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII-A kelas VIII-B sebanyak 61 orang. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen semu. Data yang digunakan adalah tes PAM
yang diambil dari 15 butir soal UN Sekolah Dasar dan tes kemampuan pemecahan
masalah berbentuk uraian sebanyak 4 soal yang sebelumnya telah diujicobakan
untuk melihat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya beda tes. Sebelum
pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas tes dengan menggunakan uji
Liliefors dan homogenitas tes menggunakan uji F.
Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil tes PAM kedua
sampel berdistribusi normal dan homogen, dengan demikian penulis bisa
memberikan perlakuan kepada kedua sampel. Dari hasil analisis data diperoleh
nilai rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematik yang diberi

pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah 64,37 dengan
simpangan baku 9,47 dan rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah
matematik yang diberi pembelajaran langsung adalah 45,38 simpangan baku
7,05. Untuk uji hipotesis digunakan uji t, dari hasil perhitungan diperoleh
t
= 8,865 dan t
= 2,001. Ternyata t
>t
, sehingga
ditolak
dan
diterima sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual
Teaching And Learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
diajar dengan model pembelajaran langsung.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar model
Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa khususnya pada
materi teorema Phytagoras.


iv

KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada
ALLAH SWT atas segala berkah, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Contextual Teaching And Learning (CTL) terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau T.A
2015/2016”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara
lain:

1.

Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.

2.

Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

3.

Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Medan.

4.

Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.


5.

Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Matematika.

6.

Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku Pembimbing Skripsi penulis
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan,
dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.

7.

Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA)
yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

v

8.


Bapak Dr. Togi, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd dan Bapak Dr. Edy
Surya, M.Si, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.

9.

Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.

10. Bapak Lasman, S.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang telah mengizinkan
penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang.
11. Ibu Titir Hutajulu, S.Pd, sebagai guru bidang studi matematika di SMP
Negeri 1 Pagar Merbau dan peserta didik kelas VIII-A dan VIII-B atas
kerjasama dan kesediannya dalam membantu penulisan ini.
12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada suami tercinta H. Ahmad Sawil Nasution, S.Pd.I., kedua
orang tua tercinta Ayahanda Usman Gazali Hasibuan dan Ibunda Salbiah, dan
anakku tersayang M. Ridwan Nasution, untuk setiap tetes keringat dan air
mata, untuk kasih sayang yang tak pernah berkurang, untuk harapan yang tak

pernah pudar, do’a yang tak henti, yang selalu membanggakan tak peduli
berapa kali mengecewakan, dan terima kasih untuk perjuangan dan
pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini.
13. Terima kasih kepada kedua mertuaku tercinta Almarhum H. M. Ridwan
Nasution dan Hj. Asiah Rangkuty, abangku tersayang Bastian Hanafi
Hasibuan dan Ari Harison Hasibuan, dan adikku terkasih M. Syafi'i Hasibuan
untuk dukungan, perhatian juga sayang yang begitu besar, dan juga terima
kasih untuk pelajaran hidup yang begitu berharga.
14. Kepada keluarga besar saya, ibu, oom, uwak, bou, amangboru, bunde, pakcik,
udak, kakak, abang, adik, abang ipar, kakak ipar, dan adik ipar yang telah
memberikan do’a, semangat, serta dukungan.
15. Seluruh sahabat Matematika DIK-C 2011 yang sangat luar biasa, terima kasih
untuk perjuangan bersama yang berat tapi terasa menyenangkan, untuk
petualangan bersama yang telah kita lewati, untuk suka dan duka yang
tercipta, dan untuk kegilaan yang sulit dilupakan.

vi

16. Khusus kepada sahabat-sahabat tercinta, terkasih, tersayang, Hany Fitri
Damayanti, Chairina Aulia, Mita Sri Utami, Nisma Ariyati, dan Rukiah

Harahap yang dipertemukan untuk berjuang bersama-sama.
17. Kawan-kawan PPLT SMP Negeri 1 Pagar Merbau 2015 yang pernah menjadi
bagian cerita indah dalam hidup penulis.
18. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2011 yang pernah berbagi cerita
dan membekaskan kenangan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga
dukungan dan bantuan yang telah diberikan dirahmati oleh Allah SWT. Akhir
kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang sederhana ini
semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia
pendidikan.

Medan,

Februari 2016

Penulis,

Iin Sundari Hasibuan

NIM 4112111009

vii

DAFTAR ISI
Halaman

Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Kata Pengantar


iv

Daftar Isi

vii

Daftar Tabel

x

Daftar Gambar

xi

Daftar Lampiran

xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Identifikasi Masalah

7

1.3. Batasan Masalah

7

1.4. Rumusan Masalah

8

1.5. Tujuan Penelitian

8

1.6. Manfaat Penelitian

8

1.7. Definisi Operasional

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis

10

2.1.1

Masalah Dalam Matematika

10

2.1.2

Pemecahan Masalah Matematika

11

2.1.3

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

15

2.1.4

Model Pembelajaran

19

2.1.5

Model Pembelajaran Kontekstual

20

2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual

20

2.1.5.2 Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual

22

2.1.5.3 Strategi Pembelajaran Kontekstual

27

viii

2.1.5.4 Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Kelas

29

2.1.5.5 Teori-teori Yang Relevan

30

2.1.5.6 Elemen dan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

32

2.1.5.7 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual

34

2.1.5.8 Pembelajaran Kontekstual dan Pemecahan Masalah

35

2.1.6

Pembelajaran langsung

37

2.1.7

Materi Teorema Phytagoras

39

2.2 Penelitian yang Relevan

45

2.3 Kerangka Konseptual

48

2.4 Hipotesis Penelitian

49

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

50

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

50

3.2.1 Populasi

50

3.2.2 Sampel

50

3.3 Variabel Penelitian

50

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

51

3.5 Prosedur Penelitian

52

3.6 Instrumen Penelitian

54

3.6.1 Tes Pemecahan Masalah Matematik

54

3.6.2 Validasi Tes

56

3.6.3 Reliabilitas Tes

57

3.6.4 Indeks Kesukaran

58

3.6.5 Daya Pembeda Soal

59

3.7 Teknik Analisis Data

60

3.7.1 Uji Normalitas

61

3.7.2 Uji Homogenitas

62

3.7.3 Pengujian Hipotesis

63

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

65

4.1.1 Deskripsi Hasil Tes PAM Kelas Eksperimen & Kelas Kontrol

65

4.1.2 Deskripsi Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

67

4.2 Analisis Data

68

4.2.1 Uji Normalitas Data

68

4.2.2 Uji Homogenitas Data

69

4.2.3 Uji Hipotesis

70

4.3 Kesulitan dan Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal

72

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

75

4.5 Keterbatasan Penelitian

78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

80

5.2 Saran

80

DAFTAR PUSTAKA

82

x

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Langkah-langkah Pemecahan Masalah

15

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan
Tahap Pemecahan Masalah Oleh Polya
Table 2.3 Sintaks/Tahapan Pembelajaran Melalui Pendekatan CTL

17
33

Tabel 2.4 Perbedaan Pedagogik Antara Pembelajaran CTL Dengan
Pembelajaran Konvensional

39

Tabel 3.1 Desain Penelitian Two Group (Pre-test dan Post-test)

52

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pemecahan Masalah Matematika

55

Tabel 3.3 Acuan Penskoran Tes Pemecahan Masalah

55

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Validitas Posttest

57

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Indeks Kesukaran Soal Posttest

58

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Daya Beda Tes Akhir (Posttest)

66

Tabel 4.1 Data Nilai Tes PAM Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

65

Tabel 4.2 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

67

Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data

69

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas Data

70

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Tes PAM

71

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

71

xi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

48

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian

54

Gambar 4.1 Diagram Rata-rata dan Simpangan Baku Data PAM

66

Gambar 4.2 Diagram Rata-rata dan Simpangan Baku Data Postes

68

Gambar 4.3 Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 1

72

Gambar 4.4 Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 2

73

Gambar 4.5 Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 3

74

Gambar 4.6 Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 4

74

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (Kelas Eksperimen)

85

Lampiran 2

Lembar Aktivitas Siswa 1 dan 2

93

Lampiran 3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (Kelas Eksperimen)

104

Lampiran 4

Lembar Aktivitas Siswa 3 dan 4

112

Lampiran 5

Tes Pengetahuan Awal Matematika

121

Lampiran 6

Alternatif Tes Pengetahuan Awal Matematika

124

Lampiran 7

Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

125

Lampiran 8

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (PMM)

126

Lampiran 9

Alternatif Jawaban Tes Kemampuan PMM

128

Lampiran 10 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematika

132

Lampiran 11 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

133

Lampiran 12 Rangkuman Hasil Validasi Soal Posttest Oleh Validator

134

Lampiran 13 Perhitungan Validitas Posttest

135

Lampiran 14 Perhitungan Reliabilitas Posttest

138

Lampiran 15 Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Posttest

141

Lampiran 16 Perhitungan Daya Beda Soal Posttest

142

Lampiran 17 Data Tes Kemampuan Awal Matematik Siswa

144

Lampiran 18 Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

146

Lampiran 19 Perhitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

148

Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Data

150

Lampiran 21 Perhitungan Uji Homogenitas Data

162

Lampiran 22 Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes PAM

164

Lampiran 23 Uji Hipotesis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

166

Lampiran 24 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z

168

Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis untuk Uji Liliefors

169

Lampiran 26 Daftar Nilal Persentil untuk Distribusi F

170

Lampiran 27 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t

171

Lampiran 28 Dokumentasi Penelitian

172

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti
wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap
lingkungan alam sekitarnya.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sugiono, 2008:42):
“Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. ”
Pendidikan memiliki peran dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
bermutu agar mampu menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dapat menggunakannya untuk kesejahteraan bangsa. Seperti yang
disampaikan oleh Trianto (2013: 1) bahwa:
“Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik,
sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh
potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep
pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus
memasuki kehidupan dimasyarakat dan dunia kerja, karena yang
bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah
untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
saat ini maupun yang akan datang.”
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
peningkatan kualitas pendidikan. Banyaknya permasalahan pendidikan yang
diungkap di berbagai media menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan

1

2

pendidikan yang belum dapat dicari pemecahannya. Salah satunya berkaitan erat
dengan pendidikan matematika.
Lerner

(dalam

Abdurrahman,

2012:201)

mengemukakan

bahwa

matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal
yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas. Hudojo (2005:37) menyatakan bahwa
matematika suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Karena itu
matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam
menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada
setiap anak didik sejak SD bahkan sejak TK. Hal ini dimaksudkan untuk
membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
kreatif serta kemampuan bekerja sama.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua orang
sejak usia dini. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika.
Seperti yang dikemukakan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2012:204):
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Selanjutnya Cockroft (1982:1) berpendapat bahwa matematika perlu
diajarkan kepada siswa karena (1) Mathematics is regarded by most people as
being essential (matematika dianggap penting oleh kebanyakan orang), (2)
Mathematics is only one of many subjects which are included in the school
curriculum (matematika merupakan salah satu dari banyak mata pelajaran yang
termasuk dalam kurikulum sekolah), (3) Mathematics provides a means of
communication which is powerful, concise and unambiguous (matematika
merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas), (4) Mathematics can
be used to present information in many ways (matematika dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara), (5) Develop powers of logical
thinking, accuracy, and spatial awareness (meningkatkan kemampuan berpikir

3

logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan), dan (6) Give satisfaction to attempt to
solve challenging problems (memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan
masalah yang menantang).
Hal ini menegaskan bahwa betapa pentingnya peranan matematika yaitu
sebagai alat untuk memecahkan masalah baik dalam kehidupan kerja atau dalam
kehidupan sehari-hari, sebagai ilmu pengetahuan, dan pembentukan pola pikir
serta sikap.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 2005,
memaparkan standar matematika sekolah meliputi standar isi atau materi
(mathematical content) dan standar proses (mathematical processes). Standar
proses meliputi pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian
(reasoning and proof), koneksi (connection), komunikasi (communication), dan
representasi (representation). Menurut NCTM bahwa baik standar materi maupun
standar proses secara bersama-sama merupakan keterampilan dan pemahaman
dasar yang sangat dibutuhkan para siswa pada abad ke-21 ini. NCTM juga
menegaskan bahwa pemecahan masalah merupakan integral dalam pembelajaran
matematika, sehingga tidak boleh lepas dari pembelajaran matematika.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh
Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:
Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam
pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa
menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian
menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual
akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi
intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan
penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Dengan demikian, sudah sewajarnyalah pemecahan masalah ini harus
mendapat perhatian khusus, mengingat peranannya dalam mengembangkan
potensi intelektual siswa. Untuk mencari penyelesaian dari pemecahan masalah
matematika para siswa harus memanfaatkan pengetahuannya, dan melalui proses
ini mereka akan sering mengembangkan pemahaman matematika yang baru.
Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika ketika siswa mencapai kriteria-kriteria tertentu atau

4

biasa dikenal dengan indikator. Ada empat indikator pemecahan masalah
matematika menurut Polya (1973:5), yaitu: 1) Understanding the problem
(memahami masalah), yaitu mampu membuat apa (data) yang diketahui, apa yang
tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang
harus dipenuhi, dan menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih
operasional (dapat dipecahkan), 2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian),
yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan
yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola
atau aturan, dan menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur), 3)
Carrying out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang
telah dibuat untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) Looking back (melihat
kembali), memeriksa bagaimana hasil itu diperoleh, memeriksa sanggahannya,
mencari hasil itu dengan cara yang lain, melihat apakah hasilnya dapat dilihat
dengan sekilas dan memeriksa apakah hasil atau cara itu dapat digunakan untuk
soal-soal lainnya.
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep
matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat
kurang. Mereka hanya menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau
kemampuan berpikirnya. Trianto (2013:90) menyatakan bahwa sebagian besar
siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi
baru. Permasalahan ini juga diungkapkan oleh Sanjaya (2013):
Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, oleh karena itu anak
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang
diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam kesempatan lain, Arends (dalam Trianto, 2013:90) juga
mengemukakan bahwa dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar
dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru

5

juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan
bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.
Laporan The Third International Mathematics Science Study (TIMSS)
tahun 1999 (dalam Syaiful, 2012:37) menunjukkan bahwa kemampuan siswa
kelas dua SMP (eighth grade) Indonesia relatif lebih baik dalam menyelesaikan
soal tentang fakta dan prosedur, akan tetapi sangat lemah dalam menyelesaikan
soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan jastifikasi/pembuktian, pemecahan
masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan generalisasi atau
konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan.
Nurdalilah, dkk (2011) pada penelitiannya menyatakan bahwa banyak
siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami soal, merumuskan dari apa
yang diketahui dari soal, rencana penyelesaian siswa tidak terarah dan proses
perhitungan atau strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa juga
diungkapkan oleh Hoiriyah (2014) dalam penelitiannya, yaitu bahwa dari 40
orang siswa terdapat 70% siswa yang belum mampu menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan, 75% siswa belum mampu merencanakan penyelesaian
masalah, 80% siswa belum mampu melakukan perhitungan dengan benar, dan
90% siswa belum bisa memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.
Hasil wawancara peneliti pada tanggal 10 Agustus 2015 dengan guru
matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau, Ibu Titir Hutajulu, S.Pd,
menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah tersebut
bersifat monoton, guru menyampaikan materi di depan kelas, memberikan contoh
soal yang relevan, dan memberikan soal yang cenderung dapat diselesaikan
melalui prosedur yang sudah ada sebagai latihan. Beliau tidak menguasai banyak
model maupun metode pembelajaran yang ada sehingga selama ini siswa terbiasa
diajarkan dengan metode pembelajaran langsung. Beliau juga mengatakan
siswanya tidak begitu berminat terhadap pelajaran matematika sehingga siswa
mudah lupa dan mengerti hanya ketika ia menjelaskan.
Berdasarkan paparan di atas yang menjadi salah satu masalah utama
adalah siswa tidak diajarkan mengenai langkah penyelesaian masalah matematika

6

dan soal yang diberikan adalah soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur
yang sudah ada. Dari hal tersebut muncul indikasi bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa masih tergolong rendah.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, seorang guru harus mampu
memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Model pembelajaran yang
digunakan harus dapat membuat siswa aktif, karena keaktifan siswa mampu
mempengaruhi pengetahuan mereka.
Salah satu pembelajaran yang dapat efektif meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah adalah model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL). Sagala (2009) mengatakan bahwa :
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Hal senada juga diungkapkan oleh
(dalam Trianto, 2013) pembelajaran

University of Wasshington, 2001

kontekstual

adalah

pengajaran yang

memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMA untuk menguatkan,
memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka
dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat
memecahkan masalah-masalah dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi
apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dan
mengacu pada masalah-masalah dunia nyata berhubungan dengan peran dan
tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan
tenaga kerja. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu:

(1)

kontruktivisme (contructivisme), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya
(questioning), (4) masyarakat

belajar (learning

community), (5) pemodelan

(modeling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan pembelajaran matematika

7

yang sangat penting, dan salah satu pembelajaran yang dapat mendorong siswa
belajar menyelesaikan pemecahan masalah matematik adalah pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) , maka dilakukan penelitian dengan
judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau T.A 2015/2016”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan / diaplikasikan
pada situasi baru.
2. Rendahnya minat belajar matematika siswa.
3. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru sehingga
menyebabkan siswa lebih cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran.
4. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematik.
5. Guru jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan
masalah.
6. Belum adanya penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) untuk mengaktifkan siswa agar kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa meningkat.

1.3. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam
penelitian ini dibatasi khususnya pada identifikasi masalah nomor 4 dan 6
sehingga peneliti meletakkan fokus penelitian ini pada pengaruh model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau
Tahun Ajaran 2015/2016.

8

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran langsung di kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau
T.A 2015/2016?”.

1.5. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang
diajar dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran
langsung di kelas VIII SMP Negeri 1 Pagar Merbau T.A 2015/2016.

1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam membantu
siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik.
2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran Contextual

Teaching and

Learning (CTL) ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematik.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan
penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan
bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga
pengajar di masa yang akan datang.
5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian sejenis.

9

1.7. Definisi Operasional
Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan
siswa

menghafal

fakta-fakta,

tetapi

lebih

mendorong

siswa

mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pembelajaran
kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang
sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata.
Pendekatan CTL memiliki tujuh

komponen utama

yaitu:

(1)

kontruktivisme (contructivisme), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya
(questioning), (4) masyarakat

belajar (learning

community), (5)

pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment).
b. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah,
yaitu:

memahami

masalah,

merencanakan

pemecahan

masalah,

menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.
c. Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang
berpusat pada guru, dimana lebih menekankan guru sebagai pusat
informasi serta peserta didik sebagai penerima informasi. Trianto
(2013:43) mengungkapkan bahwa sintaks pembelajaran langsung terdiri
dari fase 1 yaitu, menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa; fase 2
yaitu, mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan; fase 3 yaitu,
membimbing pelatihan; fase 4 yaitu, mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik; fase 5 yaitu, memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung
dengan rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematik berturut-turut
adalah 64,37 dan 45,38, sehingga terdapat pengaruh model pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa di SMP Negeri 1 Pagar Merbau. Hal ini juga dibuktikan
dari hasil pengujian hipotesis dimana t

>t

yaitu 8,865 > 2,001.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
diantaranya adalah bagi:
1.

Guru
a. Penelitian ini membuktikan bahwa model Contextual Teaching And
Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa sehingga dapat dijadikan model pembelajaran alternatif
yang dapat diterapkan dalam kelas.
b. Guru dapat memaksimalkan sarana dan prasarana yang telah difasilitasi
oleh sekolah untuk menanamkan minat belajar siswa sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
c. Perlunya motivasi eksternal yang berasal dari guru sehingga para siswa
menyadari betapa pentingnya memahami konsep-konsep yang telah
diajarkan sebelumnya sebagai modal pembelajaran selanjutnya. Hal ini
diharapkan

mampu

mempermudah

siswa

dalam

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

80

meningkatkan

81

2.

Sekolah
Pihak sekolah hendaknya mampu memberikan dukungan dalam hal
memaksimalkan sarana dan prasarana sekolah agar para guru dapat
menerapkan berbagai jenis model pembelajaran, khususnya model
Contextual

Teaching

And

Learning

(CTL) sebagai

upaya

untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
3.

Bagi pihak-pihak yang terkait dalam dunia pendidikan
Diharapkan untuk terlebih dahulu memperhatikan kelebihan dan kelemahan
dari setiap model pembelajaran, sebelum metode tersebut digunakan dalam
proses pembelajaran. Pemilihan model yang tepat akan mampu memberikan
hasil yang lebih maksimal.

4.

Peneliti lain
Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya terkhususnya mahasiswa
pendidikan matematika agar meneliti lebih dalam lagi tentang kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa. Banyak model-model pembelajaran
lain yang mungkin dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Masih banyak hal-hal
menarik dalam pemecahan masalah matematik yang dapat dieksplore lebih
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Alipta, M., (2015), Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada
Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas X SMA Negeri 1
Kota Pinang T.A 2014/2015, Skripsi, FMIPA Unimed.
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Carson, J., (2007), A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without
Teaching Knowledge, The Mathematics Educator, Vol. 17, No. 2, 7–14
[Online] http://www.files.eric.ed.gov./fulltext/EJ841561.pdf, 02 Maret
2015
Cockroft, W. H., (1982), Mathematics Count, Commercial Colour Press, London.
Dahar, W., (1991), Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, Erlangga, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.
Hoiriyah, D., (2014), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
dan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di MAN
1
Padangsidimpuan,
Tesis,
FMIPA
UNIMED
[Online]
http://www.repository.unimed.ac.id, 09 Mei 2015
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21
Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor : Ghalia Indonesia.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
Universitas Negeri Malang, Malang.
Kunandar, (2011), Guru Profesional Impelemntasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Rajawali Pers, Jakarta.

82

83

Lubis, T. Z., (2011), Penerpan Pembelajaran Matematika Kontekstual Pada
Materi Teorema Phytagoras Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa SMP
Swasta Prayatna Medan T.A 2011/2012, Skripsi, FMIPA Unimed.
Malau, E., (2014), Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Dalam
Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Pada Materi SPLDV di Kelas X SMA Negeri 1 Parbuluan T.A 2013/2014,
Skripsi, FMIPA Unimed.
Mohammad, E., dkk., (2013), Matematika untuk Kelas VIII, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Muslich, M. (2007), KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, S., (2008), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,
Penerbit Bina Aksara, Jakarta.
NCTM, (2005), Curriculum Focal Points for Prekindergarten through Grade 8
Mathematics, Reston, VA, United States.
Nurdalilah, dkk, (2011), Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika dan
Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan, Jurnal
Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2, hal 109-119
[Online]
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-29439Jurnal%20109-119.pdf, 09 Mei 2015
Polya, G., (1973), How To Solve It, A New Aspect of Mathematical Method,
Princeton University Press, Princeton.
Ritonga, M., (2015), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kontekstual di Kelas VII-2 SMP Negeri 1 Simpang Empat T.A
2014/2015, Skripsi, FMIPA Unimed.
Sagala, S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, Bandung.
Sanjaya, W., (2013), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Group, Jakarta.

84

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung.
Suprijono, A., (2012), Cooperatif Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Syaiful, (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Edumatika Volume
02 Nomor 01 [Online] http://eprints.uny.ac.id/7201/1/PM-29%20%20Syaiful.pdf., 07 Mei 2015
Trianto, (2013), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Wena, M., (2011), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.