Ratzel melihat bahwa populasi manusia dengan perkembangan kebudayannya ditentukan oleh kondisi alam. Meskipun manusia dipandang sebagai makhluk yang
dinamis, mobilitasnya tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam di permukaan bumi.
Huntington berpandangan bahwa iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Karena iklim di permukaan bumi ini bervariasi, kebudayaan itu
pun sangat beraneka ragam. Perkembangan seni, agama, pemerintahan, dan segi-segi kebudayaan lain sangat sbergantung pada iklim setempat. Paham dan pandangannya
ini disebut “determinisme iklim”.
2. Paham Posibilisme
Alam lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia, tidak lagi dipandang sebagai faktor yang menentukan. Manusia dengan
kemampuan budayanya dapat memilih kegiatan yang cocok sesuai dengan kemungkinan dan peluang yang diberikan oleh alam lingkungannya, telah dipandang
aktif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dalam paham posibilisme, manusia mempunyai peranan penting dalam mengontrol kehidupannya dan berhak
menentukan proses produksi yang dipilihnya. Pada perkembangan dan kemjuan IPTEK seperti kita alami dewasa ini, “seolah-olah”
penerapan serta pemanfaatannya itu memberikan “kemungkinan” terhadap kemampuan manusia memanfaatkan alam lingkungan. Sehingga pada suasana yang
demikian, dapat berkembang pandangan “posibilisme optimis teknologi” yang secara optimis memberikan kemungkinan kepada penerapan teknologi dalam memecahkan
masalah hubungan manusia dengan alam lingkungan
3. Paham Optimisme Teknologi
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi dasar pesatnya kemajuan teknologi. Kemajuan dan penerapan teknologi telah membawa kemajuan
pemanfaatan sumber daya alam bagi kepentingan pembangunan yang menjadi penopang kesejahteraan umat manusia. Atas dasar hal tersebut, telah muncul motto
“teknologi merupakan tulang punggung pembangunan”. Lahirnya motto tersebut beralasan sesuai dengan kenyataan bahwa keberhasilan pembangunan, khususnya
pembangunan fisik dan ekonomi, tidak dapat dipisahkan dari penerapan dan
pemanfaatan teknologi tersebut. Penerapan dan pemanfaatan teknologi telah mampu membuka sebagian “rahasia alam” bagai kepentingan kesejahteraan umat manusia.
Berlandaskan keberhasilan tersebut, ada sekelompok manusia yang “seolah-olah” mendewakan teknologi, menjadikan teknologi “segala-galanya”. Mereka sangat
optimis selama teknologi maju dan berkembang, apa pun dapat dilakukan, apa pun dapat menjamin kebutuhan manusia. Teknologi dengan penerapannya, bukan lagi
sebagai “alternatif”, melainkan telah menjadi “keyakinan” yang menjamin hidup kehidupan manusia. Selanjutnya mereka mengarah kepada “ketergantungan
teknologi”, atau seperti telah dikemukakan di atas, menciptakan suasana “determinisme teknologi”, sehingga mereka tidak percaya terhadap adanya Tuhan
Yang Mahakuasa, Tuhan Seru Sekalian Alam.
4. Paham Keyakinan Ketuhanan