60
Longsor di TPA Leuwigajah.
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi
ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
4. Jenis-jenis Bencana Longsor
a. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
b. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
c. Pergerakan Blok
61
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
d. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung
terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang
parah.
e. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran
kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup
lama longsor
jenis rayapan
ini bisa
menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau
62
rumah miring ke bawah.
f. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar
gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
63
IV. SUMBER DAYA KELAUTAN I.
PENDAHULUAN
Pengalaman empiris di seluruh dunia telah membuktikan, bahwa kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan suatu bangsa sangat ditentukan oleh penguasaan
IPTEK Ilmu dan Teknologi bangsa yang bersangkutan. Negara-negara yang saat ini dikenal sebagai negara maju, seperti yang tergabung dalam G7 Amerika
Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, Kanada, Inggris, dan Italia; negara-negara Skandinavia, Australia, Korea Selatan, dan Singapura, adalah mereka yang unggul
dalam penguasaan dan penerapan IPTEK pada hampir seluruh bidang kehidupan. Bukti empiris semacam ini juga berlaku dalam kemampuan eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya kelautan misalnya sumberdaya perikanan, seperti yang dialami oleh bangsa Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Thailand, negara-negara
Skandinavia, Kanada, dan Spanyol. Sebaliknya, meskipun suatu negara memiliki sumberdaya kelautan yang
berlimpah, tetapi jika bangsa tersebut mengabaikan IPTEK dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya tersebut, tidak ada artinya. Karena kontribusi
sumberdaya tersebut terhadap pembangunan bangsa dan masyarakat relatif kecil. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia masih banyak
menghadapi berbagai kendala dan permasalahan. Kinerja pembangunan kelautan selama ini belum banyak memberikan kontribusi terhadap GDP Gross Domestic
Product dan masih menyisakan masyarakat termiskin di negara yang memiliki
potensi kelautan yang besar. Salah satu penyebab dari permasalahan ini adalah