Pedoman pangelolaan penerimaan negara bukan pajak Kementerian Kesehatan
Katalog Dalam Terbltan. Kementerian Kesehatan RI
352.44
Ind
p
Indonesia, Kementerian Kesehatan RI . Sekretariat
Jenderal
Pedoman pangelolaan penerlmaan negara
bukan pajak Kemanterian Kesehatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2013
ISBN 9786022352884
1. Judul
I. TAXES
II. INCOME TAXES III. FINANCIAL MANAGEMENT
IV.ORGANIZATION AND ADMINISTRATION ·
V. BUDGETING
KEMENTERIAN KESEHATAN
R,EPUBLIK INDONESIA
PEDornnn PEAGEIOIAAn
PEnlRlrnRAn nlGARA IUKAn PAJAK
KlrnERTERlnR KESEHATAn
BIRO KEUANGAN DAN BMN
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN
2012
TIM PBRYU8UX
PEDOMAN PEROELOLAAlf PBRBRDIAAR REGARA BUKAIf PAJAK
KElmRTERIAlf KESBHATAN
I. p・ョァ。イセィ@
II. Penasehat
III. PenanggungJawab
rv. Koordlnator
v. Nara Sumbar ;
Abld Rahman Hakim
VI. Tim Perumus
1. Ora. Kuswatl Nillgsih. MM
2. Alwiyah Mahdali. SE, MAk
3. Ummu Aemanah. SE
4 . Tim Biro Keuangan dan BMN
VII. Kontributor dari Satker
1. JalWoto
2. Sri Hadlningsih
3. Melanlika Sari
4. Ulfatus Salamah
5. Amir Hasan
6. Hendrastuli Perliwi
7. Ijan Aprijana
8. Sumirah
9. Anna P.
10. Soelji leslari
11. Luki Sumarto
12. M. Selio Budi
13. Susmono
14. Sarii
15. Putu BOOllaksana
i6. M Mega Pebriyanti
17. lmelda
18. Kiswan
19. Surnadi
20. Hario Dha""a B.
21. Arief 800iman
22. Setiazy Hasbullah
23. Nur Sholihalin. S.Sos
24. Wika Kirana
25. Agua Setiawan
26. P. Haaibuan
27. Sumarli. SKM
28. Adi Wijaya. SE
29. Lell Heriiasih
30. Ari Mega P.
31. Ahmad Asnawi
Menteri Kesehatan RI.
SeJuruh Plmplnan Unit Eselon I.
Seluruh Sekretarts Unit Eseton I.
Kepala Biro Keuangan & BMN
KasI PNBP IIA Oit. PNBP OJA Kemenkau
Kabag nK dan Perbendaharaan
Kaaubtlbag Penatauaahaan PNBP
Kasubbag Anggaran Setditjen PP dan Pl
Auditor Muda lijen
Set Blna Gizi dan KIA
Staf Selditjen PP dan Pl
Stat Sekretariat Badan Utbangkes
Stat Biro Umum
Kasubbag Kauangan Set. KKI
Kasl Pelayanan BKOM Bandung
StafTU BPFK Jakarta
Bj(MM Cikampek
KKP Tanjung Priok
Stat TU KKP Kalas II Bandung
Kasie UKLW KKP Cilacap
KKP Yogyakarta
KKP Makaasar
KKP Denpasar
PoIt8Ickes Pangkalplnang
BBTKLPP Jakarta
B8l1 cost recovery)
Pendekatan ini diterapkan dengan mengenakan tarif PNBP
yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan
layanan (baik layanan dalam bentuk barang, jasa, atau
administratif) yang disediakan Pemerintilh. Pengenaan tarif
seperti ini umumnya dikenakan atas jasa pengaturan dan
pelayanan ;>ublik tertentu dimana masyarakat
ュセー・イッャィ@
manfaat yang besar dari layanan yang diberikan dan/atau
untuk melindungi kelestalian lingkungan/ alam, contoh di
bidang pertambangan umum dan kehutanan.
Dengan demikian setiap unit kerja yang akan rnelakukan
pemungutan PNBP harus mengusulkan talif atas jenis PNBPnya
dengan m'!kanisme sebagai berikut :
I . Satuan kerja harus menyampaikan usulan jenis dan tarif atas
jenis PNB!> yang ber1aku pada Satkernya kepada Unit Eselon
I-nya dan selanjutnya disampaikan ke Menteri Kesehatan
untuk diteruskan kepada Kementerian Keuangan.
2. Selanjutnya usulan tersebut dibahas Kementerian Keuangan
bersama
dengan
Kementerian
justifikasi
unit
Hukum
tentang
terkait
dan
(Kementerian
HAM)
kewajaran
untuk:
pungutan
Kesehatan,
mendapatkan
dimaksud
dan
besaran tarifnya serta untuk menyuaun Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP) ten tang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang
berlaku pada Kementerian Kesehatan.
3. Selanjutnya RPP tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang
berlaku pada Kementerian Kesehatan hasil pembahasan,
disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui surat
Menteri Keuangan.
4. Kementerian Hukum dan HAM melakukan hannonisasi dan
Pembulatan
terhadap
RPP
dimaksud,
dan
disarnpaikan
kembali kepada Kementerian Keuangan untuk selarijutnya
disampaikan kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi
Peraturan Pemerihtah.
MENlCRI KESEHATAN
REPU81IK INDONESIA
- 11 -
5 . Menteri Keuangan menyampaiksn surat kepada Presiden,
selanjutnya Menteri Sekretaris Negara meoyampd.ikan kembali
RPP yang telah dicetak di atas kop sUOlt Presiden RI kepada
Menteri Kesehatan dan Menteri Y.euangan untuk diparaf
setiap lembarnya.
6 . Setelah diparaf Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan,
disampaikan kembali ke Menteri Sekretaris Negara untuk
ditetapkan oleh Presiden RI .
7 . Setelah PP ditetapkan dan diundangkan,
Kcsehatan wajib memungut don
ュ・ョケ
セ ッイォ。ョ@
k・ュセョエイゥ。@
PNBPnya ke
Kas Negara sesuai dengar. tarif dalam PP.
Bagau Mekanlame PenYUSUDan dan Penetapan Tartf PNBP
Kemcnterian Negara/Lembaga labn diee8uaik&nl
Usulan
Pembahasan dilakukan oleh KementeriaJI Keuangan (Biro Hukum,
Oit. PNBP, dan OJKN) bersamasania dengan K/L (Biro Keuangan,
UPT/Satker, Ese10n I). Sekretariat Negara, Kemenkumham (Oit.
Hannonisasi) .
MENTERI KESEHATAH
REPUBUK INDONESIA
- 12 -
m. Qfn PeIl"lInaaD
Scbagian dana PNBP dapat digunakan untuk kegilltan tertentu
yang berkaitan dengan jenie PNBP terseb\,\t oleh inetansi yang
bersangkutan. Kegiatan tertentu yang dapat menggunakan PNBP,
yaitu penelitian dan pengembangan tdmologi, pelayanan kesehatan,
pendidikan dan pelatihan, penegakan hukum, pelayanan yang
melibatkan kemampuan inte1ektual tertentu dan peleetarian sumber
daya alam.
A. U.ulan Ijio Penggunaan
Besa.can ijin penggunaan untuk Satker Pengg.rna PNBP bervariasi
sesuai Keputusan Menteri Keuangan . Bagi UPT/Satker yang
belum memiliki ijin penggunaan PNBP, namun telah memilikiPP
tarif diwajibkan untuk mengusulkan ijin penggunaan ke Menten
Keuangan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Satuan kerja menyampaikan usulan penggunaan sebagian
dana PNBP yang berlaku pada satkemya yang ' bersangkutan
tugas dan fungsinya ke Unit Esdon Inya yang selanjutnya
ditentskan ke Menten Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal
u .p. Biro Keuangan dan BMN.
2. UsuJan ijin penggunaan ditemskan kepada Kementerian
Keuangan dengan dilengkapi dElta bempa Proposal Ijin
Penggunaan yang sekurangkurangnya memuat :
a. Latar Belakang permohonan Ijin Penggunaan PNBP;
b. Visi Misi;
c. Tujuan Penggunaan PNBP;
d. Tupoksi dari Pengguna PNBP (Satker/UPT, Unit Eselon II
atau Unit Eselon Ii;
e. Jenis PNBP beserta tarifyang berlaku;
f. Kegiatan yang dianggarkan untuk dibiayai oleh instansi
pengguna PNBP (disertai dengan RincianAnggaran BiayaJ;
g. Realisasi dan Proyeksi PNBP (realisasi tahun H2 dan H1
perkiraan realisasi tahun H. proyeksi PNBP 2 tahun yang
akan datang (H+ 1 dan H +2); dan
MENTERIKEseHATAN
REPUBUK INDOHESIA
- 13 h. Output dan outcome dari penggunaan PN9P bagi unit
pengguna PNBP.
3 . Selanjutnya (Kementerian Keuangan eq. Direktorat PNBP dan
Biro Hukum Kemkeu) melakukan pembahasan dengan
Kementerian Kesehatan dengan Biro Keuangan dan BMN serta
Unit Eselon I untuk mendapat penjelasan mengenai tujuan
penggunaan dana dan kegiatan yang akan dibiayai untuk
menilai/mengevaluasi besaran penggunaan PNBP yang layak
disetujui, yang selanjutnya disampaika., kepada Menteri
Keuangan untuk ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan .
4. Selanjutnya Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan
Menteri Keuangan tentang persetujuan penggunaan sebagian
dana PNBP pada Unit yang bersangkutan dengan besaran
persemase penggunaan sesuai dengan hasil penilaian di atas
dan mcrupakan batas pengeluaran PNBP tertinggi.
5 . Dengan terbitnya KMK tersebut Satuan Kerja di lingkungan
Kememerian Kesehatan dapat menggunakan PNBPnya yang
telah dialokasikan dalam dokumen pelaksana anggaran (DIPA)
masingmasing Satuan Kerja.
Dalam hal terdapat perubahan Kelembagaan (seperti peruba],an
nomenklatur, dll.) diberlakukan sebagaimana ketentuan tersebut
di atas.
B. Pencairan Penggunaan Dana PNBP
I . Penggunaan sebagian dana PNBP (fungsional) dituangkan
dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dengan
ketentuan sebagai berikut :
a . DIPA berlaku sebagai Surat Keputusan Otorisasi (SKO) ,
yang merupakan dasar pembaya..ran.
b . Pengesa],an DIPA ditandatangani oleh Direktur Jenderal
Perbenda],araan atas nama Menteri Keuangan.
MENTERI KESEHATAH
REPUBUI( INOOHESIA
- 14c. DIPA ditandatangani oJeh Sekretaris Jenderal atas nama
Menteri Kesehatan.
d . UP/TVP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP
lainnya.
2. Ketentuan pencairan dana Penerimaan Negara Bukan Pajak
diatur sebagai berikut:
a . UP/ TUP untuk PNBP dia,jukan terpisah dan UP/ TVP
Jainnya;
b . UP depot diberikan kepada satker pengguna sebesar 20 %
dari pagu dana PNBP pada DIPA maksirnal sebesar
Rp500.000 .000,
melampirkan
Penggunaan
(lima ratus juta rupiah),
Daftar
Dana
Realisasi
DIPA
dengan
Pendapatan
(PNBP)
tahun
dan
anggaran
sebelumnya (fonnuJir I) . Apabila UP tidnk mencukupi
dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan rill satu bulan
dengan memperhatikar. maksimum pencairan (MP) .
Kewenangan pemberian TUP :
\) KepaJa KPPN dapat memberikan TVP sampai dengan
jumJah Rp500.000.000, (lima ratusjuta rupiah) untuk
klasiflkasi belanja yang diperbolehkan diberi UP bagi
instansi
dalam
wilnyah
pembayaran
KPPN
bersangkutan.
2) Permintaan TVP di atas Rp500.000.000, (lima ratus
juta
rupiah)
untuk
klasifikasi
belanja
yang
diperbolehkan diberi UP, harus mendapat dispensasi
dari KepaJa Kanwil Ditjen Perbendaharaan
c. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksirnal
sesuai formula sebagai berikut :
MP c (PPP x JS) JPS
MP maksimum pencairan dana;
PPP proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan;
JS • jumlah setoran;
MENTeR! KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 15JPS jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan
SPM terakhir yang diterbitkan.
d. Dalam pengajuan SPMTUP/ GUP/ . LS PNBP ke KPPN,
satker pengguna hams melampirkan Daftar Perhitungan
Jumlah MP ((onnat sebagaimana formulir 2).
e. Untuk satker pengguna yang setorannya dilalcukan secara
terpusat, pencairan dana diatur secara khusus dengan
Surat Eda.an DiIjen Perbendaharaan tanpa melampirkan
SSBP.
f. Sa.tker pengguna yang menyetorkan pada masingmasing
unit (tidak terpusat), pencairan dana harus melampirkan
bukti setoran (SSBP) yang telah dikonfirmasi oleh KPPN .
g. Besaran PPP untuk masingmasing satker pengguna
diatur berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan
yang berlaku.
h . Besamya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak
boleh melampaui pagu PNBP satker yang bersangkutan
dalam D1PA.
i. Pertanggungjawaban penggunaan dana UP/ 11JP PNBP
oleh Kuasa PA, dilakukan dengan mengajukan SPM ke
KPPN setempat cukup dengan melampirkan SPTB. Khusus
perguruan tinggi negeri selaku pengguna PNBP (non
BHMN), sisa dana PNBP yang disetorkan pada akhir tahun
anggaran ke rekening kas negara dapat dicairkan kembali
maksimal sebesar jumlah yang sarna pada awal tahun
anggaran berikutnya mendahuIui diterimanya D1PA dan
merupakan bagian dari target PNBP yang tercantwn dalam
D1PA tahun anggaran berikutnya.
j. Sisa dana PNBP dari satker pengguna di luar butir i, yang
disetorkan ke rekening kas negara pada akhir tahun
anggaran merupakan bagian realisasi penerimaan PNBP
tahun anggaran berikutnya dan dapat dipergunakan
meセ
KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 16 untuk membiayai kegiatankegiatan setelah diterimanya
DIPA.
k. Sisa UP / TUP dana PNBP sampai akhir tahun anggaran
yang tidak disetorkan ke rekening kas negare, akan
diperhitungkan pada saat pengajuan pencairan dana UP
tahun anggaran berikutnya.
1. Untuk keseragaman dalam pembukuan sistem airuntansi,
maka penyetoran PNBP agar menggunakan formulir SSBP
sebagaimana formulir 3.
m. Pagu pengeluaran yang セ・イ」。ョエオュ@
di dalam DIPA adalah
jumlah tertinggi yang dapat digunakan sepanjang realisasi
s('loran adalah sarna atau lebih tinggi dari target
pendapatan . ApabiJa realisasi
ウセエッイ。ョ@
ternyata lebih
rendah dan target pendapatan, maka pagu pengeluaran
harus disesuaikan seCMa proporsional.
IV. Target dan Pagu
Pengalokasian dana PNBP daJam RKAKL merupakan pengintegrasian
seluruh proses perencanaan target PNBP dan penganggaran pagu
penggunaan PNBP pada Kementerian/ Lembaga. Bagi Satuan Kerja
yang telah memiliki PP tArif dapal mengusulkan target PNBP nya, dan
apabila telah memiliki Ijin penggunaa.. maka Satker dapat
mengusulkan pagu penggunaannya. Target dan Pagu PNBP
ditentukan dengan mempertimbangkan
asumsi makro, tarif dan
volume kegiatan, dan posisi piutang PNBP.
A.Proses Perencanaan Target dan Pagu PNBP
Dalam rangka pcnyusunan RAPBN, Direktorat Jenderal
Anggaran Kementerian
Keuangan cq. Direktorat Penerimaan
Negara Bukan Pajak meminta seluruh Kementerian/Lembaga
untuk menyusun Rencana (Target) PNBP yang realistis setiap
tahunnya.
MEflTCRI KESEHATAN
REPUBUK INDOHESIA
17-
Dalam mengusulkan target, satker rllenyampaikan usulan
target dan rencana Pagu PNBP ke Unit Eselon I, dcngan dilengkapi
proposal dengan outline sebagai benkut:
Latar belakang;
1.
2.
Visi dan misi;
3.
Tugas pokok dan fungsi;
4.
Realisasi PNBP dan penggunaan dana PNBP 3 (tiga) tahun
5.
Pokok-Pokok Kebijakan PNBP;
terakhir dari tahun anggaran berjaJan;
6.
t。イァセエ@
PNBP TA yang dianggarkan disusun secara berjenjang
berdasarkan Volume x Tanf PNBP dan per akun pendapatan
(I3AS) dengan
7.
Aplikasi TRPNBP,
ュセョァオ。ォ@
A1asanfjustifikasi kenaikan atau penurunan target PNBP TA
yang dianggarkan dari target tahun anggaran sebelwnnya;
8.
Besaran pagu yang diusWkan untuk dibiayai dan dana PNBP
dengan mengacu pada persetujuan penggunaan sebagian
dana PNBP yang ditetapkan Menten Keuangan;
9.
Perkiraan target dan pag-u penggunaan PNBP 3 (tiga) tahun
yang akan datang dan tahun yang dianggarkan;
10. Output dan Outcome.
B. Proses Penyusunan Target dan Pagu PNBP
Langkah-Iangkah proses penyusunan target dan pagu PNBP
sebagai be:ikut :
1. Rencana (Target) PNBP disusun berdasarkan jenis dan tarif
PNBP yang tercantum dalam Peraturan Pemenntah tentang
Tarif atas Jenis
PNBP yang berlaku
pada Kementenan
Kesehatan dilengkapi dengan nncian satuan volume dari
masing-masing jcnis dan tarif per bulan dan Januari s .d
Desember. Penyusunannya dimulai dari Satker/UPT, unit
Eselon II, Unit Eselon I.
2. Rencana (Target) PNBP yang telah disusun berdasarkan satuan
volume, jenis dan tarif tersebut, selanjutnya dikelompokkan
MEHTERI KESEHATAH
REPUBUK INDONESIA
. 18·
berdasarkan Akun (BAS). Penyusunan Rencana rrarget) PNBP
dikoordinasikan o'leh Biro Keuangan dan BMN Kementerian
Kesehatan.
3. Waktu pengajuan data Target PNBP dari satker/UPT ke Unit
Eselon I-nya paling lambat bulan Januari untuk dilakukan
penelahaan dan penggabungan selanjutnya oleh Unit Eselon I
mengajukan usulan tersebut ke Sekretaris Jenderal cq. Biro
Keuangan dan BMN paling lambat bulan Februari.
4. Selanjutnya usulan Rencana (Target) PNBP disampaikan Ke
Menteri Keuangan cq. Direktcrat PNBP melalui Biro Keuangan
dan BMN paling lambat 15 Maret.
5. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak bersama-sama
dengan Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Bagian
Keuangan/Perencanaan Unit Eselon I. Biro Keuangan dan
BMN.
dan
Biro
Perencanaan
dan
Anggaran
mdakukan
pembahasan rencana (target) PNBP tersebut.
6 . Direktur Penerimaan Negarl\ Bukan Pajak menyampaikan hasil
pembahasan
dimaksud
kepada
Dirjen
Anggaran
dengan
tembusan kepada Direktorat Penyusunan APBN .
c. PerubabaD I
Revisl AnggaraD
Pengaturan tata cara revlsi DIPA diatur melalui Peraturan
Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran.
1.
Revisi Anggaran terdiri atas :
a . perubahan
rincian
anggaran
yang
disebabkan
penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja
termasuk pergeseran rindan anggaran belanjanya;
b. perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal
pagu anggaran tetap; dan/atau
c. perubahan/rala[ karena kesalahan administrasi.
2.
Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan alokasi anggaran
dan/atau perubahan jenis belanja dan/atau volume Keluaran
pada:
MENTli'RI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 19 Ii.
Kegiatan;
b. Satker;
c. Program;
d. Kementerian/Lembaga; dan/atau
e . APBN.
3.
Revisi Anggaran juga dilakukan dalam hal teljadi :
a. perubahan atas APBN;
b. penerapan pemberian penghargaan dan pengcnaan sanksi
(Reward and Punishment System);
c . lnstruksi
Presiden
mengenai
penghematan
anggaran;
dan/atau
d . kebijakan pemerintah lainnya.
4 . Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan
atau
penguTallgan
pagu
anggaran
belanja
tennasuk
pergeseran rincian !U1ggaran belanjanya di antaranya sebagai
akibat dari adanya kelebihan realisasi PNBP di atas target
yang direncanakan dalarn APBN;
S . PerulJahan
rincian
anggaran
yang
disebabkan
adanya
kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan
dalam APBN merupakan tambahan alokasi anggaran yang
dapat digunakan oleh Kementerian Kesehatan .
6 . Perubahan
rincian
anggaran
yang
disebabkan
aaanya
ke1ebihan realisasi PNBP di atas target yan
352.44
Ind
p
Indonesia, Kementerian Kesehatan RI . Sekretariat
Jenderal
Pedoman pangelolaan penerlmaan negara
bukan pajak Kemanterian Kesehatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2013
ISBN 9786022352884
1. Judul
I. TAXES
II. INCOME TAXES III. FINANCIAL MANAGEMENT
IV.ORGANIZATION AND ADMINISTRATION ·
V. BUDGETING
KEMENTERIAN KESEHATAN
R,EPUBLIK INDONESIA
PEDornnn PEAGEIOIAAn
PEnlRlrnRAn nlGARA IUKAn PAJAK
KlrnERTERlnR KESEHATAn
BIRO KEUANGAN DAN BMN
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN
2012
TIM PBRYU8UX
PEDOMAN PEROELOLAAlf PBRBRDIAAR REGARA BUKAIf PAJAK
KElmRTERIAlf KESBHATAN
I. p・ョァ。イセィ@
II. Penasehat
III. PenanggungJawab
rv. Koordlnator
v. Nara Sumbar ;
Abld Rahman Hakim
VI. Tim Perumus
1. Ora. Kuswatl Nillgsih. MM
2. Alwiyah Mahdali. SE, MAk
3. Ummu Aemanah. SE
4 . Tim Biro Keuangan dan BMN
VII. Kontributor dari Satker
1. JalWoto
2. Sri Hadlningsih
3. Melanlika Sari
4. Ulfatus Salamah
5. Amir Hasan
6. Hendrastuli Perliwi
7. Ijan Aprijana
8. Sumirah
9. Anna P.
10. Soelji leslari
11. Luki Sumarto
12. M. Selio Budi
13. Susmono
14. Sarii
15. Putu BOOllaksana
i6. M Mega Pebriyanti
17. lmelda
18. Kiswan
19. Surnadi
20. Hario Dha""a B.
21. Arief 800iman
22. Setiazy Hasbullah
23. Nur Sholihalin. S.Sos
24. Wika Kirana
25. Agua Setiawan
26. P. Haaibuan
27. Sumarli. SKM
28. Adi Wijaya. SE
29. Lell Heriiasih
30. Ari Mega P.
31. Ahmad Asnawi
Menteri Kesehatan RI.
SeJuruh Plmplnan Unit Eselon I.
Seluruh Sekretarts Unit Eseton I.
Kepala Biro Keuangan & BMN
KasI PNBP IIA Oit. PNBP OJA Kemenkau
Kabag nK dan Perbendaharaan
Kaaubtlbag Penatauaahaan PNBP
Kasubbag Anggaran Setditjen PP dan Pl
Auditor Muda lijen
Set Blna Gizi dan KIA
Staf Selditjen PP dan Pl
Stat Sekretariat Badan Utbangkes
Stat Biro Umum
Kasubbag Kauangan Set. KKI
Kasl Pelayanan BKOM Bandung
StafTU BPFK Jakarta
Bj(MM Cikampek
KKP Tanjung Priok
Stat TU KKP Kalas II Bandung
Kasie UKLW KKP Cilacap
KKP Yogyakarta
KKP Makaasar
KKP Denpasar
PoIt8Ickes Pangkalplnang
BBTKLPP Jakarta
B8l1 cost recovery)
Pendekatan ini diterapkan dengan mengenakan tarif PNBP
yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan
layanan (baik layanan dalam bentuk barang, jasa, atau
administratif) yang disediakan Pemerintilh. Pengenaan tarif
seperti ini umumnya dikenakan atas jasa pengaturan dan
pelayanan ;>ublik tertentu dimana masyarakat
ュセー・イッャィ@
manfaat yang besar dari layanan yang diberikan dan/atau
untuk melindungi kelestalian lingkungan/ alam, contoh di
bidang pertambangan umum dan kehutanan.
Dengan demikian setiap unit kerja yang akan rnelakukan
pemungutan PNBP harus mengusulkan talif atas jenis PNBPnya
dengan m'!kanisme sebagai berikut :
I . Satuan kerja harus menyampaikan usulan jenis dan tarif atas
jenis PNB!> yang ber1aku pada Satkernya kepada Unit Eselon
I-nya dan selanjutnya disampaikan ke Menteri Kesehatan
untuk diteruskan kepada Kementerian Keuangan.
2. Selanjutnya usulan tersebut dibahas Kementerian Keuangan
bersama
dengan
Kementerian
justifikasi
unit
Hukum
tentang
terkait
dan
(Kementerian
HAM)
kewajaran
untuk:
pungutan
Kesehatan,
mendapatkan
dimaksud
dan
besaran tarifnya serta untuk menyuaun Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP) ten tang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang
berlaku pada Kementerian Kesehatan.
3. Selanjutnya RPP tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang
berlaku pada Kementerian Kesehatan hasil pembahasan,
disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui surat
Menteri Keuangan.
4. Kementerian Hukum dan HAM melakukan hannonisasi dan
Pembulatan
terhadap
RPP
dimaksud,
dan
disarnpaikan
kembali kepada Kementerian Keuangan untuk selarijutnya
disampaikan kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi
Peraturan Pemerihtah.
MENlCRI KESEHATAN
REPU81IK INDONESIA
- 11 -
5 . Menteri Keuangan menyampaiksn surat kepada Presiden,
selanjutnya Menteri Sekretaris Negara meoyampd.ikan kembali
RPP yang telah dicetak di atas kop sUOlt Presiden RI kepada
Menteri Kesehatan dan Menteri Y.euangan untuk diparaf
setiap lembarnya.
6 . Setelah diparaf Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan,
disampaikan kembali ke Menteri Sekretaris Negara untuk
ditetapkan oleh Presiden RI .
7 . Setelah PP ditetapkan dan diundangkan,
Kcsehatan wajib memungut don
ュ・ョケ
セ ッイォ。ョ@
k・ュセョエイゥ。@
PNBPnya ke
Kas Negara sesuai dengar. tarif dalam PP.
Bagau Mekanlame PenYUSUDan dan Penetapan Tartf PNBP
Kemcnterian Negara/Lembaga labn diee8uaik&nl
Usulan
Pembahasan dilakukan oleh KementeriaJI Keuangan (Biro Hukum,
Oit. PNBP, dan OJKN) bersamasania dengan K/L (Biro Keuangan,
UPT/Satker, Ese10n I). Sekretariat Negara, Kemenkumham (Oit.
Hannonisasi) .
MENTERI KESEHATAH
REPUBUK INDONESIA
- 12 -
m. Qfn PeIl"lInaaD
Scbagian dana PNBP dapat digunakan untuk kegilltan tertentu
yang berkaitan dengan jenie PNBP terseb\,\t oleh inetansi yang
bersangkutan. Kegiatan tertentu yang dapat menggunakan PNBP,
yaitu penelitian dan pengembangan tdmologi, pelayanan kesehatan,
pendidikan dan pelatihan, penegakan hukum, pelayanan yang
melibatkan kemampuan inte1ektual tertentu dan peleetarian sumber
daya alam.
A. U.ulan Ijio Penggunaan
Besa.can ijin penggunaan untuk Satker Pengg.rna PNBP bervariasi
sesuai Keputusan Menteri Keuangan . Bagi UPT/Satker yang
belum memiliki ijin penggunaan PNBP, namun telah memilikiPP
tarif diwajibkan untuk mengusulkan ijin penggunaan ke Menten
Keuangan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Satuan kerja menyampaikan usulan penggunaan sebagian
dana PNBP yang berlaku pada satkemya yang ' bersangkutan
tugas dan fungsinya ke Unit Esdon Inya yang selanjutnya
ditentskan ke Menten Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal
u .p. Biro Keuangan dan BMN.
2. UsuJan ijin penggunaan ditemskan kepada Kementerian
Keuangan dengan dilengkapi dElta bempa Proposal Ijin
Penggunaan yang sekurangkurangnya memuat :
a. Latar Belakang permohonan Ijin Penggunaan PNBP;
b. Visi Misi;
c. Tujuan Penggunaan PNBP;
d. Tupoksi dari Pengguna PNBP (Satker/UPT, Unit Eselon II
atau Unit Eselon Ii;
e. Jenis PNBP beserta tarifyang berlaku;
f. Kegiatan yang dianggarkan untuk dibiayai oleh instansi
pengguna PNBP (disertai dengan RincianAnggaran BiayaJ;
g. Realisasi dan Proyeksi PNBP (realisasi tahun H2 dan H1
perkiraan realisasi tahun H. proyeksi PNBP 2 tahun yang
akan datang (H+ 1 dan H +2); dan
MENTERIKEseHATAN
REPUBUK INDOHESIA
- 13 h. Output dan outcome dari penggunaan PN9P bagi unit
pengguna PNBP.
3 . Selanjutnya (Kementerian Keuangan eq. Direktorat PNBP dan
Biro Hukum Kemkeu) melakukan pembahasan dengan
Kementerian Kesehatan dengan Biro Keuangan dan BMN serta
Unit Eselon I untuk mendapat penjelasan mengenai tujuan
penggunaan dana dan kegiatan yang akan dibiayai untuk
menilai/mengevaluasi besaran penggunaan PNBP yang layak
disetujui, yang selanjutnya disampaika., kepada Menteri
Keuangan untuk ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan .
4. Selanjutnya Menteri Keuangan menerbitkan Keputusan
Menteri Keuangan tentang persetujuan penggunaan sebagian
dana PNBP pada Unit yang bersangkutan dengan besaran
persemase penggunaan sesuai dengan hasil penilaian di atas
dan mcrupakan batas pengeluaran PNBP tertinggi.
5 . Dengan terbitnya KMK tersebut Satuan Kerja di lingkungan
Kememerian Kesehatan dapat menggunakan PNBPnya yang
telah dialokasikan dalam dokumen pelaksana anggaran (DIPA)
masingmasing Satuan Kerja.
Dalam hal terdapat perubahan Kelembagaan (seperti peruba],an
nomenklatur, dll.) diberlakukan sebagaimana ketentuan tersebut
di atas.
B. Pencairan Penggunaan Dana PNBP
I . Penggunaan sebagian dana PNBP (fungsional) dituangkan
dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dengan
ketentuan sebagai berikut :
a . DIPA berlaku sebagai Surat Keputusan Otorisasi (SKO) ,
yang merupakan dasar pembaya..ran.
b . Pengesa],an DIPA ditandatangani oleh Direktur Jenderal
Perbenda],araan atas nama Menteri Keuangan.
MENTERI KESEHATAH
REPUBUI( INOOHESIA
- 14c. DIPA ditandatangani oJeh Sekretaris Jenderal atas nama
Menteri Kesehatan.
d . UP/TVP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP
lainnya.
2. Ketentuan pencairan dana Penerimaan Negara Bukan Pajak
diatur sebagai berikut:
a . UP/ TUP untuk PNBP dia,jukan terpisah dan UP/ TVP
Jainnya;
b . UP depot diberikan kepada satker pengguna sebesar 20 %
dari pagu dana PNBP pada DIPA maksirnal sebesar
Rp500.000 .000,
melampirkan
Penggunaan
(lima ratus juta rupiah),
Daftar
Dana
Realisasi
DIPA
dengan
Pendapatan
(PNBP)
tahun
dan
anggaran
sebelumnya (fonnuJir I) . Apabila UP tidnk mencukupi
dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan rill satu bulan
dengan memperhatikar. maksimum pencairan (MP) .
Kewenangan pemberian TUP :
\) KepaJa KPPN dapat memberikan TVP sampai dengan
jumJah Rp500.000.000, (lima ratusjuta rupiah) untuk
klasiflkasi belanja yang diperbolehkan diberi UP bagi
instansi
dalam
wilnyah
pembayaran
KPPN
bersangkutan.
2) Permintaan TVP di atas Rp500.000.000, (lima ratus
juta
rupiah)
untuk
klasifikasi
belanja
yang
diperbolehkan diberi UP, harus mendapat dispensasi
dari KepaJa Kanwil Ditjen Perbendaharaan
c. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksirnal
sesuai formula sebagai berikut :
MP c (PPP x JS) JPS
MP maksimum pencairan dana;
PPP proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan;
JS • jumlah setoran;
MENTeR! KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 15JPS jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan
SPM terakhir yang diterbitkan.
d. Dalam pengajuan SPMTUP/ GUP/ . LS PNBP ke KPPN,
satker pengguna hams melampirkan Daftar Perhitungan
Jumlah MP ((onnat sebagaimana formulir 2).
e. Untuk satker pengguna yang setorannya dilalcukan secara
terpusat, pencairan dana diatur secara khusus dengan
Surat Eda.an DiIjen Perbendaharaan tanpa melampirkan
SSBP.
f. Sa.tker pengguna yang menyetorkan pada masingmasing
unit (tidak terpusat), pencairan dana harus melampirkan
bukti setoran (SSBP) yang telah dikonfirmasi oleh KPPN .
g. Besaran PPP untuk masingmasing satker pengguna
diatur berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan
yang berlaku.
h . Besamya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak
boleh melampaui pagu PNBP satker yang bersangkutan
dalam D1PA.
i. Pertanggungjawaban penggunaan dana UP/ 11JP PNBP
oleh Kuasa PA, dilakukan dengan mengajukan SPM ke
KPPN setempat cukup dengan melampirkan SPTB. Khusus
perguruan tinggi negeri selaku pengguna PNBP (non
BHMN), sisa dana PNBP yang disetorkan pada akhir tahun
anggaran ke rekening kas negara dapat dicairkan kembali
maksimal sebesar jumlah yang sarna pada awal tahun
anggaran berikutnya mendahuIui diterimanya D1PA dan
merupakan bagian dari target PNBP yang tercantwn dalam
D1PA tahun anggaran berikutnya.
j. Sisa dana PNBP dari satker pengguna di luar butir i, yang
disetorkan ke rekening kas negara pada akhir tahun
anggaran merupakan bagian realisasi penerimaan PNBP
tahun anggaran berikutnya dan dapat dipergunakan
meセ
KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 16 untuk membiayai kegiatankegiatan setelah diterimanya
DIPA.
k. Sisa UP / TUP dana PNBP sampai akhir tahun anggaran
yang tidak disetorkan ke rekening kas negare, akan
diperhitungkan pada saat pengajuan pencairan dana UP
tahun anggaran berikutnya.
1. Untuk keseragaman dalam pembukuan sistem airuntansi,
maka penyetoran PNBP agar menggunakan formulir SSBP
sebagaimana formulir 3.
m. Pagu pengeluaran yang セ・イ」。ョエオュ@
di dalam DIPA adalah
jumlah tertinggi yang dapat digunakan sepanjang realisasi
s('loran adalah sarna atau lebih tinggi dari target
pendapatan . ApabiJa realisasi
ウセエッイ。ョ@
ternyata lebih
rendah dan target pendapatan, maka pagu pengeluaran
harus disesuaikan seCMa proporsional.
IV. Target dan Pagu
Pengalokasian dana PNBP daJam RKAKL merupakan pengintegrasian
seluruh proses perencanaan target PNBP dan penganggaran pagu
penggunaan PNBP pada Kementerian/ Lembaga. Bagi Satuan Kerja
yang telah memiliki PP tArif dapal mengusulkan target PNBP nya, dan
apabila telah memiliki Ijin penggunaa.. maka Satker dapat
mengusulkan pagu penggunaannya. Target dan Pagu PNBP
ditentukan dengan mempertimbangkan
asumsi makro, tarif dan
volume kegiatan, dan posisi piutang PNBP.
A.Proses Perencanaan Target dan Pagu PNBP
Dalam rangka pcnyusunan RAPBN, Direktorat Jenderal
Anggaran Kementerian
Keuangan cq. Direktorat Penerimaan
Negara Bukan Pajak meminta seluruh Kementerian/Lembaga
untuk menyusun Rencana (Target) PNBP yang realistis setiap
tahunnya.
MEflTCRI KESEHATAN
REPUBUK INDOHESIA
17-
Dalam mengusulkan target, satker rllenyampaikan usulan
target dan rencana Pagu PNBP ke Unit Eselon I, dcngan dilengkapi
proposal dengan outline sebagai benkut:
Latar belakang;
1.
2.
Visi dan misi;
3.
Tugas pokok dan fungsi;
4.
Realisasi PNBP dan penggunaan dana PNBP 3 (tiga) tahun
5.
Pokok-Pokok Kebijakan PNBP;
terakhir dari tahun anggaran berjaJan;
6.
t。イァセエ@
PNBP TA yang dianggarkan disusun secara berjenjang
berdasarkan Volume x Tanf PNBP dan per akun pendapatan
(I3AS) dengan
7.
Aplikasi TRPNBP,
ュセョァオ。ォ@
A1asanfjustifikasi kenaikan atau penurunan target PNBP TA
yang dianggarkan dari target tahun anggaran sebelwnnya;
8.
Besaran pagu yang diusWkan untuk dibiayai dan dana PNBP
dengan mengacu pada persetujuan penggunaan sebagian
dana PNBP yang ditetapkan Menten Keuangan;
9.
Perkiraan target dan pag-u penggunaan PNBP 3 (tiga) tahun
yang akan datang dan tahun yang dianggarkan;
10. Output dan Outcome.
B. Proses Penyusunan Target dan Pagu PNBP
Langkah-Iangkah proses penyusunan target dan pagu PNBP
sebagai be:ikut :
1. Rencana (Target) PNBP disusun berdasarkan jenis dan tarif
PNBP yang tercantum dalam Peraturan Pemenntah tentang
Tarif atas Jenis
PNBP yang berlaku
pada Kementenan
Kesehatan dilengkapi dengan nncian satuan volume dari
masing-masing jcnis dan tarif per bulan dan Januari s .d
Desember. Penyusunannya dimulai dari Satker/UPT, unit
Eselon II, Unit Eselon I.
2. Rencana (Target) PNBP yang telah disusun berdasarkan satuan
volume, jenis dan tarif tersebut, selanjutnya dikelompokkan
MEHTERI KESEHATAH
REPUBUK INDONESIA
. 18·
berdasarkan Akun (BAS). Penyusunan Rencana rrarget) PNBP
dikoordinasikan o'leh Biro Keuangan dan BMN Kementerian
Kesehatan.
3. Waktu pengajuan data Target PNBP dari satker/UPT ke Unit
Eselon I-nya paling lambat bulan Januari untuk dilakukan
penelahaan dan penggabungan selanjutnya oleh Unit Eselon I
mengajukan usulan tersebut ke Sekretaris Jenderal cq. Biro
Keuangan dan BMN paling lambat bulan Februari.
4. Selanjutnya usulan Rencana (Target) PNBP disampaikan Ke
Menteri Keuangan cq. Direktcrat PNBP melalui Biro Keuangan
dan BMN paling lambat 15 Maret.
5. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak bersama-sama
dengan Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Bagian
Keuangan/Perencanaan Unit Eselon I. Biro Keuangan dan
BMN.
dan
Biro
Perencanaan
dan
Anggaran
mdakukan
pembahasan rencana (target) PNBP tersebut.
6 . Direktur Penerimaan Negarl\ Bukan Pajak menyampaikan hasil
pembahasan
dimaksud
kepada
Dirjen
Anggaran
dengan
tembusan kepada Direktorat Penyusunan APBN .
c. PerubabaD I
Revisl AnggaraD
Pengaturan tata cara revlsi DIPA diatur melalui Peraturan
Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran.
1.
Revisi Anggaran terdiri atas :
a . perubahan
rincian
anggaran
yang
disebabkan
penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja
termasuk pergeseran rindan anggaran belanjanya;
b. perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal
pagu anggaran tetap; dan/atau
c. perubahan/rala[ karena kesalahan administrasi.
2.
Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan alokasi anggaran
dan/atau perubahan jenis belanja dan/atau volume Keluaran
pada:
MENTli'RI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 19 Ii.
Kegiatan;
b. Satker;
c. Program;
d. Kementerian/Lembaga; dan/atau
e . APBN.
3.
Revisi Anggaran juga dilakukan dalam hal teljadi :
a. perubahan atas APBN;
b. penerapan pemberian penghargaan dan pengcnaan sanksi
(Reward and Punishment System);
c . lnstruksi
Presiden
mengenai
penghematan
anggaran;
dan/atau
d . kebijakan pemerintah lainnya.
4 . Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan
atau
penguTallgan
pagu
anggaran
belanja
tennasuk
pergeseran rincian !U1ggaran belanjanya di antaranya sebagai
akibat dari adanya kelebihan realisasi PNBP di atas target
yang direncanakan dalarn APBN;
S . PerulJahan
rincian
anggaran
yang
disebabkan
adanya
kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan
dalam APBN merupakan tambahan alokasi anggaran yang
dapat digunakan oleh Kementerian Kesehatan .
6 . Perubahan
rincian
anggaran
yang
disebabkan
aaanya
ke1ebihan realisasi PNBP di atas target yan