Perancangan Bisnis Model dan Perumusan Strategi Untuk Meningkatkan Daya Saing Industri Batik Pamekasan

Seminar Nasional IENACO - 2017

ISSN: 2337 - 4349

PERANCANGAN BISNIS MODEL DAN PERUMUSAN STRATEGI UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING INDUSTRI BATIK PAMEKASAN
Narto 1, Indung Sudarso2, Lukmandono3
Program Studi Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Jl. Arief Rachman Hakim 100 Surabaya 60117 Telp (031) 5945043

1,2,3)

* Email: nartonazriel@gmail.com, lukmandono@gmail.com
Abstrak
Industri batik Pamekasan merupakan industri kreatif yang menekankan pada gagasan dan
kreatifitas yang tinggi sebagai salah satu penggerak perekonomian di Jawa Timur. Adanya
peningkatan perkembangan teknologi, minat konsumen serta persaingan di era pasar bebas
maka penting untuk dilakukan perancangan bisnis model serta perumusan strategi yang tepat
untuk meningkatkan daya saing industri ini. Hasil analisis menunjukan bahwa perancangan
bisnis model pada industri batik pamekasan menunjukan segmentasi pelanggan sangat luas

yang mayoritas berasal dari luar kota. Dengan sistem pemesanan secara online akan
mempermudah proses jual beli. Jenis dan ciri khas motif dengan latar belakang sejarah yang
kuat, serta Pamekasan sebagai kota batik Madura menjadi kekuatan untuk meningkatkan daya
saing industri ini. Dengan analisis SWOT menunjukan nilai IFAS 2,10 dan EFAS 2,10 maka
industri batik Pamekasan berada di kuadran 5 yaitu pertumbuhan dan stabilitas, strategi
alternatif yang digunakan yaitu (1) Memperluas pasar dengan melakukan inovasi dan
memperbanyak variasi produk, (2) Memperluas jaringan pemasaran dengan membuka cabang
di daerah-daerah seperti Surabaya dan Jakarta, (3) Peningkatan fasilitas produksi serta
penerapan teknologi melalui pengembangan internal dan eksternal dengan melibatkan
pemerintah.
Kata Kunci: Industri kreatif, Batik Pamekasan, Bisnis Model, SWOT

1. PENDAHULUAN
Industri batik Pamekasan merupakan industri kreatif yang menekankan pada gagasan dan
kreatifitas yang tinggi sebagai salah satu penggerak perekonomian di Jawa Timur. Adanya
peningkatan perkembangan teknologi, minat konsumen serta persaingan di era pasar bebas maka
penting untuk dilakukan perancangan bisnis model serta perumusan strategi yang tepat untuk
meningkatkan daya saing industri ini. Jumlah unit usaha batik tulis Madura yang ada di Kabupaten
Pamekasan 764 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja 3.804 orang, angka ini menduduki
peringkat pertama dari sektor industri lainya. Usaha garam curah 599 unit dengan penyerapan

2.048 tenaga kerja sedangkan anyaman tikar 457 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja 3.062
orang, gula siwalan 356 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja 539 orang, dan keripik
singkong 214 unit usaha dengan penyerapan 335 orang tenaga kerja (Disperindag Pamekasan,
2013).
Beberapa penelitian terdahulu, seperti Hernawa dkk., (2015) telah mengkombinasikan
Business model canvas dan analisis SWOT dalam menganalisa lingkungan usaha. Nandiroh dkk.,
(2016) menggunakan metode SWOT untuk menganalisis dampak ekonomi kreatif batik dalam
menghadapi MEA. Hidayat (2016) memformulasikan strategi bisnis dengan analisis SWOT
menghasilkan strategi penetrasi pasar merupakan strategi alternatif yang terbaik untuk
meningkatkan daya saing. Putri dkk., (2015) mengkombinasikan analisis SWOT, STP dan
Marketing Mix sebagai strategi daya saing industri batik. Ratna dkk., (2013) potensi secara aspek
sosial dan fisik mempengaruhi prospek daya saing usaha batik Sumenep.
Penelitian ini fokus pada perancangan model bisnis untuk menciptakan konsep
pengembangan usaha dengan pendekatan Business Model Canvas dan merumuskan strategi yang
tepat untuk meningkatkan daya saing pada industri batik Pamekasan dengan analisis SWOT.
Sembilan blok dasar dengan memperhatikan cara berfikir logika dan kreatifitas, dalam konsepnya
business model canvas terdiri dari Customer Segments, Value Proposition, Chanel, Customer
Relationships, Revenue Streams, Key Resources, Key Aktivities, Key Partnerships, dan Cost
Structure (Osterwalder, 2010).
258


Seminar Nasional IENACO - 2017

ISSN: 2337 - 4349

Model bisnis mengacu pada logika perusahaan melalui operasi dan penciptaan nilai bagi para
pemangku kepentingan (Shafer dkk., 2005). Model bisnis menggunakan pola solusi kemungkinan,
serta pendekatan strategi yang mengacu pada logika penciptaan nilai, kompetensi, dan inovasi.
(Casadesus dan Ricart, 2009). Model bisnis adalah alat konseptual yang berisi satu set elemen
beserta hubungannya yang mengekspresikan logika bisnis dari sebuah perusahaan tertentu
(Osterwalder dkk., 2005). Berdasarkan hal tersebut suatu model bisnis akan menggambarkan alasan
tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai (Osterwalder dan
Pigneur, 2010).

Gambar 1. Business Model Canvas
Sumber: Osterwalder dan Pigneur (2010)
Menurut Rangkuti (2009) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang
menerangkan bahwa suatu perusahaan harus memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta
meminimalkan kekurangan dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Kotler (2008)

mengemukakan bahwa Analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman. Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk
mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal
(kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). SWOT
digunakan untuk menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai dengan corporate strategy,
grand strategy, atau business strategy, serta menentukan tujuan jangka pendek atau tujuan tahunan
(annual objective) yang akan dicapai dengan strategi fungsi atau strategi yang ditetapkan pada
departemen (Thoyib, 2005).
Tabel 1. Matrik SWOT
Strengths (S)
Tentukan 5-10 faktor-faktor
kekuatan internal

Strategi SO
Tentukan 5-10
faktor Peluang
Eksternal

Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan
peluang

Tentukan 5-10
faktor Ancaman
Eksternal

Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman

Strategi ST

Weaknesses (W)
Tentukan 5-10 faktor-faktor
kelemahan internal

Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan
peluang

Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman

Pengembangan usaha dengan konsep bisnis model harus terus diupayakan untuk
meningkatkan pertumbuhan bisnis. Untuk mencapai daya saing industri dilakukan analisis
259

Seminar Nasional IENACO - 2017

ISSN: 2337 - 4349

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman melalui faktor internal dan eksternal. Tahap
selanjutnya pembobotan dengan matriks IFAS (internal strategic factor analysis summary),
matriks EFAS (external strategic factor analysis summary) dan matriks IE (internal external).
2. METODOLOGI

Subyek penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha industri batik di kota Pamekasan Madura.
Obyek penelitian ini adalah partisipasi pelaku usaha batik Pamekasan dalam kaitannya dengan
usaha bisnis mereka, pemerintahan setempat, para konsumen dalam hal ini pembeli dan masyarakat
yang mengenal tentang batik tulis Pamekasan Madura.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah gabungan data kualitatif dan kuantitatif yang
diperoleh melalui wawancara dan survey dengan menggunakan kuesioner. Penelitian dibagi
menjadi 2 yaitu kuesioner awal yang bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat
sudah valid dan reliabel. Selanjutnya pada kuesioner awal ini disebarkan kepada 58 responden dan
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Langkah kedua dilakukan penyebaran kuesioner akhir.
Besarnya sampel dalam penelitian dihitung untuk menentukan jumlah sample (Slovin dalam
Narimawati, 2008). Hasil perhitungan jumlah sampel diperoleh 192 unit industri batik tulis
Pamekasan dengan toleransi kesalahan 5%.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan business model canvas pada batik Pamekasan dilakukan dengan wawancara
dan kuesioner menggunakan beberapa pertanyaan kunci yang dikenalkan oleh Osterwalder &
Pigneur (2010). Sembilan elemen business model canvas batik Pamekasan ditunjukkan pada
Gambar 2.
Key Partner
Key Activities
 Pemerintah Pusat

 Promosi
- Kementrian pariwisata  Studi banding
dan ekonomi kreatif
 Perbaikan
- Kementrian Koperasi
Infrastruktur
- Kemetrian
 Pembinaan &
perindustrian dan
Pelatihan
perdagangan
 Pemerintah provinsi
Key Resources
- Dinas perindustrian dan  Industri Batik
perdgangan
 Tenaga kerja
- Dinas koperasi dan
terampil
UMKM
 Bangunan dan

 Pemerintah Kabupaten
fasilitasnya
- Bapeda
 History
- Dinas Perindustrian dan  Kota batik tulis
perdagangan
Madura
- Dinas pariwisata
- Dinas Koperasi
 Paguyuban usaha batik
Cost Structure
 Biaya bahan baku
 Biaya pembatik
 Biaya internet
 Biaya studi banding
 Biaya pembinaan dan pelatihan

Value Propositions
 Showroom batik
 Variasi Produk

 Ciri Khas Motif
 Wisata Sejarah
 Lahan parkir

Customer Relationships Customer Segments
 Layanan purna jual
 Berdasarkan
Pekerjaan
 Produk dapat dipesan
- Pegawai Negeri &
sesuai permintaan
Swasta
konsumen
- Mahasiswa &
 Personal
Pelajar
- Wisatawan
Channels
 Berdasarkan Daerah
 Showroom bersama

Asal
 Pameran produk
- Jakarta
bersama
- Surabaya
 Website
- Sidoarjo
- Bukalapak
- Gresik
- Tokopedia
- Mojokerto
- Facebook
- Malang
- Twitter

Revenue Stream
 Penjualan langsung
 Penjualan melalui pameran
 Penjualan batik melalui website
 Dana hibah
 Dana bantuan pemerintah

Gambar 2. Business Model Canvas Industri Batik Pamekasan
Customer Segments batik Pamekasan ada dua yaitu berdasarkan jenis pekerjaan seperti
pegawai negeri dan karyawan swasta yang mana batik digunakan sebagai seragam kerja,
mahasiswa dan pelajar, produk batik digunakan oleh wisatawan sebagai oleh-oleh dari kunjungan
mereka di kota Pamekasan. Selanjutnya pelanggan berdasarkan daerah asal yang rata-rata
pelanggan tersebut menjual kembali produk batik Pamekasan di daerah masing-masing.

260

Seminar Nasional IENACO - 2017

ISSN: 2337 - 4349

Value Propositions batik Pamekasan mempunyai nilai kekuatan yang sangat baik dengan ciri
khas motif titik yang unik, variasi warna yang mencolok, belum adanya brand atau hak patent
produk yang dimiliki akan menjadi ancaman bagi industri batik di Pamekasan, adanya showroom
yang menampilkan produk, di tunjang dengan adanya tempat wisata yang dimilki kabupaten
Pamekasan yang mampu menawarkan produk-produk batik kepada wisatawan.
Channels, melalui showroom bersama dapat memperkenalkan produk unggulan yang
dimiliki, adanya paguyuban pengusaha batik dengan pemerintah untuk memfasilitasi keikutsertaan
pameran untuk bisa bersaing dengan pengusaha batik daerah lain, para pelanggan bisa
menggunakan website untuk membeli produk seperti bukalapak, facebook, twitter.
Customer Relationships dibangun melalui layanan purna jual dimana pelanggan dapat
menjual atau menukar kembali produk yang dinginkan, jumlah dan motif produk dapat dipesan
sesuai dengan keinginan pelanggan, pelanggan juga bisa membeli langsung ke pengerajin batik
sehingga bisa langsung melihat proses pembuatannya.
Revenue Stream diperoleh dari penjulaan langsung, melalui kegiatan pameran, penjualan
sistem online, dana hibah dari mitra kerja, dana batuan dari pemerintah berupa peralatan dan
bantuan bahan baku.
Key Resources industri batik secara keseluruhan yang ada di kota Pamekasan sudah mampu
menggunakan modal pribadi, tenaga kerja yang terampil dan UMK yang masih rendah menjadikan
kekuatan tersendiri dalam kelangsungan usaha, bangunan showroom dan fasilitas yang dimiliki
masih kurang memadai, history yang dimiliki batik Pamekasan sangat kuat sehingga mempunyai
daya tarik tersendiri.
Key Activites, melalui acara promosi yang di fasilitasi oleh paguyuban dan pemerintah
diharapkan mampu memperkenal produk batik Pamekasan kepada masyarakat luas, melakukan
studi banding untuk meningkatkan kreativitas para pembatik, melalui pemerintah dilakukan upaya
perbaikan sarana dan prasarana seperti pembangunan sentra batik, lahan parkir dan pembinaan
serta pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dalam manajemen pemasaran produk.
Key Partnerships, untuk memperkenalkan dan meningkatkan penjualan kerjsama dilakukan
dengan pemerintah pusat, provinsi dan daerah melalui kementerian dan dinas terkait, serta
membentuk paguyuban pengusaha batik yang akan menampung aspirasi untuk membangun kinerja
industri batik Pamekasan.
Cost Structure, dengan adanya bantuan dari pemerintah berupa pengadaan bahan baku dan
peralatan diharapkan bisa menekan biaya produksi seperti pembelian bahan baku. Adanya
paguyuban pengusaha batik akan mengurangi biaya secara kolektif seperti promosi lewat website,
biaya studi banding, biaya pembinaan dan pelatihan.

261

Seminar Nasional IENACO - 2017

ISSN: 2337 - 4349

Tabel 2. IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
Faktor-faktor Strategi Internal
Kekuatan:
1. Variasi produk yang inovatif
2. Motif batik dengan latar belakang sejarah yang kuat
3. Adanya showroom bersama paguyuban batik
4. Penjualan melalui sistem online
5. Adanya layanan purna jual
6. Sebagai kota batik tulis Madura
7. Pembinaan dan pelatihan melalui studi banding
8. Memiliki tenaga kerja terampil dan pengalaman
Subtotal:
Kelemahan:
1. Belum adanya koperasi yang dapat memfasilitasi pengadaan bahan dan
alat secara bersama
2. Belum adanya showroom yang mampu mendisplay semua produk batik
tulis Pemekasan
3. Terbatasnya promosi yang dilakukan
4. Fasilitas bangunan dan infrastruktur masih kurang
5. Lahan parkir masih terbatas
6. Tidak adanya struktur organisasi paguyuban batik
7. Belum adanya pengelolahan atau pendokumentasian pengetahuan
tentang batik
Subtotal:
TOTAL

Bobot x
Rating

Bobot

Rating

0,14
0,12
0,08
0,16
0,08
0,04
0,04
0,05
0,71

4
4
3
4
3
4
3
3

0,56
0,48
0,24
0,64
0,24
0,16
0,12
0,15
2,59

0,05

1

0,05

0,05

2

0,10

0,06
0,04
0,03
0,03
0,03

1
1
2
3
3

0,06
0,04
0,06
0,09
0,09

0,29
1,00

0,49
3,08

Tahapan selanjutnya yakni menyusun Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
sebagai variabel kekuatan dan kelemahan. Penentuan score/rating matrik ini yaitu: Kekuatan,
rating 1 = sangat kecil; 2 = kecil; 3 = besar; 4 = sangat besar. Kelemahan, score nya kebalikan dari
Kekuatan. Sedangkan untuk membedakan nilai bobot antara range 0 - 1 (total keseluruhan bobot =
1 atau 100 %) untuk tiap-tiap variabel berdasarkan penting/tidak kriteria memberikan dampak
terhadap faktor strategi yang ada, dimana Nilai bobot 0 menunjukkan tidak penting dan Nilai bobot
1 menunjukkan sangat penting. Hasil perhitungan faktor internal pada tabel 2 diatas. Skor faktor
kekuatan Internal 2,59 dan skor faktor kelemahan Internal 0,49. Selisih antara faktor kekuatan dan
kelemahan adalah 2,10.
Selanjutnya menyusun Matrik EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary)
merupakan variabel Peluang dan Ancaman. Penentuan score/rating matrik ini: Peluang, rating 1 =
sangat kecil; 2 = kecil; 3 = besar; 4 = sangat besar. Untuk Ancaman, skor nya kebalikan dari
Peluang. Hasil skor peluang eksternal adalah 2,47. Sedangkan skor ancaman eksternal 0,41. Selisih
skor peluang dan ancaman adalah 2,10.

262

Seminar Nasional IENACO - 2017

ISSN: 2337 - 4349

Tabel 3. EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary)
Faktor-faktor Strategi Eksternal
Peluang:
1. Adanya pinjaman bunga ringan dari pihak ketiga
2. Bantuan dana hibah dari mitra kerja
3. Bantuan finansial dari pemerintah
4. Adanya pelatihan dan pembinaan dari pemerintah
5. Pemerintah memfasilitasi kegiatan pameran
6. Revitalisasi infrastruktur dan fasilitas dari pemerintah
7. Menjadikan batik tulis Pamekasan sebagai seragam pemerintahan dan
seragam sekolah di Pamekasan.
Subtotal:
Ancaman:
1. Persaingan ketat dengan industri batik daerah lain seperti Solo dan
Pekalongan
2. Belum mempunyai hak paten
3. Birokrasi pemerintah masih menyulitkan perkembangan industri batik
4. Terbatasnya lahan untuk sentra penjualan khusus batik
5. Kelangkaan bahan baku alami
6. Ketidakstabilan harga bahan baku
1. Subtotal:
TOTAL

Bobot

Rating

Bobot x
Rating

0,10
0,13
0,17
0,10
0,08
0,05
0,06

3
4
4
4
3
3
3

0,30
0,52
0,68
0,40
0,24
0,15
0,18

0,69
0,09
0,07
0,03
0,03
0,04
0,05

2,47
0,09
0,07
0,06
0,06
0,08
0,05

1
1
2
2
2
1

0,31
1,00

0,41
2,88

Dari hasil perhitungan IFAS dan EFAS, selanjutnya dibuat matrik IE (internal-eksternal)
dimana nilai IFAS ada diposisi antara 2,00 – 3,00 ini berada di posisi matrik rata-rata. Sedangkan
nilai EFAS juga antara 2,00 – 3,00 ada diposisi matrik sedang dan masuk di kuadran 5 seperti pada
Gambar 3, artinya arah strategi industri batik Pamekasan menerapkan strategi pertumbuhan dan
stabilitas.
(2,10)

(2,10)

TOTAL SKOR FAKTOR
STRATEGI EKSTERNAL
RENDAH SEDANG TINGGI

4.0

TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI INTERNAL
KUAT
RATA-RATA
LEMAH
3.0
2.0
I
Pertumbuhan

II
Pertumbuhan

III
Penciutan

IV
Stabilitas

V
Pertumbuhan

VI
Penciutan

1.0

3.0

Stabilitas
2.0
VII
Pertumbuhan

VIII
Pertumbuhan

IX
Likuiditas

1.0

Gambar 3. Matrik Internal Eksternal Industri Batik Pamekasan

263

Seminar Nasional IENACO - 2017

ISSN: 2337 - 4349

Tabel 4. Matrik SWOT Industri Batik Pamekasan
IFAS

EFAS

OPPORTUNITIES (O)
1.
Adanya pinjaman bunga
ringan dari pihak ketiga.
2.
Bantuan dana hibah dari
mitra kerja.
3.
Bantuan finansial dari
pemerintah.
4.
Adanya pelatihan dan
pembinaan dari pemerintah.
5.
Pemerintah memfasilitasi
kegiatan pameran.
6.
Revitalisasi infrastruktur
dan fasilitas dari pemerintah.
7.
Menjadikan batik tulis
Pamekasan sebagai seragam
pemerintahan dan seragam
sekolah di Pamekasan.
TREATHS (T)
1.
Persaingan ketat dengan
industri batik daerah lain seperti
Solo dan Pekalongan.
2.
Belum mempunyai hak
paten.
3.
Birokrasi pemerintah
masih. menyulitkan
perkembangan industri batik.
4.
Terbatasnya lahan untuk
sentra penjualan khusus batik.
5.
Kelangkaan bahan baku
alami.
6.
Ketidakstabilan harga
bahan baku.

STRENGTH (S)
1.
Variasi produk yang
inovatif.
2.
Motif batik dengan latar
belakang sejarah yang kuat.
3.
Adanya showroom bersama
paguyuban batik.
4.
Penjualan melalui sistem
online.
5.
Adanya layanan purna jual.
6.
Sebagai kota batik tulis
Madura.
7.
Pembinaan dan pelatihan
melalui studi banding.
8.
Memiliki tenaga kerja
terampil dan pengalaman.

WEAKNESS (W)
1.
Belum adanya koperasi
yang dapat memfasilitasi
pengadaan bahan dan alat
secara bersama.
2.
Belum adanya
showroom yang mampu
mendisplay semua produk batik
tulis Pemekasan.
3.
Terbatasnya promosi
yang dilakukan.
4.
Fasilitas bangunan dan
infrastruktur masih kurang.
5.
Lahan parkir masih
terbatas.
6.
Tidak adanya struktur
organisasi paguyuban batik.
7.
Belum adanya
pengelolahan atau
pendokumentasian pengetahuan
tentang batik.
SO STRATEGY
WO STRATEGY
 Memperluas pasar dengan inovasi,  Mendirikan koperasi bersama
meningkatkan kreatifitas dan
untuk pengadaan bahan baku
memperbanyak variasi produk.
dan alat serta membangun
 Memperluas jaringan pemasaran
shoowroom untuk
dengan membuka cabang di
mempromosikan produk batik
daerah-daerah seperti Surabaya
dan perbaikan fasilitas.
dan Jakarta.
 Membentuk struktur organisasi
dan pengelolahan dokumen
industri batik.

ST STRATEGY
WT STRATEGY
 Menciptakan produk dengan motif  Menjaga loyalitas pelanggan
khas batik Madura yang bernilai.
terhadap produk batik
sejarah tinggi dan mempunyai hak
Pamekasan.
paten produk.
 Kerjasama dengan pemerintah
untuk membangun fasilitas dan
 Mampu membaca peluang dan
infrastruktur sentra penjulan
pangsa pasar dengan produk
batik.
berkualitas.
 Melakukan promosi di daerah Mencari pemasok bahan baku
daerah dengan produk yang
yang berkualitas dengan harga
sudah mempunyai hak paten.
terjangkau.

264

Seminar Nasional IENACO - 2017

ISSN: 2337 - 4349

4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada industri batik Pamekasan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Perancangan bisnis model pada industrik batik Pamekasan menunjukan bahwa segmentasi
pelanggan sangat luas baik dari pegawai negeri dan swasta bahkan mahasiswa dan pelajar,
pelanggan mayoritas berasal dari luar kota. Dengan sistem layanan purna jual dan pemesanan
secara online akan mempermudah proses jual beli. Variasi dan ciri khas motif dengan latar
belakang sejarah yang kuat, showroom bersama, promosi produk, serta Pamekasan sebagai kota
batik Madura menjadi kekuatan industri batik Pamekasan.
2. Peran serta pemerintah melalui pembinaan dan pelatihan, bantuan finansial, perbaikan
infrastruktur dan pembangunan sentra penjualan batik, menjadi faktor penting untuk
meningkatkan daya saing industri batik di Pamekasan.
3. Hasil analisis SWOT menunjukan industri batik Pamekasan berada di kuadran 5 yaitu
pertumbuhan dan stabilitas, strategi alternatif yang digunakan adalah memperluas pasar dengan
melakukan inovasi dan memperbanyak variasi produk, memperluas jaringan pemasaran dengan
membuka cabang di daerah-daerah seperti Surabaya dan Jakarta. Peningkatan fasilitas produksi
serta penerapan teknologi melalui pengembangan internal dan eksternal dengan melibatkan
pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Pamekasan, 2013, Laporan Jenis Sentra Industri, Unit usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja
Kabupaten Pamekasan Tahun 2013. di akses pada tanggal 19 Januari 2017 di
https://pamekasankab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/189.
Casadesus , R. and Ricart, M., J., E., 2009, From Strategy to Business Models and to Tactics,
Working Paper Harvard Business School.
Ferrel,O.,C. and Harline, D., 2005, Marketing Strategy, Thomson Corporation, South Western.
Hernama, Rooshwan, B., U., 2015, Analisis Lingkungan Usaha Model Bisnis Kanvas Pada Usaha
Batik Ciwaringin Cirebon, Seminar Nasional dan The 2nd Call for Syariah Paper, ISSN
2460-0784, hal 594-606.
Hidayat, T., 2016, Formulasi Strategi Bisnis Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Industri
Batik Mliwis Putih Di Desa Sobontoro Balen Bojonegoro, Jurnal Edutama, Vol 3, No. 1, hal
21-30.
Kotler, P., Armstrong, G., 2008, Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1. Edisi Kedua belas, Erlangga,
Jakarta.
Nandiroh, S., Pratiwi, I., Susanti, S., 2016, Analisis Dampak Ekonomi Kreatif Batik Menghadapi
MEA Di Pasar Kliwon Surakarta, Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di
Industri (Seniati), ISSN : 2085-4218, hal 145-150.
Narimawati, U., 2008, Teknik-Teknik Analisis Multivariate Untuk Riset Ekonomi, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Osterwalder, A., Pigneur, Y. and Tucci, C., I., 2005, Clarifying Business Models : Origins,
Present, And Future of The Concepts, Communications of AIS, Volume 15.
Osterwalder, A., Pigneur, Y., 2010, Business Model Generation: a Handbook for Visionaries,
Game Changers, and Challengers, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey.
Putri, E., P., Djunaidi, M., Al-Ghofari, A., K., 2015, Analisis Swot Sebagai Strategi Meningkatkan
Daya Saing Pada Bisnis Usaha Batik, Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Rangkuti, F., 2009, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Ratna, P., Fatmawati, 2013, Prospek Dan Strategi Pengembangan Industri Batik Tulis Di
Kabupaten Sumenep, Jurnal Cemara Vol. 10, No.1, ISSN: 2087-3484. Hal 41-49.
Shafer, S M., Smith, H., J. and Linder, J., C., 2005, The Power of Business Models. Business
Horizons 48, 199-207.
Thoyib, A., 2005, Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja: Pendekatan Konsep.
Jurnal. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

265