Tinjauan Atas Pelaksanaan Pengawasan Pemungutan PBB Di Dinas Pendapatan Atas Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyelenggaran otonomi daerah sebagai bentuk nyata pada era reformasi dalam rangka pelaksanaan sistem pemerintahan yang desentrilistik, dan merupakan suatu pekerjaan yang komplek dan berkesinambungan. Semua kegiatan dalam rangka menunjang pelaksanaan otonomi daerah tersebut mengakibatkan pemerintah pusat mengalihkan manajemen terhadap daerah secara mandiri dan bertanggung jawab.

Untuk mengelola pemerintahan, pemerintah daerah dituntut memiliki sumber daya aparatur yang berkemampuan teknis dan manajerial, profesionalisme dan komitmen yang tinggi agar dapat menjamin tercapainya tujuan pelaksanaan otonomi daerah secara efektif, yaitu mampu meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, serta memperkokoh integritas bangsa.

Kabupaten Sumedang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pembangunan yang sangat besar. Berdasarkan Peraturan Kabupaten Sumedang Nomor 49 Tahun 2000 tentang Pola Organisasi dan Perangkat Daerah Kabupaten Sumedang, dan Keputusan Bupati Sumedang Nomor : 31 Tahun 2000 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan Pemerintah Kabupaten Sumedang, tugas pokok Camat (Kepala Kecamatan)


(2)

adalah menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan masyarakat berdasarkan pelimpahan sebagaian kewenangan Bupati. Sesuai dengan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 42 Tahun 2004 Tentag Pelimpahan Sebagian Kewenangan Pemerintahan Dari Bupati Kepada Camat Di Lingkungan Pemerintahana Kabupaten Sumedang.

Penerimaan Pajak Bumi dan Banugunan (PBB) adalah mekanisme Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang berkaitan dengan pembayaran, pemungutan, penyetoran, penagihan, pelimpahan dan pembagian hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pembayaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk melunasi PBB terutangya ke Tempat Pembayaran (TP). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah suatu upaya untuk memungut Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan hasil wawancara dan data yang didapat dari hasil penelitian awal yang dilakukan, penulis menduga bahwa belum tercapainya efektifitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, adapun indikasi masalah pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB dimana berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksie PBB dalam melaksanakan pengawasan pemungutan PBB belum sepenuhnya terlaksana. Hal ini merupakan dampak dari pelaksanaan pemungutan PBB oleh Petugas Pemungut (Kolektor) PBB Desa/Kelurahan di Kabupaten Sumedang yang kurang maksimal. Petugas PBB Kabupaten Sumedang cenderung jarang mengawasi secara langsung melalui kunjungan, serta masih memberikan kelonggaran kepada Petugas Pemungut (Kolektor) di wilayah Kabupaten Sumedang yang belum memberikan atau menyerahkan kembali SPPT PBB


(3)

sebagai bukti penerimaan PBB dari Wajib Pajak, sehingga pelaporan perkembangan SPPT PBB terhambat.

Menurut petugas pemungut PBB, ditemukan bahwa belum adanya suatu evaluasi kerja yang dilakukan secara hemat dan berkesinambungan. Mengingat pemungutan PBB merupakan suatu bentuk pekerjaan yang dilakukan di lapangan, jauh di luar kantor, dan tidak cukup untuk suatu hari saja. Dalam hal ini adalah di permukaan pedesaan yang terpencil dan cukup jauh dari jalan raya. Tentunya pengawasan yang intensif perlu dilakukan sebaiknya untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Yaitu berupa pemenuhan dan pelaksanaan pengawasan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Dan pembuatan laporan mengenai penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) secara berkala dalam tiap minggu selalu terhambat. Dalam Pengawasan Pemungutan PBB masih banyak ditemukan ketidaklengkapan formulir Daftar Penerimaan harian (DPH) oleh petugas Pemungut PBB dan / atau Wajib Pajak. Hal ini mengakibatkan perlunya pendataan ulang dalam upaya pelaporan perkembangan SPPT PBB di Kabupaten Sumedang.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kabupaten Sumedang belum dapat dijadikan sebagai Pajak Daerah secara positif. Artinya PBB Kabupaten Sumedang belum dapat memberikan kontribusi yang cukup bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sumedang bila dibandingkan dengan Kabupaten Lainnya. Melalui data yang diperoleh, target pemungutan PBB pada tahun 2009 yang ditetapkan sebesar Rp. 1.058.596.646,00 hanya dapat terelisasi sebesar Rp. 635.134.780,00. Hanya menyanggupi 60% dari target. Pada tahun berikutnya,


(4)

tahun 2010 dimana sedang berlangsung dan dimana pencapaian targetnya di tahun 2010 ini berjumlah Rp. 1. 076.419.767,00. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1.1

Target Dan Realisasi Pajak Bumi Dan Bangunan Kabupaten Sumedang

No Tahun Target

(Dalam Rupiah)

Realisasi (Dalam Rupiah)

Tunggakan (Dalam Rupiah) 1 2007 574.966.571,00 508.062.347,00 66.904.224,00 2 2008 811.335.459,00 534.517.869,00 276.835.590,00 3 2009 1.058.596.646,00 635.134.780,00 423.461.866,00

4 2010 1.076.419.767,00 - -

(Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Sumedang 2010)

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Seksie PBB Dinas Pendapatan Daerah Sumedang, bahwa seringnya terjadi keterlambatan penyetoran hasil pemungutan PBB yang disetorkan oleh Petugas Pemungut (Kolektor) Desa/Kelurahan kepada Petugas Perantara (Kolektor), dikarenakan pemilik lahan dan bangunan yang menjadi Wajib Pajak Bumi dan Bangunan tidak selalu berada di tempat. Karena pemilik lahan dan bangunannya yang berkepentingan di Kabupaten Sumedang kebanyakan merupakan bukan penduduk yang berdomisili di Kabupaten Sumedang. Selain itu, akibat kepemilikan lahan oleh orang luar, Kabupaten Sumedang juga cenderung menyebabkan sulitnya penagihan PBB. Oleh karena itu, masih banyak yang ditemukan tangguhan PBB yang mereka tanggung dengan jumlah tunggakan pajak yang tidak sedikit.


(5)

Karena itu, penulis melakukan penelitian untuk diangkat sebagai Kuliah Kerja Praktek (KKP) yang berjudul “ Tinjauan Atas Pelaksanaan Pengawasan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Darah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang”.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN KERJA PRAKTEK

Maksud dari Penulis melaksanakan Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB pada kantor Dinas Pendapatan Pengelolaa Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang.

Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB di Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang.

2. Untuk mengetahui surat-surat yang diperlukan dalam pemungutan PBB.


(6)

1.3 KEGUNAAN KERJA PRAKTEK

Adapun kegunaan hasil dari Laporan Kuliah Kerja Praktek ini adalah :

Bagi Penulis :

Dapat memberikan wawasan mengenai pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB pada kantor Dinas Pendapatan Pengelolaa Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang.

Bagi Pemerintah Daerah (PEMDA)

Hasil Kerja Praktek ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai bahan masukan dan pertimbangan dari Pemerintah Daerah (PEMDA) dalam menentukan kebijakan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB pada kantor Dinas Pendapatan Pengelolaa Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang.

Bagi Pihak Lain :

Hasil Kerja Praktek ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB pada kantor Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang.


(7)

1.4 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian ini adalah di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sumedang Jalan Prabu Gajah Agung No. 19 Sumedang. Dan adapun waktu penelitian mulai dari pengumpulan data sampai dengan penyusunan, pada tanggal 29 Juli 2010 sampai tanggal 31 Agustus 2010, Senin sampai Jum’at pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB.

Adapun rincian waktu pelaksanaan Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

Senin – Kamis masuk pukul 08.00 s/d 17.00, waktu istirahat pukul 12.00 s/d 13.00

Jumat masuk pukul 08.00 s/d 17.00, waktu istirahat pukul 12.00 s/d 13.30.

Jika Bulan Ramadhan pelaksanaan Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

Senin – Kamis masuk pukul 08.00 s/d 16.30, waktu istirahat pukul 12.00 s/d 12.30


(8)

Tabel 1.2

Waktu Penelitian

Tahap Prosedur Minggu

Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 I Tahap Persiapan :

1. Mengambil surat izin kerja praktek

2. Mencari tempat kerja praktek

3. Menentukan tempat kerja praktek

II Tahap Pelaksanaan : 1. Mengajukan surat

permohonan kerja praktek

2. Meminta surat pengantar ke perusahaan

3. Keja praktek diperusahaan

4. Penyusunan laporan kerja praktek

III Tahap Pelaporan :

1. Menyiapkan laporan kerja praktek

2. Bimbingan kerja praktek 3. Penyempurnaan laporan

kerja praktek

4. Penggandaan laporan kerja praktek


(9)

9 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH Berdasarkan UU nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU no 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah dituntut agar mampu mengurus pembiayaan rumah tangga sendiri, untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah daerah harus dapat lebih meningkatkan inisiatif dan kreatifitasnya dengan melakukan usaha-usaha yang konkrit dan konstitusional dalam mencari dan menggali terutama pajak dan retribusi daerah karena pajak dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sesuai Perda Kabupaten Sumedang nomor 03 tahun 2005 tentang Organisasi Dinas-dinas Daerah Kabupaten Sumedang maka ditetapkan bahwa Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah merupakan dinas yang mempunyai tugas dan wewenang di bidang pendapatan daerah. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Sumedang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang.


(10)

Visi dan Misi Perusahaan

Visi Perusahaan

Selaras dengan perkembangan pembangunan yang cukup pesat dengan berlandaskan pada penyelenggaraan pemerintahan yang bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, maka Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sebagai salah satu pelaksana pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik dituntut untuk dapat menyajikan sebuah pelayanan yang optimal. Untuk dapat memberikan pelayanan sebagaimana harapan masyarakat, dibutuhkan pegawai yang tidak hanya cakap dalam bidangnya akan tetapi juga memliki integritas moral yang baik.

Dalam rangka memotivasi seluruh pagawai DPPKAD dalam menjalankan tugas, maka ditetapkan Visi DPPKAD yaitu :

“ Profesional Dalam Pengelolaan Pendapatan, Keuangan Dan Aset

Daerah Serta Optimal Dalam Pelayanan “.

Makna yang terkandung dalam Visi tersebut adalah sebagai berikut : a. Profesional mengadung arti bahwa dalam melaksanakan kegiatan/bekerja

berdasarkan disiplin ilmu, mempunyai kemampuan serta ahli dibidangnya. b. Pengelolaan Pendapatan mengandung arti suatu proses terencana,

terukur dan optiomistis serta sistematis dari kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai peningkatan pendapatan sebagai salah satu komponen terpenting dalam menjalankan roda pemerintahan diKabupaten Sumedang.


(11)

c. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

d. Pengelolaan Aset Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggugjawaban, dan pengawasan asset daerah.

e. Optimal Dalam Pelayanan mengadung arti bahwa dalam memberikan pelayanan, melaksanakan kegiatan untuk kemajuan dan kelancaran pemerinntahan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawaban dan sepenuh tenaga untuk mencapai hasil yang maksimal.

Misi Perusahaan

Berdasarkan Visi dan penjelasan Visi diatas maka yang menjadi Misi adalah :

1. Meningkatkan profesionalisme aparatur dinas pendapatan daerah

2. Meningkatkan penerimaan pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah serta bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

3. Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan daerah yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam membayar pajak dan retribusi daerah, PBB dan BPHTB.


(12)

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2010 bahwa Susunan Oragnisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) adalah sebagai berikut :

a. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah b. Sekretaris

c. Bidang Pendapatan Asli Daerah d. Bidang Perimbangan

e. Bidang Anggaran f. Bidang Perbendaharaan g. Bidang Akuntansi h. Bidang Aset

2.3 Uraian Tugas/Deskripsi Jabatan Bidang Perimbangan

1. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah a. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah

(DPPKAD) mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan dan asset daerah.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala DPPKAD mempunyai fungsi :


(13)

b) Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang pendapatan daerah.

c. Rincian Tugas Kepala DPPKAD:

a) Memimpin, mengatur, mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan DPPKAD.

b) Menetapkan rencana kerja operasional tahunan sesuai dengan kebijakan teknis operasional dinas.

c) Memberikan saran pertimbangan dan atau informasi kepada Kepala Dinas sebagai bahan kebijakan.

d) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.

e) Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan kegiatan DPPKAD.

2. Sekretaris

Uraian tugas Sekretaris adalah sebagai berikut:

a.merumuskan rancangan usulan kebutuhan, penempatan, pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pegawai pada dinas;

b.merumuskan dan mengendalikan administrasi kepegawaian dinas;

c.merumuskan dan mengendalikan kegiatan ketatausahaan dan kearsipan dinas;

3. Bidang Pendapatan Asli Daerah

Uraian tugas Kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut: a.merumuskan pendataan dan pengembangan potensi pendapatan daerah;


(14)

b.merumuskan kebijakan dan petunjuk teknis pembinaan pengembangan di bidang pendapatan asli daerah;

c.merumuskan bahan penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan pajak daerah dan retribusi daerah bersama instansi terkait;

d.menyiapkan bahan dan data dalam penyusunan petunjuk teknis pembinaan pengembangan di Bidang Pendapatan Asli Daerah;

4. Bidang Perimbangan

Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang Perimbangan adalah sebagai berikut:

a.merumuskan petunjuk teknis pembinaan pengembangan di bidang perimbangan;

b.mengendalikan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah;

c.mengendalikan pelaksanaan koordinasi pengelolaan bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak dan lain-lain pendapatan; dan

d.melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan bidang tugasnya. 5. Bidang Anggaran

Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang Anggaran adalah sebagai berikut:

a.merumuskan dan mengendalikan kegiatan penyusunan rencana dan program kerja di bidang anggaran;


(15)

b.merumuskan pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan belanja daerah, permodalan dan pembiayaan daerah;

6. Bidang Perbendaharaan

Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang Perbendaharaan adalah sebagai berikut:

a. merumuskan anggaran kas pemerintah daerah; b. merumuskan rancangan/draft SPD;

c. merumuskan penerbitan/penandatanganan SP2D;

d. mengendalikan pemeriksaan kelengkapan dokumen SPM SKPD; 7. Bidang Akuntansi

Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang Akuntansi adalah sebagai berikut:

a. merumuskan dan mengendalikan kegiatan penyusunan rencana dan program kerja bidang akuntansi;

b. merumuskan pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan akuntansi pemerintah daerah; c. merumuskan dan mengendalikan kebijakan akuntansi pemerintah daerah; 8. Bidang Aset

Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Bidang Aset adalah sebagai berikut:


(16)

a. mengendalikan kegiatan analisis kebutuhan dan inventarisasi aset daerah; b. mengendalikan kegiatan pengadaan dan distribusi aset daerah;

c. merumuskan petunjuk teknis Sensus Barang Daerah;

d. merumuskan dan mengendalikan pendayagunaan aset daerah;

2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan

Tujuan dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) memberikan pelayanan dan pengawasan dengan baik kepada Wajib Pajak dengan memenuhi semua kebutuhan Wajib Pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tata kerja organisasi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD), yang terdiri dari aspek-aspek kegiatan antara lain :

1. Pengawasan pajak dan retribusi daerah ini dilaksanakan pada 11 Kecamatan se Kabupaten Sumedang.

2. Materi pengawasan meliputi, pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame. Bahan yang dipergunakan meliputi brosur/poster/spanduk dilakukan melalui metode audio visual (pemutaran VCD)EvaluasiDari hasil pelaksanaan diharapkan:

- Wajib Pajak mengetahui keberadaan peraturan daerah yang ada. - Wajib Pajak memahami kewajibannya dalam membayar pajak nya.

- Diperlukannya kembali sosialisasi/penyuluhan Perda tentang pajak dan retribusi daerah lainnya.


(17)

3. Melakukan pengawasan terhadap wajib pajak dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Dan kegiatan yang sedang dilaksanakan pengawasan dimana pengawasan nya dalam pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Sumedang dengan berbagai kegiatan yaitu :

1. Melaksanakan pendataan seluruh potensi pajak dan retribusi daerah se Kabupaten.

2. Bahan acuan dalam penetapan realisasi target penerimaan tunggakan PBB sektor pedesaan dan perkotaan.

3. Melakukan pengawasan terhadap wajib pajak dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

4. peningkatan sarana dan prasarana kantor untuk menunjang kelancaran tugas.

5. Peningkatan kualitas pelayanan prima (cepat, tepat, efisien dan efektif bagi wajib pajak.


(18)

18 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan kuliah kerja praktek, penulis di tempatkan dibagian perimbangan sub bagian seksi bagi hasil pajak dan seksi bagi hasil bukan pajak dan pendapatan lain di DPPKAD Kabupaten Sumedang. Pelaksanaan kerja praktek dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas atau kegiatan pencatatan PBB di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang. Bagian Perimbangan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang di bagi dalam beberapa pembagian kerja, bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak dan pendapatan lain. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) memberikan kesempatan kepada penulis untuk di tempatkan di semua bagian, supaya penulis dapat memperluas pengetahuan dan pengalaman.

1.1.1 Pengertian Pengawasan

Dalam suatu organisasi fungsi pengawasan sangat dibutuhkan, dengan pengawasan yang baik dapat mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Menurut Siagian (1982 : 135) pengawasan adalah : “Proses pengawasan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”.


(19)

Sedangkan menurut Sarwoto (1981 : 93) pengawasan adalah : “Kegiatan pimpinan yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang dikehendaki”. Dari beberapa definisi yang dikemukakan tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa pengawasan adalah proses pengamatan yang dilakukan pimpinan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan pekerjaan dari pegawai-pegawai yang menjadi bawahannya agar pelaksanaan pekerjaan tersebut bisa sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

3.1.2 Pajak

Untuk dapat menciptakan suatu pembangunan nasioanal yang lebih baik dibutuhkan dana dalam pembangunan dan salah satunya berasal dari pajak. Yang dimaksud pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang yang berlaku yang digunkaan untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah. Pajak merupakan salah satu alat pemerintah dalam melakukan pembangunan. Iuran yang dibayar rakyat kepada pemerintah akan dikembalikan lagi kepada rakyat melalui pembuatan fasilitas-fasilitas umum.

3.1.3 Definisi Pajak

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo dalam bukunya “Perpajakan”.

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (dapat dipaksakan), dengan tiada mendapat jasa timbal balik


(20)

(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan untuk pembiayaan pengeluaran umum”.

(2003:5)

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjadja dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”.

“Pajak adalah iuran wajib berupa uang/barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang- barang dan jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.

(2001:5)

Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa :

a. Pelaksanaan pemungutan pajak berdasarkan dengan kekuatan Undang- Undang dan peraturan- peraturan daerah lainnya.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan daya kontraprestasi individu oleh dan atau pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara, baik pusat maupun daerah.

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran- pengeluaran pemerintah yang lain bila dari pemasukkan masih terdapat surplus digunakan untuk membiayai public investment.


(21)

3.1.4 Macam - Macam Pajak

Dalam masa pemerintahan otonomi daerahm maka penerimaan kas pemerintah dari sector pajak dibedakan atas dua hal yaitu :

1. Pajak Pusat 2. Pajak Daerah

Yang termasuk dalam Penerimaan Pajak Pusat ialah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Barang Mewah.

Sedangkan yang termasuk dalam Penerimaan Pajak Daerah ialah Pajak Bumi dan Bangunan. Izin Mendirikan Bangunan, Retribusi Pemanfaatan Lahan pada wilayah Pemerintahan Kabupaten, atau Daerah seperti Retribusi Parkir dan lainnya.

3.1.5 Pajak Bumi dan Bangunan

Salah satu sumber penerimaan kas daerah yang berkaitan dengan penerimaan kas pemerintah pusat ialah Pajak Bumi dan Bangunan, hal tersebutdikarenakan dalam hasil nominal pungutan pajak bumi dan bangunan adanya pembagian antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu sebesar 10% : 90%.

Sehingga untuk mencegah terjadinya kekeliruan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, yang kemudian diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun1994. Serta berbagai pengertian serta hal-hal yang berkaitan


(22)

dengan Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang No. 12 tahun 1994, yaitu :

3.1.5.1Pengertian dan Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Erly Suandy, 2002 : 64 yang dimaksud pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek atau bumi, tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar pajak.

Menurut Suharno, 2003 : 32 yang dimaksud Pajak Bumi dan Bangunan adalah penerimaan pajak pusat yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada daerah. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut dimasukkan dalam kelompok penerimaan bagi hasil pajak. Dari pengertian tentang Pajak Bumi dan Bangunan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah penerimaan negara yang berasal dari rakyat atas kebendaan objek atau bumi, tanah dan atau bangunan yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada daerah masing-masing untuk meningkatkan pendapatan daerah tersebut.

PBB dikenakan terhadap objek pajak berupa tanah dan atau bangunan yang didasarkan pada azas kenikmatan dan manfaat, dan dibayar setiap tahun. PBB pengenaannya didasarkan pada Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1994. Namun demikian dalam perkembangannya PBB sektor pedesaan dan perkotaan menjadi pajak daerah yang diatur dalamUndang-undang No. 28


(23)

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Pasal 77 sampai dengan Pasal 84 mulai tahun 2010.

1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumiyang ada di bawahnya. Pengertiaan ini berarti bukan hanya tanah permukaan bumi saja tetapi betul-betul tubuh bumi dari permukaan sampai dengan magma, hasil tambang, gas material yang lainnya.

2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan ecara tetap pada tanah dan /atau perairan.

Dalam pasal 77 ayat (2) Undang-undang PDRD, disebutkan bahwa termasuk dalam pengertiaan bangunan adalah :

 Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya dan lain-lain yang satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut,

 Jalan TOL

 Kolam renang,

 Pagar mewah

3.1.5.2 Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan, dimana pengertian bumi dan/atau bangunan adalah sebagai berikut :

“Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.


(24)

Bangunan, adalah kontruksi teknik yang di tanam atau di letakkan secara tetap pada tanah dan/ atau perairan.”

Tidak semua objek pajak bumi dan bangunan akan dikenakan PBB, ada juga objek yang di kecualikan dari pengenaan PBB adalah sebagai berikut :

 Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan. Pendidikan dan kebudayaan nasinonal l yang tidal dimaksudakan unntuk memperoleh keuntungan,

 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu,

 Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanha penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum di bebani suatu hak,

 Digunakan untuk perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik,

 Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasioanal yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan, penentuan, pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut Peraturan Pemerintah.


(25)

3.1.5.3 Subjek dan Wajib Pajak Dalam PBB

Yang termasuk dengan subjek Pajak Bumi dan Bangunan, serta yang termasuk dengan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :

 Mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau ;

 Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau ;

 Memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau ;

 Memperoleh manfaat atas bangunan.

Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang memiliki kewajiban untuk membayar pajak.

3.1.5.4 Cara Mendaftarkan Objek PBB

Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya ke Knator Pelayanan PBB atau Kantor Penyeluhan Pajak yang wilayah kerjanya mencakup letak objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pelayanan PBB / Kantor Penyeluhan Pajak setempat.

3.1.5.5 Dasar Pengenaan PBB

Dasar pengenaan PBB adalah “Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)”. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditentukan berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dengan terlebih dahulu memperhatikan :


(26)

 Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.

 Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan telah diketahui harga jualnya.

 Nilai perolehan baru.

 Penentuan nilai jual objek pengganti. 3.1.5.6 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak

Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah batas NJOP atas bumi dan / atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOP untuk setiap Daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp. 12.000.000.- dengan ketentuan sebagai berikut;

a. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.

b. Apabila Wajib Pajak memperoleh beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya atu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bias digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.

3.1.5.7 Tempat Pembayaran PBB

Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (STP), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari kantor pelayanan PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat pada waktu tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank Persepsi atauh Kantor Pos dan Giro.


(27)

3.1.5.8 Sanksi/Ketentuan Pidana

Berdasarkan Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 menyatakan bahwa :

a. Barang siapa karena kealpaannya :

1) Tidak mengembalikan/menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak ;

2) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar.

b. Barangsiapa dengan sengaja :

1) Tidak mengembalikan/menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak.

2) Menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan/atau melampirkan keterangan yang tidak benar

3) Memperlihatkan sura tpalsu atau dipalsukan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah olah benar.

4) Tidak benar memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya.

5) Tidak menunjukan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan.


(28)

Sehingga menimbulkan kerugian pada Negara,pidana denganpidana penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun atau dendan setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali lipat pajak terhutang.

6) Pihak lain yang bukan wajib pajak melakukan sebagaimana dimaksud pada butir b angka 4 dan 5, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda setinggi-tingginya Rp.2.000.000 (dua juta rupiah)

7) Ancaman pidana sebagaimana dimaksud dalam pada butir b dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Teknis yang digunakan penulis dalam melaksanakan kerja praktek, yaitu dengan menggunakan metode Block Release, yaitu suatu metode dimana pelaksanaan kerja praktek dilakukan dalam suatu periode. Selama melaksanakan kerja praktek ini yang berlangsung dari tanggal 29 Juli 2010 sampai dengan 31 Agustus 2010, penulis melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan pengawasan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang selama kerja praktek penulis ditempatkan di bagian Bidang Perimbangan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD).


(29)

3.2.1 Pelaksanaan Pengawasan Pemungutan PBB

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu rencana atau program yang telah dilaksanakan, dengan haraapan bahw rencana/program tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama sebelumnya. Dalam pelaksanaan rencana/program tersebut, sangat memungkinkan terdapat banyak masalah. Masalah yang tibul dapat bersumber dari kelemahan sumber daya manusianya yang mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan, atau mungkin pula faktor eksternal yang tidak terduga. Untuk itu, secara dini semua pihak harus mampu memeridiksi semua kemungkinan yang bisa terjadi, kemudian menyiapkan alternatif-alternatif pemecahan masalahnya. Namun, ketika pada tahap awal ini terlewatkan, langkah pemantuan bersamaan dengan waktu pelaksanaan kegiatan harus dihadapi segera. Kegiatan pemantauan, pencatatan masalah dan penangannya ini disebut tindakan pengawasan.

Untuk mengetahui bagaimana pelakanaan pengawasan di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang dalam upaya pemugutan PBB di Kabupaten Sumedang telah terlaksana dengan baik atau belum, maka penulis mengacu pada langkah-langkah pengawasan dari Manullang yang terdiri atas :

1. Menetapkan Alat Pengukur

Dalam hal pedoman pengawasan pemungutan PBB, acuan pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB oleh Kepala Seksie PBB didasarkan pada Surat Perintah Kepala Kecamatan (Camat) yang berisi :


(30)

a. Melakasanakan monotoring Penyampaian perkembangan SPPT PBB.

b. Menyampaikan laporan mingguan Realisasi PBB, serta upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan pencapaian target PBB kepada camat setiap hari Senin.

2. Penilaian

Tahapan selanjutnya dalam tindakan pengawsan adlah melakukan penilaian dengan pengukuran apakah rencana yang telah ditetapkan sebelumnya telah terlaksana secara baik atau belum. Dalam pengawasan, evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakan hasil dari suatu kegiatan sesuai dengan harapan. Penilaian juga merupakan suatu proses pengukuran dan perbandingan antara hasil dan pekerjaan yang telah dicapai dengan hasil yang diharapkan dapat tercapai yang didalamnya mengandung beberapa unsur yang harus diperhatikan , yaitu :

a. Bahwa penilaian merupakan fungsi organik karena pelaksanaan fungsi tersebut turut menentukan keberhasilan suatu organisasi. b. Bahwa penilaian itu merupakan suatu proses, dalam arti bahwa

penilaian merupakan kegiatan yang terus menerus harus dilakukan oleh administrasi dan manajemen

3. Mengadakan Tindakan Perbaikan

Kegiatan pengawasan tidak akan mempunyai arti tanpa adanya tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang


(31)

ditemukan atau kegiatan yang tidak sesuai dengan hasil yang direncanakan. Meskipun denikian, kegiatan pengawasan tidak selalu diakhiri atau disetujui dengan tindakan koreksi. Sebab apabila tidak ditemukan adanya masalah/penyimpangan maka tindakan koreksi tidak diperlukan lagi.

3.2.2 Surat-surat Yang Di Perlukan Dalam Pemungutan PBB

Dalam Pajak Bumi dan Bangunan, ada beberapa macam surat yang dikeluarkan guna membantu di dalam administrasi dan realisasi pemungutan pajak yaitu :

1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

2. Surat Ketetapan Pajak Bumi Dan Bangunan (SKPBB)

3. Surat pemberitahuan Pajak Terutang Dan Tata Cara Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan.

Ketiga jenis surat ini dipergunakan sebgaai alat guna mempermudah di dalam pemungutan PBB, baik dari Masa Pra Penentuan besarnya Pajak sampau pada Masa Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berikut tentang penjelasan, hal-hal yang berkaitan dengan 3 jenis surat tersebut, yaitu :

1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana bagi Wajib Pajak (WP) untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang.


(32)

Di dalam mendapatkan SPOP, ada beberapa hak yang dimilki wajib pajak, antara lain yaitu :

 Memperoleh formulir SPOP secra gratis setiap Kantor Pelayanan PBB, Kantor Penyeluhan Pajak, atau tempat yang ditunjuk.

 Memperoleh penjelasa, keterangan tentang tata cara pengisian maupun penyampaian kembali SPOP pada Kantor Pelayanan PBB / Kantor Penyeluhan Pajak.

2. Surat Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan

Surat Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang memberitahukan besarnya pajak yang terutang, termasuk denda administrasi kepada Wajib Pajak (WP).

Surat Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan memuat berita mengenai besarnya pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak yang dapat disebabkan oleh SPOP tidak diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta tidak ditandatangani Wajib Pajak. Atau pengembalian SPOP lewat 30 hari setelah diterima Wajib Pajak sebesar pokok pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% dihitung dari pokok pajak.

Dalam penerbitannya SKPBB dapat disampaikan melalui Kantor Pelayanan PBB/Kantor Penyeluhan Pajak, Kantor Pos dan Giro, Pemerintah Daerah. Yang harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah SKPBB diterima oleh Wajib Pajak.


(33)

3. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

Surat Pemberitahuan Pajka terutang (SPPT) adalah Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) mengenai pajak terutang yang harus dibayar dalam 1 (satu) tahun periode tertentu.

3.2.3 Pencatatan Perhitungan PBB

Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya NJKP adalah sebagai berikut :

1. 40% untuk objek pajak perumahan yang wajib pajaknya perseorangan dengan NJOP sama atau lebih dari Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

2. 20% untuk objek pajak lainnya. Besarnya tarip PBB adalah 0,5%

Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP a.

= 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)

b.

= 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)

Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB


(34)

3.3 Pembahasan Hasil Kerja Prakatek

3.3.1 Analisis Pelaksanaan Pengawasan Pemungutan PBB

Untuk pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB yang ada pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah masih banyak wajib pajak yang kurang mengerti mengenai pembayaran pajaknya yang di tetapkan. Hal ini di karenakan kurangnya sosialisasi dari pihak perimbangan kepada wajib pajak yang akan membayar pajaknya . Dengan adanya masalah yang timbul maka pihak perimbangan akan lebih meningkatkan lagi kualitas dan kinerja pegawai terutama dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak tentang penjelasan atau sosialisasi mengenai pengawasan yang telah di tetapkan dalam pembayaran pajaknya.

3.3.2 Analisis Surat-surat Yang Di Perlukan Dalam Pemungutan PBB Mengenai surat-surat yang di perlukan dalam pemungutan PBB sudah cukup jelas. Sehingga dalam hal ini tidak ada masalah maupun hambatan yang cukup berat antara wajib pajak dengan pihak Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang karena surat-surat tersebut telah di tetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada.

3.3.3 Analisis Pencatatan Perhitungan PBB

Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang di dalam pencatatan perhitungan PBB sudah mengikuti prosedur yang ada, namun letak permasalahannya sendiri ada pada pihak wajib pajak. Misalnya, wajib pajak kurang bayar dan telat bayar, maka wajib pajak secara tidak di sadari dikenakan sanksi berupa bunga atau sanksi


(35)

pidana. Solusinya adalah dari pihak perimbangan ,terutama pihak yang menangani perhitungan PBB harus lebih memberikan penjelasan kepada wajib pajak mengenai pembayaran pajaknya kepada wajib pajak agar tidak terjadi kesalahpahaman dari pihak wajib pajak.


(36)

36 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek ini, penulis mencoba menarik kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dalam pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang melakukan perencanaan realisasi target PBB dengan harapan bahwa rencana/program tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama sebelumnya.

2. Untuk surat-surat dalam pemungutan pajak ini dipergunakan sebagai arsip alat guna untuk mempermudah di dalam pemungutan PBB.

3. Dalam pencatatan perhitungan PBB ini dilakukan saat pemungutan PBB yang diisi oleh wajib pajak dan di periksa oleh pihak pegawai di bidang perimbangan.


(37)

4.2 Saran

Sebagai akhir dari penulisan laporan kerja praktek ini, penulis mencoba memberikan saran-saran yang bersifat membangun. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk kelancaran kinerja para pegawai dalam bidang yang berhubungan dengan pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB penempatan pegawai disesuaikan dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing agar tidak terjadi kesalahpahaman, karena tiap-tiap bidang mempunyai fungsi dan tanggung jawab masing-masing yang saling berhubungan dengan kelancaran bidang lainnya.

2. Untuk menangani surat-surat yang diperlukan dalam pemungutan PBB penempatan pegawai disesuaikan dengan bidangnya masing-masing. 3. Dalam pencatatan perhitungan PBB sebaiknya menggunakan Excel, agar


(38)

38 Salemba empat.

Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo. 1997. Akuntansi Di Indonesia, Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo, Drs., MBA., Akt, 2002. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset

Waluyo dan Ilyas, WB. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Rochmat Soemitro yang dikutip “Perpajakan”. (2003:5)

Sumber-sumber Lain


(39)

39

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Nurhayati Simamora Tempat tanggal lahir : Medan, 28 Juni 1988

Agama : Kristen

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Haur Mekar No. A 28 Bandung 40125

DATA PENDIDIKAN

SDN Manangga II Sumedang 1994-2000

SLTPN 7 Sumedang 2000-2003

SMAN 1 Sumedang 2003-2006

Sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswa di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Bandung tahun pendidikan 2010/2011.


(40)

i

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dakarunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Tinjauan Atas Pelaksanaan Pengawasan Pemungutan PBB Di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang”.

Dalam hal ini penulis telah berupaya dengan sebaik mungkin guna menghasilkan sebuah karya tulis. Namun penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan dan kritik yang berhubungan pembahasan dalam laporan kuliah kerja praktek ini akan diterima dengan senang hati. Penulis berharap agar laporan kuliah kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk ayahanda dan bunda tersayang yang selalu memberikan dukungan baik moril, maupun materil serta doa dan kasih sayang yang tulus dan bimbingannya yang begitu besar untuk dapat menyelesaikan laporan ini. Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :


(41)

ii

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

4. Surtikanti., SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan laporan kerja praktek ini.

5. Seluruh Staf Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

6. Bapak Dedi Suhenda selaku Kepala Seksi Bagi Hasil Pajak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukankerja praktek.

7. Bapak Dedi Zaenudin, selaku pembimbing penulis selama menjalankan kerja praktek pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang. 8. Seluruh Staff di bagian hasil pajak dan bukan pajak Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang yang telah membimbing penulis dalam melakukan Praktek Kerja Lapangan.


(42)

iii penulis.

10.Buat kakakku tercinta Lora Mamora dan adikku tercinta Binsar Mamora dan Paimin Mamora terima kasih atas dorongan semangat dan doanya selama ini.

11.Sahat Fernando Siregar terkasih yang selalu menjadi penghibur hati dan selalu memberikan semangat dan doanya selama ini.

12.Sahabat-sahabatku Raja, John, Dianne, Legi, terima kasih atas dukungan, bantuan dan doanya pada penulis.

13.Teman senasib seperjuangan 4AK2, terima kasih atas ilmu dan bantuannya.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca serta pihak-pihak yang membutuhkan pada umumnya.

Bandung, Desember 2010

Nurhayati Simamora 21107080


(1)

37

4.2 Saran

Sebagai akhir dari penulisan laporan kerja praktek ini, penulis mencoba memberikan saran-saran yang bersifat membangun. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk kelancaran kinerja para pegawai dalam bidang yang berhubungan dengan pelaksanaan pengawasan pemungutan PBB penempatan pegawai disesuaikan dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing agar tidak terjadi kesalahpahaman, karena tiap-tiap bidang mempunyai fungsi dan tanggung jawab masing-masing yang saling berhubungan dengan kelancaran bidang lainnya.

2. Untuk menangani surat-surat yang diperlukan dalam pemungutan PBB penempatan pegawai disesuaikan dengan bidangnya masing-masing. 3. Dalam pencatatan perhitungan PBB sebaiknya menggunakan Excel, agar


(2)

38

DAFTAR PUSTAKA

Soeparman Soemahamidjadja “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”. (2001:5) Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta :

Salemba empat.

Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo. 1997. Akuntansi Di Indonesia, Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo, Drs., MBA., Akt, 2002. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset

Waluyo dan Ilyas, WB. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Rochmat Soemitro yang dikutip “Perpajakan”. (2003:5)

Sumber-sumber Lain


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Nurhayati Simamora Tempat tanggal lahir : Medan, 28 Juni 1988

Agama : Kristen

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Haur Mekar No. A 28 Bandung 40125

DATA PENDIDIKAN

SDN Manangga II Sumedang 1994-2000 SLTPN 7 Sumedang 2000-2003 SMAN 1 Sumedang 2003-2006

Sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswa di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Bandung tahun pendidikan 2010/2011.


(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dakarunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Tinjauan Atas Pelaksanaan Pengawasan Pemungutan PBB Di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang”.

Dalam hal ini penulis telah berupaya dengan sebaik mungkin guna menghasilkan sebuah karya tulis. Namun penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan dan kritik yang berhubungan pembahasan dalam laporan kuliah kerja praktek ini akan diterima dengan senang hati. Penulis berharap agar laporan kuliah kerja praktek ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk ayahanda dan bunda tersayang yang selalu memberikan dukungan baik moril, maupun materil serta doa dan kasih sayang yang tulus dan bimbingannya yang begitu besar untuk dapat menyelesaikan laporan ini. Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :


(5)

1. Dr. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

4. Surtikanti., SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan laporan kerja praktek ini.

5. Seluruh Staf Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

6. Bapak Dedi Suhenda selaku Kepala Seksi Bagi Hasil Pajak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukankerja praktek.

7. Bapak Dedi Zaenudin, selaku pembimbing penulis selama menjalankan kerja praktek pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang. 8. Seluruh Staff di bagian hasil pajak dan bukan pajak Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sumedang yang telah membimbing penulis dalam melakukan Praktek Kerja Lapangan.


(6)

iii

9. Mama dan Bapak tercinta yang telah memberikan dorongan dan dukungan baik secara moril maupun materil serta perhatian dan curahan kasih sayangnya yang dapat memberikan semangat kepada penulis.

10.Buat kakakku tercinta Lora Mamora dan adikku tercinta Binsar Mamora dan Paimin Mamora terima kasih atas dorongan semangat dan doanya selama ini.

11.Sahat Fernando Siregar terkasih yang selalu menjadi penghibur hati dan selalu memberikan semangat dan doanya selama ini.

12.Sahabat-sahabatku Raja, John, Dianne, Legi, terima kasih atas dukungan, bantuan dan doanya pada penulis.

13.Teman senasib seperjuangan 4AK2, terima kasih atas ilmu dan bantuannya.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca serta pihak-pihak yang membutuhkan pada umumnya.

Bandung, Desember 2010

Nurhayati Simamora 21107080