5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
Dewasa ini semakin banyak instansi pemerintah maupun swasta di berbagai negara yang melakukan pengadaan barang dan jasa melalui media
elektronik. Istilah ini dikenal dengan e-procurement. Namun, pelaksanaan e- procurement
masih dilakukan secara parsial, antara perusahaan peserta lelang dan panitia lelang masih melakukan proses tatap muka secara langsung. Terutama
pada pelelangan jasa konstruksi. Kecenderungan untuk mengembangkan sistem e-procurement sebagai
sarana dalam proses pengadaan barang dan jasa semakin meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di
bidang telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan e-procurement tidak lagi hanya menjadi monopoli kota-kota besar. Tetapi, secara bertahap sudah dapat
dinikmati oleh masyarakat yang berada di kota-kota di tingkat kabupaten. Artinya, pelaku usaha konstruksi akan dapat mengakses internet dengan mudah.
Di samping peningkatan infrastruktur di bidang telekomunikasi, instansi pemerintah maupun pelaku usaha konstruksi terus melengkapi dirinya dengan
berbagai fasilitas yang memungkinkan dirinya untuk bersentuhan dengan dunia global melalui internet. Berbagai fasilitas yang dimaksud antara lain adalah
berupa pengadaan perangkat komputer laboratorium komputer, koneksi ke internet internet connectivity, pengembangan website, pengembangan Local
Area Network LAN, dan pengembangan intranet.
2.2. Definisi E-Procurement
Pengadaan jasa konstruksi secara elektronik adalah sistem pengadaan jasa konstruksi yang proses pelaksanaanya dilakukan secara elektronik dan berbasis
web dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 207PRTM2005 Tentang Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah Secara Elektronik.
6
2.3. Tujuan E-Procurement
Tujuan dari implementasi e-procurement dalam bidang konstruksi adalah : 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengadaan barang dan jasa.
2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. 3. Memudahkan sourching dalam memperoleh data dan informasi tentang
pengadaan jasa konstruksi. 4. Menjamin persamaan kesempatan, akses dan hak yang sama bagi para
pihak pelaku pengadaan jasa konstuksi. 5. Menciptakan situasi yang kondusif agar terjadi persaingan yang sehat
antar penyedia jasa konstruksi. 6. Menciptakan situasi yang kondusif bagi aparatur pemerintah dan
menjamin terselenggaranya komunikasi secara on-line untuk mengurangi intensitas pertemuan langsung antara penyedia jasa konstruksi dengan
panitia pengadaan dalam mendukung pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN.
2.4. Tahapan Pelaksanan E-Procurement