Kemungkinan pembudidayaan ikan kapiek (Puntius schawanefeldi BLKR.) dari Sungai Kampar, Riau

PENDAHULUAN

Latar Belakanq
~ a m p a isaat ini ikan tetap merupakan salah satu
ber

penting

protein yang paling murah,

dan

menyediakan

porsi terhesar protein yang dikonsumsi manusia.
perikanan

sum-

Produksi


dunia saat ini mencapai 80 hingga 85

juta

ton

juta

ton

berasal dari perikanan tangkap, dan 10 sampai 15 juta

ton

setiap

tahun,

dengan


perincian 70 sampai

75

Ditinjau

berasal dari produksi budidaya (Huisman, 1984).
dari

perkembangan produksi selama 30 tahun terakhir

ini,

produksi perikanan sebesar tersebut telah mencapai tingkat
yang

stabil dan optimum, artinya dalam jangka waktu

sebut


tidak

berarti,
sebut

produksi

hanya berfluktuasi sekitar itu saja.

dapat

perairan

terjadi lagi adanya kenaikan

dimaklumi, karena saat

yang

konvensional


ada, atau

semua

ini

Hal

hampir

sumber-sumber

teryang
ter-

seluruh

perikanan


telah dieksploitasi secara optimum,

kecuali

beberapa sumber di perairan tropis, dalam ha1 ini termasuk
beberapa sumber di perairan Indonesia.
duksi

budidaya

delapan

persen

meningkat
setahun,

dengan
dan


Sementara itu pro-

pesat,

pada

saat

yaitu
ini

sekitar

sumbangan

produksi budidaya telah mencapai 20 persen dari total ikan
yang dikonsumsikan oleh manusia.

Dibandingkan


dengan

bagian

dunia

lain,

sumbangan

budidaya pada produksi perikanan di Asia, jauh lebih
arti, terutama bagi produksi perikanan yang
oleh

manusia.

perikanan

Besar sumbangan


yang dikonsumsi manusia untuk

-

berkisar antara 10

Asia,

budidaya

54 persen.

ber-

dikonsumsikan
pada

produksi

beberapa


Negara

negara

yang

ter-

tinggi sumbangan budidayanya adalah China yaitu 54 persen,
dan terendah Malaysia yaitu 10 persen, dan Indonesia

sen-

diri baru mencapai 11 persen (Huisman, 1984).
Dalam

praktek

budidaya, dewasa


ini

telah

dikenal

sejumlah

spesies ikan yang umum dibudidayakan pada

budidaya

ikan

sedang.

Spesies ikan yang dibudidayakan

satu


negara

air

tawar

ikan

sedemikan

dan

daerah

yang

usaha

budidayanya

telah

dalam ha1

tingkat

berkembang

daerah

perkembangan

budidaya suatu spesies ikan (Ling, 1977).
Horvath
daya

daerah

Di suatu negara mungkin saja suatu

jauh, sementara di negara atau

terjadi

antara

satu

masih bersifat eksperimen atau usaha coba-coba.
sama

beriklim

beragam

dengan negara lain, dan antara

dengan daerah lainnya.
spesies

tropis

usaha

lainnya

Hal

yang

teknologi

Woynarovich dan

(1981) telah menginventarisir spesies ikan

di daerah tropis dan daerah beriklim sedang,

buditetapi

di antara spesies yang telah diinventarisir tersebut masih
banyak

yang

belum

dikembangkan

sebagai

ikan

budidaya

termasuk beberapa spesies ikan yang ditemukan di Indonesia

seperti ikan jelawat {Le~tobarbushoeveni), patin
sius

panqasius), dan ikan kapiek (Puntius

(Panqa-

schwanefeldi).

Selanjutnya dikemukakan bahwa pemilihan spesies ikan untuk
pada mulanya didasarkan atas

dibudidayakan,

usaha

coba hingga diketahui apakah suatu spesies ikan

coba-

mempunyai

kualitas

yang baik untuk dikembangkan atau tidak.

demikian

ada pula suatu spesies ikan yang

Namun

tetap

dibudi-

dayakan bukan karena mempunyai kualitas yang baik,

tetapi

tetap dibudidayakan karena tidak tersedianya spesies

lain

yang lebih baik.
Webber

dan

Riordan

(1976)

mengemukakan

berbagai

kriteria yang seharusnya dipenuhi oleh suatu spesies ikan
yang

akan dikembangkan sebagai ikan

dimaksud
tujuan

mencakup

kriteria

yang

budidaya.

harus

pemasaran dan kriteria biologis.

Kriteria

dipenuhi
Dalam

untuk

kriteria

biologis ikan yang akan dikembangkan sebagai ikan budidaya
antara

lain

tinggi,
konversi

dapat

mempunyai

tumbuh hingga

makanan

memperoleh
tidak

dituntut

laju

mencapai

yang efisien, mudah

pertumbuhan
ukuran

tertentu,

menghasilkan

bibit ikan untuk memperbaharui

rentan terhadap kondisi yang

yang

atau

populasi,

kurang

dan

menguntungkan

seperti pencemaran dan penyakit.
Budidaya

ikan

air tawar di Indonesia

adalah

satu usaha perikanan yang diprioritaskan untuk
kan

bersama-sama dengan perikanan tuna

dan

salah

dikembang-

pertambakan.

Produksi budidaya ikan air tawar ditujukan untuk
kebutuhan
usaha

memenuhi

domestik, sedangkan ikan tuna, dan udang

pertambakan

Agriculture

ditujukan untuk

Directorate

ekspor

hasil

(Ministry

General of Fisheries

and

of

Asian

Development Bank, 1988).
Di Indonesia terdapat sekitar 15 spesies ikan air ta1977).

Per-

kembangan budidaya ikan air tawar di Indonesia juga

tidak

war

yang

merata.
Utara,

Sumatera

Aceh, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan,

sementara

masih

(Ling,

Di beberapa daerah seperti pulau Jawa,

budidaya

daerah

telah umum dibudidayakan

ikan

air

tawar sudah

lebih

dulu

d i daerah-daerah lain, dalam ha1

berkembang,

ini

Riau perkembangan usaha- budidaya ikan
berada dalam tahap awal sekali.

usaha

termasuk

air

tawar

Spesies ikan

dibudidayakan di daerah-daerah disebut terdahulu
di

ternyata

tidak

selalu

lain,

karena kondisi daerah dan kualitas lingkungan

berbeda-beda.

cocok untuk dikembangkan

yang

daerah-daerah

Disamping itu tidak tersedianya bibit

yang
ikan

secara lokal, merupakan salah satu penghambat bagi perkembangan budidaya ikan di daerah-daerah lain (Fauzi, 1978).
Dalam pengembangan budidaya ikan air tawar
meningkatkan

budidaya

spesies

ikan

yang

disamping

telah

lama

dikenal, juga ada usaha-usaha untuk memperkenalkan spesies
ikan
untuk

yang didatangkan dari luar negeri,

dan

usaha-usaha

mendomestikasi spesies ikan liar lokal yang

banyak

ditemukan

hidup di beberapa perairan umum

Domestikasi
samping
juga

atau

pembudidayaan spesies

mengantisipasi

adanya

tangkapan

perairan

umum

ikan

budidaya,

mengatasi

semakin

di-

liar,

atau

menurunnya

(Welcome,

1985).

terutama

di-

semakin meningkatnya aktifitas manusia yang

ada

Penurunan
sebabkan

di

kecenderungan

Indonesia.

ikan

ditujukan untuk menambah spesies

merupakan tindakan yang tepat untuk

hasil

di

hasil tangkapan di perairan umum

hubungannya dengan sungai atau perairan umum lainnya, yang
menimbulkan

pendangkalan

dan

pencemaran,

yang

pada

mengakibatkan terganggunya aktifitas hidup

akhirnya

ikan

dan hewan air lainnya yang hidup di perairan tersebut.
Di

daerah Riau, ikan air tawar mempunyai peran

cukup berarti dalam penyediaan ikan untuk konsumsi
duk, terutama bagi mereka yang mendiami daerah
walaupun
sebut

kecil

dibandingkan

lautnya {Fauzi, 1981).

dengan

pendu-

pedalaman,

daerah

ter-

produksi

ikan

sebenarnya produksi ikan air tawar

sangat

Ikan air tawar daerah ini sebagian

besar

dihasilkan oleh kegiatan perikanan tangkap di

airan

umum

sementara
sama

yaitu

sekitar 11.225 ton

produksi
sekitar

335

Directorate

General

of Fisheries and

.

pada

ikan hasil budidaya pada

hanya

Bank, 1988)

yang

ton

(Ministry

tahun
tahun

per1985,

yang

of

Agriculture

Asian

Development

Perairan

umum daerah ~ i a umeliputi 15

dan sedang, rawa-rawa, dan danau-danau,
mempunyai
produksi

luas sekitar 296.500 ha, dan mempunyai
ikan

sebesar 14.425 ton

besar

dan keseluruhannya

pada

potensi

setahun

Jadi dengan produksi sebesar 11.425

1981).

sungai

(Fauzi,

ton pada tahun

1985,

berarti potensi yang telah dimanfaatkan telah

capai

sekitar 80 persen.

ini

terlihat

kegiatan

pula

budidaya

Sejak beberapa

kecenderungan
ikan

tahun

semakin

air tawar

di

men-

terakhir

meningkatnya

daerah

tersebut.

Selain membudidayakan spesies ikan yang telah umum dibudidayakan di daerah lain di Indonesia, petani ikan

setempat

juga mencoba membudidayakan spesies ikan liar lokal dengan
memanfaatkan
urnum.
ikan

anak-anak ikan yang diperoleh dari

perairan

Spesies ikan yang dicoba dibudidayakan oleh
di

daerah

schwanefeldi)
samping

tersebut adalah

ikan

kapiek

petani

(Punitius

dan ikan lemak (Le~toharbushoeveni).

spesies-spesies tersebut, di beberapa

Di-

daerah

di

Sumatera juga ada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencoba
membudidayakan ikan patin (Pansasius ~ a n a a s i u s )yang
diternukan

di

sebagian besar perairan umum

daerah

namun demikian hingga saat ini petani ikan di daerah

juga

Riau,
ter-

sebut masih mengalami kesuLitan untuk nemperoleh bibitnya.
Khusus untuk daerah Kampar, yaitu daerah sepanjang
utama

aliran

Sungai

Kampar, ikan kapiek merupakan pilihan

bagi

petani

untuk dibudidayakan, karena disamping mudah

untuk

memperoleh bibit ikan dari perairan alami setempat,

ikan

kapiek juga merupakan spesies ikan yang digemari di daerah
tersebut,

dan

selalu ada

upacara-upacara
pelihara
ikan

dalam

tertentu.

hidangan-hidangan

pada

Pada mulanya, ikan kapiek

guna menunggu hari pasar atau untuk

hasil tangkapan dari sungai yang masih

di-

membesarkan
kecil-kecil.

Selanjutnya dengan adanya pembangunan irigasi yang ditujukan

untuk

pertanian padi, petani

setempat

mencoba

me-

melihara ikan tersebut di kolam atau sawah.
salah

satu

pengembangan
adalah

kendala

budidaya

dalam

utama

ikan

dalam

air tawar

peningkatan

dan

hingga

ini

ha1 penyediaan bibit ikan

saat

untuk

pembaruan

populasi

setelah panen atau tujuan perluasan usaha.

tersebut

terjadi

karena

sebagian

besar

lingkungan buatan manusia, termasuk

spesies

ikan

yang

Chouihard, 1980).
satu

jalan

mijahan
untuk

telah umum

spesies

sempurna

sebagian

dibudidayakan

besar

(Davy

and

Untuk mengatasi kendala tersebut, salah

yang dapat ditempuh adalah dengan

buatan.

ikan

spesies

mengalami kesulitan untuk berkembang biak dengan
pada

Hal

Pemijahan

buatan

disamping

ikan yang mengalami kesulitan

usaha

pe-

ditujukan
untuk

ber-

kembangbiak

dengan sempurna pada lingkungan buatan,

juga

dimaksudkan

untuk

memperoleh bibit ikan

di

luar

musim

pemijahan, untuk maksud hibrididasi, peningkatan efisiensi
produksi,

mengurangi kehilangan telur ikan

yang

pada pemijahan secara alami, meningkatkan kelulusan

terjadi
hidup

larva

ikan,

dan untuk penyediaan telur atau

larva

ikan

untuk

praktek

seks

pada

(1986) mengemukakan bahwa pemijahan buatan

pada

ginogenesis atau

pengontrolan

budidaya monoseks (Donaldson and Hunter, 1983).
Lam

ikan dapat dilakukan melalui ancangan hormonal, lingkungan,
nutrisional, dan tingkah laku atau kehidupan sosial

ikan.

Sebelum melakukan pemijahan buatan pada suatu spesies ikan
tertentu, banyak ha1 yang perlu dipelajari terlebih dahulu
yang mempunyai keterpautan denqan reproduksi ikan tersebut.
Baberapa aspek reproduksi ikan yang perlu diketahui
usaha

dalam

pemijahan buatan dan domestikasi spesies ikan

tentu, adalah ukuran ikan pada saat pencapaian matang

tergo-

nad pertama, proses maturasi gonad, siklus reproduksi, fekunditas ikan, dan hubungan antara fekunditas dengan berat
atau

panjang

atau

mempengaruhi proses pematangan gonad

ikan.

Pada

aspek-aspek
antara

ikan, dan faktor lingkungan

lain

permukaan

ikan

yang masih hidup

tersebut

dipengaruhi

suhu perairan,

air

di

oleh

fluktuasi

di suatu perairan,

yang
dan

berperan
pemijahan

perairan
banyak
tinggi

ketersediaan

alami,
faktor,

rendahnya
substrat

untuk berpijah bagi spesies ikan tertentu, dan ketersedian
atau

kelimpahan

makanan

bagi

anak

ikan

yang

ditetaskan (Lowe-McConnel, 1977; dan Welcomme, 1985)

akan

Tuiuan Penelitian
Secara

garis besar penelitian ini

mempunyai

tujuan

sebagai berikut :
(1).

Mempelajari

beberapa aspek penting

reproduksi

kapiek (Puntius schwanefeldi) yang

ikan

hidup

di perairan alami Sungai Kampar, Riau.
(2).

Melakukan

percobaan

pemijahan

buatan

berupa

induksi ovulasi pada ikan betina.
(3).

Melakukan percobaan pemeliharaan anak ikan yang
ditangkap
pada

keramba

sungai
Secara

dari perairan alami (Sungai
terapung

yang

Kampar)

ditempatkan

di

.

lebih terinci, hal-ha1 yang

dipelajari

yang

ada keterpautannya dengan reproduksi ikan adalah :
(a).

Seksualitas,

dan ukuran ikan (jantan

dan

be-

tina) pada saat mencapai matang gonad pertama.
(b)

.

Nisbah

kelamin jantan-betina ikan contoh

yang

dikumpulkan selama penelitian
(c).

Kondisi

dan status maturasi gonad ikan

contoh

pada saat ditangkap berdasarkan pengamatan

ma-

kroskopis terhadap anatomi dan morfologi gonad.
(d).

Dugaan terhadap siklus reproduksi,
pemijahan ikan, dan ruaya ikan,

sifat-sifat

(e).

Fekunditas ikan

(f).

Indeks Gonad Somatik (IGS).

Pada percobaan pemijahan buatan, digunakan dua
hormon/senyawaan,

yaitu

EH (Ekstrak

(Human Chorionic Gonadotropin).

Hipofisa)

macam

dan

HCG

Hormon/senyawaan tersebut

diberikan pada ikan melalui suntikan intra-muscular

(IM),

secara tunggal atau kombinasinya.
Pada

percobaan pemeliharaan ikan dalam keramba

ditempatkan di sungai, dicoba diterapkan beberapa
padat
anak

penebaran dengan pemberian makanan

buatan.

ikan yang dipelihara diperoleh dari hasil

yang

tingkat
Anak-

tangkapan

di Sungai Kampar, dan lama pemeliharaan adalah 12 minggu.

TINJAUAEl PUSTAKA

Biolosi Ikan
Umum
Ikan kapiek (Puntius schwanefeldi) adalah salah
spesies

ikan air tawar penghuni daerah tropis.

Ikan

hidup di perairan sungai, danau, atau rawa, dan
di negara-negara India,
Di

Indonesia

ikan

ini

ditemukan

Srilangka, Malaysia dan Indonesia.

kapiek

ditemukan

di

Sumatera

Barat (Weber and de Beaufort, 1916;

Kalimantan

satu

dan

Grazimek,

1973; Lowe-McConnell, 1975; 1977).

Berdasarkan evolusinya, ikan kapiek digolongkan
ikan

air

tawar utama (primary freshwater

golongan

ikan

air

tawar yang

telah

fishes)

menghuni

pada
yaitu

perairan

tersebut sejak awal pertama ikan Teleostei (ikan bertulang
benar) muncul di perairan ini.

Jenis ikan ini tidak dapat

mentolerir air laut. Ikan yang termasuk dalam golongan ini
mewakili

ordo Ostariophysi, Dipnoi,

Mormyridae (Lowe-McConnel, 1975).
ikan

yang

Osteoglossidae,

Di daerah tropis, jenis

menghuni perairan tawar didominasi

Ostariophysi

(jenis-jenis puntius dan lele).

oleh

dan

adalah famili Cyprinidae (Lowe-McConnell,

jenis-jenis

ikan

yang

menghuni

ordo

Khusus

perairan tawar Asia, famili dari Ostariophysi yang
dominan

dan

perairan

di

paling
1977),

tawar

Indonesia
tidak

bagian Barat (Sumatera, Jawa

berbeda

khususnya

dan

dengan ikan perairan tawar

Kalimantan),

daratan

daratan Asia Tenggara (Inger, 1955;

Asia,

Inger

and

Chin, 1962).
Secara

umum, kehidupan ikan yang hidup

di

perairan

sungai di Sumatera dan Kalimantan Barat, dipengaruhi

oleh

dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau yang datang
silih berganti.

Sungai-sungai di dua pulau tersebut

umumnya mengalir melewati hutan hujan tropis lebat
curah hujan yang tinggi.
ngalami

banjir

sungai-sungai

dua

dengan

Secara teratur sungai-sungai me-

kali setahun.

Ikan

yang

tersebut pada umumnya bersifat

hidup

mobil,

selalu bergerak ke hulu atau ke hilir sesuai dengan
fluktuasi volume atau permukaan air di sungai.

sekitarnya,

di
dan

irama

Pada musim

hujan saat air di sungai melimpah dan menggenangi
hutan

pada

banyak spesies ikan bergerak

kawasan
ke

arah

hulu atau memasuki kawasan hutan yang telah tergenang air.
Pada

musim

surut,
hilir

kemarau atau pada saat air

spesies-spesies
atau

utama,

ikan tersebut

keluar dari kawasan hutan

di

bergerak
ke

tetapi ada pula spesies ikan yang

pada

genangan

Pada

umumnya spesies ikan yang bertahan

spesies

ikan

air yang masih tersisa di

yang tahan

(Lowe-McConnell,

1977).

terhadap
Ikan

sungai

arah

sungai

bertahan

kawasan

hutan.

tersebut

adalah

kondisi

kapiek

ke

aliran
tetap

mulai

deoksigenasi

tergolong

pada

kelompok

spesies

ikan yang menghindari

kondisi

deoksi-

genasi, dan pada musim kemarau ikan ini berada pada aliran
sungai utama.

Pada umumnya spesies-spesies ikan dari

mili Cyprinidae termasuk ke dalam kelompok ini,
kelompok

ikan yang tahan terhadap

kondisi

fa-

sedangkan

deoksigenasi,

terdiri dari spesies-spesies ikan dari famili-famili Siluridae, Ophiocephalidae, Anabantidae, Osteoglossidae, Polypteridae, dan Dipnoi (Welcomme, 1979).
Di

daerah

Riau, ikan kapiek

merupakan

spesies ikan hasil utama Sungai Kampar
dan

perairan umum lain di sekitarnya.

tangkap

namun

satu

Peta Lampiran 1 )
Ikan

dengan alat tangkap seperti rawai,

insang, dan pancing.
tahun,

(

salah

kapiek
jala,

ter-

jaring

Penangkapan ikan dilakukan sepanjang

khusus ikan kapiek,

puncak

penangkapannya

adalah pada musim kemarau yaitu pada saat permukaan air di
sungai mencapai titik paling rendah.
kadang-kadang
menggunakan

Pada waktu

tersebut

penangkapan dilakukan beramai-ramai

dengan

jaring atau alat penangkap yang terbuat

daun kelapa.

Dengan jaring atau alat tersebut

dari

terdahulu,

gerombolan

ikan

digiring ke bagian pinggir

sunqai

yang

berkerikil

atau pasir secara beramai-ramai.

Selain

ikan

kapiek
ikan

spesies

lemak

penting lain hasil Sungai

(Leptobarbus hoeveni),

motan

Kampar

adalah

(Tinnichthys

vailanti), baung (Macrones nemurus), kelabau (Osteochillus

kelabau),

tebengalan

(Puntius - 1 ,

dan

ikan

patin

(Pansasiud aanqasius) (Pulungan, 1983).
Ikan
petani

kapiek

juga telah

dicoba

dibudidayakan

setempat di kolam, dengan memanfaatkan

anak

oleh
ikan

yang ditangkap dari perairan alami (Sungai Kampar), tetapi
hingga

ini

saat

mijahkan

ikan

usaha-usaha yang

tersebut

di

dilakukan

lingkungan

untuk

buatan

me-

manusia

(kolam) belum berhasil (Fauzi, 1978).

Reproduksi
Secara

garis besar, perkembangan gonad

ikan

dibagi

atas dua tahap perkembangan utama, yaitu tahap pertumbuhan
gonad

hingga

ikan

(sexually

mature),

(gamet).

Tahap

mencapai

tingkat

dewasa

dan tahap pematangan

kelamin

produk

pertama berlangsung sejak

seksual

ikan

menetas

atav lahir hingga mencapai dewasa kelamin, dan tahap kedua
berlangsung

setelah

kedua

terus berlangsung dan

selama

akan

ikan

dewasa.

Selanjutnya,
akan

fungsi reproduksi ikan berjalan

proses

berkesinambungan
normal

(Langler,

Bardach, Miller, and Passino, 1977; Harvey and Hoar, 1979;
Davy and Chouinard, 1980).
Selama dalam proses perkembangannya, baik dalam tahap
pertumbuhan

maupun

pada tahap proses

pematangan

(gamet), gonad ikan akan mengalami serangkaian

produk

perubahan-

perubahan sitologik, histologik, dan morfologik.
dengan

perubahan-perubahan

mengalami

perubahan

tersebut

berat dan

gonad

volume.

Sejalan

juga

Untuk

akan

kegunaan

praktis, perubahan-perubahan berat, volume, dan morfologis
gonad,

sering dipakai sebagai indikator dalam

telah

sejauh

gonad

dalam

mana perkembangan yang telah
proses

oogenesis

pada

spermato-genesis pada ikan jantan.
dalam

ikan

menentukan

dialami

oleh

betina,

atau

Telah diketahui

berlang-

proses oogenesis dan spermatogenesis yang

sung

normal, gonad ikan akan selalu

berat dan volume.

mengalami

bahwa

perubahan

Dalam prakteknya, yang sering dijadikan

tolok ukur adalah pertambahan mutlak berat gonad ikan atau
perbandingan

antara berat gonad dengan berat tubuh

ikan.

Semakin jauh tingkat perkembangan oogenesis atau spermatogenesis,
ikan

maka nisbah antara berat gonad dan

akan

dijadikan
yang

semakin besar.
tolok

ruang

yang

biasa

Dalam ha1 volume,

ukur adalah bahagian

rongga

peritonium
jauh

gametogenesis berlangsung maka semakin besar

pula

terisi oleh gonad ikan, karena

peritonium yang terisi oleh gonad

Gupta,

tubuh

semakin

telah

proses

berat

1975;

(Ketchen,

Olatunde, 1978; Treasure, 1981;

1972;

Rinne

and

Wanjala, 1983; Abu-Hakimah, 1984; dan Abidin, 1986).
Nisbah
biasanya

antara

dinyatakan

(Effendie,

1985;

berat

gonad

dan

sebagai indeks

Olatunde,

1978;

berat

tubuh

gonad-somatik
atau

Scott,

ikan
(IGs)

1979).

Dadzie

(1980) dan Abidin (1986) mengemukakan

perubahan

IGS

pada ikan betina dan

berlangsungnya
genesis

ikan

bahwa

jantan

oogenesis pada ikan betina atau

adalah

sama.

IGS mencapai nilai

pola
selama

spermato-

maksimal

pada

saat ikan mencapai matang gonad (siap untuk memijah), baik
pada. ikan betina maupun pada ikan jantan.
Perubahan-perubahan

morfologik

yang

terjadi

gonad juga dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk

pada

menilai

sudah sejauh mana proses gametogenesis berlangsung.

Per-

ubahan-perubahan morfologik yang terjadi meliputi perubahan warna, bentuk, keadaan permukaan, pembuluh darah, serta
keadaan telur atau semen dalam gonad ikan (Jayaprakash and
Balakrishnannair,

1981;

Olatunde,

1978;

Babiker

and

Ibrahim, 1979).
Ikan betina.
pada

ikan

Gupta (1975) yang melakukan

pengamatan

mas (Cv~rinuscar~io), berdasarkan

perubahan

sitologik, histologik, dan morfologiknya, membagi

tingkat

perkembangan gonad ikan betina sebagai berikut:
Stadium

I

:

ovari muda (young ovari)

Stadium

I1

:

vakuolisasi sitoplasma

Stadium

I11

:

proses lanjut pendewasaan ovari

Stadium

IV

:

ovari dewasa (mature ovary)

Stadium

V

:

ovari matang (ripe ovary)

Stadium

VI

:

mijah

Pada

Stadium I (ovari rnuda), ovari

terlihat

berupa

dua benang berwarna bening yang memanjang pada kedua
rongga

perut

sejumlah
tahap

(peritonium).

oogonia,

Ovari

yang

perkembangan

awal, dan jaringan

berisi

muda

sedikit oosit yang masih

sisi

berada

pengikat.

pada
Oosit

pada ovari muda masih transparan, dan hanya dibungkus oleh
satu lapis sel-sel folikel.

Pada ikan mas diameter

oosit

pada stadium ini berkisar di antara 0.05 dan 0.15 mm.
Pada
dewasa

Stadium 11, ikan berada pada proses

kelamin.

Pada stadium

meningkat.

ini, telah mencapai
ikan.

Pada

vakuola

Berat ovari ikan mas
0.8

oosit

bertambah.

mulai

muncul pada sitoplasma.

paling besar 0.3
Pada
menguning,

mulai

dan jumlah oosit

terus

dari

membentuk

pada

stadium
tubuh

terlihat

vakuola-

berpenarnpilan

demikian

Granula-granula kecil pada

oosit

volume

hingga 20 persen dari berat

sitoplasma

kecil,

terkecil

ini ovari mulai

dan ukurannya, baik berat maupun

granula-granula,
terlihat

pencapaian

oosit

Pada stadium ini

pada ikan mas adalah

juga

diameter
mm

0.15

dan

mm.

stadium

111, ovari terlihat opaque

dan

oosit mulai dapat dilihat satu-persatu

mulai
dengan

mata telanjang malalui dinding ovari. Oosit mulai menumpuk
globul-globul kuning telur pada sitoplasma, dan

selanjut-

nya akan berbentuk vesikula-vesikula kuning telur.
terus

meningkat

ukurannya,

dan

pada

akhir

Oosit
proses

vitellogensis

diameter telur akan mencapai 0.70 mm.

Pada

stadium ini membran inti sel mulai terlihat dengan

jelas,

dan

bagian

nukleus-nukleus

yang

tadinya

berada

pada

perifer sekarang lebih menyebar secara merata.

Pada

saat

ini oolemma terlihat membungkus oosit, dan terlihat dengan
jelas lapisan-lapisan folikel dan granulosa.
Pada

IV, ovari telah

Stadium

mengisi

kuning

ovari

bertambah terus hingga mencapai delapan persen dari

berat

tubuh ikan.

peritonium.

dan

Berat

hampir

seluruh ruang

berwarna

Oosit matang pada ikan mas mempunyai inti sel

dengan diameter 0.15 mm.
Stadium
musim

V dicapai hampir bersamaan dengan

berpijah.

mencapai

Diameter oosit terus

mm.

0.90

Pada stadium ini

datangnya

meningkat

berat

hingga

ovari

telah

mencapai 20 persen dari berat tubuh ikan.
Pada

stadium

VI warna ovari

tidak

berbeda

dengan

warna ovari pada stadium sebelumnya, tetapi sebagian oosit
telah

keluar

(mijah).

Sementara itu

oosit

baru

mulai

mencapai tingkat kematangan yang terakhir.
de

Vlaming

perkembangan

(1983)

mengemukakan

oosit pada semua ikan

benar) adalah seragam.

bahwa

makanisme

Teleostei

(bertulang

Perbedaan hanya terdapat dalam ha1

rekruitmen dan waktu yang dibutuhkan untuk setiap
perkembangannya.

Selanjutnya de Vlaming

(1983)

stadium
membagi

perkembangan

oosit

(oogenesis)

pada

Teleostei

sebagai

berikut :
Tahap

1.

pertumbuhan

awal

(primary

growth

of

oocytes)
Tahap

2.

pertumbuhan

kedua

(secondary

growth

of

oocytes)
3.

Maturasi dan ovulasi

4.

Pemijahan (spawning)

Pada tahap perkembangan awal, oogonia terlihat

masih

sangat kecil, berbentuk bulat dengan inti sel yang
besar dibandingkan dengan sitoplasmanya.
berkelompok,
tunggal

tapi

dalam

perbanyak

kadang-kadang

ada juga

dalam

adanya

puncak-puncak

bentuk

terus

mem-

ikan

yang

dengan cara mitosis, dan pada

mempunyai siklus reproduksi tahunan
akan terlihat

Oogonia terlihat

stroma. Sementara itu oogonia

diri

sangat

atau tengah

tahunan,

pembelahan

oogonia.

Pada ikan yang berpijah sepanjang tahun, perbanyakan oogonia

akan terus-menerus berkesinambungan sepanjang
Transformasi

oocytes)

pada

oogonia menjadi oosit

tahap pertumbuhan ke-dua

(primary

ditandai

"diplotenem dari

dengan
meiosis

munculnya

kromosom

pertama.

Segera setelah itu folikel berubah bentuk

semula

pada fase

primer

tahun.

berbentuk skuamosa, menjadi bentuk

kapsul

Inti sel (nukleus) terletak pada bagian central
oleh

lapisan

sitoplasma

yang

sangat

dari

oosit.

dibungkus

tipis.

Pada

perkembangan

selanjutnya

nisbah volume inti

sel

dengan

sitoplasma akan meningkat dengan cepat, dan sementara

ratus

volume oosit secara keseluruhan, bertambah beberapa
kali.

Ukuran absolut inti sel juga bertambah besar,

mempunyai

multi nukleus yang menyebar di

(perinuclear

nucleulus).

Pada

bagian

perkembangan

selanjutnya

membentuk lapisan chorion, granulosa, membran,

theca

(Guraya, 1979).

muncul,

dan

oosit.

Selanjutnya

granulosa
membungkus

sel-sel granulosa
dalam

masih

oosit,

oosit.

Chorion

yang

terdiri

ini.

dengan
sel-sel

dari

yang

membran

dibentuk

pada

Struktur chorion berbentuk multilamellar

dan

Lapisan

pertama

(primary envelope) dibentuk oleh oosit, sedangkan

lapisan

berasal

ke-dua
losa.
akan

dua sumber yang berbeda.

dan

belum

bertambah jumlahnya dan membentuk lapisan

vitellin, zona radiata, dan zona pellucida
tahap

chorion

berdekatan

pertumbuhan

dan

pinggir

oosit

Pada tahap awalnya

itu

dari

(secondary envelope) dibentuk oleh sel-sel
Pada perkembangan selanjutnya dua lapisan

menyatu.

mempengaruhi

Proses pada sitoplasma

sel-sel

tersebut
granulosa

proses perkembangan berikutnya (Wallace

Selma, 1981).

Theca membungkus sel-sel epitel dari

kel.

Lapisan theca terdiri dari

ngan

kapiler.

fibroblast dengan

Pada tahap perkembangan ke-dua ini

butir lemak juga mulai terlihat ditumpuk pada
dan

granu-

bersamaan

dengan

itu

muncul

and

folijaributir-

sitoplasma,

"cortical

alveoli".

Butir-butir

lemak

ini selanjutnya akan

bertambah

besar

pada proses vitellogenesis.
Pada
kuning
itu

awal

proses

vitellogenesis,

gloguli-gloguli

telur terlihat mulai muncul, dan bersamaan

oosit

membengkak

secara

menyolok.

Pada

dengan

beberapa

spesies ikan, kuning telur membentuk kristal, tetapi
kebanyakan
bentuk

ikan

cair

Teleostei kuning

telur

pada

menyebar

dalam

Selman,

1981).

(Wallace, 1978; Wallace and

Selanjutnya pada beberapa spesies ikan, kuning telur tetap
menyebar
berapa
dan

hingga

spesies ikan kuning,

membentuk
ini

telur

telur diovulasikan, sementara

genesis

massa

terjadi

telur.

Penyatuan

phosphoprotein

Kuning

dan

perubahan-perubahan yang

ini kromosom berada pada tahap

meiosis ke-dua.
bermigrasi

kuning

saat-saat akhir proses vitellotelur

lipoprotein.
fisik

bersifat

biokimiawi terjadi pada proses maturasi

stadium

be-

tersebut akan menyatu

atau pada proses maturasi oosit.

Serentetan

kula

kuning

pada

pada ikan terdiri dari

dan

telur

pada

oosit.

Pada

"metaphasew

dari

Inti sel yang berada dalam germinal vesike bagian perifer

Pecahnya

germinal

matangan

oosit.

dan

kemudian

vesikula ini merupakan
Selanjutnya

oosit

tersebut diovulasikan ke lumen ovari.

yanq

pecah.

indikator
sudah

ke-

matang

Pemijahan
sendiri
dari

yang

proses

dapat

atau

oviposisi

merupakan

kejadian

mempunyai mekanisme kontrol
ovulasi.

Beberapa

yang

spesies

ikan

beberapa

spesies

ikan

terpisah
Teleostei

berpijah beberapa kali dalam satu musim

sementara

ter-

pemijahan,

mengeluarkan

telurnya

sekaligus dalam satu kali berpijah. Pada spesies ikan yang
dapat

berpijah beberapa kali dalam satu musim

pemijahan,

telur-telur yang dipijahkan dapat berasal dari telur-telur
yang

diovulasikan

pada waktu yang sama,

sementara

yang

memijahkan telurnya sekaligus dalam satu kali

jah,

telur-telur yang dipijahkan bisa pula

ikan
memi-

berasal

dari

telur-telur yang diovulasikan pada waktu yang berbeda

(de

Vlaming, 1983).
Pada
seluruh

ikan

Teleostei,

sering

terjadi

telur yang telah mengalami proses

Sahwa

vitellogenesis

dapat berkembang dengan sempurna atau diovulasikan.
gian oosit tersebut atau bahkan kadang-kadang
jika

kondisi lingkungan tidak mendukung,

degradasi
dikenal
Oosit

atau gaga1 diovulasikan.

mengalami

yang

demikian

follicle).

atresia akan diabsorbsi kembali

ovari (Bieniarz, Epler, Thuy, and

Scott, 1979; dan de Vlaming, 1983).

bahwa oosit yang mengalami atresia,

awali

dengan

oolemma,

Breton,

oleh

1979;

Gupta (1975) mengemu-

kakan

pecahnya

Seba-

seluruhnya,

akan

dengan sebutan oosit atresia (atretic

atau folikel

sel-sel

Oosit

tidak

dan

prosesnya

sejumlah

di-

sel-sel

granulosa akan mengintervensi kuning telur dan mempagositnya. Secara simultan sel-sel darah bebas yang berasal dari
rongga

antara

folikel akan memasuki

kuning

telur,

dan

Berdasarkan dinamika perkembangan oosit, Wallace

dan

selanjutnya folikel akan kehilangan bentuknya.

Selma (1980) dan de Vlaming (1983) mengklasifikasikan pola
perkembangan

ovari

pada ikan Teleostei atas

tiga

tipe.

Tipe pertama disebut dengan istilah tipe sinkronisme total
sin-

(synchronous oocyte development), tipe ke-dua adalah
kronisme kelompok (group-synchronous oocyte

development),

dan tipe ke-tiqa adalah asinkronisme (asynchronous
development).
nisme

oocyte

Pada ovari dengan pola perkembangan sinkro-

total, semua oosit dalam ovari dibentuk pada

waktu

yang bersamaan, tumbuh bersama-sama dalam melalui tahapantahapan

perkembangan,

dan tidak ditemukan

pada tingkat perkembangan yang berbeda.

adanya

oosit

Tipe ovari

demi-

kian ditemukan pada spesies ikan yang bersifat catadromous
atau

anadromous, yang mempunyai musim pemijahan yang

ngat

terbatas,

mencapai
ikan

dan

harus bermigrasi

cukup

lokasi pemijahan (spawning ground).

dengan

pola

perkembangan

sa-

jauh

untuk

Pada

ovari

sinkronisme

kelompok,

ditemukan paling tidak dua populasi oosit yang berada pada
tingkat perkembangan yanq berbeda. Kebanyakan spesies ikan
Cyprinidae,
Pada

ovari

mempunyai pola perkembangan
dengan

pola

ovari

perkembangan

demikian.

asinkronisme,

ditemukan
berbeda,

oosit pada berbagai tingkat

perkembangan

sementara itu oogonia baru terus

yang

muncul.

Tipe

ovari asinkronisrae ditemukan pada spesies ikan yang

pijah

sepanjang
spesies

tahun

ikan

dengan frekuensi

dengan

pola

yang

tinggi.

perkembangan

Contoh
demikian

ovari

adalah ikan seribu (Lebistes reticulatus) dan ikan
(Pancax pancax) yang banyak ditemukan di

timah

(Siregar, 1980)

beragam

kebanyakan
organ
tubuli
dapat

Bentuk testes pada ikan Teleostei

dibandingkan dengan vertebrata

Teleostei,

yang

Indonesia

.

Ikan jantan.
bih

kepala

testes

memanjang, yang

terlihat

terdiri

berupa

dari

seminiferus yang terbungkus oleh

berbentuk lobuli-lobuli yang berisi sex-sel
(Sundaraj , 1980)

Pada

sepasang

cabang-cabang

stroma.

tubuli denqan dinding yang

berbentuk

lain.

Testes

tipis,

.

jantan kurang mendapat perhatian para pakar

perikanan
menjadi

atau

atau

spermatogonia

Proses perkembangan testes atau spermatogenesis
ikan

le-

akuakultur, karena biasanya

pada

biologi

yang

sering

kendala dalam pengembangbiakan ikan adalah

galan proses maturasi oosit, ovulasi, atau oviposisi

kegapada

ikan betina (Davy and Chouinard, 1980)
Secara

sederhana

(Gupta, 1975) membagi

kernbangan gonad ikan jantan sebagai berikut :

tahap

per-

Stadium I

: testes muda

Stadium I1

&

I11 : pendewasaan testes
: testes dewasa

Stadium IV
Pada
penampilan
hingga

Stadium I penampilan testes hampir sama
ovari

pada tingkat

perkembangan

terkecuali
seks

sekunder yang nyata.

atau

tubuli

berbentuk

testes

cakram

nukleulusnya

dengan

berada

di

sel-sel

inti sel
tengah.

sama,
jantan

histologis,

mempunyai

Pada Stadium I,

berisi

ikan

pemeriksaan

pada spesies ikan yang

dengan

yang

kadang-kadang sulit untuk membedakan

ikan betina tanpa melakukan

dan

(immature testes)

tanda-tanda

lobuli-lobuli

spermatogonia

berbentuk
Sel-sel

yang

bulat

dan

spermatogonia

terlihat di dalam satu bungkusan atau siste.
Pada stadium berikutnya (II/III) spermatogonia
berubah

menjadi spermatid I.

Sementara itu

berubah posisi ke bagian pinggir lobuli.
an

selanjutnya

Jumlah
berubah

siste

spermatid
menjadi

akan bergerak

terus

bertambah

telah

Pada perkembang-

ke

dan

siste

telah

arah

interior.

sebagian

spermatozoa dewasa, dan

jumlahnya

telah
akan

bertambah.
Pada
dan

Stadium IV terlihat testes berwarna krem

putih

beratnya rnencapai lima persen dari berat tubuh

ikan,

dan mengisi sebagian besar ruang peritonium.
ini

sebagian

besar

lobuli-lobuli

telah

Pada stadium
terisi

oleh

spermatozoa dewasa, dan hanya sedikit spermatid. Spermatid
berada di bagian pinggir lobuli, sementara spermatozoa dewasa di bagian tengah.

Siklus
kembangan

re~roduksidan Demiiahan.

Dalam proses

untuk mencapai dewasa kelamin

(sexual

per-

matura-

tion) dan kemampuan memijah pertama sekali, banyak

faktor

yang turut berperan atau mempengaruh proses tersebut,
dapat

berbeda

untuk setiap spesies ikan.

Pada

ikan kecil-kecil dan yang masa hidupnya

spesies
akan

mencapai

jika

dibandingkan dengan spesies ikan yang

besar

umurnya lebih panjang (Lagler &

dan

Walaupun
berbeda

dewasa kelamin pada umur yang

umur
untuk

untuk

mencapai

tingkat

umumnya
singkat,

lebih

besar-

al.,

1977).

pada

kelamin
umumnya

ikan mununjukkan siklus reproduksi tahunan (annual),
tengah tahunan (biannual), dan siklus tersebut akan
berlangsung

selama fungsi reproduksi masih

muda

lebih

dewasa

setiap spesies ikan, tetapi

dan

normal

atau
tetap
(Bye,

1984; de Vlaming, 1983).

Mayoritas
menunjukkan

ikan

siklus

yang hidup di
reproduksi

luar

yang

daerah

tropis,

seirama

dengan

perubahan kondisi lingkungan di daerah tersebut, dan dalam
ha1

ini

faktor

yang

paling

dominan

adalah

lamanya

semi

atau awal musim panas, pada saat kondisi fisik

per-

airan dan persediaan makanan bagi anak-anak ikan yang akan
melimpah (Bye, 1984; Elliot, 1981;

ditetaskan
Hontela,
kondisi

1978; Sundaraj, 1981).
lingkungan

sangat

terbatas

perairan
massal

di

Di luar

yang optimum untuk

waktunya,

daerah

hingga

tersebut

daerah

memijah

ikan

biasanya

and

tropis,
biasanya

yang

mendiami

berpijah

dalam periode waktu yang sangat

dan

Peter

secara

singkat

(de

Vlaming, 1983; Harvey and Hoar, 1979).
Pada
daerah

ikan

tropis,

air

tawar yang hidup

terlihat bahwa musim

di

perairan

memijah

lebih

panjang waktunya.

Setiap individu ikan

mijah

pada

namun

demikian masih tetap terlihat adanya

waktu yang berlainan

dengan

umum

pada

ikan

dapat

individu

me-

lain,

puncak-puncak

musim pernijahan dalam setiap periode waktu tertentu (Peter
and Hontela, 1978).
Bye

(1984)

menyatakan

bahwa

faktor-faktor

yang

mengontrol siklus reproduksi ikan diperairan terdiri
faktor-faktor fisika, kimia, dan biologis.
fisika

Faktor-faktor

utama yang.mengontro1 siklus reproduksi

ikan

tawar di daerah beriklim dingin dan subtropis adalah
dan

lamanya

period).
adalah

penyinaran

rnatahari

dalam

dari

sehari

air
suhu

(photo-

Untuk ikan di daerah tropis, faktor fisika utama
arus dan substrat.

biasanya

perubahannya

Faktor-faktor fisika

lebih lambat

perairan

dibandingkan

dengan

faktor kimiawi.
an

yang

Selanjutnya faktor-faktor kimiawi perair-

mengontrol

kehidupan

ikan

siklus

lainnya

reproduksi

adalah

ikan

gas-gas

dan

aspek

terlarut,

pH,

nitrogen dan metabolitnya, alkalinity, kesadahan, dan zatzat

buangan

yang berbahaya bagi kehidupan

Faktor-faktor
ikan

di

biologik yang mengontrol siklus

dapat dibagi atas faktor biologis dalam

dan

faktor biologis luar (ekstrinsik).

dalam

meliputi

individu

perairan.

berbagai

faktor

(intrinsik)

Faktor

faktor fisiologik individu,

terhadap

reproduksi

biologik

dan

respons

lingkungan.

Faktor

biologik luar yang penting adalah pathogen, predator,

dan

kompetisi sesama spesies ikan tertentu atau dengan spesies
lain.
Kondisi

optimum

lingkungan

yang

meliputi

kondisi

fisik, kimiawi, dan biologik berbeda untuk setiap kegiatan
hidup ikan.

Suatu spesies ikan, bisa saja bertahan

hidup

(survive) pada kondisi tertentu, tetapi belum tentu dengan
kondisi demikian ikan dapat memijah, karena untuk
ikan

membutuhkan

Gillet,

1981).

menentukan
tersebut

kondisi yang lain
Faktor lingkungan

(Billard,
yang

memijah

Bry,

berperan

waktu pemijahan adalah suhu dan

dalam

lamanya

dapat bertahan, kualitas air terutama

and

suhu

yang

me-

nyangkut pH, oksigen terlarut, salinitas, pencemaran,

ke-

tersediaan
patan,

makanan, dan kondisi sosial lingkungan

kompetisi, dsb.).

(kera-

Khusus bagi ikan yang hidup

di

sungai

di daerah tropis, arus dan fluktuasi

tinggi

mukaan air merupakan faktor yang sangat menentukan
reproduksi

dan

musim

pemijahan

per-

siklus

(Lowe-McConnell,

1975;

1977; Sundaraj, 1981; Abidin, 1986).

Berdasarkan
mengemukakan

pola pemijahanya, Lowe-McConnell

empat

perairan

mengisi

tipe reproduksi ikan air

tropis.

Tipe

pertama

(1975)

tawar

disebut

istilah "big bang", yaitu spesies ikan yang

yang

dengan

berreproduksi

atau memijah hanya sekali seumur hidupnya, dan contoh ikan
dengan

ke

tengah

samudera untuk

memijah.

Tipe

adalah "total spawner", yaitu golongan ikan yang
kan

telurnya secara keseluruhan pada satu kali

Biasanya

yang

migrasi yang sangat jauh dari sungai atau

mengadakan
tawar

sp.

tipe reproduksi demikian adalah Anguila

golongan

ikan dengan tipe

ke-dua

memijahberpijah.

reproduksi

demikian

mempunyai fekunditas yang tinggi dan musim pemijahan
sangat terbatas.

air

yang

Migrasi ikan dengan tipe demikian biasa-

nya merupakan kebalikan dari tipe "big bangn, dan biasanya
tersebut

ikan

dengan
dua

memijah di hulu sungai

atau

danau.

Ikan

tipe "total spawner" biasanya memijah sekali

atau

kali dalam setahun yaitu pada saat
pada

famili

Cyprinidae, Characoidae, dan Siluroidae,

dalam

"partial

tipe

hujan.

mijah

spawner",

Beberapa

demikian.

atau

disebut

spesies

mengalami

banjir

ke

musim

sungai

ikan

Tipe

ke-tiqa

juga

dengan

dari

termasuk
adalah
istilah

"multiple spawner".

Tipe ke-tisa merupakan adaptasi

yang

sangat menguntungkan bagi reproduksi ikan yang berpijah di
sungai

dikaitkan

akibat

hujan

maka

dengan fluktuasi tinggi

atau banjir.

terhindarlah

total

oleh

spesies

arus

ikan

Dengan

memijah

bahaya kehilangan
sungai yang

permukaan

tidak

air

berkali-kali

telur-telur
menentu.

secara

Diantara

tipe "multiple spawnergm, terdapat

spesies

ikan yang melindungi telur-telur yang telah dipijahkan dan
biasanya fekunditas ikan dengan tipe mijah demikian, lebih
kecil jika dibandingkan dengan ikan dengan tipe mijah yang
sama

tetapi tidak melindungi telurnya.

ikan

dari famili Cyprinidae, Characoidae, dan

tergolong

pada

Beberapa

tipe mijah demikian.

Ikan

spesies

Siluroidea

dengan

tipe

'emultiplespawner", biasanya memijah pada saat banjir atau
pada

musim hujan pada saat permukaan air di sungai

Tipe ke-empat adalah "small brood spawnere'yaitu
ikan

air

kecil,

tawar

dan

pada

yang mempunyai
umumnya

fekunditas

merupakan

naik.

golongan

yang

spesies

sangat

ikan

yang

menjaga atau melindungi telur atau anak yang baru menetas.
Ikan

kayangan (Sclero~aqesformosus Mull

glossidae)
baru

Schl.,

Osteo-

yang rnengerami telur dan memelihara anak

menetas

pemijahan

&

di dalam mulutnya, termasuk ke

demikian, dan juga beberapa spesies

yang

dalam

tipe

ikan

dari

famili Chicclidae.
Welcomme
ikan

(1985) mengemukakan bahwa

tipe

yang hidup di sungai sangat beragam dan

reproduksi
beradaptasi

sesuai

dengan
di

ditemukan
laku

bermacam-macam

kondisi

sepanjang sungai.

lingkungan

Ciri fisik

ikan untuk reproduksi lebih beragam

fisik

dan

reproduksi

tingkah laku untuk makan.
ikan

seperti

telah

dan

yang

tingkah

dibanding

Hampir

dikemukakan

ciri

semua
oleh

tipe
Balon

(1975) ditemukan pada ikan yang hidup di sungai.
Pengertian umum dari fekunditas

Fekunditas.

adalah jumlah telur ikan betina sebelum

ikan

(oviposisi) pada waktu memijah.
fekunditas
mutlak.
lam

akan

dikenal

dikeluarkan

Dalam biologi

perikanan,

istilah

fekunditas

dengan

Pada spesies ikan yang berpijah beberapa kali da-

setahun, menghitung fekunditas dengan

dianggap
dan

demikian

kurang akurat, karena bertambah

cara

demikian

besar

individu

makin tinggi umur (sampai batas tertentu)
naik.

Oleh karena itu

Wootton

fekunditas

(1979) menghitung

fekunditas ikan yang berpijah beberapa kali dalam
dengan

pada

menghitung

rataan jumlah

telur

yang

setahun

dihasilkan

dalam satu kali mijah.
Fekunditas

pada

suatu spesies

ikan

antara satu individu dengan individu lain.
dikemukakan
dengan
ngaruhi

terdahulu, fekunditas

dapat

berbeda

Seperti

mempunyai

keterpautan

umur, panjang atau berat individu, dan juga
oleh

faktor genetis

dan

lingkungan

telah

dipe-

(Olatunde,

1978; Babiker and Ibrahim, 1979; Hulata, 1979; Dadzie
Wangila, 1980; Abidin, 1986).

and

Begenal

dan Braum (1968) menyatakan hubungan

antara

fekunditas dengan berat ikan sesuai dengan persamaan (1) :

F

adalah

fekunditas mutlak ikan, W

ikan, c dan d suatu konstanta.
fekunditas

mutlak

adalah

berat

Sedangkan hubungan

dengan panjang ikan

tubuh
antara

digambarkan

oleh

persamaan (2) :
F = a L~
F

(2)

adalah fekunditas mutlak ikan, L adalah

panjang

ikan, a dan b suatu konstanta yang nilainya dapat

total
berbeda

untuk setiap spesies ikan.
Fekunditas suatu spesies ikan, disamping

dipengaruhi

faktor genetis dan faktor lingkungan tertentu,

juga

dipengaruhi oleh ketersediaan makanan bagi,anak ikan

yang

oleh

akan ditetaskan (Wooton, 1979).
Ukuran
beragam
oleh

(diameter)

antar individu.
faktor

genetis,

telur untuk setiap

spesies

Diameter telur juga
lingkungan,

dan

dikonsumsi oleh individu (Scott, 1979).

dipengaruhi

makanan

lebih

diameter telur yang dipijahkan pada musim
kecil dari telur yang dipijahkan pada

atau banjir di sungai (Abidin, 1986).

yang

Pada ikan hampala

(Hampala macroleoidota, Cyprinidae) telah diketahui
rataan

ikan

bahwa

kemarau

musim

hujan

Pemiiahan Buatan
Kendala

utama yang sering muncul dalam

ngembangbiakan

ikan

praktek

budidaya atau ikan liar

yang

ingin

dibudidayakan adalah terhambatnya perkembangan gonad
terutama ikan betina, atau terhambatnya siklus
ikan

yang

terjadi

dipelihara di kolam.

pada

proses

genesis), atau

Kegagalan

pematangan

akhir

ini

and

terutama
(vitello-

Chouinard,

Untuk mengatasi kendala ini berbagai usaha

1980).

dilakukan,

ancangan

telah

dan sampai saat semua usaha yang telah

diklasifikasikan

dapat

atas empat macam,

dicoba

yaitu

hormonal, lingkungan, nutrisiunal,

ikan

reproduksi

oosit

pada proses ovulasi (Davy

pe-

melalui

dan

tingkah

laku/ kehidupan sosial ikan (Lam, 1985; 1986).
Penggunaan
ikan,

pemijahan

telah dikenal sejak Houssay pada tahun

pertama

kalinya

menyuntikkan
akan

hormon dalam menginduksi

berhasil

ekstrak

dipijahkan.

memijahkan

ikan

untuk

1931

dengan

hipofisa ikan lain pada

cara

ikan

yang

Selanjutnya, penemuan Houssay

ini

von Ihering di Braszilia, dan

kemudian

kembangkan

oleh

metode

ini

dikenal dengan istilah

1985).

Hingga saat ini hipofisasi masih merupakan

tradisional

pada

hipofisasi

dalam pemijahan ikan dan masih

(Mattay,

luas

metode
dipakai

terutama pada pemijahan ikan mas, (common carp), ikan
India
(Harvey

(Indian carps), dan ikan mas china (Chinese
and Hoar, 1979; Shedadeh,

di-

1975; Chouduri,

mas

carps)
1976;

dan

Yamazaki, 1976).

Walaupun

telah lama

sampai saat ini masih terdapat banyak

dikembangkan,

kelemahan-kelemahan

yang perlu mendapat perhatian untuk perbaikannya.
ini

saat

belum

ada keseragaman

dalam

ha1

Sampai

dosis

yang

digunakan (Yamazaki, 1976), dan disamping itu, masih sulit
ditentukan
fisa.

kadar gonadotropin yang dikandung

hipo-

oleh

Walaupun metode RIA (Radio-Imuno-Assay) dapat

gunakan untuk maksud ini, tapi sangat tidak praktis
digunakan

di

lapangan

(Breton, Jalabert,

di-

untuk

Bieniarz,

Sokolowska, and Epler, 1983; Crim, Meyer, Donaldson, 1973;
Tan and Dood, 1978; Peter and Hontela,

1978).

Sulitnya memperoleh ekstrak hipofisa ikan yang
dewasa

dan tingginya biaya yang diperlukan untuk

telah

membuat

ekstraknya, merangsang para ahli untuk mencoba menggunakan
gonadotropin yang berasal dari hewan bukan ikan
dan

manusia) dan hormon-hormon lain yang

peran

dalam

proses reproduksi ikan.

(mamalia,

diketahui

Disamping

itu

berdi-

gunakan pula senyawa-senyawa anti hormon dan prostaglandin
yang akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan dalam pengontrolan

reproduksi pada usaha peternakan hewan

besar

seperti

sapi dan kerbau (Lam, 1982).
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) ternyata
menginduksi ovulasi

pada

beberapa

spesies

berhasil

ikan

antara

lain, ikan ayu (Plecoslossus altivelins)

(Hirose,

1974),

(Heteropeneustes

Goswami,

1966),

fossili) (Sundaraj and

(Lutianus

canvuchanus)

beronang

(Siqanus

(Minton, Hawke, and Tatum, 1983),

canaliculatus) (Westernhagen,

mas

koki (Carassius auratusl (Huat, 1980;

and

Peter, 1979), belanak (Mumil ce~halus) (Liao,

dan

bandeng

(Chanos

chanos)

Nakajima, and Buri, 1979).
menginduksi
dengan

ovulasi,

spesies

(Liao,

1983),

Stacey,

Juario,

Cook,
1975),

Kumagi,

Dosis HCG yang digunakan dalam

beragam antara

lainnya, dan secara

spesies

yang

satu

beragam

keseluruhan

antara 0.1 IU/g berat badan badan dan 50 IU/g berat
ikan (Kuo, Shehadeh, and Nash, 1973).
sis

ikan

dite-

sangat tergantung pada tingkat kematangan

pada

dalam

banyak

dan Stevens (1966) menyatakan bahwa dosis yang

perlukan

itu

Hubungan antara do-

dan respons ikan sampai saat ini belum

liti,

badan

waktu penyuntikan.

HCG juga ternyata

menginduksi spermiasi pada ikan jantan,

oosit

efektif

dan

diperlukan dosis yang sangat rendah

hanya

di-

untuk

(Carreon,

Estocapio, and Enderez, 1976; Kuo et al., 1973).
LH-RH
analognya

(Luteinizing

Hormone-Releasing

Hormone)

juga telah dicoba digunakan dalam

usaha

induksi ovulasi ikan (Weil, Hansen, Hyam, Le-gac,
and

1986; Crim and Cluet; 1974, Crim,

Crim,

Billiard, 1976; Peter, 1980).
induksi
koki

ovulasi

(Carassius

f lavimanus)

.

auratus), dan ikan

Pada

ikan

mas,

Peter,

and

meng-

altivelis),

gobi

LH-RH

meng-

Breton,

LH-RH ternyata dapat

ikan ayu (Plecoslossus

dan

mas

(Xcanthosobius

yang

disuntikkan

ternyata

dapat menstimulir pematangan oosit

dan

ovulasi

dosis 1 ug/kg berat badan ikan (Sobolowska,

dengan

dan Bieniarz, 1976). LH-RH juga efektif dalam

menginduksi

ovulasi pada ikan anaplopoma (Anaplopoma fimbria)
dosis

mg/kg berat badan ikan.

0.2

hormon

Pada

dengan

percobaan

diberikan dengan satu kali suntikan,

dan

penyuntikan
badan

ini

ovulasi

berlangsung dua minggu setelah penyuntikan (Solar,
and Donaldson, 1987).

Popek

Baker,

Pada ikan hering (Clu~eaharenaus),

dengan LH-RH dengan dosis

0.02

mg/kg

ikan, memberikan respons yang positip

dan

berat
efektif

dalam menginduksi ovulasi dan spermiasi (Kreiberg, Hunter,
Donaldson,

Craig,

and

Baker, 1987).

DOCA (11-desoxycorticosterone-acetate) juga telah digunakan

untuk menginduksi ovulasi dan induksi

oosit pada ikan Clariidae, dan berhasil dalam

pematangan
menginduksi

ovulasi pada spesies lele (Heteropneustes fossili

Bloch.)

(Sundaraj

ovulasi

and Goswami, 1966).

juga dapat diinduksi

dengan

Pada ikan salmon,

menggunakan progesteron (17-

hydroxy- 20 13 -dihydroxy-progesterone)

(de Vlaming, 1983).

Clomiphene citrate (clomid) dan Tamoxiple (ICI46474),
keduanya merupakan antiestrogen, telah dicoba dalam

usaha

induksi pemijahan ikan, dan ternyata berhasil pada beberapa

spesies

Peter,
umpan

Toleostei (Breton et al., 1983;

1977).
balik

Antiestrogen

diperkirakan

(feedback) negatip

dari

Billard

and

menetralisir

estrogen

endogen,

hingga gonadotropin disekresikan ke dalam peredaran darah.
Clomid

dengan

Takahashi

sukses

(1976)

telah

dalam

oleh

digunakan

menginduksi

Ueda

ovulasi

dan

belut

(Misaurnus ansuillicaudatus) dan ikan lele (Heterowneustes
(Bhoumick, Kowtal, Jana, and Gupta, 1977).

fossili Bloch.)
Tamoxipen

dikombinasikan dengan gonadotropin ikan

berhasil

menginduksi

ovulasi

ikan

salem

salem,

(Donaldson,

Hunter, and Dye, 1982).
Prostaglandin
ovulasi
and

menstimulir pencahnya

berlangsung (Stacey and Pandey,

Sozolosi,

PGF2a ternyata

1975).

ovulasi (in vitro) telur ikan trout.
digunakan
adanya

untuk

oosit

prostaglandin
Prostaglandin
tingkah

laku

berhasil

menginduksi

yang

telah

(Jalabert,
juga

Breton,

dapat

1975;

dapat

and

pada ikan

tawes

menginduksi

dalam
ha1

(Puntius

dapat

ditemukan

menggunakan

Fostier,

mijah pada ikan, dan dalam

diamati

Jalabert

apabila

dengan

berperan

hingga

Prostaglandin

ovulasi

matang

folikel

1978).

menginduksi
ini

telah

aonionotus)

(Liley and Tan, 1985).
Seperti telah dikemukakan terdahulu, kebanyakan
di

perairan derah tropis dapat berpijah sepanjang

berpijah.
yang

tahun,

demikian masih terlihat adanya puncak-puncak

namun

Lam (1986) menyatakan bahwa faktor

saat ini belum begitu jelas.

Sering

musim

lingkunqan

mengontrol siklus reproduksi ikan di daerah

sampai

ikan

tropis,

dikemukakan

bahwa

kebanyakan spesies ikan tropis menyesuaikan

reproduksinya
ini

dengan peredaran bulan, namun

pengaruhnya

memijah,

dan

kembangan

baru

terlihat

pada

ikan.

Beberapa ahli

hingga

penentuan

belum terlihat perannya dalam

gonad