Studi Pustaka Literature Review Observasi Observation Wawancara Interview

232 4. Justisiari P. Kusumah, SH., selaku Ketua Umum Asosiasi Konsultan Hukum HKI Indonesia. 5. Gunawan Suryomurcito, SH., selaku selaku Konsultan dan praktisi HKI. 6. Marulam J. Hutauruk, SH., selaku General Manager Asosiasi Industri Rekaman Indonesia ASIRI. 7. Para produsen dan konsumen barang bajakan sebagaimana tertulis dalam transkip wawancara dan catatan lapangan field notes.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen diperlukan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data penelitian. Metode pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Studi Pustaka Literature Review

Studi Pustaka merupakan penelusuran informasi kepustakaan yang menggambarkan pandangan-pandangan terdahulu maupun sekarang tentang topik penelitian yang terdapat dalam jurnal-jurnal, buku-buku, maupun dokumen lain yang sejenis. Studi pustaka juga berguna untuk mengumpulkan literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitian Creswell, 2008: 89. Instrumen yang digunakan dalam studi dokumentasi berupa pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang dicari datanya.

2. Observasi Observation

Observasi lapangan dilakukan peneliti untuk memberi perhatian khusus, melihat, dan mendengar dengan seksama. Peneliti menggunakan semua perasaan 233 untuk mencatat apa yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan dan disentuh. Peneliti menjadi instrumen untuk menyerap semua sumber informasi yang ada di lapangan Neuman, 2006: 396. Penelitian ini menggunakan model observasi nonsistematis dimana peneliti membaur langsung dengan masyarakat untuk kemudian melakukan pengamatan tentang fenomena pembajakan HKI yang terjadi di masyarakat.

3. Wawancara Interview

Penelitian ini menggunakan dua model wawancara yaitu wawancara terstruktur structured interview dan tidak terstruktur unstructured interview. Wawancara terstruktur menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara tertulis yang dibuat sebelum melakukan wawancara. Sebelum wawancara terstruktur peneliti memberitahu narasumber lebih dahulu untuk membuat kesepakatan waktu dan tempat wawancara termasuk kisi-kisi wawancara. Adapun wawancara tidak terstruktur tidak menggunakan pedoman baku dimana peneliti akan bertanya, mendengarkan, merasakan, dan merekam semua yang dikatakan narasumber secara naturalinformal Neuman, 2006: 406. Wawacara terstruktur dilakukan secara formal terhadap narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi. Adapun wawancara tidak terstruktur dilakukan terhadap para produsen dan konsumen produk bajakan. Wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan atau tanpa sepengetahuan narasumber.

4. Diskusi Kelompok Terfokus Focus Group Discussion