PENDAHULUAN Motivasi Memakai Hijab Modis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan
pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian – bagian
tubuh

manusia.

Perkembangan teknologi

yang serba

canggih

mampu

menghasilkan suatu produk yang beraneka ragam yang digunakan untuk
kebutuhan hidup manusia. Industri pakaian berkembang sangat pesat, hal tersebut
ditandai dengan adanya pabrik – pabrik pakaian dengan berbagai bahan dan

model yang sangat bervariasi.
Agama islam telah mengatur pakaian – pakaian yang seharusnya
digunakan oleh kaumnya, tujuan peraturan berpakaian dalam agama islam adalah
menutup aurat.

Daud (2013) mendeskripsikan secara umum bahwa aurat

merupakan bagian badan yang tidak boleh kelihatan orang lain, karena akan
menimbulkan aib atau malu. Boulanouar (2006) menyatakan aurat berarti ‘apa
yang harus tertutup’ artinya anggota tubuh yang harus tertutup oleh pakaian.
Aurat wanita muslimah meliputi seluruh badan atau anggota tubuh kecuali wajah

dan telapak tangan. Kewajiban seorang wanita muslimah untuk menutup auratnya ditegaskan oleh ayat sebagai berikut:
Wahai nabi, katakanlah kepada istri – istrimu, anak – anak
perempuanmu dan istri – istri orang mukmin, “hendaklah mereka
menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu
agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al
Ahzab: 59).


1

2

Gambar 1. Sketsa visualisasi Jilbab menurut syariah Islam
(Zainabnina dalam Habsari, 2015: hal. 127)
Saat seorang wanita muslimah keluar dari rumah diwajibkan menutup
seluruh tubuhnya dan tidak diperbolehkan menampakkan sedikit pun, kecuali
wajah dan kedua telapak tangan. Seorang wanita muslimah tidak diperbolehkan
memamerkan diri dan wajib menjaga kehormatan serta pergaulannya, terutama
dengan laki – laki yang bukan muhrim-nya sehingga terhindar dari kejahatan
seksual. Dengan menggunakan hijab, seorang wanita muslimah menjadi sosok
manusia yang berwibawa, lebih disegani dan tidak ada yang berani mengganggu
secara terang – terangan.
Secara ethimologis, hijab didefinisikan sebagai: (1) kain panjang yang
dipakai wanita untuk menutup kepala, bahu, dan kadang – kadang muka. (2)
rajutan panjang yang ditempelkan pada topi atau tutup kepala wanita (Guindi,
2003). Dapat disimpulkan bahwa hijab merupakan kain yang menutupi kepala,
bahu hingga dada seorang wanita muslimah sehingga dapat menutupi lekuk
tubuhnya. Hijab pertama kali muncul di Arab lalu menyebar ke negara – negara

Timur Tengah karena adanya perintah agama untuk berhijab bagi perempuan

3

muslimah. Pada abad 19 wanita muslimah di Indonesia menggunakan hijab
dengan cara diselampirkan, di abad 20 hijab di Indonesia mulai bervariasi
modelnya (Rakhmawati & Handoyo, 2014). Hijab tidak lagi dipandang pakaian
serba tertutup yang menggambarkan kesan tradisional, monoton dan kuno.
Seiring perkembangannya, hijab hadir dengan bermacam – macam bahan, warna
dan aksesoris. Berbagai model dipamerkan oleh perancang busana, mulai gaya
simpel hingga glamour sehingga pakaian wanita berhijab dapat dikatakan modis
atau fashionable. Perkembangan tersebut didukung oleh tutorial – tutorial hijab
di acara televisi, di majalah, hingga tutorial pada media sosial yang banyak
merebak dikalangan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara
dengan informan AO pada 28 Maret 2016 yang menyatakan:
“Modis itu ya sesuai dengan trend yang kekinian saat ini, jadi hijab
modis itu pakaian wanita berhijab yang mengikuti perkembangan trend
sehingga pantas dan menarik saat dipakai, seperti hijab ima, rok skiny
dan pakain yang cingkrang – cingkrang yang lagi hits nggak kayak
dulu yang monoton gitu – gitu aja modelnya ”.

Hijaber merupakan sebutan bagi wanita yang berpenampilan modis dan

Islami. Penampilan hijaber sangat berbeda dengan wanita berhijab pada
umumnya, hijaber memakai pakaian yang modis dan kekinian mulai dari hijab,
pakaian, sepatu dan tas terkesan menarik dipandang mata. Banyak wanita yang
menggemari mode pakaian hijaber , gaya hijaber inilah yang kemudian menjadi
inspirasi gaya berpakaian wanita muslimah lainnya. Riduwan (2013) menyatakan
bahwa komunitas hijaber memaknai hijab tidak hanya menunjukkan jati diri
sebagai wanita muslimah, namun juga sebagai gaya berbusana yang dapat
membuat wanita muslimah menjadi terlihat fashionable. Penggunaan hijab tidak

4

lagi hanya sebatas perintah agama untuk menutup aurat, namun sebagai simbol
wanita muslimah yang fashionable sehingga membuat wanita muslimah lebih
percaya diri. Hal ini menunjukan bahwa hijab dipakai menjadi suatu produk gaya
berbusana saja yang melupakan nilai esensinya sebagai penutup aurat. Pada saat
acara fashion show misalnya, hijab yang seharusnya menutupi aurat berubah
menjadi busana yang dipamerkan dan pakai oleh seorang wanita agar bisa
menjadi pusat perhatian.

Komunitas hijaber semakin bermunculan terutama di kota – kota besar.
Hal tersebut menjadi motivasi tersendiri baik bagi yang sudah berhijab sehingga
lebih percaya diri, bagi yang belum berhijab akan tetapi mulai tertarik untuk
berhijab, maupun bagi yang belum tergerak berhijab untuk tahu lebih jauh tentang
pernik – pernik hijab dan ‘suka duka’ berhijab (Bustan & Shah, 2014). Walgito
(2010) menyatakan bahwa motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau
organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan tertentu. Wanita muslimah
berlomba – lomba untuk mengubah gaya berpakaian mereka dengan
menggunakan hijab agar terlihat muslimah, cantik dan modis. Akan tetapi, banyak
wanita muslimah memakai pakaian yang menutupi bagian tubuh namun berbahan
transparan dan tembus pandang, hijab dililit atau ditarik ke belakang dan pakaian
sangat ketat sehingga membentuk lekuk tubuh. Hal tersebut sesuai dengan hasil
wawancara dengan informan RN pada 18 maret 2016 yang menyatakan:
“Saya tidak terlalu mengikuti trend pakaian, namun saya memiliki
beberapa pakaian yang kekinian seperti rok skiny, celana jeans, baju
berbahan sifon dan hijab monokrom. Kalo hijab pashmina biasanya
saya lilit – lilit, soalnya lebih terlihat cantik dan lebih pede”.

5


Gambar 2. Contoh hijab modis
(Niena, 2015)
Hasil penelitian Fahrudin (2009) yang berjudul Dampak Psikologis
Berbusana Muslimah terhadap Kesadaran dan Perilaku Sosial Keagamaan
menunjukkan bahwa mayoritas (66,66 %) mahasiswi STAIN Cirebon memahami
hijab sebagaimana pemahaman hijab yang umum di masyarakat yakni hijab dalam
pengertian hanya sebagai kerudung, yaitu kain penutup kepala atau khimar (dalam
bahasa Arab), hanya sebagian kecil (33,33%) yang memahami bahwa hijab
merupakan keseluruhan busana yang dikenakan seorang muslimah yang bisa
menutupi aurat, tidak ketat ataupun transparan sehingga tidak menampakkan
lekuk tubuh pemakainya.
Di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) masih banyak mahasiswa
yang memakai hijab modis. Mahasiswa menggunakan hijab yang ditarik
kebelakang atau dililitkan dikepala dengan berbagai kreasi yang menampakkan
bagian dada. Pada saat perkuliahan, banyak mahasiswa yang memakai kemeja
sepanjang siku ataupun kemeja berbahan transparan sehingga tembus pandang,
memakai kaos ketat maupun celana jeans sehingga bentuk lekuk tubuh terlihat

6


jelas. Padahal mahasiswa menyadari bahwa dirinya menempuh pendidikan tinggi
di Universitas dengan background keislaman.
Surat Keputusan (SK) Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nomor: 076/I/2005 mengenai penyempurnaan tata tertib mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada Bab V Pasal 8 (10) yang menyatakan bahwa
menggunakan pakaian yang disadari atau setidak – tidaknya diketahui melanggar
norma – norma kesopanan, kesusilaan dan ajaran agama islam. Gaya berpakaian
mahasiswa yang modis tersebut bertentangan dengan norma kesopanan,
kesusilaan dan ajaran agama islam dalam SK Rektor tersebut. Fakultas Psikologi
turut berpartisipasi mendukung SK Rektor tersebut dengan cara memajang
himbauan untuk berpakaian syar’i bagi mahasiswa khususnya Fakultas Psikologi
UMS. Setiap mahasiswa dapat membaca peraturan dan himbauan tersebut yang
terpajang di beberapa sudut kampus. Meskipun sudah membaca peraturan dan
himbauan tersebut, serta mendapat teguran dari dosen, masih saja banyak
mahasiswa yang berpakaian demikian di lingkungan kampus.
Sebagai mahasiswa sekaligus wanita muslimah hendaknya selalu mematuhi
peraturan dan melaksanakan perintah agama dengan menggunakan pakaian yang
sesuai dengan syariat islam, yaitu hijab yang lebar dan menjulur menutupi dada
serta menggunakan pakaian longgar tidak tembus pandang yang menutupi seluruh
tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Dengan demikian seorang wanita

muslimah menjadi sosok manusia yang dapat menjaga kehormatan, berwibawa
dan lebih disegani.

7

Berdasarkan uraian peristiwa tersebut maka timbul pertanyaan, apakah
motivasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam memakai hijab
modis? Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Motivasi Memakai Hijab Modis
pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta”.
B. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana dinamika
motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta
dalam memakai hijab modis.
C. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan membangun
pemikiran ilmiah dalam mengembangkan bidang Psikologi, khususnya
Psikologi Sosial mengenai motivasi.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
menambah wawasan mahasiswa mengenai motivasi memakai pakaian
hijab modis.
b. Bagi peneliti lain di bidang psikologi
Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dalam memahami penelitian selanjutnya di bidang yang sama,
yaitu mengenai motivasi.