c. Biaya-Biaya Lain, yaitu biaya yang dikeluarkan yang berhubungan dengan bahan baku sampai siap diproduksi. Misalnya biaya penggudangan, biaya asuransi, dan lain-
lain. Umumnya harga pokok bahan baku hanya dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari
pemasok. Pembebanan biaya bahan selain harga faktur seringkali menyulitkan perhitungan, maka pembebanan biaya-biaya selain harga faktur dikelompokkan dalam unsur biaya produksi
tak langsung atau biaya overhead pabrik.
E. Pencatatan Biaya Bahan Baku
1. Pencatatan bahan dengan inventarisasi fisik periodik Dengan metode periodik, maka persediaan bahan tidak akan berubah dalam tahun buku
berjalan, sehingga saat terjadinya pembelian bahan dicatat dalam akun Pembelian, dan jika terjadi pengembalian atas bahan dicatat dalam akun Retur Pembelian. Nilai
persediaan yang masih ada baru bisa diketahui pada akhir periode setelah diadakan inventarisasi secara fisik.
2. Pencatatan bahan secara terus-menerus perpetual Dengan metode perpetual, maka persediaan bahan dapat berubah dalam tahun buku
berjalan, sehingga saat terjadinya pembelian bahan dicatat dalam akun Persediaan Bahan Baku dan Persediaan Bahan Penolong pada sisi debet, dan jika terjadi pengembalian atas
bahan yang dibeli akan dicatat dalam akun yang sama pada sisi kredit. Sehingga secara umum, prosedur pencatatan biaya bahan adalah sebagai berikut:
a. Saat terjadi pembelian bahan Persediaan Bahan Baku
Rp xxx Persediaan Bahan Penolong
Rp xxx Utang Dagang Kas
Rp xxx sebesar harga faktur ditambah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian
bahan yang bersangkutan
b. Saat terjadi retur pembelian Utang Dagang
Rp xxx Persediaan Bahan Baku
Rp xxx Persediaan Bahan Penolong
Rp xxx sebesar harga bahan yang dikembalikan
c. Saat terjadi pemakaian bahan Barang Dalam Proses
– Biaya Bahan Baku Rp xxx Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp xxx Persediaan Bahan Baku
Rp xxx Persediaan Bahan Penolong
Rp xxx
F. Penerapan Pencatatan Biaya Bahan Baku