PENGEMBANGAN SISTEM PEMANTAUAN KONDISI MESIN FRAIS MENGGUNAKAN APLIKASI THERMOVISION REAL-TIME

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN SISTEM PEMANTAUAN KONDISI MESIN FRAIS MENGGUNAKAN APLIKASI THERMOVISION REAL TIME

OLEH

GALIH KORITAWA

Secara garis besar penelitian ini menerangkan pengembangan penggunaan aplikasi thermovision real-time untuk pemantauan kondisi mesin perkakas dengan teknik thermography. Yaitu dengan memanfaatkan radiasi infra merah yang dipancarkan oleh suhu mesin dan ditangkap oleh kamera infra merah, selanjutnya diolah dengan menggunakan aplikasi matlab.

Pengambilan data dilakukan dengan meletakan kamera infra merah dan melakukan pemesinan mesin frais selama 6 jam dengan tiga kondisi mesin dimana kelembaban udara berkisar 67%. Dari hasil eksperimen temperatur mesin paling tinggi pada saat mesin melakukan pemotongan dengan suhu maksimal 45,060C, 43,190C dan 41,940C. Hal ini di tunjukan dengan perubahan warna pada tampilan citra yang ditangkap kamera infra merah. Namun pengukuran dengan menggunakan aplikasi thermovision real-time masih belum akurat, hal ini disebabkan oleh noise yang masuk kedalam kamera inframerah dan terbaca sebagai sumber panas.

Histogram dapat digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan panas. Apabila terjadi peningkatan panas maka jumlah pixel menunjukkan level tinggi ke arah warna yang lebih terang. Namun sebaliknya, apabila nilai jumlah pixel menunjukkan level tinggi berada pada kawasan gelap maka akan merepresentasikan bahwa tidak adanya perkembangan suhu. Sehingga histogram sebagai media pengolahan data citra dapat menggontrol peningkatan panas yang terjadi.


(2)

PENGEMBANGAN SISTEM PEMANTAUAN KONDISI MESIN

FRAIS MENGGUNAKAN APLIKASI

THERMOVISION

REAL-TIME

Oleh

Galih Koritawa Purnomo

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Mei tahun 1992, sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Drs. H. Edy Purnomo dan Dra. Hj. Sri Muryani, M.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman kanak-kanak di TK Al-Bayan Jakarta Barat pada tahun 1998, Sekolah Dasar di SD Negeri 09 Tegal Alur pada tahun 2004, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 45 Jakarta pada tahun 2007, Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 33 Jakarta pada tahun 2010, dan pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Semasa menempuh pendidikan di SMP dan SMA penulis aktif dalam berbagai organisasi dan ekstra kurikuler yang ada. Penulis pernah menjadi anggota dakwah di Rohis SMP 45 Jakarta dan anggota KSI (kelompok studi islam) SMAN 33, selain itu penulis juga pernah menjadi sekretaris I MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) SMAN 33 Jakarta. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam organisasi internal kampus, yaitu menjadi Anggota Muda Fossi (AMF) FOSSI FT UNILA yang selanjutnya menjadi Anggota Biro Pendidikan FOSSI FT UNILA. Selain itu penulis juga pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HIMATEM) sebagai sekretaris bidang pendidikan dan pelatihan pada periode kepungurusan 2011-2012. Selanjutnya menjadi sekretaris umum HIMATEM periode kepengurusan 2012-2013.


(7)

Kemudian pada bidang akademik, penulis melaksanakan kerja praktek di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di jl. Yos Sudarso Sunter II Jakarta Utara pada tahun 2013 dengan mengambil tema “Pemantauan Keausan Gauge I 50 C – 13511 – TR – K Pada Pengukuran Front Axis Camshaft No. 2”. Pada 2013 penulis melakukan penelitian pada bidang konsentrasi Produksi sebagai tugas akhir dengan judul “Pengembangan Sistem Pemantauan Kondisi Mesin Frais Menggunakan Thermovision Real-Time” di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Yanuar Burhanuddin, M.T. dan Achmad Yahya T. S.T., M.T.


(8)

KARYA INI

KUPERSEMBAHKAN UNTUK

Sepasang sayap malaikatku di dunia,

kedua orang tua tercinta.

Rekan-rekan seperjuangan teknik

mesin unila 2010

Almamater

Teknik Mesin- Universitas Lampung

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tercinta


(9)

“Sesungguh-Nya, apabila Dia menghendaki sesuatu Dia berkata kepadanya,

‘Jadilah’ maka jadilah ia. Maka Maha Suci yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan”

QS: Yaasiin, 82 s.d 83.

“ if you can’t fly then run, if you can’t run then walk, if you can’t walk then crawl, but whatever what you do you have to keep moving forward”

Martin Luther King Jr.

“perbaiki sendiri! Kamu itu calon engineer”

Dr. Eng. Suryadiwansa Harun, Dosen Teknik Mesin UNILA

“Disaat kondisimu kritis dalam menghadapi kesulitan hidup, mintalah doa

kepada kedua orang tua mu, karena sesungguhnya merekalah malaikat yang

tampak yang diciptakan Allah SWT untukmu.”

Galih Koritawa Purnomo

“Aku bagaikan sebuah “gear”, dimana aku bergerak dengan bantuan “gear”

lainnya, gaya gesekan adalah masalahku, dan kujadikan doa dan usaha

sebagai pelumasku.”

Galih Koritawa Purnomo

“I do not care how people think about me, as long as it does not violate the existing norms, do it with pride”

Galih Koritawa Purnomo "Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum."


(10)

i

SAN WACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbilalamin, Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan mempersembahkan judul “Pengembangan Sistem Pemantauan Kondisi Mesin Frais Menggunakan Thermovisio Real Time” dengan sebaik-baiknya. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan seluruh alam Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, serta para pengikutnya yang selalu istiqomah diatas jalan agama islam hingga hari ajal menjemput.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan, motivasi dan bantuan baik moral maupun materi oleh banyak pihak. Untuk itu dengan sepenuh ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung. 2. Prof. Suharno MS, M.Sc., PhD. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

3. Ibu Dr. Shirley Savetlana S.T., M.Met selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung yang baru.


(11)

ii

4. Ibu Novri Tanti, S.T, M.T selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Ir. Yanuar Burhanuddin, M.T. selaku dosen pembimbing utama tugas akhir, atas banyak waktu, ide pemikiran dan semangat yang telah diberikan untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Bapak Achmad Yahya T.P S.T.,M.T. selaku pembimbing kedua tugas akhir ini, yang telah banyak memberikan waktu dan masukan bagi penulis.

7. Bapak Dr. Gusri Akhyar Ibrahim, S.T.,M.T. selaku dosen pembahas yang telah memberikan waktu, ide pemikiran dan saran yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung berkat ilmu yang telah diajarkan kepada penulis selama penulis menjalani masa studi di perkuliahan.

9. Kedua Orang Tua tercinta Drs. H. Edy Purnomo dan Dra.Hj. Sri Muryani M.Pd yang selalu memberikan dukungan baik berupa doa maupun materil dan sekaligus menjadi inspirator bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Kakakku Aditya Herning Purnomo S.T yang telah memberikan masukan, dan saran kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

11. Sahabat-sahabat terutama lengkers, Bowo, Chikal, Yayang, Dwi, Pranca, Baron, Saiin, Rahmat, dan zen yang telah banyak memberikan inspirasi dan dukungan terhadap penulis.


(12)

iii

12. Semua rekan di teknik mesin khususnya rekan seperjuangan angkatan 2010 untuk kebersamaan yang telah dijalani. Tiada kata yang dapat penulis utarakan untuk mengungkapkan perasaan senang dan bangga menjadi bagian dari angkatan 2010. “Salam Solidarity Forever”.

13. Staf Akademik serta Asisten Laboratorium yang telah banyak membantu kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

14. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 28 Januari 2015 Penulis,

Galih Koritawa Purnomo NPM. 1015021031


(13)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Hipotesis ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mesin Perkakas ... 10

1. Mesin Frais ... 11

2. Bagian-bagian Utama Mesin Frais ... 12

B. Temperatur mesin dan pemesinan ... 16

1. Temperatur mesin ... 16

2. Pemesinan ... 17


(14)

v

C. Thermography ... 19

1. Unit Kamera Berbasis Thermography ... 21

D. Visi Komputer Dan Visi Machine ... 24

E. Termovision Sebagai Salah Satu Proses Pengolahan Citra Suhu ... 25

F. Penggunaan Thermovision Untuk Pemeliharaan ... 28

1. Tujuan Perawatan ... 29

2. Perawatan Prediktir (Predictive Maintenance) ... 30

3. Thermography Untuk Perawatan Prediktif ... 30

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

B. Diagram Alir Penelitian ... 33

C. Alat dan Bahan Penelitian ... 34

1. Baja AISI 1045 ... 34

1. Mesin Frais ... 35

2. Pahat End Mill Karbida (12mm) ... 36

3. Kamera Inframerah ... 37

4. Laptop ... 37

5. Hygrometer ... 38

6. Thermometer Digital ... 39

7. Aplikasi pengolahan image... 40

D. Prosedur Penelitian ... 41

1. Perancangan aplikasi thermovision real-time ... 41

2. Set-up peralatan eksperimen/penelitian ... 49


(15)

vi

4. Pengolahan data video dengan thermovision real-time ... 51

5. Analisa data ... 51

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 53

B. Pembahasan ... 56

1. Perbandingan suhu masing-masing parameter ... 56

2. Distribusi suhu pada motor, spindle dan transmisi ... 60

3. Distribusi suhu pada masing-masing parameter ... 62

4. Keakuratan hasil pengukuran dengan thermovision real time ... 64

5. Histogram sebagai penunjuk informasi citra ... 66

III. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 72

B. Saran... 73 DAFTAR PUSTAKA


(16)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Aplikasi thermogrphy untuk pemantauan kondisi mesin... 3

2. Klasifikasi Dari Proses Machining... 10

3. Mesin Frais ... 11

4. Bagian-bagia utama dari mesin frais ... 12

5. Beberapa proses pemesinan. ... 18

6. Panjang gelombang radiasi elektomagnetik ... 22

7. Aplikasi thermography pada aplikasi proses pemesinan ... 25

8. Aplikasi thermovision pada proses pemesinan ... 26

9. Peranan Pemeliharaan Sebagai Pendukung Aktivitas Produksi. ... 29

10. Diagram alir penelitian... 33

11. Baja AISI 1045 ... 34

12 Mesin Frais ... 35

13. Pahat End Mill Karbida... 36

14. Kamera inframerah... 37

15. Hygrometer ... 39

16. Aplikasi pengolahan image thermovision ... 40

17. Command Windows MATLAB ... 42

18. Start Guide MATLAB ... 42

19. GUIDE quick Start ... 43

20. Blank GUI (Default) ... 43

21. Hasil rancangan dengan GUI ... 44

22. Fungsi code (coding) ... 44

23. Tampilan aplikasi thermovision real-time setelah dijalankan... 45

24. Aplikasi thermovision menangkap gambar secara real-time ... 46

25. Imej hasil capture dengan menggunakan kamera infra merah ... 46


(17)

viii

27. Set-up Mesin Frais ... 49

28. Titik pengukurang dengan menggunakan termokopel ... 51

29. Grafik hasil pengukuran suhu motor dengan thermovision ... 57

30. Grafik hasil pengukuran suhu spindle dengan thermovision ... 58

31. Grafik hasil pengukuran suhu motor dengan thermovision ... 59

32. Distribusi suhu mesin dengan aplikasi thermovision sebelum mesin dinyalakan ... 61

33. Distribusi suhu mesin dengan aplikasi thermovision ... 61

34. Distribusi suhu masing-masing parameter diwaktu yang sama (6 jam) .. 62

35. Noise pada distribusi warna mesin frais ... 64

36. Histogram kondisi tindak melakukan pemotongan dengan meja diam pada waktu 6 jam operasi ... 67

37. Histogram kondisi tidak melakukan pemotongan dengan meja bergerak pada wktu 6 jam operasi ... 68


(18)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Bahan transmisi inframerah ... 23 2 Jadwal penelitian ... 32 3 Komposisi Kimia Material ... 34 4 Data hasil pengukuran suhu motor mesin frais dengan aplikasi

thermovision real-time ... 54 5 Data hasil pengukuran suhu spindle mesin frais dengan aplikasi

thermovision real-time ... 55 6 Data hasil pengukuran suhu transmisi mesin frais dengan aplikasi


(19)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan berita resmi Badan Pusat Statistik No. 81/11/Th. XVII, 2014 pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan III-2014 naik sebesar 4,96 persen (y-on-y) terhadap triwulan III-2013. Peningkatan tersebut tentu berbanding lurus dengan permintaan konsumen akan produk-produk jadi. Hal ini tentunya menuntut sebuah perusahaan manufaktur untuk dapat memproduksi barang dengan jumlah, variasi dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen. Salah satunya adalah dengan melakukan proses produksi sesering mungkin.

Proses produksi pembuatan suatu produk manufaktur yang ada didunia hampir seluruhnya memerlukan proses pemesinan (Zulhendri, 2007). Proses pemesinan (machining process) merupakan proses pembentukan suatu produk melalui pemotongan menggunakan mesin perkakas. Salah satu mesin perkakas yang sering digunakan di industri adalah mesin frais. Secara umum, mesin frais dapat didefinisikan mesin perkakas yang berfungsi untuk pengerjaan datar atau perataan permukaan benda kerja. (Christian, 2011)


(20)

Mesin perkakas adalah faktor penyumbang biaya produksi yang tinggi dalam produksi modern (Plapper & Weck, 2001). Namun dalam penggunaannya mesin perkakas kerap kali mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan kerugian produksi, oleh karena itu perlu pemantauan mesin perkakas agar dapat mengurangi resiko kerusakan yang akan terjadi nantinya, sehingga kelancaran proses produksi dapat dijaga.

Perawatan mesin dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang harus dilakukan secara rutin dan berkala. Dengan penggantian komponen-komponen yang mengalami kerusakan untuk memulihkan kondisinya agar berfungsi sebagaimana mestinya (Gross, 2002). Pemantauan kondisi terdiri dari berbagai metode. Namun demikian, masing-masing metode biasanya hanya terbatas diterapkan pada mesin-mesin tertentu saja dan berguna untuk mengidentifikasi tipe-tipe problem tertentu. Tiap-tiap teknik juga mempunyai keuntungan ekonomis jangka pendek dan jangka panjang yang berbeda-beda. Salah satu metode perawatan yang umum digunakan adalah perawatan prediktif (predictive maintenance).

Perawatan prediktif (predictive maintenance) dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem perawatan. Biasanya perawatan prediktif dilakukan dengan bantuaan panca indera atau alat monitor yang canggih sehingga efisiensi kerja tercapai karena adanya kelainan dapat diketahui dengan cepat (Priyanta,2000). Observasi visual, pendengaran dan sentuhan barangkali adalah merupakan


(21)

3

salah satu teknik dari pemantauan kondisi. Namun dalam banyak kasus, kemampuan manusia sangat terbatas dalam mendeteksi adanya perubahan minor. Untuk itulah dikembangkan berbagai metode seperti pemantauan vibrasi, analisis akustik, analisis motor, thermography, tribologi, pemantauan parameter proses, dan teknik pengujian nondestruktif lainnya (Satmoko, 2007). Salah satu yang sedang dikembangkan saat ini adalah pemantauan kondisi mesin dengan menggunakan infrared thermography (IRT).

Gambar 1. Aplikasi thermogrphy untuk pemantauan kondisi mesin (sumber: testindo.com)

Metode ini termasuk dalam nondestructive testing (NDT) atau pengujian/pemeriksaan tanpa merusak. Pada kinerjanya, IRT menghasilan thermal image yang mengindikasikan kondisi mesin normal atau tidak normal. thermal imaging merupakan komponen penting untuk membantu menjaga operasi manufaktur yang layak dan aman (Montgomery, 2010). Diagnosa kerusakan mesin dapat dilakukan dengan mengevaluasi pola gambar yang


(22)

dihasilkan sehingga terdapat hubungan antara kondisi normal dan tidak normal. Metode Inspeksi ini didasarkan pada kenyataan sebagian besar komponen di dalam suatu sistem akan menunjukkan kenaikan atau penurunan temperatur jika terjadi malfungsi. (Widodo, 2009) salah satu aplikasi yang dapat digunakan adalah aplikasi thermovision.

Thermovision merupakan salah satu aplikasi yang bertujuan untuk dapat membaca suhu dari sebuah citra berformat JPG dan distribusi suhu melalui warna merah yang menunjukkan bagian terpanas (Haris, 2013). Untuk pembuatan aplikasi thermovision sudah dilakukan oleh saudara Haris mahasiswa teknik mesin Universitas Lampung angkatan 2007 dengan menggunakan program MATLAB, hanya saja aplikasi thermovision yang dibuat memiliki kekurangan yaitu aplikasi tersebut masih dilakukan secara manual. Cara ini dirasakan kurang efisien karena video yang telah direkam harus diubah menjadi bentuk gambar kemudian dalam bentuk gambar berformat .jpg barulah dapat diketahui suhu pada saat itu dengan aplikasi thermovision.

Oleh sebab itu penulis melakukan penelitian tugas akhir dengan tema

PENGEMBANGAN SISTEM PEMANTAUAN KONDISI MESIN

FRAIS MENGGUNAKAN APLIKASI THERMOVISION

REAL-TIME”. Tugas akhir ini akan dilakukan modifikasi pada aplikasi thermovision dan pengujian dengan melakukan pemantauan pada mesin frais dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui distribusi pola suhu dari pencitraan proses


(23)

5

pemesinan secara real time diharapkan para praktisi mampu memprediksi kerusakan yang akan terjadi pada sebuah mesin sedini mungkin.

B. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1. Membuat aplikasi thermovision yang real time.

2. Mengetahui pola distribusi suhu dan hubungannya warna citra dengan kondisi mesin.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada tugas akhir ini sebagai berikut : 1. Pengujian dilakukan hanya untuk mesin frais universal milko 12. 2. Pengujian dilakukan pada kondisi:

 Tidak melakukan pemotongan dengan meja diam ( spindle dan main motor bergerak)

 Tidak melakukan pemotongan dengan meja bergerak ( spindle, main motor dan meja bergerak)

 Melakukan pemotongan material (melakukan pemotongan material) 3. Proses pemesinan dilakukan dengan dry machining / tanpa pendingin. 4. Pengukuran suhu hanya dilakukan di motor, spindle dan transmisi.


(24)

D. Hipotesis

Sebagian besar energi dalam proses pemesinan diubah dalam bentuk panas. Peningkatan suhu pada salah satu komponen mesin menandakan adanya kerusakan yang sedang berkembang pada komponen tersebut.

Perawatan prediktif mesin frais dengan menggunakan metode thermography merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk melakukan perawatan atau pengawasan mesin karena dapat dikontrol secara terus-menerus tanpa harus melakukan kontak langsung dengan mesin

Thermography sebagai salah satu media untuk mengetahui distribusi suhu lebih baik digunakan dibandingkan dengan menggunakan alat yang dikenakan secara langsung oleh objek yang akan diukur seperti temokopel dan RTD (Resistance Temperature Detector). Aplikasi thermography dapat menunjukkan suhu distribusi menggunakan bentuk warna dengan memanfaatkan sinar inframerah pada kamera. Sehingga dapat menunjukkan secara akurat suhu benda yang diukur.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini disusun menjadi lima bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :


(25)

7 1. BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang penelitian menjelaskan tentang perkembangan industri manufaktur yang berbanding lurus dengan tingginya permintaan produk. Proses produksi hampir seluruhnya menggunakan mesin perkakas, hanya saja mesin kerap kali mengalami kerusakan dapat menyebabkan kerugian produksi, untuk itu diperlukan sebuah metode pemantauan yang dapat memantau mesin perkakas dengan cepat, efisien dan tanpa melakukan kontak langsung dengan mesin sehingga kelancaran produksi tetap terjaga. Salah satu metode yang sedang dikembangkan adalah thermography. Dengan demikian pengembangan sistem pemantauan kondisi mesin frais menggunakan aplikasi thermovision real-time menjadi tujuan besar dalam tugas akhir ini. Pada penelitian ini ditekankan pada beberapa pokok subjek yang terdapat di batasan masalah.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab II berisikan uraian yang dijadikan sebagai landasan teori untuk mendukung penelitian ini. Subbab pertama pada bab ini adalah penjelasan ringkas terkait proses pemesinan, mesin frais, bagian-bagian utama mesin frais. Pada subbab temperatur mesin dan pemesinan dijelaskan bahwa suhu yang tinggi dapat menurunkan performa dan akurasi mesin serta bagaimana cara mengukur suhu tersebut. Pada subbab thermography dijelaskan pengertian thermography dan jenis kamera yang digunakan untuk thermography. Pada subbab visi komputer dan visi machine dijelaskan bagaimana cara mengolah citra dan aplikasi pengolahan citra. Pada subbab


(26)

thermovision sebagai salah satu proses pengolahan citra suhu dijelaskan tujuan, aplikasi dan cara kerja dari thermovision. Pada subbab penggunaan thermovision untuk pemeliharaan diuraikan tentang tujuan perawatan, perawatan prediktif, dan thermography untuk perawatan prediktif.

3. BAB III : METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu penelitian serta alat dan bahan akan dikemukakan pada bab ini. Kemudian terdapat penjelasan rinci mengenai metode penelitian seperti teknik merancang dan membuat aplikasi thermovisio real time dan cara meng-install aplikasi dengan kamera infra merah. Dalam subbab metode penelitian akan dijelaskan tahapan proses pengambilan data secara rinci dengan parameter yang sudah ditentukan dan dijelaskan juga cara mengolah image yang didapat dengan menggunakan aplikasi thermovision real time tersebut.

4. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

hasil yang berisikan uraian hasil dan membahas yang diperoleh dari penelitian ini dalam bentuk tabel dan histogram. Dilengkapi juga dengan analisa pada semua kecenderungan data yang diperoleh dari pengujian yang dilandasi kajian teori ilmiah.

5. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan intisari terhadap semua analisa dan percobaan, termaksud saran yang berisi uraian informasi, untuk dilakukan pada


(27)

9

penelitian selanjutnya. Semua ini agar pada penelitian berikutnya, pengembangan alat bisa dikaji lebih sempurna dibandingkan saat ini.

6. Daftar Pustaka adalah berisikan literatur-literatur atau referensi yang diperoleh penulis untuk mendukung penyusunan laporan penelitian ini.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Mesin Perkakas

Mesin perkakas adalah peralatan pabrik yang digunakan untuk memproduksi mesin, instrumen, alat, dan segala macam suku cadang. Setiap mesin perkakas mampu melakukan beberapa operasi mesin untuk menghasilkan bagian yang diperlukan dengan akurasi dan integritas permukaan tertentu. Proses pemesinan dilakukan pada berbagai mesin perkakas untuk tujuan umum yang pada gilirannya melakukan banyak operasi, termasuk penghapusan chip dan teknik abrasi. Selain itu, mesin perkakas tujuan khusus digunakan untuk membuat roda gigi mesin, dan bentuk tidak teratur lainnya. (Youssef & El-Hofy, 2008)

Gambar 2. Klasifikasi Dari Proses Machining (Youssef & El-Hofy, 2008)

Machining Technology

Traditional Non Traditional

Abrasion Chip Removal Milling Turning Boring Drilling Planing Shaping Polishing Grinding Honing Superfinishing buffing AJM WJM USM AFM MAF CHM ECM EDM LBM PBM


(29)

11 1. Mesin Frais

Mesin frais merupakan salah satu mesin perkakas yang biasa digunakan untuk pengerjaan proses permesinan. Secara umum, mesin frais dapat didefinisikan sebagai mesin perkakas yang berfungsi untuk pengerjaan datar atau perataan permukaan suatu benda kerja. (Cristian, 2011)

Gambar 3. Mesin Frais

Proses pemesinan frais (milling) adalah proses penyayatan benda kerja menggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang mengitari pisau ini bisa menghasilkan proses pemesinan lebih cepat. Permukaan yang disayat bisa


(30)

berbentuk datar, menyudut, atau melengkung. Permukaan benda kerja bisa juga berbentuk kombinasi dari beberapa bentuk. Mesin frais (Gambar 3) yang digunakan untuk memegang benda kerja, memutar pisau, dan penyayatannya disebut mesin frais (Milling Machine).

Mesin Frais ada yang dikendalikan secara mekanis (konvensional manual) dan ada yang dengan bantuan CNC. Mesin konvensional manual posisi spindelnya ada dua macam yaitu horizontal dan vertical. Sedangkan Mesin Frais dengan kendali CNC hampir semuanya adalah mesin frais vertical. (widarto, 2008)

2. Bagian-bagian Utama Mesin Frais

Berikut ini adalah bagian utama yang terdapat di mesin frais:

Gambar 4. bagian utama mesin frais

8

3

2

1

5

6


(31)

13 1. Spindle utama

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. spindle digunakan untuk menahan, dan mendorong pahat atau benda kerja. Spindle ini memiliki kekakuan, akurasi rotasi, dan ketahanan aus tingkat tinggi. Pada spindle, kekakuan dan akurasi merupakan syarat utama. Spindle biasanya dibuat berongga dan dilengkapi dengan internal lancip di ujung untuk mengakomodasi pusat dari alat pemotong. Baja karbon sedang mengandung 0,5% C digunakan untuk membuat spindle di mana pengerasan diikuti dengan tempering untuk menghasilkan kekerasan permukaan sekitar 40 Rockwell (HRC). (Youssef & El-Hofy, 2008)

2. Meja / table

Meja melekat di bagian atas knee. Meja dapat dipindahkan dari kiri ke kanan, maju dan mundur. Pada mesin frais universal, meja juga dapat berputar 450 ke kiri atau kanan. Meja digunakan untuk memegang benda kerja saat sedang dilakukan proses pemesinan. Benda kerja dapat dijepit langsung ke permukaan meja atau dengan menggunakan perangkat lain yang telah melekat pada meja. Pada permukaan meja ada tee-slot yang digunakan untuk menjepit perangkat penggenggam benda kerja, seperti fixtures, kepala pembagi dll. Meja terbuat dari besi cor.

3. Motor drive


(32)

mesin yang lain seperti spindle utama, meja ( feeding ) dan pendingin ( cooling ) Pada mesin milling sedikitnya terdapat 3 buah motor :

a. Motor spindle utama

b. Motor gerakan pemakanan ( feeding ) c. Motor pendingin ( cooling )

Sebagian besar motor mesin perkakas beroperasi pada tiga fase standar 50 Hz, 400/440 V suplai ac. Pemilihan motor untuk mesin perkakas tergantung pada hal berikut:

a. Motor listrik

b. Power supply yang digunakan (ac / dc) c. Karakteristik kelistrikan motor

d. Fitur mekanis yang meliputi pemasangan, transmisi drive, tingkat kebisingan, dan jenis pendinginan

e. Kapasitas Overload

motor induksi squirel-cage paling populer karena sederhana dan ketahanan dengan berbagai karakteristik operasi, dan murah. motor alternating current (ac) dapat memberikan variabel yang tidak terbatas atas berbagai kecepatan, Namun, biaya mereka tinggi. motor shunt Direct current (dc) biasanya digunakan untuk drive utama. (Youssef & El-Hofy, 2008)

4. Tranmisi

Merupakan bagian mesin yang menghubungkan motor penggerak dengan yang digerakkan. Berdasarkan bagian yang digerakkan dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

a. Transmisi spindle utama b. Transmisi feeding


(33)

15

Berdasarkan sistem tranmisinya dibedakan menjadi 2 macam yaitu : a. Transmisi gear box

b. Transmisi v–belt

5. Knee

Knee adalah unit yang terpasang di depan Column dan dirancang untuk dapat dipindahkan ke atas atau bawah dengan cara digeser melalui sebuah sekrup. Merupakan bagian mesin untuk menopang / menahan meja mesin. Knee juga berfungsi untuk menutup gear dan pada bagian ini terdapat transmisi gerakan pemakanan ( feeding ).

6. Column / tiang

Merupakan badan dari mesin. Tempat menempelnya bagian – bagian mesin yang lain. Column ini membentuk bagian utama dari mesin frais, memberikan dukungan untuk bagian lain seperti knee, sadle dan meja. Badan dibuat column berongga dengan ruang bagian dalam mesin digunakan sebagai rumah motor penggerak yang memasok daya dan deretan gear yang menyediakan perubahan kecepatan dan beberapa gerakan spindle

7. Base / dasar

Merupakan bagian bawah dari mesin milling. Bagian yang menopang badan / tiang. Tempat cairan pendingin.


(34)

8. Control

Merupakan pengatur dari bagian – bagian mesin yang bergerak. Ada 2 sistem kontrol yaitu :

a. Mekanik b. Electrik

B. Temperatur Mesin dan Pemesinan

1. Temperatur Mesin

Mesin yang berputar ataupun berosilasi seperti turbin, motor bakar, mesin perkakas dan motor listrik adalah yang paling banyak digunakan di industri. Mesin-mesin tersebut mempunyai bagian yang biasanya menjadi sumber utama terjadinya getaran dan panas. Getaran yang berlebih dan panas yang tinggi bisa menjadi indikasi adanya kerusakan mesin. (Huda, 2010)

Penggunaan terus-menerus dari mesin perkakas selama proses produksi menyebabkan panas yang dihasilkan pada elemen yang bergerak, sehingga menyebabkan distorsi struktur mesin. Efek ini, yang dikenal sebagai termal eror. Pada mesin perkakas efek yang tidak diinginkan dari peningkatkan kecepatan mesin adalah peningkatan suhu dari mesin perkakas, seperti deformasi thermoelastic yang dihasilkan menyebabkan penurunan akurasi pada mesin perkakas. Penyimpangan yang disebabkan panas adalah salah satu masalah yang paling penting untuk akurasi mesin perkakas modern (Franke, 2011). Model termal sangat tergantung pada beban dan kondisi


(35)

17

batas yang diterapkan. Pentingnya perilaku termal mesin perkakas telah menerima perhatian yang signifikan selama beberapa tahun terakhir, yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk produk-produk berkualitas tinggi termasuk persyaratan presisi tinggi. Hingga 70% dari penyimpangan benda kerja dalam industri pemotongan disebabkan oleh pemanasan dan panas dilatasi mesin perkakas, pahat dan benda kerja. (Clough, 2012)

2. Pemesinan

Pemesinan adalah suatu proses produksi dengan menggunakan mesin perkakas, dimana memanfaatkan gerakan relatif antara pahat dengan benda kerja sehingga menghasilkan suatu produk sesuai dengan hasil geometri yang diinginkan. Pada proses ini tentu terdapat limbah dari pengerjaan produk yang biasa disebut geram.

Pahat dapat melakukan gerak potong (cutting) dan gerak makan (feeding). Proses pemesinan dapat diklasifikasikan dalam dua klasifikasi besar yaitu proses pemesinan untuk membentuk benda kerja silindris atau konis dengan benda kerja atau pahat berputar, dan proses pemesinan untuk membentuk benda kerja permukaan datar tanpa memutar benda kerja. Klasifikasi yang pertama meliputi proses bubut dan variasi proses yang dilakukan dengan menggunakan mesin bubut, mesin gurdi (drilling machine), mesin frais (milling machine), mesin gerinda (grinding machine). Klasifikasi kedua meliputi proses sekrap (shaping,planing), proses slot (sloting), proses


(36)

menggergaji (sawing), dan proses pemotongan roda gigi (gear cutting) (Widarto,2008).

Gambar 5. Beberapa proses pemesinan : Bubut (Turning/Lathe),Frais (Milling), Sekrap(Planning, Shaping), Gurdi(Drilling), Gerinda(Grinding), Bor (Boring),Pelubang (Punching Press), Gerinda Permukaan(Surface Grinding).

(Sumber : Widarto, 2008) 3. Pengukuran Suhu Mesin

Proses pengukuran suhu dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dengan pengukuran langsung (kontak) dan pengukuran secara tidak langsung (nonkontak) dengan mengolah data-data yang diperoleh. Pada umumnya pengukuran suhu dengan metode kontak menggunakan alat seperti termokopel, RTD (Resistance Temperature Detectors), dan termometer dengan cara dikenakan secara langsung oleh objek yang akan diukur, dan respon alat-alat tersebut terhadap pengukuran relatif lambat, tetapi tidak terlalu mahal.


(37)

19

Pengukuran secara tidak langsung (nonkontak) menggunakan sensor-sensor suhu untuk mengukur radiasi pancaran energi inframerah dari target. Pengukuran non kontak mempunyai tanggapan cepat, juga dapat digunakan untuk mengukur suhu target yang bergerak, dan terputus-putus. Kelebihan lain dari pengukuran non kontak yaitu dapat mengukur pada daerah hampa, dan target yang tidak dapat diakses secara langsung karena terletak pada daerah yang membahayakan atau yang beresiko. Dengan kelebihan-kelebihan itu pengukuran nonkontak sangat efisien walaupun harganya relatif mahal.

C. Thermography

Temperatur merupakan variabel yang paling mudah dipantau. Hampir semua fenomena alam akan mengakibatkan tejadinya perubahan temperatur. panas tersebut secara harfiah tidak dapat kita saksikan langsung dengan mata kita melainkan hanya dapat dirasakan saja keberadaanya. Untuk dapat melihat keadaan panas pada suatu benda, kita memerlukan peralatan tambahan yang dapat menangkap sinyal panas yang dipancarkan (Aulia, 2008)

Pengukuran temperatur dapat dilakukan baik secara kontak maupun non-kontak. Sebagian besar pengukuran dengan metode kontak dilakukan dengan menggunakan termometer dan termokopel. Sedangkan pengukuran non-kontak menggunakan sensor infra merah yang semakin banyak dikembangkan dan mulai banyak digunakan. Pengukuran non-kontak didasarkan pada teori Plank, bahwa semua benda yang bertemperatur di atas 0K memancarkan sinar infra


(38)

merah. Besarnya intensitas terutama bergantung pada temperatur material. Namun demikian lingkungan sekitar, sifat-sifat permukaan bahan, jenis bahan dan lain-lain turut memberikan kontribusi pada intensitas pancaran infra merah. Parameter-parameter tersebut bersifat noise, sehingga harus turut diperhatikan pada waktu menganalisis pola distribusi temperatur. Karena noise tersebut sangat sulit untuk dikoreksi secara numerik, pola distribusi temperatur yang dihasilkan lebih bersifat kualitatif. Dibanding model kontak, pengukuran non-kontak mempunyai keunggulan-keunggulan berupa tidak mengganggu pengoperasian, memonitor dari jarak jauh, akusisi lebih cepat dan menghasilkan distribusi atau pola panas pada permukaan sebuah benda. Sekarang ini, telah tersedia kamera yang dapat merekam pancaran infra red dari suatu permukaan benda. Dengan demikian distribusi atau pola temperatur pada suatu permukaan benda dapat dimonitor (Satmoko,2007).

Dengan mendeteksi anomali thermal (yaitu daerah yang lebih panas atau dingin daripada daerah lainnya) seorang teknisi yang berpengalaman dapat mencari dan menentukan masalah yang terjadi pada alat tersebut. teknologi infra merah didasarkan pada fakta bahwa semua benda memiliki suhu diatas nol dan memancarkan energi atau radiasi. Radiasi infra merah adalah panjang gelombang terpendek dari semua pancaran energi radiasi dan tidak terlihat tanpa instument khusus. Intensitas radiasi infra merah dari obyek merupakan fungsi dari suhu permukaannya, namun pengukuran suhu menggunakan metode inframerah rumit karena tiga sumber energi panas dapat dideteksi dari objek ataupun energi tersebut adalah:


(39)

21

1. Energi yang dipancarkan dari obyek itu sendiri. 2. Energi yang dipantulkan dari objek dan

3. Energi ditransmisikan oleh objek

Hanya energi yang dipancarkan yang penting dalam program pemeliharaan prediktif. pemantulan dan energi yang ditransmisikan yang akan mendistorsi data mentah inframerah. Oleh karena itu pemantulan dan energi yang ditransmisikan harus disaring dari data yang diperoleh sebelum analisi diselesaikan (keith mobley,2002).

1. Unit Kamera Berbasis Termografi

Perbedaan mengenai kamera video standar biasa dengan unit kamera termografi umumnya terletak pada objek yang ditangkap. Tanggapan kamera video standar adalah untuk radiasi cahaya tampak dari objek yang terlihat, sedangkan tanggapan unit termografi khusus untuk radiasi inframerah dari objek yang diamati. Oleh karena itu objek ditangkap melewati viewfinder ditampilkan dalam bentuk false colours untuk membawa informasi suhu.


(40)

Gambar 6. Panjang gelombang radiasi elektomagnetik. (wikipedia.com)

Terlihat pada Gambar 6 bahwa panjang gelombang dari objek yang memancarkan warna tampak atau warna-warna yang biasa dilihat oleh mata seperti warna merah, kuning, hijau dan biru berkisar kurang dari 1μm dan panjang gelombang yang dipancarkan oleh sinar inframerah yang memilki panjang gelombang setingkat lebih kecil dibandingkan dengan warna tampak atau nyata adalah antara 1μm sampai 10 μm.

Temografi inframerah menggunakan peralatan khusus untuk mengukur suhu permukaan. Objek bersuhu tinggi memancarkan jumlah energi pada daerah spektrum elektromagnetik inframerah yang lebih besar dari pada suhu rendah objek tersebut. Suatu kamera inframerah mendeteksi besar radiasi inframerah yang dipancarkan dari sebuah objek, dan


(41)

23

mengkonversikan suhu tersebut ke dalam citra panas video yang disebut dengan termogram (Burhanudin. dkk, 2012). Hal ini yang dapat dipergunakan untuk mengetahui besarnya panas yang dihasilkan oleh material dengan menggunakan efek radiasi yang dihasilkan suatu objek material tersebut. Penggunaan akan termografi diaplikasikan dalam perawatan di pabrik manufaktur, khususnya pada industri-industri besar yang memerlukan beberapa kriteria untuk meloloskan produk jadinya. Karena suhu merupakan hal yang menjadi perhatian utama dan saran diagnostik.

Suatu objek yang bersuhu tinggi memancarkan sejumlah energi pada daerah spektrum elektromagnetik inframerah sehingga untuk mendapatkan suhu panas yang dapat ditangkap oleh kamera diperlukan lensa yang beroperasi dari 3 sampai 5 μm dimana dapat dilihat pada tabel 1 bahwa barium flourida, lithium flourida, magnesium flourida, silikon, saphire, silikon nitrat, zirconium oksida, yang berpotensi digunakan sebagai bahan transmisi inframerah.

Tabel 1. Bahan transmisi inframerah

Jenis material 3-5 μm 8-13 μm

Alkali halida - KCL, NaCl, CsI Halida lain BaF2, LiF, MgF2 KRS5, PbF2, ThF4 Semikonduktor Si Ge, GaAs, InP, GaP Chalcogenides - ZnS, ZnSe, CdS, CaLaS


(42)

Lain-lain Al2O3,SiN, SiC, ZrO, Y2O3 -

D. Visi Komputer dan Visi Machine

Definisi dari pengolahan citra adalah pengolahan suatu citra dengan menggunakan komputer secara khusus, untuk menghasilkan suatu citra yang lain. Dengan menggunakan sistem pengolahan citra dapat merepresentasikan suatu proses dalam bentuk visual yang mudah untuk diamati untuk mendapatkan suatu tahap pengambilan keputusan. Dalam prakteknya pengolahan citra begitu erat dalam keseharian untuk beberapa aplikasi yang membutuhkan kecermatan. Seperti pada bidang astronomi untuk pemetaan geografi bumi dengan menggunakan satelit dimana memerlukan suatu integrasi untuk menghasilkan keadaan bumi secara keseluruhan baik kedalaman laut, ketinggian gunung ataupun keadaan pemukiman. Pada contoh lain penggunaan pengolahan citra sebagai alat keamanan untuk melindungi beberapa dokumen penting dan barang berharga dapat menggunakan pengolahan citra fingerprint atau eye-retina identification.

Melakukan proses pengolahan citra membutuhkan beberapa komponen untuk menangkap gambar citra dalam hal ini dapat menggunakan kamera video. Dengan cara ini dapat mengolah data yang diperlukan dengan menangkap intensitas cahaya yang tertangkap kamera. Intensitas cahaya itu sendiri merupakan salah satu sinyal elektris dan dengan cara paling sederhana menggunakan photosensitive cells dapat membuat kamera primitif yang


(43)

25

menghasilkan sederetan sinyal yang menghasilkan tingkatan-tingkatan intensitas cahaya untuk masing-masing spot pada gambar (Fadlisyah, 2007).

E. Termovision Sebagai Salah Satu Proses Pengolahan Citra Suhu

Termovision merupakan salah satu aplikasi yang bertujuan untuk dapat membaca suhu dari sebuah citra berformat JPG dan distribusi suhu melalui warna merah yang menunjukkan bagian terpanas. Konsep dari termovision ini sendiri hampir sama dengan metode termografi, hanya saja pada termografi aplikasi utamanya pada bagian kesehatan atau kedokteran.

Seperti pada Gambar 7 Metode Termografi inframerah didasarkan pada pengukuran distribusi energi radiasi panas yang dipancarkan dari permukaan target dan mengkonversinya menjadi peta suhu permukaan atau termogram . (IAEA, 2007)

Gambar 7. Aplikasi thermography pada aplikasi proses pemesinan (Franke,2011)


(44)

Termovision memanfatkan kondisi suhu yang dipancarkan oleh suatu benda dalam bentuk gelombang inframerah, kemudian ditangkap oleh kamera inframerah. Gambar 8 menunjukkan gambar aplikasi tthermovison menggunakan software matlab. Pengambilan gambar menggunakan kamera inframerah dilakukan setelah terjadi kontak suhu panas yang meningkat dari kondisi sebelumnya dari benda yang di ukur.

Gambar 8. Aplikasi thermovision pada proses pemesinan (Haris, 2013)

Hasil video yang ditangkap oleh kamera inframerah yang terbaca dikomputer kemudian diolah menggunakan sebuah aplikasi freeware video2image converter menjadi beberapa frame image sehingga menghasilkan keluaran berupa gambar berformat .jpg. Pemilihan gambar berformat .jpg beralasan


(45)

27

karena menggunakan format umum ini suhu dari citra sudah terbaca jadi tidak perlu mengubah ke format gambar lain seperti .bmp.

Setelah selesai mengkonversi video menjadi citra yang disimpan dalam bentuk JPG. Kemudian citra-citra ini diolah dengan menggunakan perangkat lunak yang mampu mengkonversi energi inframerah menjadi warna yang dapat dilihat oleh mata. Visualisasi suhu dalam bentuk warna menunjukkan distribusi suhu sesuai dengan tinggi-rendah suhu ini yang diinginkan dari fungsi aplikasi thermovision yang sebelumnya telah ditentukan parameter Tmax dan Tmin pada aplikasi thermovision. Aplikasi thermovision yang digunakan menggunakan aplikasi MATLAB sebagai media pengolah aplikasi thermovision (Haris, 2013)

Kelebihan aplikasi thermografi adalah dapat menangkap perbedaaan suhu yang dinyatakan dalam bentuk warna secara langsung, tanpa harus menempelkan alat pendeteksi pada benda objek. Selain dari kelebihan itu, aplikasi thermografi memiliki kekurangan yaitu aplikasi thermografi masih dilakukan secara manual. Cara ini dirasakan kurang efisien karena video yang telah direkam harus diubah menjadi bentuk gambar kemudian dalam bentuk gambar berformat .jpg barulah dapat diketahui suhu pada saat itu dengan aplikasi thermorafi.


(46)

F. Penggunaan Thermovision Untuk Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan sebuah operasi atau aktivitas yang harus dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk melakukan pergantian kerusakan peralatan dengan resources yang ada dan mengembalikan suatu sistem pada kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang usia kegunaan mesin, dan menekan failure sekecil mungkin.(Lisysantaka, 2011).

Sedangkan menurut Assauri, 1999. Pengertian pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/ peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/ penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Kegiatan pemeliharaan membuat fasilitas atau peralatan pabrik dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana, dan tidak mengalami kerusakan selama fasilitas atau peralatan tersebut dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum jangka tertentu yang direncanakan tercapai. Sehingga dapatlah diharapkan proses produksi dapat berjalan lancar dan terjamin. Karena kemungkinan-kemungkinan kemacetan yang disebabkan tidak baiknya beberapa fasilitas atau peralatan produksi telah dihilangkan atau dikurangi guna kelancaran proses produksi. Secara skematik, program pemeliharaan di dalam suatu industri bisa dilihat pada gambar 9 berikut ini :


(47)

29 INDUSTRI

1. Tujuan perawatan :

a. Memperpanjang usia kegunaan aset. Hal ini terutama penting di negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian. b. Menjamin ketersediaan optimum sistem atau peralatan yang dipasang

untuk suatu fasilitas, antara lain :

- Selalu siap bila diperlukan sesuai dengan rencana. - Tidak rusak selama operasi berjalan.

- Dapat bekerja dengan efisien sesuai kapasitas yang diinginkan. c. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh sistem atau peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat tiap waktu, misalnya unit diesel, UPS batere dan sebagainya.

d. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sistem atau peralatan. e. Menghemat waktu, biaya dan material karena sistem terhindar dari kerusakan.

Bahan Baku

Aktivitas Proses

Produksi Produk

Sistem Persiapan Sarana Produksi (peralatan/mesin)

Program Perawatan

Input Output

Gambar 9. Peranan Pemeliharaan Sebagai Pendukung Aktivitas Produksi (Lisysantaka, 2011)


(48)

f. Kerugian baik material maupun personel akibat kerusakan dapat dihindari sedini mungkin karena terjadinya kerusakan dan atau timbulnya kerusakan tambahan akibat kerusakan awal dapat segera dicegah. (Saepuloh,2012)

2. Perawatan Prediktif (predictive maintenance)

Perawatan prediktif merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem perawatan. Biasanya perawatan prediktif dilakukan dengan bantuaan panca indera atau alat monitor yang canggih sehingga efisiensi kerja tercapai karena adanya kelainan dapat diketahui dengan cepat. (Priyanta,2000)

3. Thermography Untuk Perawatan Prediktif

Thermography adalah teknik pemeliharaan prediktif yang dapat digunakan untuk memantau kondisi mesin pabrik, struktur, dan sistem, bukan hanya peralatan listrik. Ini menggunakan instrumentasi yang dirancang untuk memantau emisi energi infra merah (suhu permukaan) untuk menentukan kondisi operasi. Dengan mendeteksi anomali termal (daerah yang lebih panas atau lebih dingin dari yang seharusnya) seorang teknisi yang berpengalaman dapat mencari dan menentukan masalah yang terjadi dalam pabrik (Mobley,2002).


(49)

31

Tujuan dari pemeriksaan inframerah adalah untuk mengidentifikasi dan mendokumentasi masalah dalam sistem listrik atau mekanik. Informasi yang diberikan oleh inspeksi disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti. Peralatan listrik dan mekanik dalam fasilitas biasanya terjadi kegagalan secara bertahap dari waktu ke waktu. Dalam peralatan listrik masalah disertai dengan kenaikan suhu sebanding dengan peningkatan resistensi. Hal yang sama terjadi dengan motor listrik, gearbox, bantalan dan rakitan drive mekanis. Masalah-masalah ini menyebabkan downtime yang tak terduga dan menciptakan kondisi yang tidak aman. Hasilnya adalah produktivitas yang buruk dan produk-produk berkualitas rendah.


(50)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Produksi Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung untuk proses pemesinan frais dan pencitran menggunakan kamera inframerah dengan metode thermografi.


(51)

33 B.Diagram Alir Penilitian

Gambar 10. Diagram alir penelitian Set Up Experiment

- Kondisi tidak melakukan pemotongan dengan meja diam dan bergerak, dan kondisi melakukan pemotongan

- Merekam kondisi mesin frais dengan menggunakan kamera infra red yang sudah dihubungkan dengan aplikasi thermovision

Penentuan judul dan studi literatur

Perancangan dan pembuatan aplikasi real time thermovision dengan menggunakan matlab

Pemrosesan citra dengan aplikasi real time thermovision

Nilai temperatur citra dan

Selesai

Tidak Ya

Start

Apakah citra muncul?


(52)

C.Alat dan Bahan Penelitian

Adapun Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Baja AISI 1045

AISI 1045 adalah baja karbon yang mempunyai kandungan karbon sekitar 0,43 - 0,50 dan termasuk golongan baja karbon menengah (Glyn, 2001).

Gambar 11. Baja AISI 1045

Baja spesifikasi ini banyak digunakan sebagai komponen roda gigi, poros dan bantalan. Pada aplikasinya ini baja tersebut harus mempunyai ketahanan aus yang baik karena sesuai dengan fungsinya harus mampu menahan keausan akibat bergesekan dengan rantai. (Avner, 1974).

Tabe3. Komposisi Kimia Material (Budi, 2010)

Nama Kimia Persentase (%)

Carbon 0.42-0.50

Mangan 0.50-0.80

Silikon Maks. 0.40

Sulfur 0.02-0.04

Crom+Molibdenum+Nikel Maks. 0.63

205mm 70mm


(53)

35

Baja AISI 1045 yang digunakan pada penelitian kali ini memiliki dimensi 205 mm x 70mm x 35mm

Adapun Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Mesin Frais

Gambar 12. Mesin Frais

Merk : Milko

Type : Milko 12

Buatan : Spain

SPESIFIKASI TABLE:

Working Surface : 800 X 225

T Slot (3) : 14mm

Both Sides Swivel : 45o Traverses:


(54)

Cross : 230mm

Vertical : 400mm

SPINDEL:

Standard Taper : ISO – 40

Number Of Speeds : 12

Range : 50 – 1700 Rpm

WORK FEED:

Number Of Feeds : 8

Longitudinal : 18 – 550 mm/min RAPID FEEDS:

Longitudinal : 800 mm/min

MOTORS:

Main Motor : 1,5 kW

Feeds Motor : 0,55 kW

Coolant Motor : 0,07 kW

2. Pahat end mill karbida (12mm)

Jenis karbida yang disemen (cemented carbides) merupakan bahan pahat yang dibuat dengan cara menyinter serbuk karbidan (nitridan dan oksida) dengan bahan pengikat yang umumnya dari cobalt (Co) dengan cara carburizing masing-masing bahan dasar serbuk. Tungsten (wolfarm), Titanium, Tantahum dibuat menjadi karbida yang kemudian digiling dan disaring. Campuran serbuk karbida tersebut kemudia dicampur dan diceak tekan dengan memakai bahan pelumas kemudian dipanaskan sampai 16000C.


(55)

37 3. Kamera inframerah

Kamera inframerah digunakan untuk menangkap aktivitas pemesinan. Kamera berinframerah dipasang diatas pahat sehingga saat pahat menyentuh benda kerja, maka akan nampak pada layar monitor seperti terlihat pada Gamba 24 yang memperlihatkan set-up pengujian.

Berikut adalah spesifikasi kamera inframerah Merk : D-link

Model : DCS-5020L Perbesaran : 4X digital Zoom

Resolusi : 640 x 480 MAX Resolution

Gambar 14. Kamera inframerah

4. Laptop

Laptop digunakan untuk media penerima hasil video dari kamera inframerah.


(56)

5. Router

Router (Gambar 15) berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Sehingga hasil gambar yang ditangkap oleh kamera berinframerah diolah dalam laptop berupa gambar JPG.

6. Hygrometer

Higrometer (hygrometer) adalah perangkat untuk menentukan kelembaban atmosfer yang dapat menunjukkan kelembaban relatif (persentase kelembaban di udara), kelembaban mutlak (jumlah kelembaban) atau keduanya. Relative Humadity (Φ) adalah rasio antara massa udara yang ada pada saat itu maksimal terhadap kelembapan yang dapat diserap oleh udara (Cengel, 2006).

Φ =

; %

Hygrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang satu menunjukkan temperature yang ditunjukkan Gambar 16. Cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya.


(57)

39

Gambar 15. Hygrometer

7. Thermometer Digital

Dalam penelitian ini thermometer digital digunakan untuk pembacaan suhu dari sensor LM35DZ dan hasil dari pembacaan berupa tegangan yang kemudian di konversi menjadi suhu.

8. Aplikasi pengolahan image

Aplikasi pengolahan image yang digunakan pada eksperimen ini adalah aplikasi thermovision menggunakan program MATLAB yang ditampilkan pada gambar berikut.


(58)

Gambar 16. Aplikasi pengolahan image thermovision

MATLAB (Matrix Laboratory) merupakan salah satu bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan MathWorks. Fungsi dari MATLAB tidak hanya untuk beroperasi sebagai alat pemrograman, tetapi sekaligus sebagai alat visualisasi yang berhubungan langsung dengan ilmu matematika. Oleh karena itu, MATLAB semakin banyak digunakan oleh para programmer yang menghendaki kepraktisan dalam membuat program.

GUI MATLAB merupakan sebuah Graphical User Iterface (GUI) yang dibangun dengan obyek grafik seperti tombol (button), kotak teks, slider, menu dan lain-lain. Aplikasi yang menggunakan GUI umumnya lebih mudah dipelajari dan digunakan karena pada penggunaanya tidak perlu mengetahui perintah-perintah untuk membuka aplikasi dan bagaimana kerjanya. GUI merupakan tampilan grafis yang memudahkan user berinteraksi dengan perintah teks. Dengan GUI, program yang telah dibuat


(59)

41

dengan menggunakan MATLAB menjadi lebih user friendly sehingga mudah untuk user menjalankan suatu aplikasi program (Yessica, 2007).

D.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahapan antara lain sebagai berikut :

1. Perancangan dan pembuatan aplikasi thermovision real-time.

Untuk merancang aplikasi yang sesuai untuk pembacaan temperatur melalui sebuah citra (.jpg) dapat menggunakan aplikasi MATLAB karena salah satu fitur unggulan dari aplikasi pemrograman MATLAB ini adalah image processing. Dengan kemampuan MATLAB untuk melakukan image processing dapat memudahkan dalam mencari literatur untuk keperluan pembuatan aplikasi thermovision real time.

Berikut ini sekilas tentang cara pembuatan dari aplikasi thermovision real time yang dimulai dari proses perancangan bentuk awal dari aplikasi, memasukan script berupa perintah fungsi sehingga program dapat berjalan sesuai keinginan, testing aplikasi dan menyempurnakan aplikasi atau finishing.

a. Membuka guide builder dapat dilakukan dengan dua cara:


(60)

Gambar 17. Command Windows MATLAB

- Kedua, buka MATLAB lalu klik start> MATLAB > Lalu pilih GUIDE

Gambar 18. Start Guide MATLAB


(61)

43

Gambar 19. GUIDE quick Start

c. Pilih Blank GUI (Default) sehinggal tampil lembar kerja untuk merancang aplikasi yang diinginkan.


(62)

d. Hasil rancangan GUI

Gambar 21. hasil rancangan dengan GUI

e. Tahap selanjutnya adalah tahapan yang paling rumit dan menyita waktu yang cukup lama yaitu memasukan perintah fungsi code (coding) supaya aplikasi dapat mengukur suhu dari sebuah citra secara real time.

Gambar 22. fungsi code (coding)

f. Tampilan GUI yang sudah dijalankan dan siap untuk memproses citra berformat .jpg


(63)

45

Gambar 23. Tampilan aplikasi thermovision real-time setelah dijalankan

Aplikasi thermovision real-time yang dibuat bekerja dengan memanfaatkan fitur FTP (File Transfer Protocol) yang ada pada ip camera, di mana dengan memanfaatkan ip pada kamera dan router gambar yang dikirim oleh kamera dihubungkan dengan router yang nantinya akan diterima laptop, imej yang dikirm ke router dan laptop adalah imej per satu detik dan disimpan di direktori yang sudah ditentukan. Kemudian gambar tersebut ditampilkan ke dalam interface matlab dengan menggunakan fungsi kode timer. Untuk menangkap gambar yang dibutuhkan dapat menggunakan fungsi capture, sehingga secara otomatis gambar tersebut berhenti bergerak dan siap diproses untuk melihat distribusi suhu dan histogram-nya dengan menggunakan tombol EXE.


(64)

Gambar 24. Aplikasi thermovision menangkap gambar secara real-time.

Aplikasi ini membedakan suhu mesin berdasarkan warna yang ditampilkan, di mana semakin panas suhu mesin tersebut semakin merah juga warna yang ditampilkan oleh aplikasi thermovision.


(65)

47

Gambar di atas adalah imej yang ditangkap dengan menggunakan kamera infra merah, imej yang ditangkap dengan menggunakan kamera infra merah masih berupa gambar RGB. Dengan aplikasi thermovision gambar RGB tersebut dikonversi menjadi thermal image dengan memanfaatkan fungsi colormapjet untuk mengetahui warna distribusi suhunya.

Gambar 26. imej setelah diproses dengan aplikasi thermovision

Sedangkan untuk mengetahui distribusi suhu pada bagian mesin tertentu bisa menggunakan tombol region corp, tombol region corp ini akan menampilkan sebuah batasan ukur yang dinginkan oleh user dan hasil pengukurannya ditampilkan pada axes yang sudah disediakan pada interface thermovision.

g. Pengujian aplikasi thermovision real-time pada pemantauan kondisi mesin frais.


(66)

Sesuai dengan syarat dari aplikasi thermovision agar dapat bekerja adalah harus diketahui terlebih dahulu temperatur maksimum (Tmax) dan temperatur minimum (Tmin) saat terjadi proses pemesinan. Untuk mengetahui Tmax dan Tmin saat terjadi proses pemesinan maka digunakan sebuah termokopel yang ditempelkan pada transmisi, spindel dan motor mesin frais. Selama proses pemesinan berlangsung didapatkan Tmax yang didapat sebesar 500C yaitu pada bagian motor mesin frais dan Tmin sebesar 300C. Sehingga syarat untuk melakukan pengukuran dengan aplikasi thermovision sudah dapat dipenuhi.

Pada aplikasi thermovision pengukuran suhu mesin dilakukan dengan mengambil sampel kordinat (temperature area) digambar dengan objek pada bagian spindle, transmisi dan motor mesin frais karena ketiga objek ini adalah bagian mesin yang bergerak dan menghasilkan panas yang nantinya akan dihitung suhunya dengan aplikasi thermovision.


(67)

49 2. Set-up peralatan eksperimen / penelitian

Gambar 27. Set-up Mesin Frais

Pada tahapan mula ini dilakukan instalasi set-up mesin berupa penempatan kamera berinframerah yang berada disamping mesin. Selanjutanya sebagai media penerima image video maka kamera berinframerah disambungkan oleh router dan sebuah laptop untuk mengambil video dari proses pengerjaan pemesinan.

3. Proses pengambilan data

Setelah mesin di set-up seperti Gambar 28, maka proses pengambilan data dapat dilakukan. Proses pengambilan data ini dilakukan untuk mendapatkan image dari proses pengerjaan frais.


(68)

a. Melakukan set-up mesin frais seperti yang dilihatkan pada Gambar 28. b. Menghidupkan mesin frais tanpa melakukan pemotongan dengan meja

diam, yaitu dengan hanya menghidupkan mainmotor dan spindel mesin frais selama 6 jam, lalu meng-capture kinerja main motor dan spindle setiap 15 menit dan mengukur suhu mesin menggunakan termokopel setiap 1 jam untuk melihat perkembangan suhunya.

c. Menghidupkan mesin frais tanpa pemotongan dengan meja bergerak, yaitu dengan menghidupkan main motor mesin frais, spindle dan menggerak-gerakan meja (table) selama 6 jam, lalu meng-capture kinerja main motor dan spindel setiap 15 menit dan mengukur suhu mesin menggunakan termokopel setiap 1 jam untuk melihat perkembangan suhunya.

d. Menghidupkan mesin frais dengan pembebanan penuh, yaitu dengan melakukan pemotongan material baja AISI 1045 dengan menggunakan pahat end mil karbida selama 6 jam dengan kedalaman potong 0,25 mm, lalu meng-capture proses pemotongan spesimen setiap 15 menit dan mengukur suhu mesin menggunakan termokopel setiap 1 jam untuk melihat perkembangan suhunya.

e. Pengukuran menggunakan termokopel dilakukan pada motor, spindel dan transmisi mesin frais.


(69)

51

Gambar 28. Titik pengukuran dengan menggunakan termokopel

f. Mengamati dan menganalisa kondisi mesin dari warna yang ditampilkan oleh thermovision.

4. Pengolahan data video dengan thermovision real-time

Pengolahan citra hasil pengambilan data diolah menggunakan aplikasi matlab dengan menggunakan aplikasi thermovision real-time. GUI interface yang sudah dimasukan fungsi kode dapat merubah citra berformat .jpg menjadi thermal image dan histogram. Selanjutnya menentukan suhu pada titik pengukuran dengan menggunakan fitur region corp.

5. Analisa Data

Data yang telah didapatkan dengan menggunakan aplikasi thermovision kemudian dianalisa. Analisa data dilakukan setelah mendapatkan citra terbaik dari proses pengujian (15 menit, 30 menit, 45 menit dst) dengan menampilkan suhu mesin. Selanjutnya data yang telah dianalisa


(70)

ditampilkan dalam bentuk histogram untuk melihat perkembangan suhu yang terjadi selama proses pemesinan.


(71)

72

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.SIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah :

1. Aplikasi thermovision real-time berhasil dibuat dengan menggunakan fitur FTP (file transfer protokol), yang memungkinkan menangkap gambar per 1 detik secara terus menerus.

2. Setelah melakukan penelitian, kondisi mesin dengan melakukan pemotongan menghasilkan distribusi panas yang lebih banyak dari pada tidak melakukan pemotongan, hal ini dibuktikan dengan distribusi warna pada titik pengukuran yang mendekati warna merah.

3. Aplikasi thmermovision real-time menunjukan bahwa distribusi suhu paling besar terjadi pada daerah motor mesin frais.

4. Secara keseluruhan aplikasi thermovision dapat mendistribusikan warna dengan tepat, hanya saja untuk melakukan pengukuran belum akurat karena adanya noise yang tertangkap kamera.

5. Karena adanya perkembangan suhu atau panas, grafik histogram memiliki nilai intensitas leibih tinggi pada area terang (125-250) dibandingkan dengan intensitas pada area gelap (0-125).


(72)

6. Grafik histogram merepresentasikan banyaknya intensitas cahaya pada gambar dengan menampilkan grafik pada kawasan gelap (0-125) dan pada kawasan terang (125-250).

B.SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan penulis terhadap pengujian yang telah dilakukan adalah:

1. Perlu pemasangan filter infra merah pada kamera agar noise saat pengukuran berkurang

2. Melakukan pengembangan aplikasi thermovision real-time agar dapat menangkap gambar tanpa jeda (0 detik).

3. Perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan variasi objek ukur dan kondisi yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap suhu yang terjadi.


(73)

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofyan. 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, edisi revisi, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Asep Saepuloh, Kiswanto, Muh. Taufiq. 2012, Optimasi Perawatan Sistem Elektrik Untuk Mempertahankan Kelangsungan Operasi Rsg-Gas, Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 9 No. 2, Oktober 2012: 46 – 56

Avner, S.H. 1964. Introduction To Physical Metallurgy. Mc. Gran Hill, New York.

Burhanudin, Yanuar.Wardono, Herry. Su’udi, Ahmad. 2012. Karakterisasi Penyalaan Geram Pada Pemesinan Kecepatan Tinggi Magnesium AZ31 dan Magnesium AZ91 Menggunakan Analisis Termografi dan Jaringan Syaraf Tiruan. UNILA. Lampung.

D Clough, S Fletcher, A P Longstaff And P Willoughby. 2012, Thermal Analysis For Condition Monitoring Of Machine Tool Spindles, University Of Huddersfield, Uk.

Darmawan, Budi. 2010. Studi Eksperimen Umur Lelah Baja Poros AISI 1045 Hasil Quenching-Tempering Variasi Temperatur Dan Waktu Temper Pada Uji Rotating Bending. Institute Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Fadlisyah S.Si. 2007. Computer Vision dan Pengolahan Citra. CV Andi Offset.

Yogyakarta.

Franke, JӦrg E. 2011, Experimental Evaluation of the Thermal Machine Tool Behavior for Model Updating, Institute for Manufacturing Automation and Production Systems, Germany


(74)

Glyn, et.al. 2001. Physical Metallurgy of Steel. Class Notes and lecture material. For MSE 651.01

Handayani Peni,Trisno YP. 2008. Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem Elektronika Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Huda, Muhammad. 2010, Pengenalan Pola Citra Termografi Pada Pemantauan Kondisi Mesin Dengan Metode Pengolahan Citra Digital, Universitas Diponegoro, Semarang

Ibrahim, C. 1986, Perkakas Bantu, Lab. Teknik Produksi & Metrologi Industri, Jurusan Mesin, ITB.

John M. Gross. Fundamental of preventive maintenance AMACOM, a division of american management association, 1601 broadway, new york, NY 10019 Lisysantaka, Eko . 2011, Sekilas Tentang Runtutan Sebab Akibat Perkembangan

Dunia Maintenance, Universitas Diponegoro, Semarang.

Mahrudi, Haris. 2013. Rancang bangung aplikasi thermovision untuk pemetaan distribusi suhu dan permulaan penyalaan pembubutan magnesium kecepatan tinggi. Universitas lampung, bandar lampung.

Mobley, R. Keith. 2002, An Introduction To Predictive Maintenance Second Edition United States of America.

Montgomery, Michael. 2010. Using IR Thermography as a Predictive Maintenance Tool in an Electronics Manufacturing Facility. 2033 East Boulevard, Kokomo, IN 46904 Ph: 765-451-1202.


(75)

Plapper V & Weck M 2001. Sensorless machine Tool Condition Monitoring Based On Open NCs, pros. Of the IEEE. Conf. Robotics & automation, pp 3104-3108

Priyanta, Dwi. 2000. Keandalan dan Perawatan. Institure Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Saputra, Christian Ferry. 2011, Rekondisi Mesin Frais Universal Seri 4260. Universitas 11 maret, surakarta

Satmoko, Ari dan Abdul Hafid Pemeliharaan Prediktif Pada Jaringan Listrik Dengan Thermography Infra Merah, Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – BATAN Kawasan Puspitek, Serpong.

Satmoko, Ari. 2008, Analisis Kualitatif Teknik Thermography Infra Merah Dalam Rangka Pemeliharaan Secara Prediktif Pada Pompa, Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – BATAN Kawasan Puspitek, Serpong. Utama, Jana., Akuisisi Citra Digital Menggunakan Pemrograman MATLAB,

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Widodo, Achmad. 2008. Pencarian Informasi Citra Digital Termografi Dengan

Metode Pengenalan Pola Untuk Pemantauan Kondisi Mesin, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Youssef, Helmi and Hassan El-Hofy, 2008. Machining Technology, Machine Tools and Operation, CRCPress, Florida, USA.

Zulhendri, Kiswanto, G., Yazmendra, R. 2007. Pengaruh Tipe pahat dan Arah Pemakanan Permukaan Berkontur Pada Pemesinan Milling Awal Dan akhir Terhadap Kekasaran Permukaan. Jurnal Teknik Mesin. 4(1):15-22


(76)

Implementations strategies and tools for condition based maintenance at nuclear power plants, IAEA-TECDOC-1551, international atomic agency, May. 2007


(1)

72

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.SIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah :

1. Aplikasi thermovision real-time berhasil dibuat dengan menggunakan fitur FTP (file transfer protokol), yang memungkinkan menangkap gambar per 1 detik secara terus menerus.

2. Setelah melakukan penelitian, kondisi mesin dengan melakukan pemotongan menghasilkan distribusi panas yang lebih banyak dari pada tidak melakukan pemotongan, hal ini dibuktikan dengan distribusi warna pada titik pengukuran yang mendekati warna merah.

3. Aplikasi thmermovision real-time menunjukan bahwa distribusi suhu paling besar terjadi pada daerah motor mesin frais.

4. Secara keseluruhan aplikasi thermovision dapat mendistribusikan warna dengan tepat, hanya saja untuk melakukan pengukuran belum akurat karena adanya noise yang tertangkap kamera.

5. Karena adanya perkembangan suhu atau panas, grafik histogram memiliki nilai intensitas leibih tinggi pada area terang (125-250) dibandingkan dengan intensitas pada area gelap (0-125).


(2)

73

6. Grafik histogram merepresentasikan banyaknya intensitas cahaya pada gambar dengan menampilkan grafik pada kawasan gelap (0-125) dan pada kawasan terang (125-250).

B.SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan penulis terhadap pengujian yang telah dilakukan adalah:

1. Perlu pemasangan filter infra merah pada kamera agar noise saat pengukuran berkurang

2. Melakukan pengembangan aplikasi thermovision real-time agar dapat menangkap gambar tanpa jeda (0 detik).

3. Perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan variasi objek ukur dan kondisi yang berbeda untuk mengetahui pengaruhnya terhadap suhu yang terjadi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofyan. 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, edisi revisi, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Asep Saepuloh, Kiswanto, Muh. Taufiq. 2012, Optimasi Perawatan Sistem Elektrik Untuk Mempertahankan Kelangsungan Operasi Rsg-Gas, Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 9 No. 2, Oktober 2012: 46 – 56

Avner, S.H. 1964. Introduction To Physical Metallurgy. Mc. Gran Hill, New York.

Burhanudin, Yanuar.Wardono, Herry. Su’udi, Ahmad. 2012. Karakterisasi

Penyalaan Geram Pada Pemesinan Kecepatan Tinggi Magnesium AZ31

dan Magnesium AZ91 Menggunakan Analisis Termografi dan Jaringan Syaraf Tiruan. UNILA. Lampung.

D Clough, S Fletcher, A P Longstaff And P Willoughby. 2012, Thermal Analysis For Condition Monitoring Of Machine Tool Spindles, University Of Huddersfield, Uk.

Darmawan, Budi. 2010. Studi Eksperimen Umur Lelah Baja Poros AISI 1045 Hasil Quenching-Tempering Variasi Temperatur Dan Waktu Temper Pada Uji Rotating Bending. Institute Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Fadlisyah S.Si. 2007. Computer Vision dan Pengolahan Citra. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Franke, JӦrg E. 2011, Experimental Evaluation of the Thermal Machine Tool Behavior for Model Updating, Institute for Manufacturing Automation and Production Systems, Germany


(4)

Glyn, et.al. 2001. Physical Metallurgy of Steel. Class Notes and lecture material. For MSE 651.01

Handayani Peni,Trisno YP. 2008. Teknik Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem Elektronika Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Huda, Muhammad. 2010, Pengenalan Pola Citra Termografi Pada Pemantauan Kondisi Mesin Dengan Metode Pengolahan Citra Digital, Universitas Diponegoro, Semarang

Ibrahim, C. 1986, Perkakas Bantu, Lab. Teknik Produksi & Metrologi Industri, Jurusan Mesin, ITB.

John M. Gross. Fundamental of preventive maintenance AMACOM, a division of american management association, 1601 broadway, new york, NY 10019

Lisysantaka, Eko . 2011, Sekilas Tentang Runtutan Sebab Akibat Perkembangan Dunia Maintenance, Universitas Diponegoro, Semarang.

Mahrudi, Haris. 2013. Rancang bangung aplikasi thermovision untuk pemetaan distribusi suhu dan permulaan penyalaan pembubutan magnesium kecepatan tinggi. Universitas lampung, bandar lampung.

Mobley, R. Keith. 2002, An Introduction To Predictive Maintenance Second Edition United States of America.

Montgomery, Michael. 2010. Using IR Thermography as a Predictive Maintenance Tool in an Electronics Manufacturing Facility. 2033 East Boulevard, Kokomo, IN 46904 Ph: 765-451-1202.


(5)

Plapper V & Weck M 2001. Sensorless machine Tool Condition Monitoring Based On Open NCs, pros. Of the IEEE. Conf. Robotics & automation, pp 3104-3108

Priyanta, Dwi. 2000. Keandalan dan Perawatan. Institure Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Saputra, Christian Ferry. 2011, Rekondisi Mesin Frais Universal Seri 4260. Universitas 11 maret, surakarta

Satmoko, Ari dan Abdul Hafid Pemeliharaan Prediktif Pada Jaringan Listrik Dengan Thermography Infra Merah, Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – BATAN Kawasan Puspitek, Serpong.

Satmoko, Ari. 2008, Analisis Kualitatif Teknik Thermography Infra Merah Dalam Rangka Pemeliharaan Secara Prediktif Pada Pompa, Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – BATAN Kawasan Puspitek, Serpong. Utama, Jana., Akuisisi Citra Digital Menggunakan Pemrograman MATLAB,

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Widodo, Achmad. 2008. Pencarian Informasi Citra Digital Termografi Dengan Metode Pengenalan Pola Untuk Pemantauan Kondisi Mesin, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Youssef, Helmi and Hassan El-Hofy, 2008. Machining Technology, Machine Tools and Operation, CRC Press, Florida, USA.

Zulhendri, Kiswanto, G., Yazmendra, R. 2007. Pengaruh Tipe pahat dan Arah Pemakanan Permukaan Berkontur Pada Pemesinan Milling Awal Dan akhir Terhadap Kekasaran Permukaan. Jurnal Teknik Mesin. 4(1):15-22


(6)

Implementations strategies and tools for condition based maintenance at nuclear power plants, IAEA-TECDOC-1551, international atomic agency, May. 2007