Analisis kesalahan frasa preposisional pada headline news koran suara Tangerang Selatan edisi bulan Oktober-November 2013 dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA

ANALISIS KESALAHAN FRASA PREPOSISIONAL PADA HEADLINE
NEWS KORAN SUARA TANGERANG SELATAN EDISI BULAN
OKTOBER-NOVEMBER 2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh
Nurmah
1110013000074

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ABSTRAK

Nurmah. 1110013000074, “Analisis Kesalahan Frasa Preposisional pada

Headline News Koran Suara Tangerang Selatan Edisi Bulan OktoberNovember 2013 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SMA”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan: Dr. Darsita
Suparno, M. Hum, Desember 2014.
Dalam penelitian ini, masalah yang dikaji adalah analisis kesalahan frasa
preposisional pada headline news koran Suara Tangerang Selatan edisi bulan
Oktober-November 2013 dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di SMA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
kesalahan penulisan frasa preposisional pada headline news koran Suara
Tangerang Selatan dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di SMA. Objek dalam penelitian ini adalah headline news koran Suara
Tangerang Selatan edisi bulan Oktober-November 2013. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan metode
pengambilan data simak dengan teknik catat dan metode analisis data padan
ekstralingual dengan teknik analisis data: teknik hubung banding menyamakan,
teknik hubung banding membedakan serta teknik hubung banding menyamakan
hal pokok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam analisis kesalahan frasa
preposisional pada koran Suara Tangerang Selatan edisi bulan Oktober-November

2013 terdapat 30 kesalahan dari 14 data yang penulis analisis. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesalahan dalam penulisan frasa
preposisional pada koran Suara Tangerang Selatan.

Kata kunci : Analisis kesalahan, frasa preposisional, koran Suara Tangerang
Selatan

i

ABSTRACT

Nurmah. 1110013000074, "Analysis of Prepositional Error Phrase on Headline
News in Suara Tangerang Selatan Newspaper October-November 2013
Edition, and the Implication to Indonesian Language and Literature Study
in Senior High School". Education Department of Indonesian Language
and Literature, Faculty of MT and Teaching, Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta. Under the supervison: Dr. Darsita Suparno, M.
Hum, December 2014.
In this reasearch, the problem which analyzed is prepositional error phrase
on headline news Suara Tangerang Selatan Newspaper October-November 2013

edition, and the Implication to Indonesian language and literature Study in Senior
High School. This research purpose is to describe wrong writing prepositional
error phrase on headline news in Suara Tangerang Selatan Newspaper and the
implication to Indonesian language and literature study in Senior High School.
The object in this research is headline news in Suara Tangerang Selatan
Newspaper October-November 2013 edition. The method that used in this
research is qualitative descriptive method with data attentively retrieval data with
the recording technique and extralingual comparrison data analysys with data
analysys technique: relational comparrison equalize technique, relational
comparrison diffrentiate technique and relational comparrison equalize main
point.
The result is to showed that in prepositional error phrase in Suara
Tangerang Selatan Newspaper October-November 2013 edition there are 30 errors
of 14 data that analysys author. Therefore, it can be conclude that still have a
mistake in prepositional phrase writing in Suara Tangerang Selatan newspaper.
Keywords: Analysis of error, prepositional phrase, Suara Tangerang Selatan
newspaper

i


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis sanjungkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Kesalahan Frasa Preposisional pada Headline News Koran
Suara Tangerang Selatan Edisi Bulan Oktober-November 2013 dan Implikasinya
terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA”. Selawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
menjauhkan kita dari jalan kebodohan dan telah membawa ke jalan yang terang
benderang. Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Selain itu,
juga untuk melatih keterampilan menulis penulis dan untuk menambah
pengetahuan bagi penulis sendiri maupun untuk orang lain.
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini juga karena bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Nurlena Rifa’i, M.A.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hindun, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Darsita Suparno, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah
sangat sabar, teliti, dan meluangkan waktunya untuk memberikan
petunjuk dan bimbingannya kepada penulis.
4. Segenap dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga
memberikan masukan berharga bagi penulis.
5. Sian dan Mariam selaku orang tua penulis, kakak-kakakku yang selalu
memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

ii

6. Icha, selaku karyawan koran Tangsel Pos yang telah membantu penulis
dalam mengumpulkan data-data koran yang hilang, atas bantuan beliau
penulis bisa melanjutkan penelitian tanpa adanya halangan.
7. Sahabat seperjuangan PBSI B angkatan 2010, teman-teman rumah,
teman-teman di Astawana Nusantara terutama kepada Muhammad Noe
yang selalu memberikan dukungan materil, moril, dan semangat
sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.
8. Teman-teman di Organisasi Belantara Merah Putih Adventure terutama
kepada Iwank yang selalu memberikan semangat dan memberikan

motivasi

yang

membuat

penulis

semakin

bersemangat

untuk

menyelesaikan dengan cepat skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini tanpa
dapat dituliskan satu persatu.
Penulis telah berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Namun, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna, karena pengetahuan penulis belum seberapa. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, Desember 2014

Penulis

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................


iv

DAFTAR DIAGRAM POHON .................................................................

vi

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................

1

A. Latar Belakang .............................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................

4

C. Batasan Masalah ..........................................................................


4

D. Perumusan Masalah .....................................................................

4

E. Tujuan Penelitian ..........................................................................

5

F. Manfaat Penelitian ........................................................................

5

BAB II ACUAN TEORETIS .....................................................................

6

A. Analisis Kesalahan .......................................................................


6

B. Sintaksis ........................................................................................

8

C. Kata ...............................................................................................

13

D. Preposisi (Kata Depan) .................................................................

14

E.

Frasa..............................................................................................

24


F.

Frasa Preposisional .......................................................................

29

G. Bahasa Jurnalistik .........................................................................

30

H. Media Cetak (Koran) ....................................................................

32

I.

Penelitian yang Relevan ...............................................................

35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................

37

A. Rancangan Penelitian. ..................................................................

38

B. Metode Penelitian .........................................................................

38

C. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................

39

D. Objek Penelitian ...........................................................................

39

E.

Pengumpulan Data ........................................................................

40

F.

Jenis Data ......................................................................................

42

iv

G. Analisis Data.................................................................................

42

H. Pelaksanaan Penelitian .................................................................

43

BAB IV ANALISIS .....................................................................................

45

A. Analisis Kesalahan Frasa Preposisional pada Headline News Koran
Suara Tangerang Selatan Edisi Bulan Oktober-November 2013 .

45

B. Implikasi Penelitian Frasa Preposisional terhadap Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMA .......................................................

76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................

78

A. Simpulan .......................................................................................

78

B. Saran .............................................................................................

79

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

vii

LAMPIRAN

v

DAFTAR DIAGRAM POHON

1.

Diagram pohon (1.a) ..............................................................................

45

2.

Diagram pohon (2.a) ..............................................................................

47

3.

Diagram pohon (3.a) .............................................................................

48

4.

Diagram pohon (4.a) .............................................................................

49

5.

Diagram pohon (5.a) .............................................................................

50

6.

Diagram pohon (6.a) ..............................................................................

51

7.

Diagram pohon (7.a) ..............................................................................

52

8.

Diagram pohon (7.b) .............................................................................

53

9.

Diagram pohon (7.c) ..............................................................................

54

10. Diagram pohon (7.d) ..............................................................................

55

11. Diagram pohon (7.e) ..............................................................................

56

12. Diagram pohon (8.a) ..............................................................................

57

13. Diagram pohon (8.b) ..............................................................................

58

14. Diagram pohon (8.c) ..............................................................................

60

15. Diagram pohon (8.d) ..............................................................................

61

16. Diagram pohon (9.a) ..............................................................................

62

17. Diagram pohon (9.b) ..............................................................................

63

18. Diagram pohon (10.a) ............................................................................

64

19. Diagram pohon (10.b) ............................................................................

65

20. Diagram pohon (11.a) ............................................................................

66

21. Diagram pohon (11.b) ............................................................................

67

22. Diagram pohon (12.a) ............................................................................

68

23. Diagram pohon (13.a) ............................................................................

69

24. Diagram pohon (13.b) ............................................................................

70

25. Diagram pohon (14.a) ............................................................................

71

26. Diagram pohon (14.b) ............................................................................

72

27. Diagram pohon (14.c) ............................................................................

73

28. Diagram pohon (14.d) ............................................................................

74

vi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memerlukan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa berfungsi
sebagai alat atau perantara untuk menyampaikan informasi baik lisan maupun
tulisan, yang memiliki tujuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
keinginan dari seorang penutur kepada petutur. Dalam penyampaian informasi,
tentunya harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, agar maksud yang
disampaikan oleh penutur dapat dengan mudah dipahami oleh petutur.
Berbahasa memilki empat keterampilan dasar, yaitu mendengarkan
(menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Antara keempat keterampilan
berbahasa itu memilki hubungan yang saling berkaitan, serta memiliki tujuan
yang sama, yakni untuk mendapatkan pesan atau informasi. Untuk mendapatkan
informasi yang lebih luas, seseorang dituntut untuk membaca. Dengan banyak
membaca, maka akan menambah pengetahuan dan pengalaman yang baru. Tetapi,
dalam kegitan membaca itu, sangat diperlukan kemampuan membaca yang
memadai dan kritis, agar seorang pembaca dapat sekaligus menilai bahasa yang
digunakan oleh penulis.
Dalam kaitannya dengan membaca, kegiatan menulis memiliki tujuan
untuk menyampaikan suatu pesan. Seorang penulis harus lebih memperhatikan
apa yang hendak ia tulis dan menerapkan aturan-aturan penulisan yang baik dan
benar, agar tulisan yang ia buat itu sesuai dengan maksud dan tujuannya. Selain
itu, pengunaan bahasa yang efektif bisa membuat maksud yang ingin disampaikan
penulis tergambar lengkap dalam pikiran pembaca atau pendengar, persis seperti
yang disampaikannya. Jadi, dengan penggunaan bahasa Indonesia yang efektif,
pembaca lebih mudah memahami maksud yang disampaikan penulis dalam
karyanya.

1

2

Kegiatan menulis juga dapat ditemukan dalam pembelajaran di sekolah.
Sekolah merupakan wadah bagi para siswa untuk mengembangkan segala potensi
yang mereka miliki. Sekolah juga berperan penting dalam mempersiapkan
generasi muda yang akan ikut serta membangun masyarakat dan dapat
menempatkan diri mereka masing-masing sesuai dengan apa yang mereka telah
dapatkan di sekolah. Salah satunya, yakni dengan mengembangkan minat siswa
untuk menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang harus
diperhatikan dalam setiap kegiatannya di sekolah.
Dewasa

ini,

masih

dijumpai

pada

tulisan-tulisan

penyimpangan-penyimpangan dalam hal kaidah bahasa.

siswa

adanya

Siswa masih kurang

mampu menggunakan secara tepat dan benar ejaan dalam penulisan. Banyak
siswa yang masih rancu dalam menempatkan kata-kata dalam kalimat. Disadari
atau tidak, siswa seringkali kurang memperhatikan apakah tulisannya itu sudah
sesuai aturan atau tidak. Di samping itu, ketidakpahaman dalam penulisan
preposisi atau kata depan, menyebabkan adanya kesalahan penulisan yang tidak
sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Akibatnya, sering terjadi kesalahan
dalam berkomunikasi.
Bagi seorang pengajar, kegiataan menulis di sekolah jangan diabaikan
begitu saja. Tapi dijadikan sebagai suatu proses yang dapat membantu siswa
untuk mengembangkan ide dan gagasannya menjadi sebuah tulisan. Seperti
halnya sebuah karangan yang dibuat oleh siswa. Isi tulisan dan teknik penulisan
siswa perlu menjadi sebuah perhatian yang khusus, dengan memperhatikan
penggunaan ejaan yang baik dan benar. Pengajar tentunya harus membimbing dan
mengarahkan para siswa dalam menulis. Tujuannya, agar hasil penulisan
karangan siswa dapat dipahami baik isi tulisan maupun teknik penulisannya.
Kesalahan tatabahasa tidak hanya ditemukan dalam proses pembelajaran
di sekolah, bahkan dapat ditemukan dalam penulisan di media massa. Media
massa berperan sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada khalayak
umum. Tanpa adanya media massa, seseorang hanya bisa menerima dan

3

menyampaikan

informasi

melalui

cara-cara

tradisional

seperti

jaringan

komunikasi berantai dari satu individu ke individu yang lain. Kehidupan sosial
masyarakat tidak dapat terlepas dari pengaruh media massa. Media massa
merupakan instrument penting dalam pembangunan kemajuan suatu bangsa.
Karena itu, keberadaan media massa di publik sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan. Media massa dapat digolongkan menjadi tiga, yakni media cetak,
media elektronik dan media internet.
Pada zaman modern ini, media massa terus berkembang lebih maju.
Dengan fasilitas-fasilitas yang memadai pada saat ini, maka sangat mudah untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan secara cepat dan tepat. Salah satunya
mencari informasi melalui media cetak seperti buku, koran, majalah, paper dan
sebagainya. Tetapi, untuk mendapatkan informasi dari media cetak seseorang
dituntut untuk memilki keterampilan membaca.
Koran merupakan salah satu jenis media cetak yang menggunakan bahasa
tulis sebagai medianya. Melalui koran masyarakat dapat mengetahui informasiinformasi terkini dan aktual dari kejadian-kejadian dalam suatu masyarakat baik
yang bersifat lokal, nasional maupun mancanegara.
Pada dasarnya, kita harus ketahui bahwa bahasa koran merupakan bahasa
yang diupayakan dapat dikonsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat. Sehingga,
bahasa yang digunakan pun tentunya harus melingkupi semua kalangan yang
mengkonsumsi media ini pula. Tetapi, tidak semua media massa memperhatikan
lebih jauh bagaimana mereka menggunakan bahasa pada setiap wacana yang
disampaikan.
Penulis merasa tertarik untuk mengkaji penerapan aturan-aturan penulisan
yang baik dan benar terutama dalam analisis kesalahan frasa preposisional dalam
wacana yang terdapat pada koran Suara Kota Tangerang Selatan edisi bulan
Oktober-November 2013. Selain untuk mengkaji, ada pula implikasi dari analisis
kesalahan frasa preposisional ini, yakni dengan menerapkan aturan-aturan bahasa
yang baik dan benar, maka akan melatih siswa untuk menjadi seorang penulis

4

yang profesional dan lebih terampil dalam menempatkan bahasa. Oleh karena itu,
penulis akan mengangkat judul dari permasalahan ini, yakni “Analisis Kesalahan
Frasa Preposisional pada Headline News Koran Suara Tangerang Selatan Edisi
Bulan Oktober-November 2013 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMA”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini di antaranya:
1. Kurangnya kesadaran akan penggunaan kaidah-kaidah bahasa yang baik
dan benar, terutama dalam penulisan frasa preposisional di dalam sebuah
kalimat.
2. Ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran dalam menerapkan cara
menulis yang efektif.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasai masalah di atas, dengan adanya kesalahan
berbahasa yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar,
maka penulis membatasi masalah penelitian ini hanya pada analisis kesalahan
frasa preposisional pada wacana yang difokuskan pada headline news yakni koran
Suara Tangerang Selatan dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di SMA.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Bagaimana analisis kesalahan frasa preposisional pada
headline news koran Suara Tangerang Selatan dan implikasinya terhadap
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA?”

5

E. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan kesalahan penulisan frasa preposisional pada headline
news koran Suara Tangerang Selatan dan implikasinya terhadap pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di SMA.
F. Manfaat Penelitian
Selain ingin mencapai tujuan di atas, peneliti berharap agar penelitian ini
dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaat
penelitian ini di antaranya:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang penggunaan
frasa preposisional yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik
dan benar.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman
tambahan yang nantinya bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
b. Penelitian ini dapat membuka wawasan serta memberikan masukan
bagi para mahasiswa untuk lebih memperhatikan penggunaan frasa
preposisi yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan
benar.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
kepada para guru, terutama guru bahasa Indonesia, agar perencanaan
kegiatan keterampilan menulis bisa ditingkatkan, sehingga para siswa
bisa mengusai kaidah-kaidah penulisan yang baik dan benar.

BAB II
ACUAN TEORETIS
A. Analisis Kesalahan
Kesalahan atau error berarti tidak benar, suatu bagian yang menyimpang
dari suatu objek. Kesalahan juga berarti penyimpangan berbahasa secara
sistematis yang ditimbulkan karena belum dikuasainya kaidah-kaidah kebahasaan.
Dapat dikatakan kesalahan terjadi karena adanya beberapa penyimpangan dari
norma baku. Sebagimana pendapat Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan
bahwa analisis kesalahan adalah “suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh
para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sempel, penjelasan
kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya,
serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu”.1
Ruru dan Ruru, seperti dikutip Mansoer Pateda dalam bukunya Analisis
Kesalahan, mengatakan bahwa:
“Analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan,
mengkalsifikasikan dan menginterprestasikan secara sistematis kesalahankesalahan yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau
bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur
berdasarkan linguistik”.2
Jika penggunaan bahasa lisan maupun tulisan menyimpang dari faktor
penetu berkomunikasi, maka dikatakan ada kesalahan dalam berbahasa begitupula
dengan penyimpangan dari norma kemasyarakatan

dan kaidah tata bahasa

Indonesia.
Berdasarkan definisi di atas, menurut penulis analisis kesalahan berbahasa
adalah

suatu

penyelidikan

terhadap

penyimpangan-penyimpangan

dalam

berbahasa baik secara lisan maupun tulisan, yang mana bahasa itu tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah tata bahasa indonesia.
1

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa
(Bandung: Angkasa, 1990), h. 198.
2
Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan (Gorontalo: Nusa Indah, 1987), h. 32.

6

7

Corder seperti dikutip Mansoer Pateda dalam bukunya Analisis
Kesalahan, membedakan pengertiaan kekeliruan „mistakes‟ dan kesalahan „error‟.
Kekeliruan mengacu pada performasi, sedangkan kesalahan mengacu pada
kompetensi. Dengan kata lain, kekeliruan adalah penyimpangan yang tidak
sistematis, misalnya karena kesalahan, emosi atau salah ucap, sedangkan
kesalahan

adalah

penyimpangan-penyimpangan

yang

sifatnya

sistematis,

konsisten dan menggambarkan kemampuan si terdidik pada tahap tertentu.3
Corder seperti dikutip Mansoer Pateda dalam bukunya Analisis
Kesalahan, menyebut tiga kategori dasar kesalahan, yakni:
(1) Kesalahan presismatik, „presystematic errors‟, yakni kesalahan yang muncul
ketika si terdidik mencoba mengatasi persoalan penggunaan bahasa.
(2) Kesalahan sistematis „systematic errors‟, yakni kesalahan yang muncul
apabila si terdidik telah memiliki kompetensi bahasa tertentu atau bahasa
sasaran „target language‟.
(3) Kesalahan pascasistematis „post-systematic errors‟, yakni kesalahan yang
dibuat si terdidik ketika ia memeraktekan bahasa.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam berkomunikasi, menulis, dan
membaca, seringkali menemukan kesalahan-kesalahan dalam berbahasa. Banyak
faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan kesalahan itu. Seperti halnya
saat seseorang ingin mempelajari bahasa kedua setelah bahasa ibunya. Budaya
yang dibawa dari bahasa ibunya itu akan selalu melekat dalam dirinya sehingga
ketika mempelajari bahasa kedua sering terjadi penyimpangan-penyimpangan
dalam berbahasa.
Kesalahan yang perlu dianalisis melingkupi tataran fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Analisis kesalahan bidang fonologi, misalnya kesalahan
yang berhubungan dengan pelafalan, grafemik, pungtuasi dan silabisasi. Analisis
kesalahan bidang morfologi, misalnya kesalahan yang bertalian dengan morfem,
kata dengan segala derivasinya, sedangkan analisis kesalahan bidang sintaksis,
misalnya menyangkut urutan kata, koherensi, logika kalimat. Akhirnya analisis
3

Pateda, Analisis Kesalahan, h. 32.

8

kesalahan bidang semantik, misalnya kesalahan yang berhubungan dengan
ketepatan penggunaan kata atau kalimat yang didukung oleh makna, baik makna
leksikal maupun makna gramatikal.4
B. Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu kata ύ syn yang
berarti bersama-sama, dan ά ιϛ tάxis yang berarti urutan.5 Sintaksis ialah cabang
dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam
kalimat dan menerangkan hubungan-hubungannya yang terjadi. Jika morfologi
meneliti peristiwa gramatikal yang terjadi dalam batas kata itu sendiri, maka
sintaksis mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata yaitu dalam
hubungan satuan yang disebut kalimat.6
M. Ramlan mengatakan bahwa sintaksis ialah bagian atau cabang dari
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa,
berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem.
Untuk menjelaskan uraian itu, diambil contoh kalimat.
(1) Seorang pelajar sedang belajar di perpustakaan.
Kalimat di atas terdiri daari satu klausa yang terdiri dari S, ialah seorang
pelajar, P, ialah sedang belajar, dan KET, ialah di perpustakaan. Tiap-tiap fungsi
dalam klausa itu terdiri dari satuan yang disebut frasa, ialah seorang pelajar,
sedang belajar, dan di perpustakaan, yang masing-masing terdiri dari dua kata,
ialah seorang dan pelajar yang membentuk frasa seorang pelajar, sedang dan
belajar yang membentuk frasa sedang belajar, dan di serta perpustakaan yang
membentuk frasa di perpustakaan.7
Menurut Stryker yang dikutip oleh Henry Guntur Tarigan dalam bukunya
Pengajaran Sintaksis mengatakan bahwa, “sintaksis adalah telaah mengenai polapola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan kata menjadi
4

Ibid., h. 33-34.
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2011), h. 137.
6
Gustaf Sitindaon, Pengantar Linguistik dan Tata Bahasa Indonesia (Bandung: CV
Pustaka Prima, 1984), h. 102.
7
M. Ramlan, Sintaksis (Yogyakarta: C.V. “Karyono”, 2005), h. 18.
5

9

kalimat”. Menurut Henry Guntur Tarigan sintaksis adalah salah satu cabang tata
bahasa yang menelaah struktur-struktur kalimat, klausa, dan frasa.8
Berdasarkan definisi di atas, menurut penulis sintaksis adalah cabang tata
bahasa yang mengkaji hubungan antara kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Dalam pembahasan sintaksis, yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur
sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis; serta alat-alat
yang digunakan dalam membangun struktur itu; (2) satuan-satuan sintaksis yang
berupa kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana; dan (3) hal-hal lain yang
berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya.9
1.

Kategori Sintaksis

Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta
perilakunya. Kata yang mempunyai bentuk serta perilaku yang sama, atau mirip,
dimasukkan ke dalam satu kelompok, sedangkan kata lain yang bentuk dan
perilakunya sama atau mirip dengan sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok
yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata
dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya. Kategori sintaksis sering pula
disebut kategori atau kelas kata.
Dalam bahasa Indonesia kita memiliki empat kategori sintaksis utama: (1)
verba atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, dan
(4) adverbia atau kata keterangan. Di samping itu, ada satu kelompok lain yang
dinamakan kata tugas yang terdiri atas beberapa subkelompok yang lebih kecil,
misalnya preposisi atau kata depan, konjungtor atau kata sambung, dan partikel.
Nomina, verba, dan adjektiva sering dikembangkan dengan tambahan
pembatas tertentu. Nomina, misalnya, dapat dikembangkan dengan nomina lain,
dengan adjektiva, atau dengan kategori lain (gedung

gedung sekolah, gedung

bagus, gedung yang bagus itu). Verba dapat diperluas, antara lain, dengan
8
9

Henry Guntur Tarigan, Sintaksis (Angkasa: Bandung, 1984), h. 4.
Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rieneka Cipta, 2007), h. 206.

10

adverbia seperti pelan-pelan (makan

makan pelan-pelan), dan adjektiva dapat

diperluas dengan adverbia seperti sangat (sangat

sangat manis). Pada tataran

sintaksis, nomina dan perkembangannya disebut frasa nominal. Hal yang sama
berlaku pada verba yang menjadi frasa verbal dan pada adjektiva pada frasa
adjektival. Preposisi yang diikuti kata atau frasa lain menghasilkan frasa
preposisional.
2.

Fungsi Sintaksis

Tiap

kata

atau

frasa

dalam

kalimat

mempunyai

fungsi

yang

mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut.
Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam
kaimat. Fungsi utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap,
dan keterangan. Di samping itu, ada fungsi lain seperti atributif (yang
menerangkan), koordinatif (yang menggabungkan secara setara), subordinatif
(yang menggabungkan secara bertingkat).
Predikat dalam bahasa Indonesia dapat berwujud frasa verbal, adjektival,
nominal, numeral, dan preposisional. Berikut ini adalah beberapa contoh predikat.
(2) a. Ibu sedang makan di dapur.
b. Gempa minggu lalu keras sekali.
c. Ayah saya lurah desa Kajen.
d. Dia dari medan.
Di samping predikat, kalimat umumnya mempunyai pula subjek. Dalam
bahasa Indonesia subjek biasanya terletak di muka predikat. Subjek dapat
berwujud nomina, tetapi pada keadaan tertentu kategori lain juga dapat
menduduki fungsi subjek. Dari contoh di atas tampaklah bahwa subjek untuk
kalimat (a) adalah ibu; untuk kalimat (b) gempa minggu lalu; untuk kalimat (c)
ayah saya; dan untuk kalimat (d) dia.
Subjek yang bukan nomina terlihat pada contoh berikut.
(3) a.

Membangun gedung makan biaya.

b. Berhitung tidak mudah.

11

c. Merah adalah warna dasar.
Ada juga kalimat yang mempunyai objek. Pada umumnya objek yang
berupa frasa nominal berada di belakang predikat yang berupa frasa verbal
transitif aktif; objek itu berfungsi sebagai subjek jika kalimat tersebut diubah
menjadi kalimat pasif. Dalam kalimat:
(4) a. Kasdun memanggil orang itu.
b. Hal ini merupakan masalah besar.
orang itu adalah objek karena nomina itu (a) berdiri di belakang predikat
verbal dan (b) dapat menjadi subjek bila kalimat (a) diubah menjadi kalimat pasif
seperti terlihat pada (4a).
(4a) Orang itu dipanggil oleh Kasdan.
Sebalikanya, masalah besar pada kalimat (4b) bukanlah objek, melainkan
pelengkap karena meskipun frasa nominal tersebut berada di belakang predikat
verbal, frasa itu tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Kalimat (4b)
dalam bahasa Indonesia tidak gramatikal.
(4b) *Masalah besar dirupakan oleh hal ini.
Dinamakan pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Pelengkap
pada umumnya berupa frasa nominal, dan frasa nominal itu juga berada di
belakang predikat verbal. Perbedaan yang penting ialah pelengkap tidak dapat
menjadi subejk dalam kalimat pasif. Dengan kata lain, kalimat yang mempunyai
pelengkap (dan tidak mempunyai objek) tidak dapat dijadikan kalimat pasif. Dari
segi lain, pelengkap mirip dengan keterangan juga. Kedua-duanya membatasi
acuan konstruksi yang bergabung dengannya. Perbedaannya ialah pelengkap pada
umumnya wajib hadir untuk melengkapi konstruksinya, sedangkan keterangan
tidak. Tempat keterangan biasanya bebas, sedangkan tempat pelengkap selalu di
belakang verba (beserta objeknya). Akhirnya, cakupan semantis keterangan lebih
luas, yaitu mewatasi unsur kalimat atau seluruh kalimat. Keterangan ada yang
menyatakan alat, tempat, cara, waktu, kesertaan, atau tujuan.

12

3.

Peran Sintaksis

Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran sintaksis teretntu.
Perhatikan contoh berikut.
(5) Farida menunggui adiknya.
(6) Pencuri itu lari.
(7) Penjahat itu mati.
(8) Johan melihat kecelakaan itu.
Dari segi peran sintaksis, Farida pada (10) adalah pelaku, yakni orang
yang melakukan perbuatan menunggui. Adiknya pada kalimat ini adalah sasaran,
yakni yang terkena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Pencuri pada (11)
adalah juga pelaku-dia melakukan perbuatan lari. Akan tetapi, penjahat pada (12)
bukanlah pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang dia lakukan, melainkan
suatu peristiwa yang terjadi padanya. Oleh karena itu, meskipun wujud
sintaksisnya mirip dengan (11), penjahat itu pada (12) adalah sasaran. Pada
kalimat (13) Johan bukanlah pelaku ataupun sasaran. Ada suatu peristiwa, yakni
kecelakaan, dan peristiwa itu menjadi rangsang yang kemudian masuk ke benak
dia. Jadi, Johan di sini mengalami peristiwa tersebut. Karena itu, peran sintaksis
Johan adalah pengalam.
Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa satu kata bisa dilihat dari tiga
segi. K(ategori sintaksis), F(ungsi sintaksis), dan P(eran sintaksis). Lihatlah
diagram berikut.10
(10)

10

Farida

menunggui

K

F

P

Nom

Sub

Pel

K

F

P

Verba Pred Perbuatan

adiknya.

K
Nom

F
Obj

P
Sas

Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai
Pustaka, 2003), h. 35-39.

13

C. Kata
Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap
kata berdasarkan arti dan ortobigarfi. Kata adalah “satuan bahasa yang memiliki
satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi,
dan mempunyai satu arti”. 11
Masnur Muslih mengatakan bahwa kata berbeda dengan morfem sebab
kata adalah satuan ujaran bebas terkecil yang bermakna.12
Berdasarkan definisi di atas, menurut penulis kata adalah unsur bahasa
yang mempunyai satu arti baik saat diucapkan maupun ditulis, dan diapit oleh
dua buah spasi.
Leksikologi

mempelajari

seluk-beluk

kata,

ialah

mempelajari

perbendaharaan kata dalam suatu bahasa, mempelajari pemakian kata serta artinya
seperti dipakai oleh masyarakat pemakai bahasa.13 Misalnya kata masak. Kata ini
mempunyai berbagai-bagai arti dalam pemakainnya, seperti yang dijelaskan
dalam kamus, sebagai berikut:
1. Sudah sampai tua hingga boleh dipetik, dimakan, dsb. Misalnya Buah yang
masak di pohon.
2. Sudah jadi (tentang masakan). Misalnya Meskipun sudah sejam direbus,
Belum masak juga ubi ini.
3. Sudah selesai. Sudah dipikirkan. Misalnya Adunan ini belum masak;
Bangsa kita dianggapnya belum masak.
4. Mengolah, membuat penganan, misalnya Masak kue lapis.
Selanjutanya diterangkan pula arti kata bentukan dari kata tersebut. Kata
masak-memasak berarti „hal atau urusan memasak makanan, dan sebaginya‟ν
memasakkan artinya „memasak untuk orang lain‟ν mungkin juga berarti
„menjadikan masak‟ν masakan berarti „barang apa yang dimasak, seperti lauk11
12

Chaer, Linguistik Umum, h.162.
Masnur Muslich, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008),

h. 4.
13

2-3.

M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif (Yogyakarta: U.P. Karyono, 1980) h.

14

pauk, makanan, dan sebagainya‟ν pemasak berarti „orang yang memasak‟,
mungkin juga berarti „alat untuk memasak‟ν pemasakan berarti „hal memasak‟.
Meskipun leksikologi maupun morfologi mempelajari soal arti, tetapi
terdapat perbedaan anatara keduanya. Perbedaannya ialah bahwa morfologi
mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatis, ialah yang biasa
disebut arti gramatis atau makan, sedangkan leksikologi mempelajari arti yang
lebih kurang tetap yang terkandung dalam kata, atau yang lazim disebut atri
leksis.
Sebagai contoh misalnya, di samping kata rumah terdapat kata berumah.
Kedua kata tersebut, masing-masing memiliki arti leksis. Kata rumah berarti
„bangunan untuk tempat tinggal‟, „bangunan pada umumnya‟, dan kata berumah
berarti „mempunyai rumah‟, „diamν tinggal‟. Mengenai arti leksis dan pemakaian
kata tersebut dibicarakan dalam leksikologi, sedangkan morfologi membicarakan
perubahan strukturnya, dari rumah menjadi berumah, perubahan golongan, dari
kata benda menjadi kata kerja, serta perubahan arti yang timbul sebagi akibat
melekatnya afiks ber- pada rumah, ialah timbulnya makna „mempunyai‟ atau
]„memakai, mempergunakan kata berumah tidak dapat \kan dalam golongan kata
benda, melainkan dimasukkan dalam golongan kata kerja, yang lazim disebut
golongan kata verba.
D. Preposisi (Kata Depan)
Kata depan atau preposisi berasal dari bahasa Latin yang dibentuk oleh
kata prae bearti „sebelum‟ dan kata ponere berarti „menempatkan, tempat‟. Dalam
bahasa Inggris kata depan disebut preposition, sedangkan dalam bahasa Belanda
disebut voorzetsel.14
Menurut Gorys Keraf seperti yang dikutip M. Ramlan dalam bukunya
Kata Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia menentukan kata depan
berdasarkan ciri morfologis dan ciri sintaksis. Secara morfologis, pada umumnya
kata depan sukar sekali mengalami perubahan bentuk, dan secara sintaksis kata
Wikipedia Indonesia, “Preposisi”, artikel diakses pada 10 Mei 2013, pukul 08:23 WIB
dari http://id.wikipedia.org/wiki/preposisi.
14

15

golongan tersebut tidak dapat menduduki fungsi subyek, predikat, dan obyek,
melainkan berfungsi untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat.
Selain dari pada itu, kata golongan ini pada umumnya tidak dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat.15
Preposisi biasa digolongkan ke dalam kelas kata partikel karena bentuknya
relatif tidak mengalami perubahan dalam pembentukan satuan-satuan bahasa yang
lebih besar daripada kata. Kelompok kata-kata partikel, seperti di, ke, pada
(preposisi), dan, atau, tetapi (konjungsi) tidak pernah dapat berfungsi sebagai
subjek, presikat, atau objek dalam kalimat tanpa kehadiran kata dari kategori lain
sebagai pelengkapnya membentuk frasa preposisi.
Preposisi pada dasarnya “terikat” pada nomina. Ia berfungsi menyatakan
hubungan antara nomina yang didahuluinya atau diikutinya) dengan predikat
kalimat. Secara lain dapat dikatakan bahwa preposisi merupakan predikat
peringkat rendah atau predikat sekunder yang disubordinasikan pada predikat
utama yang dinyatakan oleh verba. Dalam hubungan itu, preposisi bertugas
menyatakan secara eksplisit apa peran nomina pelengkapnya pada predikat yang
lebih tinggi.
Dari uraian di atas jelas bahwa preposisi pada dasarnya selalu diikuti oleh
kategori nomina dan berfungsi menyatakan hubungan antara nomina yang
menjadi objek atau pelengkapnya dengan predikat kalimat.16
Berdasarkan definisi di atas, menurut penulis kata depan (preposisi) adalah
kata yang biasanya terdapat di depan kata benda dan berfungsi untuk
merangkaikan kata-kata itu menjadi satu.
Telah dikemukakan bahwa secara semantik kata depan menandai pertalian
antara kata atau frasa yang mengikutinya, atau yang disebut petanda, dengan kata
atau frasa lain dalam kalimat atau frasa yang lebih besar. Pada bagian ini akan
dibicarakan pertalian yang ditandakan oleh tiap-tiap kata depan. Pertalian itu
untuk selanjutnya disebut dengan istilah makna.
15

M. Ramlan, Kata Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia (Yogyakarta: U.P
Karyono, 1980), h. 11.
16
Hans Lapoliwa, Frasa Prepsosisi dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992), h. 5-6.

16

1. Akan
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „penderita‟, maksudnya
apa yang tersebut pada kata atau frasa yang mengikuti kata depan
menderita tindakan atau mengalami suatu keadaan.
2. Akibat
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „sebab‟.
3. Antar
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „antara yang satu
dengan lainnya yang sejenis‟.
4. Antara
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „jarak yang
memisahkan dua tempat, dua benda, dua orang, dua waktu, dua
keadaan, dua bilangan, dan sebagainya‟.
5. Atas
Kata depan ini dipakai untuk:
a.

Menandai makna „penderita‟, maksudnya apa yang tersebut pada
kata atau frasa yang mengikutinya menderita akibat tindakkan atau
mengalami keadaan yang tersebut pada kata atau frasa lain.

b. Menandai makna „alasan‟, maksudnya apa yang tersebut pada kata
atau frasa yang mengikuti kata depan ini menyatakan „alasan‟.
c. Menandai makna „unsur‟ atau „bagian‟, maksudnya apa yang
tersebut pada kata frasa yang mengikuti kata depan ini merupakan
unsur atau bagian.
d. Menandai makna „alat‟.
6. Bagaikan
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „perbandingan yang
mengandung persamaan‟, maksudnya apa yang tersebut pada kata atau
frasa yang mengikutinya mempunyai persamaan dengan apa yang
tersebut pada inti kalimat.
7. Bagi
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „peruntukan‟.

17

8. Berkat
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „sebab‟.
9. Bersama
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „peserta‟, ialah orang
atau sesuatu yang ikut serta.
10. Bersama-sama
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „peserta‟.
11. Beserta
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „peserta‟.
12. Buat
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „peruntukan‟.
13. Dalam
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „tempat yang memiliki ruang‟.
b. Menandai makna „sesuatu yang dianggap sebagai tempat yang
memiliki ruang‟.
c. Menandai makna „jangka waktu‟.
d. Menandai makna „bagian‟ atau „unsur‟.
14. Dari
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „asal‟. Pengertian asal itu mungkin berhubungan
dengan tempat, waktu, keadaan, dan lain-lainnya.
b. Menandai makna „bahan‟.
c. Menandai makna „sebab‟.
d. Menandai makna „alasan‟.
e. Didahului kata terdiri, kata depan dari dipakai untuk menandai
makna „unsur‟.
f. Kata

depan

dari

didahului

„perbandingan‟.
g. Menandai makna „milik‟.
15. Daripada

kata

lebih

menandai

makna

18

Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai

makna

„perbandingan

yang

menyatakan

bahwa

terbanding itu lebih dibandingkan dengan pembandingnya‟.
b. Menandai makna „bahan‟.
c. Menandai makna „milik‟.
16. Dekat
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „jarak yang tidak jauh‟.
17. Demi
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „peruntukan‟.
b. Menandai makna „sesudah‟.
18. Dengan
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „alat‟, ialah alat yang digunakan untuk
melakukan suatu tindakan.
b. Menandai makna „peserta‟, maksudnya menyatakan „yang ikut
serta‟.
c. Menandai makna „cara‟ atau dengan kata lain, kata depan dengan
bersama

petandannya

membentuk

keterangan

cara,

ialah

keterangan yang menyatakan bagaimana suatu peristiwa terjadi,
atau bagaimana suatu tindakan dilakukan.
d. Menandai makna „pelaku‟, ialah yang melakukan suatu tindakan.
e. Menandai makna „penderita‟, sehingga apabila kata kerjanya
diubah menjadi kata kerja transitif, kata atau frasa yang menjadi
petanda kata depan itu menjadi objeknya.
19. Di
Kata depan di dipakai untuk menandai makna „tempat berada‟. Di
samping kata depan di terdapat kata depan di antara menandai makna
„tempat berada yang merupakan jarak antara tempat atau benda yang
satu dengan tempat atau benda lainnya‟ν di atas menandai makna
„tempat berada yang lebih tinggi daripada apa yang tersebut pada

19

petandanya‟ν di balik menandai makna „tempat berada yang terletak di
belakang apa yang tersebut pada petandanya‟ν di bawah menandai
makna „tempat berada yang terletak lebih rendah daripada apa yang
tersebut pada petandanya‟ν di belakang menandai makna „tempat
berada yang merupakan lawan daripada muka‟ν di dalam menandai
makna „tempat berada yang merupakan ruangan yang dimiliki oleh
petandanya‟ν di dekat menandai makna „tempat berada yang tidak jauh
dari petandanya‟ν di depan, di hadapan, dan di muka menandai makna
„tempat berada yang merupakan lawan belakang‟ν di luar menandai
makna „tempat berada yang merupakan lawan dalam‟ν di samping dan
di sebelah menandai makna „tempat berada di kanan atau di kiri apa
yang tersebut pada petandanya‟ν di sekeliling, di sekitar dan di seputar
menandai makna „tempat berada yang tersebut pada petandanya‟ν di
sepanjang menandai makna „tempat berada yang sama panjangnya
dengan apa yang tersebut pada petandanya‟ν di tengah dan di tengahtengah menandai makna „tempat berada yang terlelak di antara dua
tepi atau dua garis batas‟.
20. Hingga
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „batas akhir‟. Makna
batas akhir itu mungkin berhubungan dengan waktu, mungkin juga
berhubungan dengan tempat, dan mungkin juga berhubungan dengan
hal-hal lain.
21. Karena
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „sebab‟.
22. Ke
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „tempat, arah, atau
sesuatu yang dituju‟. Kata depan ke antara menandai makna „tempat
yang dituju merupakan jarak antara dua tempat atau dua benda‟ν ke
arah menandai makna „tempat yang dituju yang menyatakan jurusan‟ν
ke atas menandai makna „tempat yang dituju lebih tinggi daripada apa
yang tersebut pada petandanya‟ν ke balik menandai makna „tempat

20

yang dituju terletak di belakang apa yang tersebut pada petandanya‟ν
ke bawah menandai makna „tempat yang dituju terletak lebih rendah
daripada apa yang tersebut pada petandanya‟ν ke belakang menandai
makna „tempat yang dituju merupakan lawan daripada muka‟ν ke
dalam menandai makna „tempat yang dituju merupakan ruangan yang
dimiliki oleh petandanya‟ν ke dekat menandai makna „tempat yang
dituju tidak jauh dari petandanya‟ν ke depan, ke hadapan, dan ke muka
menandai makna „tempat yang dituju merupakan lawan belakang‟ν ke
luar menandai makna „tempat yang dituju merupakan lawan dalam‟ν
ke samping dan ke sebelah menandai makna „tempat yang dituju yang
terletak di kanan atau di kiri apa yang tersebut pada petandanya‟ν ke
sekeliling, ke sekitar dan ke seputar menandai makna „tempat yang
dituju yang mengelilingi apa yang tersebut pada petandanya‟ν ke
tengah dan ke tengah-tengah menandai makna „tempat yang dituju
terlelak di antara dua tepi atau dua garis batas‟.
23. Kecuali
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „ penjumlahan atau aditif‟.
b. Menandai makna „perkecualian‟ atau „eksepsi‟, maksudnnya apa
yang dinyatakan pada petandanya merupakan perkecualian dari apa
yang tersebut pada inti kalimat.
24. Kepada
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „penerima‟, maksudnya apa yang dinyatakan
pada petandanya menerima sesuatu yang diberikan oleh pelakunya.
b. Menandai makna „sesuatu atau seseorang yang dituju‟.
c. Menandai makna „penderita‟.
25. Lewat
Kata depan ini dipakai untuk:
a.

Menandai makna „sesudah‟.

b. Menandai makna „dengan perantaraan‟.

21

c. Menandai makna „lalu di ...‟.
26. Melalui
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „dengan perantaraan‟.
b. Menandai makna „lalu di ...‟.
27. Mengenai
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „berkenaan dengan ...‟.
28. Mengingat
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „alasan‟.
29. Menjelang
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „sudah hampir tiba‟,
„dekat sebelum ...‟.
30. Menuju
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „tempat, arah atau
sesuatu yang dituju‟.
31. Menurut
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „landasan‟ atau „dasar‟.
b. Menandai makna „kesesuaian‟.
32. Oleh
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „pelaku tindakan‟ dalam kalimat pasif.
b. Menandai makna „pelaku tindakan‟ dalam frasa nominal yang
merupakan hasil nominalisasi dari suatu klausa.
c. Menandai makna „sebab‟.
33. Pada
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „keberadaan‟.
b. Diikuti kata atau frasa yang menyatakan waktu, kata depan pada
dipakai untuk menandai „waktu terjadinya suatu kejadian‟.

22

c. Kata depan pada dipakai juga untuk menandai makna „arah yang
dituju‟.
d. Kata depan pada dipakai untuk menandai makna „ penderita‟.
e.

Kata depan pada dipakai untuk menandai makna „penerima‟.

34. Sama
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai makna „penderita‟.
b. Menandai makna „peserta‟.
35. Sampai
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „batas terakhir‟.
36. Sebab
Kata depan ini dipakai untuk menandai makna „sebab‟.
37. Sebagai
Kata depan ini dipakai untuk:
a. Menandai

Dokumen yang terkait

Frasa Preposisional Dan Struktur Adjung Dalam Bahasa Rongga

0 24 8

Afiks Pembentuk Nomina pada koran Pos Kota kolom Jakarta dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 10 96

Kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita utama koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia

1 17 141

STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER 2014 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

0 35 79

Representasi Word Graph Frasa Preposisional Bahasa Indonesia Menggunakan XML

0 2 29

DEIKSIS PERSONA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR KOMPAS EDISI NOVEMBER 2015 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP Deiksis Persona dalam Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas Edisi November 2015 dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.

0 5 15

ANALISIS MAKNA KATA BAHASA JAWA PADA JUDUL ARTIKEL KORAN SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2013- Analisis Makna Kata Bahasa Jawa Pada Judul Artikel Koran Solopos Edisi November 2013-Februari 2014.

0 1 13

ANALISIS MAKNA KATA BAHASA JAWA PADA JUDUL ARTIKEL KORAN SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2013-FEBRUARI 2014 Analisis Makna Kata Bahasa Jawa Pada Judul Artikel Koran Solopos Edisi November 2013-Februari 2014.

0 2 16

ANALISIS KALIMAT TANYA PADA WACANA CERITA ANAK DALAM KORAN KOMPAS EDISI BULAN OKTOBER S.D. NOVEMBER 2012 Analisis Kalimat Tanya Pada Wacana Cerita Anak Dalam Koran Kompas Edisi Bulan Oktober s.d. November 2012.

0 1 19

PENDAHULUAN Analisis Kalimat Tanya Pada Wacana Cerita Anak Dalam Koran Kompas Edisi Bulan Oktober s.d. November 2012.

0 0 5