Kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita utama koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia

KESALAHAN PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG
DALAM PENULISAN BERITA UTAMA KORAN BANTEN
RAYA EDISI 1 APRIL – 31 MEI 2014 DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
Maisyatul Wasiah
1110013000099

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ABSTRAK
MAISYATUL WASIAH. NIM: 1110013000099. Skripsi. “Kesalahan

Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1
April – 31 Mei 2014 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing:
Dra. Hindun, M.Pd. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan
penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita utama Koran Banten Raya,
2. Mendeskripsikan seberapa banyak total keseluruhan dan kesalahan penggunaan
kata penghubung yang paling dominan dalam penulisan berita utama Koran
Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan metode simak catat.
Hasil penelitian mengenai kesalahan penggunaan kata penghubung yang terdapat
pada berita utama Koran Banten RayaEdisi 1 April – 31 Mei 2014 terdiri dari
kesalahan penggunaan kata namun, tetapi, sedangkan, karena, dan, bahkan,
padahal, dan lain-lain. Banyaknya kesalahan tersebut dalam setiap berita utama
berkisar antara 0 – 6 buah. Total keseluruhan dari edisi April sampai akhir Mei
2014 yaitu 82 buah kesalahan. Kesalahan penggunaan kata penghubung yang
paling dominan yaitu kata penghubung namun, tetapi, dan, karena, dan

sedangkan.
Kata kunci: Kesalahan Berbahasa, Kata Penghubung, BeritaUtama, Koran Banten
Raya

i

ABSTRACT
MAISYATUL WASIAH NIM: 1110013000099. Skripsi. "Errors in the Use of
Conjunction in the Newspaper Headline of Banten Raya 1st Edition April 1 - May
31, 2014 and Its Implications towards Indonesian Language Learning”
Department of Indonesian Language and Literature Education Faculty of Tarbiyah
and Teachers Training Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
Supervisor: Dra . Hindun, M.Pd. 2014 .
This study aims to know 1. To describe type errors in the use of conjunction in
writing newspaper headlines of Banten Raya, 2. To describe how many errors n
errors of using conjunction the most dominant in writing newspaper headlines of
Banten Raya 1st edition April 1 - May 31, 2014.
This study uses descriptive analysis using a qualitative approach . Data collection
and processing is done in this study using the method see note.
Based on the results of this study, it can be concluded that the errors in using

conjunction in writing newspaper headline of Banten Raya 1st edition consisted of
words misused such as but, yet, because and others. The number of errors that
occurred in each of the headlines ranged between 0 – 6 pieces. The total of whole
errors from the beginning of April until the end of May 2014 is 82 pieces of error.
Errors in the Use of Conjunction the most dominant is yet, but and, because, and
while.
Keyword: Speak error, Conjunction, Headline, Newspaper of Banten Raya

ii

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah,

puji

syukur

penulis


persembahkan kepada Tuhan semesta alam, pencipta jagat raya dan seluruh
isinya, Allah Swt, yang telah memberikan nikmat sehat baik jasmani maupun
rohani kepada penulis. Berkat rahmat dan nikmat Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung
dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April - 31 Mei 2014 dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Shalawat dan salam tidak
lupa penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga
syafaatnya dapat kita peroleh.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan, doa,
dan semangat dari berabagai pihak. Berkat doa, bantuan, dan semangat yang
penulis dapatkan dari semua pihak, penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph. D., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan;
2. Drs. Didin Syafruddin, M.A., Ph. D., selaku PLT ketua jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia;
3. Dra. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selama masa
bimbingan beliau selalu menasehati dan memberi masukan-masukan

kepada penulis;
4. Makyun Subuki, M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu membuat mahasiswanya tersenyum dan ceria;
5. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia
memberikan ilmu dan pengalaman kepada mahasiswanya;

iii

6. Kepada orangtua terindu, Abah Drs. H. Hawasi Suma (Alm), Ibu Dra. Hj.
Rif’ah (Almh) yang telah mendidik penulis dengan sabar dan penuh
perhatian semasa hidupnya;
7. Kakak, adik tersayang, kakak ipar, dan keponakan, Izzatul Fatonah, S.Pd.,
Haflatus Solihah, dan sang adik Obey Al Farobi yang telah memberikan
semangat, doa, dan dukungan-dukungan yang sangat luar biasa kepada
penulis. Ahmad Hafid, S.Kom, Fatoni, selaku kakak ipar, terimakasih atas
dukungannya. Afikoh dan Zahwa Qirani Nafeeza selaku keponakan saya
yang sangat lucu dan imut, terimakasih telah membuat saya selalu
tersenyum gembira di saat penulis mengalami kebuntuan dalam proses
mengerjakan skripsi ini;

8. Nenek tersayang Hj. Munawaroh, yang telah mendampingi penulis dan
keluarga hingga dewasa dan tidak letih dalam mendoakan cucu-cucunya;
9. Seluruh keluarga besar H. Sulaiman (Alm) dan Hj. Munawaroh, H.
Mukhlisi dan Hj. Juwailah (Almh), terimakasih telah memberikan semua
dukungan-dukungannya kepada penulis;
10. Sahabat-sahabat saya Six Child, Nurul Aliyah, Rica Dalie Arden, Rizka
Argafani, Titiek Muryani, dan Muhammad Agus Kuswanto, terima kasih
telah mendampingi penulis dalam suka duka menjalani masa-masa kuliah;
11. Anak-anak kosan RAD, Nia Imaniah, S.E. Sy, Wita Andriani, Maisyah
Rahmanita Putri, Uni Dian, terimakasih telah memberikan semangat,
dukungan, dan candaan-candaan selama saya kuliah dan berada di kosan
RAD;
12. Kepada Mawaddah Warahmah, selaku sepupu penulis, terima kasih telah
bersedia menemani bergadang saat penulis mengerjakan skripsi;
13. Orang spesial yang telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada
penulis, Rizki Padillah, Mufti Ansori, Yanuar Arisdia Irka, Atma Wijaya,
Nasrudin, Asrori, Andy Afandi, Khairul Iman, Muiyah, Mafazah, dan
kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu;
14. Mahasiswa Kelas C Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2010, terima kasih atas dukungannya;


iv

15. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa satu persatu saya sebutkan,
terimakasih atas semangatnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya untuk semua rekan yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan dan umumnya untuk semua. Rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya saja tidak cukup untuk rekan-rekan yang telah
memberikan dukungannya terhadap penyelesaian skripsi ini. oleh karena itu,
penulis menerima kritik dan saran dari semuanya.

Jakarta, November 2014

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................


i

ABSTRACT ..............................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................

iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................


ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................................

5

C. Pembatasan Masalah .....................................................................................

6

D. Perumusan Masalah ......................................................................................

6


E. Tujuan Penelitian ...........................................................................................

7

F. Manfaat Penelitian ........................................................................................

7

BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori ...................................................................................................

8

1. Hakikat kesalahan berbahasa ..................................................................

8

2. Kata penghubung ....................................................................................

9


a. Definisi kata penghubung .................................................................

9

b. Fungsi kata penghubung ...................................................................

10

c. Jenis-jenis kata penghubung .............................................................

11

3. Berita .......................................................................................................

18

a. Definisi berita ....................................................................................

18

b. Jenis berita .........................................................................................

18

c. Berita utama ......................................................................................

19

B. Penelitian yang Relevan ................................................................................

19

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek penelitian ............................................................................................

24

B. Metode penelitian ..........................................................................................

24

C. Sumber data ...................................................................................................

24

D. Pengumpulan data .........................................................................................

25

E. Analisis data ..................................................................................................

25

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum objek penelitian ................................................................

26

B. Deskripsi hasil penelitian ..............................................................................

30

BAB V PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................................

63

B. Saran ..............................................................................................................

63

C. Implikasi ........................................................................................................

64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

65

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran
Banten Raya Edisi April 2014
Tabel 2 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran
Banten Raya Edisi Mei 2014

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April – 31 Mei 2014
Lampiran 2 Lembar Uji Referensi
Lampiran 3 Lembar Pengesahan Uji Referensi
Lampiran 4 RPP
Lampiran 5 Riwayat Hidup Penulis

ix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh manusia.
Bahasa juga dapat diartikan dengan segala bentuk bunyi-bunyi atau simbol
yang bermakna yang diucapkan oleh manusia. Bunyi-bunyi atau simbolsimbol yang diucapkan oleh manusia berfungsi untuk menyampaikan
informasi, ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat seseorang kepada
lawan bicaranya.Bahasa sering diartikan alat yang mencerminkan
kepribadian seseorang. Baik buruknya sifat, sikap, dan kepribadian
seseorang dapat terlihat dari bahasa yang digunakan.Bahasa dapat tercipta
karena adanya interaksi dua arah. Di sinilah letak bahasa yang berfungsi
untuk menyampaikan informasi, maksud, pesan, dan pendapat seseorang,
dan di sini pula dapat dilihat kepribadian seseorang melalui bahasa yang ia
pakai.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya,
dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat
arisan, atau di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia
yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam
situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam
sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa
Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma
bahasa.1
Adakalanya dalam berinteraksi manusia melakukan kesalahan
berbahasa. Corder yang dikutip Nababan menyatakan bahwa analisis

1

E Zainal Arifin dan Farid Hadi, 1001 Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Pressindo, 1991),

h. 9.

1

2

kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh seorang pelajar BT dalam proses belajar mengajar BT
tersebut.2 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan dalam bukunya
menyatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai
cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan
bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma
baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa. 3 Jadi,
dapat dikatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan bentuk kesalahan
dalam menuturkan bahasa yang diucap atau dibuat oleh seseorang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kerap kali dalam berinteraksi atau
berkomunikasi sering terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam berbahasa,
baik disengaja maupun tidak disengaja. Keadaan yang melatarbelakangi
seseorang melakukan kesalahan berbahasa tentu akan berbeda-beda. Mulai
perbedaan kepribadian, sifat, sikap, genre, suku, keadaan lingkungan dan
sebagainya. Kesalahan berbahasa sering kali disebut dengan sisi yang
mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan.Kesalahan tersebut merupakan
bagian-bagian yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah-kaidah
yang berlaku. Hal tersebut terkadang atau bahkan sering dilakukan oleh
seseorang.
Adanya kesalahan penggunaan bahasa bukanlah sesuatu yang
aneh.Sebenarnya, kesalahan umum pemakaian bahasa Indonesia dalam
masyarakat merupakan suatu gejala yang wajar. Kesalahan umum
berbahasa Indonesia timbul dalam masyarakat, antara lain, karena bahasa
Indonesia sedang berkembang. Penggunaan bahasa Indonesia sedang
menuju ke penggunaan bahasa yang standar. Di satu pihak para pakar
bahasa menyarankan pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah, tetapi

2

Sri Utari Subyakto Nababan, Analisis Kontrastif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari
Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: IKIP, 1994), h. 5.
3
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 1988), h. 141.

3

di pihak lain masyarakat masih terbiasa berbahasa dengan mengabaikan
kaidah.4
Kesalahan merupakan ciri pembelajaran. Ada pepatah mengatakan
“Kalau takut salah jangan memasuki dunia pembelajaran”.Kalimat
tersebut dapat menjadi suatu acuan agar kelak seseorang dapat menjadi
yang terbaik. Seorang ilmuwan juga mengatakan bahwa kesalahan
berbahasa berasal dari kesalahan dan kekeliruan. Jika terjadinya kesalahan
disebabkan karena faktor “Kesalahan”yang berarti mutlak berasal dari
kesalahan diri seseorang karena ia sama sekali tidak mengetahuinya,
sedangkan

kesalahan

penggunaan

yang

disebabkan

oleh

faktor

“Kekeliruan” yang berarti sebuah penyimpangan yang disebabkan oleh
faktor performansi, seperti kehilangan ingatan, kelelahan, dan kondisi
psikologi seseorang pada saat menggunakan bahasa itu, tetapi tidak dapat
menampilkan dengan sempurna.
Meskipun kesalahan merupakan cirri pembelajaran, seperti yang
sudah dipaparkan di atas. Namun, melakukan kesalahan berbahasa dapat
mengakibatkan seseorang salah paham. Baik di dalam bahasa tulisan atau
bahasa lisan.Bahasa lisan digunakan untuk berinteraksi antara satu orang
dengan satu orang lainnya. Jika dalam berinteraksi melakukan kesalahan,
informasi yang ingin disampaikan seseorang kepada seseorang lainnya
akan berbeda dengan apa yang dimaksud oleh seseorang tersebut. Artinya,
kesalahan

berbahasa

dapat

berakibat

fatal

dalam

berinteraksi,

berkomunikasi, dan menyampaikan informasi.
Penulisan berita yang ada di media massa koran terdapat ragam
bahasa tulis yang bervariasi. Akronim, singkatan, kata ulang, sinonim dan
antonim, kata penghubung, kata depan, dan pemenggalan kata merupakan
unsur bahasa yang sering digunakan. Namun, penulisan berita yang
terdapat di media massa biasanya terdapat penulisan-penulisan mengenai
4

E Zainal Arifin dan Farid Hadi, op. cit., h. 13.

4

akronim, kata ulang, singkatan, pemenggalan yang ditulis dengan tidak
benar atausalah dan tidak mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditentukan.
Keadaan yang seperti itu tentu dapat dicapai bila seluk-beluk kesalahan itu
dikaji secara cermat dan mendalam. Dalam mengakaji dan meneliti sebuah
tulisan atau karya harus dilakukan dengan kritis dan mendalam. Jika dalam
meneliti tidak dilakukan secara serius, tentu hasilnya tidak memuaskan.
Pada penulisan berita utama Koran Banten Raya masih dijumpai
kesalahan penggunaan kata penghubung dan singkatan. Hal ini mungkin
disebabkan karena adanya kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan. Jika
dalam penulisan berita Koran Banten Raya terdapat kesalahan yang tidak
berurutan adanya, dapat dikatakan kesalahan itu disebabkan oleh faktor
kekeliruan.Jika kondisi seperti itu terjadi secara berurutan, disebabkan
oleh faktor kesalahan, dan dapat diartikan bahwa berita Koran Banten
Raya tidak mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Kata penghubung adalah salah satu ragam bahasa tulis yang
digunakan pada setiap tulisan termasuk dalam penulisan berita utama
dalam koran. Kata penghubung merupakan kata-kata yang digunakan
untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau
kalimat dengan kalimat disebut kata penghubung.5 Konjungtor, yang juga
dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua
satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau
klausa dengan klausa.6 Dari dua paparan di atas dapat dikatakan bahwa
kata penghubung merupakan kata yang menghubungkan kata dengan kata
dalam sebuah kalimat, dan kalimat dengan kalimat dalam sebuah
paragraf.Kata penghubung dibagi menjadi dua jenis, yaitu kata
penghubung koordinatif dan suboordinatif. Kata penghubung koordinatif
adalah kata yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang
5

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),

h. 140.
6

Alwi, Hasan, Soejono D, Hans Lapoliwa dan Anton M. Moeliono, Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008),h.296.

5

kedudukannya sederajat atau setara. Kata penghubung suboordinatif yaitu
kata yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang
kedudukannya

bertingkat.

Untuk

lebih

jelasnya

penulisakan

memaparkannya pada Bab II.
Penelitian ini dilakukan tidak hanya menganalisis atau mengkaji
mengenai kesalahan yang terjadi pada penulisan berita utama Koran
Banten Raya saja, melainkan penulis memikirkan implikasinya terhadap
pembelajaran Bahasa Indonesia. Kesalahan penggunaan bahasa khususnya
kesalahan penggunaan kata penghubung masih seringkali dijumpai pada
karya atau tulisan yang dilakukan oleh siswa. Mengingat kesalahan
tersebut dapat dilakukan oleh para siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia, penulis memikirkan implikasinya
terhadap pembelajaran dalam mengkaji kesalahan penggunaan bahasa
tersebut.
Berdasarkan uraian-uraian di atasdapat bahwa dalam bahasa tulis
masih sering kali dijumpai kesalahan. Salah satunya yaitu kesalahan
penggunaan kata penghubung. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
menganalisis secara menyeluruh, kritis, mendalam, dan cermat mengenai
kesalahan penggunaan kata penghubung yang terdapat dalam berita utama
Koran Banten Raya. Penulis melakukan penelitian yang berjudul
“Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran
Banten Raya Edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Penulis berharap semoga kelak kajian
atau tulisan ini bermanfaat bagi guru dan siswa khususnya, umumnya
bermanfaat bagi semuanya.
B. Identifikasi masalah
Dalam berbahasa tulisan, kesalahan masih sering kali dijumpai.
Kesalahan berbahasa itu disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun bentuk
kesalahan yang sering dijumpai yaitu meliputi:

6

1. Penggunaan kata depan
2. Penggunaan awalan
3. Kata penghubung
4. Akronim
5. Singkatan
6. Imbuhan
7. Pemenggalan kata
8. Kata ulang, dan lain lain.

C. Pembatasan masalah
Dari pemaparan identifikasi masalah di atas bahwa sebenarnya
kesalahan berbahasa atau kesalahan penggunaan bahasa dapat meliputi
banyak hal, salah satunya yaitu kesalahan penggunaan kata penghubung.
Pada kesempatan ini penulis membatasi masalah penelitian mengenai
kesalahan berbahasa yang berfokus pada penggunaan kata penghubung
dalam

berita

utama,

dengan

melakukan

penelitian

yangberjudul

“Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran
Banten Raya Edisi 1April – 31 Mei2014. Berita utama yang terdapat di
media masa Koran merupakan informasi yang ditunggu-tunggu oleh
pembacanya.
D. Perumusan masalah
1. Bagaimana bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kata penghubung
dalam berita utama Koran Banten Raya edisi 1 April-31 mei 2014?
2. Seberapa banyakdan kesalahan penggunaan kata penghubung apakah
yang paling dominan dalam berita utama Koran Banten Raya?
3. Bagaimana implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia?

7

E. Tujuan penelitian
1. Untuk

mengetahui

bentuk-bentuk

kesalahan

penggunaan

kata

penghubung dalam berita utama Koran Banten Raya edisi 1 April – 31
Mei 2014.
2. Untuk mengetahui seberapa banyakdan kesalahan penggunaan kata
penghubung paling dominan yang terdapat pada Koran Banten Raya.
3. Untuk mengetahui secara konkret implikasi penggunaan kata
penghubung terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.

F. Manfaat penelitian
Sebuah penelitian akan menjadi baik dan bagus jika penelitian
tersebut mengandung dan dapat memberi manfaat kepada semuanya. Baik
itu manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat teoritis dan
praktis yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Manfaat teoretis
a. Dalam penelitian ini diharapkan agar dapat mengetahui tentang
seluk beluk kesalahan berbahasa.
b. Agar dapat mengetahui seluk beluk kata penghubung.
c. Agar dapat mengetahui jenis-jenis kata penghubung.
d. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

2. Manfaat praktis
a. Membantu peneliti untuk dapat mengetahui seluk beluk kata
penghubung dan penggunaannya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk menjadikan
penelitian ini sebagai referensi pembelajaran.
c. Diharapkan kepada semuanya agar tidak melakukan kesalahan
berbahasa khususnya penggunaan kata penghubung.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kesalahan Berbahasa
Corder yang dikutip Nababan menyatakan bahwa analisis
kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh seorang pelajar BT dalam proses belajar mengajar BT
tersebut.1 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan dalam bukunya
menyatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai
cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan
bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma
baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa. 2 Dapat
dikatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan bentuk kesalahan dalam
menuturkan bahasa yang diucap atau dibuat oleh seseorang.
Kesalahan berbahasa biasanya disebabkan oleh kesalahan dan
kekeliruan.

Kekeliruan

pada

umumnya

disebabkan

oleh

faktor

performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan
menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan
kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan biasanya
bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya, siswa
memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.
Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis.3

1

Sri Utari Subyakto, Nababan, Analisis Kontrastif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari
Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: IKIP, 1994), h. 5.
2
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 1988), h. 141.
3
Ibid, h. 75-76

8

9

2. Kata penghubung
Dalam kajian morfologi lazim dibedakan adanya dua macam katakata, yaitu kata-kata dari kelas terbuka dan kata-kata dari kelas tertutup.
Konjungsi atau kata penghubung termasuk ke dalam anggota kelas
tertutup.4 Kata perangkai adalah sekelompok kata yang berfungsi untuk
merangkaikan atau menghubungkan kata-kata atau bagian-bagian kalimat,
atau pun kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dan sekaligus
menentukan jenis hubungannya. Hal-hal yang termasuk kata perangkai
adalah kata depan dan kata penghubung, dan keduanya merupakan bentuk
terikat dari secara sintaksis.5

a. Definisi kata penghubung
Kata penghubung merupakan kata-kata yang digunakan untuk
menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat
dengan kalimat disebut kata penghubung.6 Konjungtor, yang juga
dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua
satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau
klausa dengan klausa.7 Selain pengertian konjungsi tersebut, Abdul Chaer
dalam bukunya menjelaskan bahwa konjungsi atau kata penghubung
adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara
kata dengan kata, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan
kalimat.8 Hal yang sama mengenai kata penghubung atau konjungsi, I
Made Purwa mengatakan bahwa, konjungsi adalah kata yang berfungsi

4

Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), h. 48.
5
Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, Sebuah Analisis Praktis Bahasa
Baku, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 80.
6
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),
h.140.
7
Alwi, Hasan, Soejono D, Hans Lapoliwa dan Anton M. Moeliono, Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.296.
8
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), h. 98.

10

sebagai perangkai kata atau perangkai kalimat.9 Dari definisi-definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa kata penghubung merupakan kata yang
menghubungkan antara kata atau kalimat yang satu dengan yang lainnya.
Nama lain kata penghubung adalah kata sambung. Gorys Keraf
menyatakan bahwa kata sambung adalah kata yang menguhubungkan
kata-kata, bagian-bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat.10
Hal yang serupa mengenai kata sambung atau kata penghubung ditegaskan
oleh Lamuddin Finoza yang menyatakan bahwa kata sambung adalah kata
tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.11
Berbeda dengan Harimurti Kridalaksana yang menyatakan bahwa
konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang
lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan
lain atau lebih dalam konstruksi.12 Selanjutnya Kunjana Rahardi
menyatakan

bahwa

kata

penghubung

merupakan

kata

yang

menghubungkan satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan
satuan frasa, dan satuan klausa dengan satuan klausa.13 Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa kata penghubung merupakan kata yang
berfungsi untuk menghubungkan kata, frasa, klausa, dan kalimat.
b. Fungsi Kata Penghubung
Menurut fungsinya, konjungsi dapat dibedakan menjadi (a)
konjungsi koordinatif, yakni konjungsi yang bertugas menghubungkan
satuan-satuan kebahasaan yang sejajar, (b) konjungsi subordinatif, yakni
konjungsi yang bertugas menghubungkan satuan-satuan kebahasaan yang
tidak sejajar karena yang satu merupakan induk kalimat dan yang lainnya
9

I Made Purwa, I Wayan Sudiartha, dkk, Struktur Bahasa Idate, (Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1994), h. 48.
10
Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1969), h. 79.
11
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Muliam 2009),
h. 97.
12
Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 102.
13
Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang, (Jakarta:
Erlangga, 2009), h. 14.

11

merupakan anak kalimat, (c) konjungsi korelatif, yakni konjungsi yang
kehadirannya mensyaratkan kehadiran konjungsi yang lainnya karena
bentuk-bentuk kebahasaan itu memang saling berkorelasi.14
Jenis pertama dapat disebutkan misalnya ‘dan’, ‘maka’, ‘tetapi’,
‘melainkan’, ‘sedangkan’. Jenis yang kedua dapat disebutkan misalnya
‘karena’, ‘sehingga’, ‘jika’, ‘sebab’, ‘ketika’. Adapun jenis yang ketiga
dapat

disebutkan

misalnya

‘antara…dan’,

‘tidak…tetapi’,

‘baik…maupun’, ‘bukan…melainkan’.15
Berdasarkan posisinya, ada yang disebut sebagai konjungsi
intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Kunjana Rahardi menyatakan
bahwa konjungsi intrakalimat merupakan konjungsi yang menghubungkan
entitas kebahasaan yang ada dalam kalimat, sedangkan konjungsi
antarkalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan entitas kebahasaan
yang ada dalam sebuah kalimat dengan entitas kebahasaan yang berada di
luar kalimat itu. Baik konjungsi koordinatif, suboordinatif, maupun
korelatif, semuanya termasuk konjungsi intrakalimat kalau diperiksa
berdasarkan posisinya.16 Abdul Chaer menyatakan bahwa konjungsi
intrakalimat merupakan konjungsi yang berfungsi menghubungkan kata
dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa yang berada di
dalam sebuah kalimat. Konjungsi antarkalimat adalah kata atau gabungan
kata yang menghubungkan kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan
paragraf berikutnya.17
c. Jenis- jenis Kata Penghubung
Kata penghubung dalam bahasa Indonesia sangat beragam. There
are several conjungtions in Bahasa Indonesia and they are very easy to

14

Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Erlangga,
2009), h. 65.
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Abdul Chaer, Penggunaan Preposisi dan Konjungsi Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:
Nusa Indah, 1990), h. 53 & 56.

12

use. Each of them I’ll show you in a sentence. And (dan), Saya dan Dila
akan ke Bali minggu depan. Or (Atau), Saya akan telepon hari ini atau
besok. But ((Te)tapi), Kami mau ikut, tapi tidak ada waktu. Even more
(Bahkan), Dia sudah tahu bahkan sudah mencoba.18 Kata penghubung
dapat dibedakan menjadi kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat.
a) Kata penghubung intrakalimat
1) Kata Penghubung “Dan”
Kata

penghubung

(konjungsi)

dan

berfungsi

menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa
dengan klausa. Misalnya, sapi dan kuda; orang kaya dan rakyat
melarat; murid-murid bermain dan guru mengawasinya. Menurut
contoh di atas, tidak digunakan tanda koma (,) sebelum kata dan,
atau dibelakang kata yang mendahului kata dan itu. Namun ,
menurut EYD, koma digunakan di depan kata dan bila benda, hal,
sifat, yang disebutkan berturut-turut dalam kalimat lebih dari dua.
Bunyi aturan itu sebagai berikut:
“Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.”
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Dalam kalimat di atas ini ada benda yang dirinci dan benda
itu lebih dari dua yaitu kertas, pena, tinta. Kalau tanda yang
disebutkan hanya dua buah, tidak digunakan tanda koma pemisah
itu. Misalnya, Amin dan Udin, gedung dan gubuk, penduduk asli
dan orang asing.

18

Drs. Gusrizal, Lets Study Bahasa Indonesia With A New Method, (Jakarta: Akademika
Pressindo, 2009), h. 160-161.

13

Catatan:
Jika yang digabung lebih dari dua kata, maka kata
penghubung dan hanya digunakan di antara dua buah kata yang
terakhir. Contoh:
Kami memerlukan kerta, gunting, lem dan benang.19
2) Kata Penghubung “Dengan”
Kata penghubung dengan dengan fungsi untuk menyatakan
„gabungan biasa‟ dapat digunakan di antara dua buah kata benda.
Contoh : Ibu dengan ayah pergi ke Bogor.
3) Kata Penghubung “Serta”
Kata penghubung serta dengan fungsi untuk menyatakan
„gabungan biasa‟ digunakan di antara dua buah kata benda.
Contoh: Kakek serta nenek akan datang minggu depan.20
4) Kata penghubung “Atau”
Kata penghubung atau dengan fungsi untuk menyatakan
„memilih‟ dapat digunakan di antaranya:


Dua buah kata benda atau frase benda. Contoh: Nama orang itu
Andi atau Andi?



Dua buah kata kerja. Contoh: Jangan menegur atau mengajak
bicara anak-anak nakal itu.



Dua buah kata sifat yang berlawanan maknanya. Contoh: Kaya
atau miskin di hadapan Tuhan tidak ada yang berbeda.



Kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarnya. Contoh:
Kamu mau datang atau tidak, itu adalah urusanmu!

19

J. S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar IV, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Indonesia. 1995), h. 210.
20
Chaer, op. cit., h. 140

14



Dua buah klausal dalam sebuah kalimat majemuk setara.
Contoh: Sebaiknya kita berangkat sekarang saja, atau kita
tunggu dulu kedatangan beliau.21

5) Kata Penghubung “Tetapi”
Kata penghubung tetapi dengan fungsi untuk menyatakan
„menggabungkan mempertentangkan‟ digunakan di antara:


Dua buah kata sifat yang berkontras di dalam sebuah kalimat.
Contoh: Anak itu cerdas tetapi malas



Dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang
sama sedangkan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang
berkontras. Contoh: Rumah itu besar dan indah tetapi
halamannya sempit



Dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang
tidak sama dengan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang
berlawanan. Contoh: Ali sangat pandai tetapi Sudin sangat
bodoh



Dua buah klausa yang klausa pertama berisi pertanyaan dan
klausa kedua berisi pengingkaran dengan kata TIDAK. Contoh:
Saya memang hadir di sana tetapi tidak melihat hal-hal yang
mencurigakan
Catatan:
Kata penghubung tetapi jangan digunakan sebagai
penghubung antarkalimat. Contoh: Saya ingin terus belajar.
Tetapi ayah menyuruh saya bekerja (seharusnya: Saya ingin
terus belajar, tetapi ayah menyruh saya bekerja).22

21
22

Ibid., h. 143-147
Ibid.

15

6) Kata Penghubung “Sedangkan”
Kata

penghubung

menggabungkan

Sedangkan

mempertentangkan

dengan
atau

fungsi

untuk

mengkontraskan

digunakan di antara dua buah klausa. Contoh: Kami bekerja keras
memperbaiki tanggul yang jebol itu, sedangkan mereka berdua
duduk-duduk saja berpangku tangan.23
7) Kata Penghubung “Malah” atau “Malahan”
Kata penghubung malah atau malahan dengan fungsi untuk
„menguatkan mempertentangkan‟ digunakan di antara dua buah
klausa yang amanat keduanya bertentangan. Contoh: 1. Dinasehati
baik-baik bukannya menurut, malahan dia melawan kita. 2. Diberi
pertolongan bukannya mengucapkan terima kasih, malah dia
memburuk-burukkan nama kita.
8) Kata Penghubung Apalagi
Kata penghubung Apalagi dengan fungsi untuk menyatakan
„menggabungkan menguatkan‟ digunakan pada awal keterangan
tambahan atau kalimat tambahan. Contoh: Kamu saja yang lulusan
SMA tidak tahu, apalagi saya yang cuma tamatan SD.
Catatan:
Secara opsional kata penghubung Apalagi dapat diikuti kata
Kalau atau Jika, bila digunakan pada kalimat yang tidak bersubjek.
Contoh: Dia memang nakal, apalagi kalau di sekolah.
Kata penghubung Lebih-lebih pula atau Lebih-lebih lagi
dengan fungsi untuk menyatakan „menguatkan‟ dapat digunakan
pada awal keterangan tambahan atau kalimat tambahan, sebagai

23

Ibid.

16

varian dari kata penghubung Apalagi atau Apalagi kalau. Contoh:
Anak itu memang nakal; lebih-lebih lagi di sekolah.24

9) Kata Penghubung Karena
Kata

Penghubung

Karena

dengan

fungsi

untuk

„menggabungkan menyatakan alasan‟ digunakan di depan kata,
frase, atau klausa yang ber-fungsi sebagai keterangan di
dalamsebuah kalimat majemuk setara. Contoh: Dia tidak masuk
sekolah karena hujan.25
b) Kata penghubung antarkalimat dan kata maka
1) Kata Penghubung “Namun”
Kata penghubung namun dengan fungsi „menghubungkan
mempertentangkan‟ digunakan di antara dua buah kalimat.Kalimat
pertama atau kalimat sebelumnya, berisi pernyataan; dan kalimat
kedua berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat pertama.
Contoh: Sejak kecil dia kami asuh, kami didik, dan kami
sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan jadi orang besar dia lupa
kepada kami.
Catatan:
Kata penghubung Namun sesungguhnya sama fungsinya
dengan kata penghubung Tetapi. Namun, kata penghubung Tetapi
hanya digunakan sebagai penghubung antarklausa, sedangkan kata
penghubung

Namun

digunakan

sebagai

antarkalimat.Perhatikan kembali contoh di atas.

24
25

Ibid.
Ibid.

penghubung

17

2) Kata Penghubung “Sebaliknya”
Kata

penghubung

Sebaliknya

dengan

fungsi

untuk

menyatakan „menggabungkan mempertentangkan dengan tegas‟
dapat digunakan di antara dua buah klausa dan di antara dua buah
kalimat. Contoh: Di hadapan kita dia memang ramah. Sebaliknya,
jauh dari kita sombongnya bukan main.
3) Kata Penghubung “Bahkan”
Kata penghubung Bahkan dengan fungsi „menggabungkanmenguatkan‟ dapat digunakan di antara dua buah kalimat. Contoh:
Anak itu memang nakal. Bahkan ibunya sendiri pernah ditipunya.
4) Kata penghubung “Lagipula”
Kata

penghubung

Lagipula

dengan

fungsi

untuk

menyatakan „menggabungkan menegaskan‟ digunakan di dalam
kalimat (klausa) tambahan. Contoh: Saya tidak hadir karena sakit.
Lagipula saya tidak diundang.26
Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti sehubungan dengan itu maka, oleh karena itu
maka, dengan demikian maka, setelah itu maka, jika demikian
maka, sebagaimana terlihat pada contoh-contoh berikut.


Sehubungan dengan itu maka suatu penlitian harus dibatasi
secara jelas supaya simpulannya terandalkan.



Oleh karena itu maka perencanaan penelitian harus disusun
berdasarkan observasi lapangan.



Dengan

demikian

maka

dilaksanakan dengan baik.

26

Ibid.

rencana

yang

disusun

dapat

18



Jika demikian maka penelitian tidak akan menemukan
hambatan.



Setelah itu maka peneliti dapat menyusun rencana penelitian
tahap berikutnya.
Contoh kalimat-kalimat itu banyak terdapat dalam ragam

bahasa lisan.Kata maka pada kalimat-kalimat itu ditiadakan dan
digunakan tanda koma karena kata maka tidak menyandang fungsi,
atau unsur penghubung antarkalimat itu ditiadakan sehingga kata
maka menjadi penghubung antarkalimat; dan susunan kalimat
menjadi gramatikal. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan maka
ditiadakan dan digantikan dengan tanda koma.27
3. Berita
a. Definisi berita
Berita itu adalah sesuatu yang nyata, news is real.28 M. Lyle
Spencer, dalam buku News writing menyebutkan berita merupakan
kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian
besar pembaca. Willard C. Blayer, dalam buku Newspaper Writing and
Editing mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih
wartawan untuk dimuat di surat kabar karena ia dapat menarik atau
mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik
pembaca-pembaca media cetak tersebut.29
b. Jenis berita
Hard news (berita hangat) punya arti penting bagi banyak
pembaca, pendengar dan pemirsa karena biasanya berisi kejadian yang
“terkini” yang baru saja terjadi atau akan terjadi di pemerintahan, politik,

27

DR. Dendy Sugono, Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2009), h. 226.
28
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), h. 52.
29
Mondry, M.Sos, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2008), h. 132-133.

19

hubungan luar negeri, pendidikan, ketenagakerjaan, agama, pengadilan,
pasar finansial, dan sebagainya.
Soft news (berita ringan) biasanya kurang penting karena isinya
menghibur, walaupun kadang juga memberi informasi penting. Berita jenis
ini seringkali bukan berarti terbaru. Di dalamnya memuat berita human
interest atau jenis rubrik feature. Berita jenis ini lebih menarik bagi emosi
ketimbang akal pikiran.30
c. Berita Utama
Harimurti Kridalaksana dalam bukunya Leksikon Komunikasi
menyatakan bahwa berita utama adalah berita penting yang diberi judul
dan ditempatkan secara mencolok.31 Selaras dengan yang dikatakan oleh
Kurniawan Djunaedi bahwa berita utama adalah berita yang dianggap
sangat layak dipasang di halaman depan dengan judul yang merangsang
perhatian dan menggunakan tipe huruf yang relative besar. Pendeknya,
berita istimewa.32 Tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan AM Hoeta
Soehoet bahwa berita utama adalah berita yang menurut penilaian redaksi
surat kabar adalah yang paling penting dari semua berita yang disajikan
dalam surat kabarnya hari itu.33 Dari paparan definisi para ahli mengenai
berita utama tersebut, dapat disimpulkan bahwa berita utama adalah berita
yang paling penting, hangat, dan baru dari semua berita yang ada di surat
kabar tersebut.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian

mengenai

penggunaan

kata

penghubung

pernah

dilakukan oleh para peneliti terdahulu yakni:

30

Tom E. Rolnicki, C. Dow tate, Sherri A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme, (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 2-3.
31
Harimurti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h.
32
Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1991), h. 457.
33
AM Hoeta Soehoet, Media Komunikasi, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta HSIP,
2003), h. 51.

20

1. Erny Widiastuty, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia

dalam

skripsi

yang

berjudul

“Analisis

Kesalahan

Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII
MTs Daarul Hikmah Pamulang”. Hasil skripsinya menyatakan bahwa
data hasil analisis kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan
deskripsi siswa kelas VIII sebanyak 33 kesalahan penggunaan
konjungsi dalam karangan deskripsi dari 30 siswa. Data kesalahan
penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi menunjukkan bahwa
kesalahan penggunaan konjungsi intrakalimat sebanyak 18 kesalahan
atau 3,31%, kesalahan penggunaan konjungsi antarkalimat sebanyak
15 kesalahan atau 6,94%. Dengan demikian hasil tertinggi dari hasil
analisis

kesalahan

penggunaan

konjungsi

adalah

konjungsi

intrakalimat dengan 3,31% dari 30 siswa dan hasil terendah dari hasil
analisis kesalahan penggunaan konjungsi antarkalimat dengan 6,94%
dari 30 siswa.
Perbedaan penelitian Erny Widiastuty dengan skripsi ini adalah:
a. Skripsi Erny Widiastuty dilakukan pada tahun 2012, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada tahun 2014
b. Terletak pada objek penelitiannya. Objek penelitian Erny
Widiastuty yaitu berupa karangan deskripsi siswa kelas VIII MTs
Daarul Hikmah Pamulang, sedangkan objek penelitian ini adalah
berita utama Koran Banten Raya.
c. Sampel yang digunakan Erny Widiastuty sebanyak 30 Siswa
sedangkan penelitian ini mengambil sampel berita utama dalam
dua bulan, April dan Mei 2014.
2. Rusnia, dalam skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Kata
Penghubung Dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas
V SD No. 224”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Rusnia di daerah
Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Hasil skripsinya
menyatakan

bahwa

seluruhnya

dari

jumlah

sampel

mampu

21

menganalisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk
bahasa Indonesia dengan tepat. Data menunjukkan dari 20 sampel, 16
sampel yang memperoleh skor 13 ke atas dengan nilai 6,5 ke atas.
Selebihnya memperoleh skor 12 ke bawah, yaitu memperoleh nilai
kurang dari 6,5 sebanyak 4 siswa.
Jadi, siswa yang dikatakan mampu menganalisis penggunaan
kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia apabila
memperoleh nilai 6,5 ke atas, yang memperoleh kurang dari 6,5
dikatakan belum mampu. Oleh karena itu, siswa yang mendapat nilai
6,5 ke atas masih perlu diberi pengayaan agar mereka memiliki
wawasan yang luas tentang pelajaran kata penghubung dalam kalimat
majemuk bahasa Indonesia. Dan yang mendapat nilai kurang dari 6,5
masih perlu diberi bimbingan dan latihan yang lebih banyak agar
mereka lebih terampil menganalisis penggunaan kata penghubung
dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia dengan tepat.
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini diterima.Dengan
diterimanya hipotesis tersebut, maka kesimpulan yang diperoleh
adalah “Analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat
majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia
Kecamatan Simbang Kabupaten Maros sudah memadai”. Dengan
melihat standar yang telah ditentukan atau ditetapkan yaitu jika jumlah
sampel mencapai 85% ke atas mendapat nilai 6,5 ke atas dikatakan
mampu, dan jika jumlah sampel 85% ke bawah mendapat nilai kurang
dari 6,5 dikatakan belum mampu.
Perbedaan penelitian Rusnia dengan skripsi ini adalah:
a. Skripsi Rusnia dilakukan pada tahun 2012, sedangkan penelitian
ini dilakukan pada tahun 2014
b. Terletak pada objek penelitiannya. Objek penelitian Rusnia yaitu
berupa Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD,

22

sedangkan objek penelitian ini adalah berita utama Koran Banten
Raya.
c. Sampel yang digunakan Rusnia sebanyak 20 Siswa, sedangkan
penelitian ini mengambil sampel berita utama dalam dua bulan,
April dan Mei 2014.

3. Gita Argianti, dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia pada tahun 2006, dalam penelitian yang berjudul
“Pemakaian Konjungsi dalam Wacana Tulisan: Sebuah Studi Kasus
Mengenai Anak Penyandang ADHD”. Penelitian tersebut memperoleh
hasil bahwa informan telah memahami dan menggunakan konjungsi
untuk menciptakan rangkaian cerita, kemampuan informan dalam
merangkai ide cerita secara tertulis belum cukup baik. Hal ini terbukti
dari beberapa analisis yang menunjukkan adanya pelompatan ide
dalam cerita. Pelompatan ide ini terlihat melalui banyak fungsi
sintaksis atau klausa yang lesao. Pelesapan klausa atau kata ini juga
sering menimbulkan hubungan semantik dan tidak logis antara ide
cerita. Gita berasumsi pelesapan yang terjadi dalam data tidak
dilakukan dengan sengaja oleh informan, melainkan terjadi karena
faktor ADHD yang dialaminya. Faktor ADHD yang mempengaruhi
karangan informan afalah faktor kesulitan dalam merencanakan dan
mengorganisasikan ide pikiran atau gangguan konsentrasi dan faktor
pelupa.
Perbedaan penelitian Gita Argianti dengan skripsi ini adalah:
a. Skripsi Gita Argianti dilakukan pada tahun 2006, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada tahun 2014
b. Terletak pada objek penelitiannya. Objek penelitian Rusnia yaitu
berupa Wacana Tulisan: Sebuah Studi Kasus Mengenai Anak
Penyandang ADHD, sedangkan objek penelitian ini adalah berita
utama Koran Banten Raya.

23

4. Erika Felga Ferendhika, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, serang, pada tahun 2010, dalam
penelitian yang berjudul “Kepentingan Bisnis dan Politik dalam
Penentuan Berita Utama di Banten Raya”. Penelitian tersebut
memperoleh hasil bahwa proses redaksi Banten Raya dalam
menemukan berita utama melalui beberapa tahap yaitu pertama
pengumpulan berita-berita dari para wartawan ke redaktur pelaksana.
Kedua redaktur pelaksana bersama wartawan lainnya mengkaji berita
mana yang layak menempati halaman depan surat kabar. Ketiga, hasil
rapat diserahkan oleh direktur pelaksana ke pemimpin redaksi yang
berfungsi sebagai pemegang keputusan tertinggi mengenai beritaberita yang naik cetak, terutama berita utama atau Headline.
Perbedaan penelitian Erika dengan skripsi ini adalah:
a. Skripsi Erika dilakukan pada tahun 2010, sedangkan penelitian
skripsi ini dilakukan pada tahun 2014.
b. Terletak pada masalah yang diteliti. Masalah yang diteliti Erika
yaitu kepentingan bisnis dan politik dalam menentukan berita
utama, sedangkan skripsi ini mengangkat masalah mengenai
kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita
utama.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini yaitu Koran Banten Raya berfokus pada satu
berita utama yang terbit setiap hari di Koran Banten Raya edisi 1 April –
31 Mei 2014.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Dalam mencari definisi Bogdan dan Taylor
mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.1 Pada penelitian ini peneliti
mendeskripsikan masalah yang ada pada berita utama Koran Banten Raya
Pos Edisi 1 April - 31 Mei 2014.
C. Sumber Data
Lofland menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain lain.2 Data yang digunakan yaitu berupa berita
utama yang terdapat pada Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014.
Berita utama merupakan kabar atau berita yang ditunggu-tunggu oleh
pembacanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik dengan data tersebut untuk
diteliti.

1

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 2.
2
Ibid., h. 157.

24

25

D. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti menggunak