Analisis Faktor-Faktor Kinerja Teknologi Informasi Office Channeling Dalam Usaha Bank : studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI
OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK
(Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan)
ISMAIL
104081002434
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI
OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK
(Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Ismail
NIM:104081002434
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP 150317955
Pembimbing II
Arief Mufraini, Lc, Msi
NIP 150330729
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
Hari ini Selasa Tanggal 29 Bulan April Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Ismail NIM:104081002434 dengan judul Skripsi ”ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
KINERJA
TEKNOLOGI
INFORMASI
OFFICE
CHANNELING DALAM USAHA BANK” (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta
Selatan).Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
Hari ini Rabu Tanggal 27 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian
Skripsi atas nama Ismail, NIM: 1040810024343
FAKTOR-FAKTOR
KINERJA
dengan judul skripsi. ”ANALISIS
TEKNOLOGI
INFORMASI
OFFICE
CHANNELING DALAM USAHA BANK” (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta
Selatan). Memperhatikan kemampuan keilmuan di bidang manajemen, hasil ujian skripsi
anda dinyatakan lulus, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 27 Agustus 2008
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Arief Mufraini, Lc, Msi
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
ABSTRACT
The purpose of this research is to analysis factors in Information Technology
consisting of Technological Factor, Factor Behavior of Client, Competitor Factor, Factor
Internal Bank for knowing which factor very important role in supporting Office Channeling
at BNI Syariah. Data which applied is primary data. Sample which checked counted 140
respondent. Number of variables which checked counted 16 variables. Data which obtained
counted 40 respondent in test with validity test. Validity test result indicate that out of 16
variable only 15 variable available for analysed furthermore. The rest of one variable is spent
by not be valid or cannot be applied by the correlation coefficient worth is less than r table (
0.312) that is variable Service of Mobile Banking ( A4) with worth of 0.132 or the significant
is more than 0.05 that is 0.418, though rule of significant for validity is less than 0.05. Data
which obtained counted 100 respondent with amount of variables counted 15 variables then
analysed with factor analysis at programs SPSS 16.0 For Windows.
Research earnings yield indicate that result out of 15 variable spread over into 4
factor, from factor analysis test obtained by earnings yield that out of 15 variable which
analysed with model and grouped into 4 factor which is factors in Technology Information
supporting Office Channeling. The factors is Information Technology factor with eigen value
5.878, Technological factor with eigen value 1.303, factor Internal Bank and Competitor with
eigen value 1.235, Competitor factor with eigen value 1.106. The 4 factor is obtained based
on at worth eigen value bigger than one. The factor which dominate is Information
Technology factor with eigen value 5.878 and presentase variant of 39,188%.
Keyword : Information Technology, Technological Factor, Factor Behavior of Client,
Competitor Factor, Factor Internal Bank, Office Channeling.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor dalam Teknologi Informasi
yang terdiri dari faktor Teknologi, faktor Perilaku Nasabah, faktor Pesaing, faktor Internal
Bank untuk mengetahui faktor yang paling berperan penting dalam menunjang Office
Channeling pada BNI Syariah. Data yang digunakan adalah data primer. Sampel yang diteliti
sebanyak 140 responden. Jumlah variabel yang diteliti sebanyak 16 variabel. Data yang
diperoleh sebanyak 40 responden di uji dengan uji validitas. Hasil uji validitas menunjukkan
bahwa dari 16 variabel hanya 15 variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut. Sisanya 1
variabel dikeluarkan karena tidak valid atau tidak dapat digunakan karena nilai koefisien
korelasinya kurang dari r tabel (0.312) yaitu variabel Pelayanan Mobile Banking (A4) dengan
nilai 0.132 atau signifikansinya lebih dari 0.05 yaitu 0.418, padahal ketentuan signifikan
untuk validitas adalah kurang dari 0.05. Data yang diperoleh sebanyak 100 responden dengan
jumlah variabel sebanyak 15 variabel selanjutnya dianalisis dengan analisis faktor pada
program SPSS 16.0 For Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari 15 variabel tersebar ke dalam 4 faktor.
Dari uji analisis faktor diperoleh hasil bahwa dari 15 variabel yang dianalisa dengan model
dan dikelompokkan ke dalam 4 faktor yang merupakan faktor-faktor dalam teknologi
informasi yang menunjang Office Channeling. Faktor-Faktor tersebut adalah faktor
Teknologi Informasi dengan eigen value 5.878, faktor Teknologi dengan eigen value 1.303,
faktor Internal Bank dan Pesaing dengan eigen value 1.235, faktor Pesaing dengan eigenvalue
1.106. ke 4 faktor diperoleh berdasarkan pada nilai eigen value lebih besar dari satu. Faktor
yang mendominasi adalah faktor Teknologi Informasi dengan eigen value 5.878 dan
presentase varian 39,188%.
Kata kunci :Teknologi Informasi, Faktor Teknologi, Faktor Perilaku Nasabah, Faktor
Pesaing, Faktor Internal Bank, Office Channeling.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
diberikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak yang turut andil dalam proses penulisan skripsi ini sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Kinerja Teknologi Informasi
Dalam Usaha Bank”, semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan balasan yang lebih
baik, mereka adalah:
1. Orang tuaku tersayang, ayahanda H. Abdussamad dan Ibunda Hj. Faridah yang senantiasa
memberikan doa, motivasi, dan menyediakan apa yang dibutuhkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Ketua Jurusan Manajemen, selaku pembimbing I
dan selaku pembimbing II Bpk Arief Mufraini Lc,Msi, Bpk Indoyama SE.,MAB yang
selalu memberikan inspirasi-inspirasi bermakna kepada penulis dalam segala waktu dan
kesempatan.
3. Bapak Drs. Moh Faisal Badroen, MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
dan Bapak Dr. Abdul Abdul Hamid, Ms., selaku pembantu dekan akademik yang telah
memberikan banyak pengetahuan yang sangat bermanfaat kepada penulis dan mebimbing
para mahasiswanya untuk menjadi yang terbaik
4. Kakak-kakakku, dingsanak-dingsanakku, dan adding-adingku terima kasih buat semua
sayang dan dukungannya selama ini sampai akhirnya ismail dapat menyelesaikan kuliah
Ismail.
5. Sahabatku beserta keluarga besar mereka yang selalu ada setiap kubutuhkan. Dan yang
spesial tak lupa Dony, Abi, Miftah, Faridz, Agung, Badai, Abud, Akbar, Taufik.dan lainlain yang tidak bias disebutkan namanya satu persatu.
6.
kakek Thamrin dan nini, OmYusuf dan Mbak Tati, Akh, Om Thabrani, Om Ishak,Om
Nang Subhan beserta keluarga, Wahyuni, dan yang lainnya yang turut memberikan
motivasi dan saran dalam penul;isan skripsi ini. I v U all.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, dengan itu diharapkan sarannya
dan semoga dapat berguna kepada siapa saja yang membutuhkan. “:Sesungguhnya hanya
Allah SWT yang memiliki Maha Kesempurnaan dan Kebenaran, dan hanya manusialah letak
beribu kekurangan dan kesadaran”. Wassallumualaikum…
Daftar Isi
Hal
Daftar Riwayat Hidup.......................................................................................
i
Abstract.............................................................................................................
ii
Abstrak..............................................................................................................
iii
Kata Pengantar..................................................................................................
iv
Daftar Isi............................................................................................................
vi
Daftar Tabel....................................................................................................... viii
Daftar Gambar...................................................................................................
x
Daftar Lampiran................................................................................................
xi
BAB I
Pendahuluan....................................................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian.....................................................................
1
1. Identifikasi Masalah.........................................................................
6
2. Batasan Masalah..............................................................................
7
B. Perumusan Masalah.............................................................................
7
C. Tujuan dan Manfaat.............................................................................
8
BAB II
Tinjauan Pustaka............................................................................................
10
A. Pengertian Bank Syariah........................................................................
10
B. Pengembangan Office Channeling.........................................................
11
1. Arah Kebijikan Bank Syariah.........................................................
14
2. Office Channeling dan Implikasinya Terhadap Pengembangan
17
Bank Syariah...................................................................................
a. Implikasi Strategis Kebijakan Office Channeling....................
19
b. Pandangan Negatif Terhadap Kebijakan Office Channeling...
22
C. Peran Teknologi Informasi Dalam Usaha Bank.....................................
28
1. Perubahan Teknologi......................................................................
29
2. Perubahan Perilaku Nasabah..........................................................
32
3. Perubahan Pesaing..........................................................................
34
4. Kondisi Internal Bank.....................................................................
D. Penelitian Terdahulu..............................................................................
E. Kerangka Pemikiran...............................................................................
F. Hipetesis.................................................................................................
36
39
39
42
BAB III
Metodologi Penelitian.....................................................................................
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................
B. Metode Penentuan Sampel.....................................................................
C. Metode Pengumpulan Data....................................................................
43
43
43
46
D. Metode Analisis Data.............................................................................
E. Operasional Variabel Penelitian.............................................................
51
62
BAB IV
Penemuan dan Pembahasan...........................................................................
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.............................................
1. Sejarah Singkat PT.BNI (Persero) Tbk...............................................
2. Sejarah Singkat PT.BNI (Persero) Tbk. (KCS) Jakarta Selatan..........
3. Visi dan Misi PT.BNI (Persero) Tbk Divisi Unit Usaha Syariah.......
a. Visi................................................................................................
b. Misi................................................................................................
B. Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................................
1. Validitas................................................................................................
2. Reliabilitas............................................................................................
C. Penemuan dan Pembahasan......................................................................
1. Analisis Deskriptif Statistik..................................................................
2. Hasil analisis Faktor.............................................................................
64
64
64
66
67
67
67
67
67
69
69
69
84
BAB V
Kesimpulan dan Implikasi.............................................................................. 103
A. Kesimpulan............................................................................................... 103
B. Implikasi................................................................................................... 104
Daftar Pustaka...................................................................................................
Lampiran-Lampiran..........................................................................................
109
113
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Moment Terpenting Kebijakan pengembangan Bank Syariah
Di Indonesia......................................................................................................
17
Gambar 2.2 Gambaran dalam penentuan halal dan haramnya
suatu transaksi...................................................................................................
24
Grafik 4.1
92
Scree Plot.....................................................................................
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Uji Validitas.....................................................................................
68
Tabel 4.2 Reliability Statistics.........................................................................
69
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Statistik Jenis Kelamin......................................
70
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Statistik Periode Menjadi Nasabah...................
70
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Statistik Kualitas Layanan Perbankan
(Teknologi)........................................................................................................
71
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Statistik Perkembangan Layanan perbankan
(Teknologi)........................................................................................................
72
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Statistik Transaksi Perbankan (Teknologi).......
72
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Statistik Produk-Produk Perbankan (Perilaku
Nasabah)...........................................................................................................
73
Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Statistik Perluasan Akses Nasabah (Perilaku
Nasabah)............................................................................................................
74
Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Statistik Kebutuhan Produk perbankan
(Perilaku Nasabah)............................................................................................
75
Tabel 4.11 Analisis Deskriptif Statistik Layanan Jasa Keuangan (Perilaku
Nasabah)............................................................................................................
76
Tabel 4.12 Analisis Deskriptif Statistik Pelayanan yang Istimewa (Pesaing)..
77
Tabel 4.13 Analisis Deskriptif Statistik Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)...
78
Tabel 4.14 Analisis Deskriptif Statistik Kemampuan Bersaing (Pesaing)........
78
Tabel 4.15 Analisis Deskriptif Statistik Kemampuan mengungguli (Pesaing).
79
Tabel 4.16 Analisis Deskriptif Statistik Reputasi Bagus (Internal Bank).........
80
Tabel 4.17 Analisis Deskriptif Statistik Semakin Dikenal Masyarakat
(Internal Bank)..................................................................................................
81
Tabel 4.18 Analisis Deskriptif Statistik Mengedepankan Prinsip Syariah
(Internal Bank)................................................................................
82
Tabel 4.19 Analisis Deskriptif Statistik Maksimalisasi Pelayanan
(Internal Bank)..................................................................................................
83
Tabel 4.20 KMO and Bartlett’s Test................................................................
84
Tabel 4.21 Communalities...............................................................................
87
Tabel 4.22 Total Variance Explained...............................................................
90
Tabel 4.23 Component Matrix.........................................................................
93
Tabel 4.24 Rotated Component Matrix............................................................
96
Tabel 4.25 Component Transformation Matrix ...............................................
101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama Lengkap
: Ismail
Tempat/Tanggal Lahir
: Muara teweh, 22 April 1985
Alamat
: Jl.Ciputat Raya,No 1,Rt 05 Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Telp & HP
: (021) 70503705 & 085283251322
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Kebangsaan
: Indonesia
Moto Hidup
: “sebaik-baik manusia adalah manusia yang
bermanfaat
bagi manusia yang lainnya”.
II. PENDIDIKAN
1. Madrasah Ibtidayah Negeri Muara Teweh
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri Muara Teweh
3. Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri Martapura
4. UIN (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah) Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Menjadi Bendahara pada OSIS Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN)
martapura
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal
25 Maret 1992 menandai adanya kesepakatan rakyat dan bangsa Indonesia untuk
menerapkan dual banking system atau sistem perbankan ganda di Indonesia. Sejak saat itu
semestinya semua instansi terkait menyesuaikan diri dalam segala kegiatannya dengan
paradigma baru ini termasuk di dunia pendidikan.
Bisa dibayangkan, betapa memalukannya ketika suatu institusi pendidikan
melepaskan lulusannya ke masyarakat, dan ternyata mantan anak didiknya itu
mendapatkan bahwa di dunia nyata ada yang namanya lembaga keuangan syariah yang
tidak pernah mereka kenal sebelumnya sewaktu mereka masih duduk dibangku kuliah.
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal 10 November 1998
menunjukkan semakin mantapnya kesepakatan rakyat dan bangsa Indonesia dengan
system perbankan ganda yang telah berlaku sejak lebih dari enam tahun sebelumnya.
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah, Bank
Indonesia membolehkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit Usaha
Syariah (UUS) untuk juga melayani transaksi syariah (office channelling). Dengan begitu
bank tidak perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat untuk dapat memberikan
pelayanan perbankan syariah. Publik perbankan belum begitu familiar dengan istilah
office channelling ini. Bahkan, beberapa bankir menilai office channelling ini mirip
dengan sistem perbankan dua jendela (two windows system) yang berlaku di Malaysia.
Padahal, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar antara office channelling
dengan two windows system.
Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani
transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah memiliki
Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia, two windows
system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum (konvensional) yang
tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk melakukan transaksi dengan skim
syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem
layanan sekaligus: skim syariah dan konvensional.
Menurut Rio Eldianson(2007:1)Perbankan syariah Indonesia kini dituntut untuk
melakukan akselerasi. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter telah memberikan
target kepada bank syariah untuk mencapai market share pada level 5,25% pada akhir
tahun 2008. Hal ini merupakan program BI untuk meningkatkan peran perbankan syariah
di kancah perekonomian nasional serta tingkat signifikansi manfaat perbankan syariah
bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hingga akhir tahun 2006, bank syariah telah mencapai market share sebesar 1,6%.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bank syariah yang dicapai masih menyisakan
target sebesar 3,65%. Dari market share tersebut, bank syariah memiliki asset sebesar Rp.
26,95 triliun. Target market share sebesar 5,25% menuntut bank syariah harus
mewujudkan assetnya lebih dari Rp. 90 triliun pada akhir tahun 2008, dengan begitu bank
syariah memiliki sisa target sebesar Rp. 63.05 triliun. Dalam memenuhi sisa tersebut,
bank syariah harus meningkatkan pertambahan assetnya mencapai rata-rata sebesar Rp. 7
triliun per triwulan, dalam kurun waktu tahun 2007 sampai akhir tahun 2008. Jumlah
yang tidak sedikit bagi bank syariah untuk memenuhi keinginan dari BI.
(H,Nadratuzzaman dalam artikel Rio Eldianson,2007)
Jumlah bank syariah yang saat ini terdiri dari 3 Bank Umum Syariah (BUS),
ditambah 20 Unit Usaha Syariah (UUS) yang menjadi cabang Bank Konvensional dinilai
masih sulit untuk mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Besarnya target yang
ditentukan dengan waktu yang tidak begitu lama akan menyebabkan langkah bank
syariah terasa begitu berat untuk mewujudkannya. (Rio Eldianson:2007:3)
Untuk mencapai market share 5,25% pada akhir tahun 2008 bukanlah perkara
mudah, dibutuhkan peran strategis dari dua pelaku utama yaitu pihak pemerintah dan
pihak perbankan (praktisi). Dua pihak inilah yang menjadi kunci penting akselerasi
perbankan syariah Indonesia menuju market share 5,25 % pada tahun 2008. (Rio
Eldianson:2007:3)
Adapun perkembangan Office Channeling tentu saja ditunjang berbagai faktorfaktor perbankan yang mendukung program tersebut, salah satunya faktor-faktor
teknologi informasi pada suatu bank yaitu faktor teknologi yang tersedia, faktor nasabah
pada suatu bank, faktor pesaing,serta faktor internal bank.pada BNI Syariah telah
menerapkan program Office Channeling yang diberlakukan oleh Bank Indonesia, namun
belum maksimal karena masih banyak kekurangan yang ada, oleh karena itu diperlukan
faktor-faktor pendukung program Office Channeling. Adanya berbagai faktor tersebut
membuat Office Channeling semakin berkembang.
Oleh sebab itu penulis mengambil judul “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA
TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK ”, karena penulis
mencoba meneliti apakah
faktor-faktor teknologi informasi tersebut menunjang
diberlakukannya Office Channeling. Penulis juga ingin mengetahui faktor mana saja yang
sangat berperan penting terhadap program Office Channeling dan melakukan studi
kasusnya di BNI Syariah cabang Jakarta Selatan .
Kelebihan dari penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini dilakukan
terhadap sesuatu yang baru dan masih hangat diperbincangkan oleh pakar-pakar
perbankan syariah dan masih menjadi kontroversi bagi sebagian kecil kalangan perbankan
syariah dan mencakup ruang lingkup yang sangat luas yaitu perkembangan perbankan
syariah secara nasional, sedangkan penelitian yang terdahulu yang telah dilakukan
meskipun menggunakan metode penelitian dan analisis yang sama namun penelitian
tersebut cuma membahas tentang permasalahan dalam ruang lingkup yang sempit yaitu
tentang kepuasan konsumen Warung Internet, Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Fajar Suryo Saputro (2007) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konsumen Dalam Memilih Warnet Pada Warnet Click Net Di Ciputat”. Alat analisis
yang digunakan adalah analisis faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih jasa warnet yang mau
dipakai. Dan juga penelitian yang terdahulu dilakukan terhadap pembahasan yang bukan
sesuatu permasalahan yang baru.
Disamping itu penelitian ini meninjau bagaimana tanggapan masyarakat atau
nasabah tentang Office Channeling, karena yang banyak berkomentar tentang Office
Channeling adalah cuma para praktisi perbankan syariah dan pihak bank syariah yang
terkait dengan program Office Channeling. Oleh sebab itu peneliti ingin menekankan
penelitian tentang Office Channeling menurut pendapat para nasabah bank syariah,
terutama nasabah BNI Syariah.
Pentingnya penelitian ini bahwa sistem Office Channeling yang dikeluarkan oleh BI
sebagai Bank Sentral dalam membantu perkembangan perbankan syariah dapat
diterapkan secara maksimal oleh bank terkait dan dapat memudahkan nasabah bank
tersebut dalam melakukan transaksi perbankan secara syariah karena tujuan BI dalam
menetapkan peraturan sistem Office Channeling adalah untuk mengembangkan dunia
perbankan syariah agar dapat lebih maju dan dapat bersaing dengan perbankan
konvensional.
1. Identifikasi Masalah
Untuk lebih mengenal masalah apa yang diteliti, ada beberapa identifikasi
masalah dalam penelitian ini, yakni :
a. Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani
transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah
memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia,
two windows system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum
(konvensional) yang tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk
melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata
lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan
konvensional.
b. Rencana teknologi informasi suatu bank harus mengacu pada rencana strategi dan
rencana bisnis bank tersebut. Bank yang telah memiliki rencana strategi baik,
belumlah menjamin akan keberhasilannya, sebab masih harus melewati tahap
berikutnya yang tidak kalah pentingnya dengan membuat rencana strategi yaitu
tahap implementasi strategi (strategic implementation) atas rencana strategi yang
telah dibuat, yang harus dilakukan dengan baik dan konsisten,guna untuk
mengantisipasi berbagai perubahan yang sangat cepat dari kondisi lingkungan
bank tersebut.
c. Seberapa jauh perkembangan program Office Channeling dinilai dari kinerja
perencanaan teknologi informasi suatu bank.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan diatas, maka peneliti
memberikan batasan, antara lain:
1. Hanya mencakup bahasan tentang faktor-faktor kinerja teknologi informasi Office
Channeling secara umumnya (menentukan faktor utama dan faktor penunjang
lainnya terhadap perkembangan Office Channeling) dan tidak membahas terlalu
mendalam, adapun pembahasan yang penulis uraikan adalah:
a) Faktor teknologi
b) Faktor nasabah
c) Faktor pesaing
d) Faktor internal bank
2. Penelitian dilakukan hanya kepada nasabah BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
”Faktor-faktor apa saja yang akan terbentuk dari faktor-faktor Teknologi Informasi
dalam usaha bank yang terdiri dari faktor Teknologi, faktor Perilaku Nasabah, faktor
Pesaing, faktor Internal Bank dalam menunjang program Office Channeling”.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
dalam teknologi informasi pada suatu bank (yaitu teknologi, perilaku nasabah,
pesaing dan internal bank) supaya mengetahui faktor yang paling berperan
penting terhadap office channeling pada bank syariah.
2. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi :
a) Penulis.
Untuk mengimplementasikan ilmu yang penulis peroleh selama kuliah pada
program S1 jurusan manajemen perbankan.
b) PT.Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
Penulis ingin memberikan sumbangan pikiran dari hasil penelitian ini dan
semoga dapat dijadikan gambaran dalam menerapkan sistem Office
Channeling pada PT. BNI Syariah. Terutama BNI Syariah cabang Jakarta
Selatan.
c) Bagi masyarakat (nasabah bank syariah).
Sebagai
informasi
tambahan
yang
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi baik dalam hal
menabung maupun dalam mengajukan pembiayaan dengan menggunakan
program Office Channeling pada PT. BNI Syariah. Terutama Bank Negara
Indonesia (BNI) Syariah cabang Jakarta Selatan.
d) Perguruan tinggi.
Penelitian ini akan menambahkan keperpustakaan dibidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang berisikan suatu
studi perbandingan yang bersifat karya ilmiah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, khususnya tentang perbankan syariah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BANK SYARIAH
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga.
Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan atau
perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an
dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya yang disesuaikan dengan
prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwataatmadja (1997) membedakan antara Bank
Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari’ah Islam. Bank Syari’ah adalah (1)
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam; (2) bank yang tata
cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syari’ah Islam adalah bank yang
beroperasinya sesuai prinsip syari’ah Islam adalan bank yang beroperasinya itu mengikuti
ketentuan-ketentuan syari’ah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat
secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktikpraktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary.
Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan
masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang
yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha
bank akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain : (1) Memindahkan uang; (2)
Menerima dan membayarkan kembali uang nasabah; (3) Membeli dan menjual surat-surat
berharga; dan (4) Menerima jaminan bank.
Untuk
menghindari
pengoperasian
bank
dengan
sistem
bunga,
Islam
memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Islam lahir
sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bak dan
riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari
persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya Bank Syari’ah. Bank Syari’ah
lahir di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada
Undang-Undang No. 7 tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No.
10 tahun1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil
atau bank syari’ah.(Muhammad:1:2005)
B . PENGEMBANGAN OFFICE CHANNELING
Rasanya tidak ada yang membantah bila dikatakan negeri ini memiliki potensi pasar
domestik yang begitu besar untuk industri perbankan syariah. Gambaran kasar yang bisa
digelar adalah fakta 80% lebih dari penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta
merupakan umat Islam. Dengan ceruk pasar yang menganga lebar ini, harapan besar
layak disematkan kepada para stakeholder perbankan syariah untuk lebih berkembang,
berdampingan dengan bank konvensional. (Dadang Romansyah: 1:2004)
Tapi mengapa euforia yang terbentuk setelah tahun 1999 dengan berdirinya Bank
Syariah Mandiri (BSM) mendampingi Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang lebih dulu
tujuh tahun, justru jauh dari harapan. Angka mungkin tidak bisa berbohong dengan
melihat pangsa pasar perbankan syariah yang tak sampai 2% dibandingkan total
perbankan nasional, baik dari sisi perolehan dana pihak ketiga maupun total aset.
Di lapangan, upaya memacu industri perbankan syariah untuk bersaing di level yang
setara dengan perbankan konvensional justru melahirkan para pemain semu yang
terwujud dalam maraknya pembentukan divisi atau unit usaha syariah (UUS). Bank
Indonesia pun mafhum bila membentuk bank baru untuk menemani Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) masih
terkendala aspek permodalan. Dalam UU No.10/ 1998 tentang Perbankan memang
disyaratkan modal pendirian suatu bank umum adalah sebesar Rp 3 triliun (Fahmi Ahmad
dalam Dadang Romansyah, 2005).
Berinvestasi mendirikan bank dengan dana minimum Rp 3 triliun di tengah upaya
konsolidasi perbankan nasional yang lebih dari 130 bank ini, mungkin dinilai investor
lokal sebagai hal yang penuh risiko. Alternatif lain adalah bekerja keras mempercantik
diri agar investor asing mau menyuntikkan dana segar ataupun langsung berinvestasi
membentuk bank syariah baru di Indonesia. Wacana ini merupakan buah pemikiran
adanya momentum pengalihan dana negara-negara petro dollar dari lahan ekonomi
Amerika Serikat dan Eropa ke negara-negara Asia.
Lalu Indonesia sendiri kapan. Ironis memang. Padahal indikasi minat investor asing
dari dunia Arab sebenarnya memang cukup riil dengan terbukti pada masuknya Boubyan
Bank dan Kuwait Finance House dalam rencana penambahan kepemilikan saham Bank
Muamalat. Sebelumnya pun, Islamic Development Bank (IDB) telah berpartisipasi
sebagai pemegang saham dalam pendirian bank syariah pertama ini. Karena selebihnya
hanya merupakan portofolio investasi oleh pemodal asing yang masuk ke industri
perbankan syariah lebih bersifat tidak langsung. Faktanya, Commerce Asset Berhad lebih
memilih mengembangkan usaha syariah di Bank Niaga melalui unit usaha syariah, begitu
pula dengan Standard Chartered Plc yang mengembangkan Bank Permata Syariah.
Kondisi tersebut membuat Bank Indonesia pun mengatur ulang kebijakannya. Sasaran
target penguasaan pangsa pasar perbankan syariah tahun 2011 yang dipatok awalnya 9%
direvisi menjadi 5%-7%.
Ini mungkin lebih membumi, tapi tak hanya itu yang dilakukan Bank Indonesia.
Pertengahan tahun ini, bank sentral setelah berembuk dengan para praktisi mengeluarkan
wacana pemisahan unit usaha syariah (UUS) sebagai entitas tersendiri yang lepas dari
gandengan bank umum konvensional. Awal Oktober 2005, BI mengeluarkan kebijakan
terbaru yang lebih tepat dinilai sebagai insentif dengan melonggarkan peraturan
pembentukan bank syariah baru ataupun untuk kegiatan spin off (pemisahan) UUS. Syarat
modal pendirian bank umum syariah pun diturunkan dari Rp 3 triliun menjadi Rp1 triliun,
begitu pun kewajiban untuk pendirian Unit Usaha Syariah yang hendak melepaskan diri
dari induk perusahaan.
Kelonggaran juga diberikan Bank Indonesia kepada bank umum konvensional yang
hendak melakukan konversi atau perubahan core business menjadi bank syariah cukup
menyetor modal minimum Rp 100 miliar. Gayung pun bersambut dengan rumor pasar
bahwa Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) segera melepas
unit syariahnya menjadi entitas tersendiri.
1. Arah Kebijakan Pengembangan Bank Syariah
Industri perbankan masih menjadi sendi terpenting dalam perekonomian nasional.
Untuk menuju perbankan yang semakin baik, dalam konteks ini, sejak dua tahun lalu
Bank Indonesia telah menggariskan sebuah arah kebijakan yang disebut sebagai Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Sebagai sebuah rancangan bentuk industri yang
ingin dicapai di masa depan, API memuat berbagai program yang terfokus pada upaya
pembentukkan industri perbankan melalui langkah-langkah penguatan pada semua
sendi-sendi fundamental. Penguatan aspek kelembagaan, penyiapan infrastruktur
pendukung, peningkatan pelaksanaan fungsi perbankan dalam melayani masyarakat,
peningkatan kemampuan institusi dan sumber daya, peningkatan kualitas pengawasan
dan pengaturan perbankan, sampai dengan menarik peran serta masyarakat dalam
menjaga ketahanan dan daya saing perbankan telah digariskan sebagai pilar-pilar yang
harus dimiliki oleh industri perbankan Indonesia ke depan.
Diawali dengan lahirnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
dalam bentuk sebuah bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bagi hasil.
Pada saat itu, bank Islam yang pertama kali muncul di Indonesia adalah Bank
Muamalat Indonesia. Selanjutnya, kekuatan hukum pendirian bank Islam tersebut
diperkuat dengan adanya undang-undang nomor 10 tahun 1998, sebagai revisi
Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992. Awal Oktober 2005, Bank Indonesia
mengeluarkan kebijakan dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia No. 7/13/PBI/2005
tentang perubahan modal dasar pendirian bank umum syariah dan unit usaha syariah.
Syarat modal pendirian bank umum syariah pun diturunkan dari Rp 3 triliun
menjadi Rp1 triliun, begitu pun kewajiban untuk pendirian Unit Usaha Syariah yang
hendak melepaskan diri dari induk perusahaan.
Kajian Bank Indonesia menunjukkan bahwa saat ini pemahaman masyarakat akan
perbankan syariah memang terus mengalami peningkatan. Namun demikian, di sisi
lain minat untuk bertransaksi secara syariah masih rendah. Kondisi ini terjadi, antara
lain karena masih terbatasnya jaringan layanan perbankan syariah.
Oleh karena itu, peningkatan minat masyarakat untuk bertransaksi melalui
perbankan syariah ini harus difasilitasi oleh adanya kemudahan akses kepada jasa
perbankan syariah. Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi menempuh upaya
yang jauh lebih berat agar mereka dapat bertransaksi melalui perbankan syariah,
karena kemudahan akses pelayanan perbankan syariah yang sebanding dengan
perbankan konvensional.
Atas dasar hasil kajian ini pula, maka Bank Indonesia telah mencoba memikirkan
berbagai alternatif yang diharapkan dapat menjadi terobosan untuk secara signifikan
meningkatkan kemampuan perbankan dalam melayani dan menyediakan kemudahan
bertransaksi syariah kepada masyarakat.
Oleh karena itu maka pada akhir bulan Januari 2006 Bank Indonesia
mengeluarkan peraturan baru yaitu PBI No.8/3/PBI/2006 tentang PERUBAHAN
KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM
SYARIAH & PEMBUKAAN KANTOR SYARIAH OLEH BANK UMUM
KONVENSIONAL, yaitu sebuah ketentuan yang memperbolehkan cabang bank
konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah untuk juga melayani transaksi
syariah (office channelling). Dengan menyediakan layanan office chanelling di
cabang konvensionalnya, Bank tidak perlu lagi membuka cabang Unit Usaha Syariah
di banyak tempat untuk dapat memberikan pelayanan perbankan syariah. Tentu saja
layanan office chanelling membutuhkan dukungan jaringan teknologi informasi serta
instalasi perangkat lunak perbankan syariah di cabang-cabang bank yang akan
menyediakan jasa office chanelling untuk transaksi perbankan syariah.
Dengan segala upaya dan kerja keras para stakeholder perbankan syariah ini
semoga dapat mengantarkan industri perbankan syariah ini berada berdampingan
dengan perbankan konvensional di jalur yang sama. Publik pun menanti agar bank
syariah tidak hanya menebar pesona religius sebagai pembeda dalam pemberian
layanan maksimum kepada nasabah maupun solusi bagi perekonomian nasional.
Gambar 2.1
Moment Terpenting Kebijakan Pengembangan Bank Syariah di Indonesia
Th. 1992
UU No. 7 /1992
Th. 1998
Th. 2003
Th. 2005
Th. 2006
UU No. 10/1998
Fatwa DSN-MUI
PBI
No.7/13/PBI/2005
PBI
No.8/3/PBI/2006
Dual Banking
System
Tentang
Perbankan
Modal Minimum
Bank Syariah
Fatwa Bunga
Bank Haram
Layanan Syariah
(Office Channelling)
Sumber : Dadang Romansyah, Strategi Pengembangan Bank Syariah Melalui Office
Channeling.
2. Office Channelling dan Implikasinya terhadap Pengembangan Bank
Syariah
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah,
Bank Indonesia membolehkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit
Usaha Syariah (UUS) untuk juga melayani transaksi syariah (office channelling).
Dengan begitu bank tidak perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat untuk
dapat memberikan pelayanan perbankan syariah. Publik perbankan belum begitu
familiar dengan istilah office channelling ini. Bahkan, beberapa bankir menilai office
channelling ini mirip dengan sistem perbankan dua jendela (two windows system)
yang berlaku di Malaysia. Padahal, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar
antara office channelling dengan two windows system.
Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani
transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah
memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia, two
windows system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum
(konvensional) yang tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk
melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata
lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan
konvensional.
Bank Indonesia saat ini baru mengizinkan transaksi penghimpunan dana pihak
ketiga (DPK). Sedangkan untuk transaksi pembiayaan, untuk sementara, tetap harus
dilakukan di kantor UUS atau kantor cabang syariah dan untuk kebijakan manajemen
dan sumberdaya manusia (SDM) tetap ditentukan oleh kantor pusat bank
bersangkutan. Dengan kata lain, bank yang memiliki UUS tersebut hanya dapat
memanfaatkan tempat yang ada pada kantor konvensional untuk melakukan transaksi
dengan skim syariah. Berbeda dengan office chanelling ini, konsep two windows
system yang selama ini dipopulerkan Malaysia, mengizinkan semua transaksi syariah
dilayani oleh kantor bank umum konvensional, termasuk dalam hal kebijakan
manajemen dan SDM (Sunarsip dalam Dadang Romansyah, 2006).
a. Implikasi Strategis Kebijakan Office Channelling
Diberlakukannya sistem office channelling ini, diperkirakan akan
memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan industri bank syariah
di masa mendatang. Pertama, dengan diberlakukannya office channelling, tentu
akan semakin memudahkan bagi nasabah untuk melakukan transaksi syariah.
Dengan kata lain, akses terhadap lokasi bank syariah yang selama ini menjadi
kendala bagi nasabah untuk mendapatkan fasilitas transaksi syariah akan dapat
teratasi. Selama ini masyarakat yang akan bertransaksi dengan bank syariah
mengalami kesulitan karena belum banyak bank syariah yang beroperasi di
Indonesia.
Kedua, dengan semakin mudahnya para nasabah untuk mendapatkan akses
layanan perbankan syariah, diperkirakan perkembangan Dana Pihak Ketiga akan
semakin besar. Dengan demikian, peran perbankan syariah dalam melayani
kebutuhan masyarakat dalam melayani penyimpanan DPK akan semakin
membaik. Ditinjau dari karakteristik assets dan liabilities bank syariah,
kebijakan office channeling berpeluang diterapkan untuk sisi liabilities (dana).
Penghimpunan dana baik tabungan, giro dan deposito dapat dipasarkan massal
melalui cabang konvensional. Sedangkan produk assets (pembiayaan) butuh
desain yang bersifat tailor made sesuai kebutuhan nasabah (mudharib) sehingga
lebih sulit dipasarkan melalui cabang konvensional. Kecuali, terbatas pada
produk murabahah dan ijarah konsumtif.
Umumnya kantor cabang syariah (KCS) memasarkan produk assets dan
liabilitiesnya. Kecuali kantor cabang pembantu (KCPS) yang biasanya fokus
pada penghimpunan dana. Dengan office channeling, penghimpunan dana dapat
dilakukan cabang konvensional yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan,
dibandingkan cabang syariah yang baru satuan atau belasan. Cabang syariah
bisa lebih fokus pada pembiayaan. Secara otomatis cabang syariah
bertransformasi menjadi semacam Sentra Pembiayaan Syariah (Wahyu Avianto
dalam Dadang Romansyah, 2005).
Dengan fokus pada pembiayaan, diharapkan kualitas pembiayaan makin
baik, baik dari sisi analisa kelayakan, implementasi kepatuhan aspek syariah,
dan pemantauan kinerja mudharib. Sepintas, office channeling hanya dapat
dimanfaatkan oleh UUS saja. Namun, kedepan office channelling sebetulnya
bisa juga dilakukan oleh bank syariah dengan PT. Pos atau dengan antar induk
yang berbeda, selama memenuhi ketentuan dan persyaratan office channelling
baik dari Bank Indonesia maupun Dewan Syariah Nasional. Office Channeling
akan meningkatkan penghimpunan dana dan kemudian kualitas pembiayaan
yang berujung pada aset dan pertumbuhan bank syariah yang makin baik.
Berikutnya adalah bagaimana agar bank syariah bisa mempengaruhi kebijakan
ekonomi nasional sehingga bisa membawa dampak pada kesejahteraan umat.
Ketiga, office channelling diharapkan bisa meningkatkan pangsa pasar
(market share) perbankan syariah terhadap perbankan nasional. Dengan semakin
mudahnya mendapatkan informasi dan akses terhadap kantor bank syariah,
diharapkan market share yang saat ini baru sekitar 1,35% akan semakin besar.
Keempat, dengan menerapkan office channelling yang mencakup ko-lokasi
fisik gedung, satu pekerja yang diperbolehkan melakukan transaksi baik syariah
maupun konvensional, maka efisiensi yang dapat dilakukan oleh Bank Syariah
akan menjadi sangat luar biasa.
Layanan Syariah untuk mendorong akselerasi pertumbuhan Bank Syariah.
Suatu bank seperti BRI, BNI, Permata, Niaga yang mempunyai jaringan sangat
luas, sekaligus akan segera dapat berfungsi sebagai Bank Syariah. Dalam ukuran
waktu kurang dari tahunan, Indonesia akan mempunyai Bank Syariah yang
jangkauannya tidak saja mencapai kabupaten atau kecamatan, tapi malah sampai
ke tingkat kelurahan. Sebuah perkembangan yang maha dahsyat, sehingga
wilayah darurat atas fatwa DSN tentang pengharaman bunga bank yang
dikecualikan untuk daerah-daerah yang belum ada bank syariah, bisa direvisi
dan ditinjau ulang.
b. Pandangan Negatif terhadap Kebijakan Office Channelling
Istilah office channelling sendiri tidak terdapat satupun dalam Peraturan
Bank Indonesia tentang office channelling atau PBI No. 8/3/PBI/2006. Yang ada
hanya tentang Layanan Syariah (LS). Layanan Syariah dapat dibuka dalam satu
wilayah kantor Bank Indonesia dengan Kantor Cabang (KC) Syariah Induknya,
dengan menggunakan pola kerja sama antara KC Syariah Induknya dengan KC
dan atau KC Pembantu, atau dengan menggunakan sumber daya manusia sendiri
Bank yang telah memiliki pengetahuan mengenai produk dan operasional Bank
Syariah.
Selanjutnya Layanan Syariah wajib memiliki pembukuan yang terpisah
dari Kantor Cabang dan atau Kantor Cabang Pembantu, menggunakan standar
akuntansi keuangan yang berlaku bagi perbankan syariah, dan laporan keuangan
Layanan Syariah wajib digabungkan dengan laporan keuangan Kantor Cabang
Syariah Induknya pada hari yang sama.
Kebijakan office channelling ini, tentunya harus disikapi secara
proporsional. Hal ini penting, sebab jangan karena saking semangatnya
menyambut kebijakan yang positif ini, kita lupa dengan isu-isu lain yang bisa
menghambat penerapan office channelling tersebut.
Dengan ketentuan Layanan Syariah seperti di atas, timbul beberapa catatan
pertanyaan yang mengemuka dan belum terjawab berdasarkan hitam putih
sesuai ketentuan yang ada. Beberapa pertanyaan yang mengemuka dan bersifat
detail operasional office channelling dimaksud adalah (Sutrisno Mukayan dalam
Dadang Romansyah, 2006) :
Pertama, Full one person dedicated. Pemahanan yang timbul tentang
office channelling adalah tentang Full one person dedicated, artinya seorang
pekerja secara khusus hanya boleh melayani transaksi satu jenis bank saja,
syariah atau konvensional. Apabila seorang pekerja telah melayani transaksi
syariah, maka orang tersebut tidak boleh melayani transaksi konvensional, dan
sebaliknya. Sementara itu, PBI tentang office channelling memungkinkan bahwa
Layanan Syariah dapat dibuka dengan cara pola kerja sama antara Kantor
Cabang Syariah Induk dengan Kantor Cabang dan atau Kantor Cabang
Pembantu konvensional.
Kemungkinan pelayanan rangkap dimaksud timbul dengan dasar
pemikiran bahwa yang membuat suatu transaski menjadi syariah atau tidak
bukanlah orang atau siapa yang melakukan traksaksi, tetapi tergantung pada
bagaimana transaksi dijalakankan. Artinya selama transaksi telah memenuhi
syarat dan rukun yang telah ditetapkan terlepas dari siapa yang melakukan,
transaksi tersebut tetap menjadi syariah. Halal dan haramnya suatu transaksi
tergantung dari pada beberapa kriteria, yaitu pertama, objek yang dijadikan
transaksi apakah objek halal atau objek haram. Kedua, cara bertransaksi
menggunakan cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah (transaksi halal) atau
transaksi yang bertentangan dengan syariat Islam (Sutrisno Mukayan dalam
Dadang Romansyah, 2006). Berikut ini gambaran dalam penentuan halal dan
haramnya suatu transaksi :
Gambar 2.2
Gambaran dalam penentuan halal dan haramnya suatu transaksi
Cara Halal
Cara Haram
A
B
TR
OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK
(Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan)
ISMAIL
104081002434
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI
OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK
(Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Ismail
NIM:104081002434
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP 150317955
Pembimbing II
Arief Mufraini, Lc, Msi
NIP 150330729
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
Hari ini Selasa Tanggal 29 Bulan April Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Ismail NIM:104081002434 dengan judul Skripsi ”ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
KINERJA
TEKNOLOGI
INFORMASI
OFFICE
CHANNELING DALAM USAHA BANK” (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta
Selatan).Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
Hari ini Rabu Tanggal 27 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian
Skripsi atas nama Ismail, NIM: 1040810024343
FAKTOR-FAKTOR
KINERJA
dengan judul skripsi. ”ANALISIS
TEKNOLOGI
INFORMASI
OFFICE
CHANNELING DALAM USAHA BANK” (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta
Selatan). Memperhatikan kemampuan keilmuan di bidang manajemen, hasil ujian skripsi
anda dinyatakan lulus, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 27 Agustus 2008
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Arief Mufraini, Lc, Msi
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
ABSTRACT
The purpose of this research is to analysis factors in Information Technology
consisting of Technological Factor, Factor Behavior of Client, Competitor Factor, Factor
Internal Bank for knowing which factor very important role in supporting Office Channeling
at BNI Syariah. Data which applied is primary data. Sample which checked counted 140
respondent. Number of variables which checked counted 16 variables. Data which obtained
counted 40 respondent in test with validity test. Validity test result indicate that out of 16
variable only 15 variable available for analysed furthermore. The rest of one variable is spent
by not be valid or cannot be applied by the correlation coefficient worth is less than r table (
0.312) that is variable Service of Mobile Banking ( A4) with worth of 0.132 or the significant
is more than 0.05 that is 0.418, though rule of significant for validity is less than 0.05. Data
which obtained counted 100 respondent with amount of variables counted 15 variables then
analysed with factor analysis at programs SPSS 16.0 For Windows.
Research earnings yield indicate that result out of 15 variable spread over into 4
factor, from factor analysis test obtained by earnings yield that out of 15 variable which
analysed with model and grouped into 4 factor which is factors in Technology Information
supporting Office Channeling. The factors is Information Technology factor with eigen value
5.878, Technological factor with eigen value 1.303, factor Internal Bank and Competitor with
eigen value 1.235, Competitor factor with eigen value 1.106. The 4 factor is obtained based
on at worth eigen value bigger than one. The factor which dominate is Information
Technology factor with eigen value 5.878 and presentase variant of 39,188%.
Keyword : Information Technology, Technological Factor, Factor Behavior of Client,
Competitor Factor, Factor Internal Bank, Office Channeling.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor dalam Teknologi Informasi
yang terdiri dari faktor Teknologi, faktor Perilaku Nasabah, faktor Pesaing, faktor Internal
Bank untuk mengetahui faktor yang paling berperan penting dalam menunjang Office
Channeling pada BNI Syariah. Data yang digunakan adalah data primer. Sampel yang diteliti
sebanyak 140 responden. Jumlah variabel yang diteliti sebanyak 16 variabel. Data yang
diperoleh sebanyak 40 responden di uji dengan uji validitas. Hasil uji validitas menunjukkan
bahwa dari 16 variabel hanya 15 variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut. Sisanya 1
variabel dikeluarkan karena tidak valid atau tidak dapat digunakan karena nilai koefisien
korelasinya kurang dari r tabel (0.312) yaitu variabel Pelayanan Mobile Banking (A4) dengan
nilai 0.132 atau signifikansinya lebih dari 0.05 yaitu 0.418, padahal ketentuan signifikan
untuk validitas adalah kurang dari 0.05. Data yang diperoleh sebanyak 100 responden dengan
jumlah variabel sebanyak 15 variabel selanjutnya dianalisis dengan analisis faktor pada
program SPSS 16.0 For Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari 15 variabel tersebar ke dalam 4 faktor.
Dari uji analisis faktor diperoleh hasil bahwa dari 15 variabel yang dianalisa dengan model
dan dikelompokkan ke dalam 4 faktor yang merupakan faktor-faktor dalam teknologi
informasi yang menunjang Office Channeling. Faktor-Faktor tersebut adalah faktor
Teknologi Informasi dengan eigen value 5.878, faktor Teknologi dengan eigen value 1.303,
faktor Internal Bank dan Pesaing dengan eigen value 1.235, faktor Pesaing dengan eigenvalue
1.106. ke 4 faktor diperoleh berdasarkan pada nilai eigen value lebih besar dari satu. Faktor
yang mendominasi adalah faktor Teknologi Informasi dengan eigen value 5.878 dan
presentase varian 39,188%.
Kata kunci :Teknologi Informasi, Faktor Teknologi, Faktor Perilaku Nasabah, Faktor
Pesaing, Faktor Internal Bank, Office Channeling.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
diberikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak yang turut andil dalam proses penulisan skripsi ini sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Kinerja Teknologi Informasi
Dalam Usaha Bank”, semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan balasan yang lebih
baik, mereka adalah:
1. Orang tuaku tersayang, ayahanda H. Abdussamad dan Ibunda Hj. Faridah yang senantiasa
memberikan doa, motivasi, dan menyediakan apa yang dibutuhkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Ketua Jurusan Manajemen, selaku pembimbing I
dan selaku pembimbing II Bpk Arief Mufraini Lc,Msi, Bpk Indoyama SE.,MAB yang
selalu memberikan inspirasi-inspirasi bermakna kepada penulis dalam segala waktu dan
kesempatan.
3. Bapak Drs. Moh Faisal Badroen, MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
dan Bapak Dr. Abdul Abdul Hamid, Ms., selaku pembantu dekan akademik yang telah
memberikan banyak pengetahuan yang sangat bermanfaat kepada penulis dan mebimbing
para mahasiswanya untuk menjadi yang terbaik
4. Kakak-kakakku, dingsanak-dingsanakku, dan adding-adingku terima kasih buat semua
sayang dan dukungannya selama ini sampai akhirnya ismail dapat menyelesaikan kuliah
Ismail.
5. Sahabatku beserta keluarga besar mereka yang selalu ada setiap kubutuhkan. Dan yang
spesial tak lupa Dony, Abi, Miftah, Faridz, Agung, Badai, Abud, Akbar, Taufik.dan lainlain yang tidak bias disebutkan namanya satu persatu.
6.
kakek Thamrin dan nini, OmYusuf dan Mbak Tati, Akh, Om Thabrani, Om Ishak,Om
Nang Subhan beserta keluarga, Wahyuni, dan yang lainnya yang turut memberikan
motivasi dan saran dalam penul;isan skripsi ini. I v U all.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, dengan itu diharapkan sarannya
dan semoga dapat berguna kepada siapa saja yang membutuhkan. “:Sesungguhnya hanya
Allah SWT yang memiliki Maha Kesempurnaan dan Kebenaran, dan hanya manusialah letak
beribu kekurangan dan kesadaran”. Wassallumualaikum…
Daftar Isi
Hal
Daftar Riwayat Hidup.......................................................................................
i
Abstract.............................................................................................................
ii
Abstrak..............................................................................................................
iii
Kata Pengantar..................................................................................................
iv
Daftar Isi............................................................................................................
vi
Daftar Tabel....................................................................................................... viii
Daftar Gambar...................................................................................................
x
Daftar Lampiran................................................................................................
xi
BAB I
Pendahuluan....................................................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian.....................................................................
1
1. Identifikasi Masalah.........................................................................
6
2. Batasan Masalah..............................................................................
7
B. Perumusan Masalah.............................................................................
7
C. Tujuan dan Manfaat.............................................................................
8
BAB II
Tinjauan Pustaka............................................................................................
10
A. Pengertian Bank Syariah........................................................................
10
B. Pengembangan Office Channeling.........................................................
11
1. Arah Kebijikan Bank Syariah.........................................................
14
2. Office Channeling dan Implikasinya Terhadap Pengembangan
17
Bank Syariah...................................................................................
a. Implikasi Strategis Kebijakan Office Channeling....................
19
b. Pandangan Negatif Terhadap Kebijakan Office Channeling...
22
C. Peran Teknologi Informasi Dalam Usaha Bank.....................................
28
1. Perubahan Teknologi......................................................................
29
2. Perubahan Perilaku Nasabah..........................................................
32
3. Perubahan Pesaing..........................................................................
34
4. Kondisi Internal Bank.....................................................................
D. Penelitian Terdahulu..............................................................................
E. Kerangka Pemikiran...............................................................................
F. Hipetesis.................................................................................................
36
39
39
42
BAB III
Metodologi Penelitian.....................................................................................
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................
B. Metode Penentuan Sampel.....................................................................
C. Metode Pengumpulan Data....................................................................
43
43
43
46
D. Metode Analisis Data.............................................................................
E. Operasional Variabel Penelitian.............................................................
51
62
BAB IV
Penemuan dan Pembahasan...........................................................................
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.............................................
1. Sejarah Singkat PT.BNI (Persero) Tbk...............................................
2. Sejarah Singkat PT.BNI (Persero) Tbk. (KCS) Jakarta Selatan..........
3. Visi dan Misi PT.BNI (Persero) Tbk Divisi Unit Usaha Syariah.......
a. Visi................................................................................................
b. Misi................................................................................................
B. Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................................
1. Validitas................................................................................................
2. Reliabilitas............................................................................................
C. Penemuan dan Pembahasan......................................................................
1. Analisis Deskriptif Statistik..................................................................
2. Hasil analisis Faktor.............................................................................
64
64
64
66
67
67
67
67
67
69
69
69
84
BAB V
Kesimpulan dan Implikasi.............................................................................. 103
A. Kesimpulan............................................................................................... 103
B. Implikasi................................................................................................... 104
Daftar Pustaka...................................................................................................
Lampiran-Lampiran..........................................................................................
109
113
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Moment Terpenting Kebijakan pengembangan Bank Syariah
Di Indonesia......................................................................................................
17
Gambar 2.2 Gambaran dalam penentuan halal dan haramnya
suatu transaksi...................................................................................................
24
Grafik 4.1
92
Scree Plot.....................................................................................
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Uji Validitas.....................................................................................
68
Tabel 4.2 Reliability Statistics.........................................................................
69
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Statistik Jenis Kelamin......................................
70
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Statistik Periode Menjadi Nasabah...................
70
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Statistik Kualitas Layanan Perbankan
(Teknologi)........................................................................................................
71
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Statistik Perkembangan Layanan perbankan
(Teknologi)........................................................................................................
72
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Statistik Transaksi Perbankan (Teknologi).......
72
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Statistik Produk-Produk Perbankan (Perilaku
Nasabah)...........................................................................................................
73
Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Statistik Perluasan Akses Nasabah (Perilaku
Nasabah)............................................................................................................
74
Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Statistik Kebutuhan Produk perbankan
(Perilaku Nasabah)............................................................................................
75
Tabel 4.11 Analisis Deskriptif Statistik Layanan Jasa Keuangan (Perilaku
Nasabah)............................................................................................................
76
Tabel 4.12 Analisis Deskriptif Statistik Pelayanan yang Istimewa (Pesaing)..
77
Tabel 4.13 Analisis Deskriptif Statistik Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)...
78
Tabel 4.14 Analisis Deskriptif Statistik Kemampuan Bersaing (Pesaing)........
78
Tabel 4.15 Analisis Deskriptif Statistik Kemampuan mengungguli (Pesaing).
79
Tabel 4.16 Analisis Deskriptif Statistik Reputasi Bagus (Internal Bank).........
80
Tabel 4.17 Analisis Deskriptif Statistik Semakin Dikenal Masyarakat
(Internal Bank)..................................................................................................
81
Tabel 4.18 Analisis Deskriptif Statistik Mengedepankan Prinsip Syariah
(Internal Bank)................................................................................
82
Tabel 4.19 Analisis Deskriptif Statistik Maksimalisasi Pelayanan
(Internal Bank)..................................................................................................
83
Tabel 4.20 KMO and Bartlett’s Test................................................................
84
Tabel 4.21 Communalities...............................................................................
87
Tabel 4.22 Total Variance Explained...............................................................
90
Tabel 4.23 Component Matrix.........................................................................
93
Tabel 4.24 Rotated Component Matrix............................................................
96
Tabel 4.25 Component Transformation Matrix ...............................................
101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama Lengkap
: Ismail
Tempat/Tanggal Lahir
: Muara teweh, 22 April 1985
Alamat
: Jl.Ciputat Raya,No 1,Rt 05 Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Telp & HP
: (021) 70503705 & 085283251322
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Kebangsaan
: Indonesia
Moto Hidup
: “sebaik-baik manusia adalah manusia yang
bermanfaat
bagi manusia yang lainnya”.
II. PENDIDIKAN
1. Madrasah Ibtidayah Negeri Muara Teweh
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri Muara Teweh
3. Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri Martapura
4. UIN (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah) Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Menjadi Bendahara pada OSIS Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN)
martapura
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal
25 Maret 1992 menandai adanya kesepakatan rakyat dan bangsa Indonesia untuk
menerapkan dual banking system atau sistem perbankan ganda di Indonesia. Sejak saat itu
semestinya semua instansi terkait menyesuaikan diri dalam segala kegiatannya dengan
paradigma baru ini termasuk di dunia pendidikan.
Bisa dibayangkan, betapa memalukannya ketika suatu institusi pendidikan
melepaskan lulusannya ke masyarakat, dan ternyata mantan anak didiknya itu
mendapatkan bahwa di dunia nyata ada yang namanya lembaga keuangan syariah yang
tidak pernah mereka kenal sebelumnya sewaktu mereka masih duduk dibangku kuliah.
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal 10 November 1998
menunjukkan semakin mantapnya kesepakatan rakyat dan bangsa Indonesia dengan
system perbankan ganda yang telah berlaku sejak lebih dari enam tahun sebelumnya.
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah, Bank
Indonesia membolehkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit Usaha
Syariah (UUS) untuk juga melayani transaksi syariah (office channelling). Dengan begitu
bank tidak perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat untuk dapat memberikan
pelayanan perbankan syariah. Publik perbankan belum begitu familiar dengan istilah
office channelling ini. Bahkan, beberapa bankir menilai office channelling ini mirip
dengan sistem perbankan dua jendela (two windows system) yang berlaku di Malaysia.
Padahal, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar antara office channelling
dengan two windows system.
Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani
transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah memiliki
Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia, two windows
system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum (konvensional) yang
tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk melakukan transaksi dengan skim
syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem
layanan sekaligus: skim syariah dan konvensional.
Menurut Rio Eldianson(2007:1)Perbankan syariah Indonesia kini dituntut untuk
melakukan akselerasi. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter telah memberikan
target kepada bank syariah untuk mencapai market share pada level 5,25% pada akhir
tahun 2008. Hal ini merupakan program BI untuk meningkatkan peran perbankan syariah
di kancah perekonomian nasional serta tingkat signifikansi manfaat perbankan syariah
bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hingga akhir tahun 2006, bank syariah telah mencapai market share sebesar 1,6%.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bank syariah yang dicapai masih menyisakan
target sebesar 3,65%. Dari market share tersebut, bank syariah memiliki asset sebesar Rp.
26,95 triliun. Target market share sebesar 5,25% menuntut bank syariah harus
mewujudkan assetnya lebih dari Rp. 90 triliun pada akhir tahun 2008, dengan begitu bank
syariah memiliki sisa target sebesar Rp. 63.05 triliun. Dalam memenuhi sisa tersebut,
bank syariah harus meningkatkan pertambahan assetnya mencapai rata-rata sebesar Rp. 7
triliun per triwulan, dalam kurun waktu tahun 2007 sampai akhir tahun 2008. Jumlah
yang tidak sedikit bagi bank syariah untuk memenuhi keinginan dari BI.
(H,Nadratuzzaman dalam artikel Rio Eldianson,2007)
Jumlah bank syariah yang saat ini terdiri dari 3 Bank Umum Syariah (BUS),
ditambah 20 Unit Usaha Syariah (UUS) yang menjadi cabang Bank Konvensional dinilai
masih sulit untuk mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Besarnya target yang
ditentukan dengan waktu yang tidak begitu lama akan menyebabkan langkah bank
syariah terasa begitu berat untuk mewujudkannya. (Rio Eldianson:2007:3)
Untuk mencapai market share 5,25% pada akhir tahun 2008 bukanlah perkara
mudah, dibutuhkan peran strategis dari dua pelaku utama yaitu pihak pemerintah dan
pihak perbankan (praktisi). Dua pihak inilah yang menjadi kunci penting akselerasi
perbankan syariah Indonesia menuju market share 5,25 % pada tahun 2008. (Rio
Eldianson:2007:3)
Adapun perkembangan Office Channeling tentu saja ditunjang berbagai faktorfaktor perbankan yang mendukung program tersebut, salah satunya faktor-faktor
teknologi informasi pada suatu bank yaitu faktor teknologi yang tersedia, faktor nasabah
pada suatu bank, faktor pesaing,serta faktor internal bank.pada BNI Syariah telah
menerapkan program Office Channeling yang diberlakukan oleh Bank Indonesia, namun
belum maksimal karena masih banyak kekurangan yang ada, oleh karena itu diperlukan
faktor-faktor pendukung program Office Channeling. Adanya berbagai faktor tersebut
membuat Office Channeling semakin berkembang.
Oleh sebab itu penulis mengambil judul “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA
TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK ”, karena penulis
mencoba meneliti apakah
faktor-faktor teknologi informasi tersebut menunjang
diberlakukannya Office Channeling. Penulis juga ingin mengetahui faktor mana saja yang
sangat berperan penting terhadap program Office Channeling dan melakukan studi
kasusnya di BNI Syariah cabang Jakarta Selatan .
Kelebihan dari penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini dilakukan
terhadap sesuatu yang baru dan masih hangat diperbincangkan oleh pakar-pakar
perbankan syariah dan masih menjadi kontroversi bagi sebagian kecil kalangan perbankan
syariah dan mencakup ruang lingkup yang sangat luas yaitu perkembangan perbankan
syariah secara nasional, sedangkan penelitian yang terdahulu yang telah dilakukan
meskipun menggunakan metode penelitian dan analisis yang sama namun penelitian
tersebut cuma membahas tentang permasalahan dalam ruang lingkup yang sempit yaitu
tentang kepuasan konsumen Warung Internet, Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Fajar Suryo Saputro (2007) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konsumen Dalam Memilih Warnet Pada Warnet Click Net Di Ciputat”. Alat analisis
yang digunakan adalah analisis faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih jasa warnet yang mau
dipakai. Dan juga penelitian yang terdahulu dilakukan terhadap pembahasan yang bukan
sesuatu permasalahan yang baru.
Disamping itu penelitian ini meninjau bagaimana tanggapan masyarakat atau
nasabah tentang Office Channeling, karena yang banyak berkomentar tentang Office
Channeling adalah cuma para praktisi perbankan syariah dan pihak bank syariah yang
terkait dengan program Office Channeling. Oleh sebab itu peneliti ingin menekankan
penelitian tentang Office Channeling menurut pendapat para nasabah bank syariah,
terutama nasabah BNI Syariah.
Pentingnya penelitian ini bahwa sistem Office Channeling yang dikeluarkan oleh BI
sebagai Bank Sentral dalam membantu perkembangan perbankan syariah dapat
diterapkan secara maksimal oleh bank terkait dan dapat memudahkan nasabah bank
tersebut dalam melakukan transaksi perbankan secara syariah karena tujuan BI dalam
menetapkan peraturan sistem Office Channeling adalah untuk mengembangkan dunia
perbankan syariah agar dapat lebih maju dan dapat bersaing dengan perbankan
konvensional.
1. Identifikasi Masalah
Untuk lebih mengenal masalah apa yang diteliti, ada beberapa identifikasi
masalah dalam penelitian ini, yakni :
a. Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani
transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah
memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia,
two windows system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum
(konvensional) yang tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk
melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata
lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan
konvensional.
b. Rencana teknologi informasi suatu bank harus mengacu pada rencana strategi dan
rencana bisnis bank tersebut. Bank yang telah memiliki rencana strategi baik,
belumlah menjamin akan keberhasilannya, sebab masih harus melewati tahap
berikutnya yang tidak kalah pentingnya dengan membuat rencana strategi yaitu
tahap implementasi strategi (strategic implementation) atas rencana strategi yang
telah dibuat, yang harus dilakukan dengan baik dan konsisten,guna untuk
mengantisipasi berbagai perubahan yang sangat cepat dari kondisi lingkungan
bank tersebut.
c. Seberapa jauh perkembangan program Office Channeling dinilai dari kinerja
perencanaan teknologi informasi suatu bank.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan diatas, maka peneliti
memberikan batasan, antara lain:
1. Hanya mencakup bahasan tentang faktor-faktor kinerja teknologi informasi Office
Channeling secara umumnya (menentukan faktor utama dan faktor penunjang
lainnya terhadap perkembangan Office Channeling) dan tidak membahas terlalu
mendalam, adapun pembahasan yang penulis uraikan adalah:
a) Faktor teknologi
b) Faktor nasabah
c) Faktor pesaing
d) Faktor internal bank
2. Penelitian dilakukan hanya kepada nasabah BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
”Faktor-faktor apa saja yang akan terbentuk dari faktor-faktor Teknologi Informasi
dalam usaha bank yang terdiri dari faktor Teknologi, faktor Perilaku Nasabah, faktor
Pesaing, faktor Internal Bank dalam menunjang program Office Channeling”.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
dalam teknologi informasi pada suatu bank (yaitu teknologi, perilaku nasabah,
pesaing dan internal bank) supaya mengetahui faktor yang paling berperan
penting terhadap office channeling pada bank syariah.
2. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi :
a) Penulis.
Untuk mengimplementasikan ilmu yang penulis peroleh selama kuliah pada
program S1 jurusan manajemen perbankan.
b) PT.Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
Penulis ingin memberikan sumbangan pikiran dari hasil penelitian ini dan
semoga dapat dijadikan gambaran dalam menerapkan sistem Office
Channeling pada PT. BNI Syariah. Terutama BNI Syariah cabang Jakarta
Selatan.
c) Bagi masyarakat (nasabah bank syariah).
Sebagai
informasi
tambahan
yang
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi baik dalam hal
menabung maupun dalam mengajukan pembiayaan dengan menggunakan
program Office Channeling pada PT. BNI Syariah. Terutama Bank Negara
Indonesia (BNI) Syariah cabang Jakarta Selatan.
d) Perguruan tinggi.
Penelitian ini akan menambahkan keperpustakaan dibidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang berisikan suatu
studi perbandingan yang bersifat karya ilmiah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, khususnya tentang perbankan syariah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BANK SYARIAH
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga.
Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan atau
perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an
dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya yang disesuaikan dengan
prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwataatmadja (1997) membedakan antara Bank
Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari’ah Islam. Bank Syari’ah adalah (1)
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam; (2) bank yang tata
cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syari’ah Islam adalah bank yang
beroperasinya sesuai prinsip syari’ah Islam adalan bank yang beroperasinya itu mengikuti
ketentuan-ketentuan syari’ah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat
secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktikpraktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary.
Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan
masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang
yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha
bank akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain : (1) Memindahkan uang; (2)
Menerima dan membayarkan kembali uang nasabah; (3) Membeli dan menjual surat-surat
berharga; dan (4) Menerima jaminan bank.
Untuk
menghindari
pengoperasian
bank
dengan
sistem
bunga,
Islam
memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Islam lahir
sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bak dan
riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari
persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya Bank Syari’ah. Bank Syari’ah
lahir di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada
Undang-Undang No. 7 tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No.
10 tahun1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil
atau bank syari’ah.(Muhammad:1:2005)
B . PENGEMBANGAN OFFICE CHANNELING
Rasanya tidak ada yang membantah bila dikatakan negeri ini memiliki potensi pasar
domestik yang begitu besar untuk industri perbankan syariah. Gambaran kasar yang bisa
digelar adalah fakta 80% lebih dari penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta
merupakan umat Islam. Dengan ceruk pasar yang menganga lebar ini, harapan besar
layak disematkan kepada para stakeholder perbankan syariah untuk lebih berkembang,
berdampingan dengan bank konvensional. (Dadang Romansyah: 1:2004)
Tapi mengapa euforia yang terbentuk setelah tahun 1999 dengan berdirinya Bank
Syariah Mandiri (BSM) mendampingi Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang lebih dulu
tujuh tahun, justru jauh dari harapan. Angka mungkin tidak bisa berbohong dengan
melihat pangsa pasar perbankan syariah yang tak sampai 2% dibandingkan total
perbankan nasional, baik dari sisi perolehan dana pihak ketiga maupun total aset.
Di lapangan, upaya memacu industri perbankan syariah untuk bersaing di level yang
setara dengan perbankan konvensional justru melahirkan para pemain semu yang
terwujud dalam maraknya pembentukan divisi atau unit usaha syariah (UUS). Bank
Indonesia pun mafhum bila membentuk bank baru untuk menemani Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) masih
terkendala aspek permodalan. Dalam UU No.10/ 1998 tentang Perbankan memang
disyaratkan modal pendirian suatu bank umum adalah sebesar Rp 3 triliun (Fahmi Ahmad
dalam Dadang Romansyah, 2005).
Berinvestasi mendirikan bank dengan dana minimum Rp 3 triliun di tengah upaya
konsolidasi perbankan nasional yang lebih dari 130 bank ini, mungkin dinilai investor
lokal sebagai hal yang penuh risiko. Alternatif lain adalah bekerja keras mempercantik
diri agar investor asing mau menyuntikkan dana segar ataupun langsung berinvestasi
membentuk bank syariah baru di Indonesia. Wacana ini merupakan buah pemikiran
adanya momentum pengalihan dana negara-negara petro dollar dari lahan ekonomi
Amerika Serikat dan Eropa ke negara-negara Asia.
Lalu Indonesia sendiri kapan. Ironis memang. Padahal indikasi minat investor asing
dari dunia Arab sebenarnya memang cukup riil dengan terbukti pada masuknya Boubyan
Bank dan Kuwait Finance House dalam rencana penambahan kepemilikan saham Bank
Muamalat. Sebelumnya pun, Islamic Development Bank (IDB) telah berpartisipasi
sebagai pemegang saham dalam pendirian bank syariah pertama ini. Karena selebihnya
hanya merupakan portofolio investasi oleh pemodal asing yang masuk ke industri
perbankan syariah lebih bersifat tidak langsung. Faktanya, Commerce Asset Berhad lebih
memilih mengembangkan usaha syariah di Bank Niaga melalui unit usaha syariah, begitu
pula dengan Standard Chartered Plc yang mengembangkan Bank Permata Syariah.
Kondisi tersebut membuat Bank Indonesia pun mengatur ulang kebijakannya. Sasaran
target penguasaan pangsa pasar perbankan syariah tahun 2011 yang dipatok awalnya 9%
direvisi menjadi 5%-7%.
Ini mungkin lebih membumi, tapi tak hanya itu yang dilakukan Bank Indonesia.
Pertengahan tahun ini, bank sentral setelah berembuk dengan para praktisi mengeluarkan
wacana pemisahan unit usaha syariah (UUS) sebagai entitas tersendiri yang lepas dari
gandengan bank umum konvensional. Awal Oktober 2005, BI mengeluarkan kebijakan
terbaru yang lebih tepat dinilai sebagai insentif dengan melonggarkan peraturan
pembentukan bank syariah baru ataupun untuk kegiatan spin off (pemisahan) UUS. Syarat
modal pendirian bank umum syariah pun diturunkan dari Rp 3 triliun menjadi Rp1 triliun,
begitu pun kewajiban untuk pendirian Unit Usaha Syariah yang hendak melepaskan diri
dari induk perusahaan.
Kelonggaran juga diberikan Bank Indonesia kepada bank umum konvensional yang
hendak melakukan konversi atau perubahan core business menjadi bank syariah cukup
menyetor modal minimum Rp 100 miliar. Gayung pun bersambut dengan rumor pasar
bahwa Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) segera melepas
unit syariahnya menjadi entitas tersendiri.
1. Arah Kebijakan Pengembangan Bank Syariah
Industri perbankan masih menjadi sendi terpenting dalam perekonomian nasional.
Untuk menuju perbankan yang semakin baik, dalam konteks ini, sejak dua tahun lalu
Bank Indonesia telah menggariskan sebuah arah kebijakan yang disebut sebagai Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Sebagai sebuah rancangan bentuk industri yang
ingin dicapai di masa depan, API memuat berbagai program yang terfokus pada upaya
pembentukkan industri perbankan melalui langkah-langkah penguatan pada semua
sendi-sendi fundamental. Penguatan aspek kelembagaan, penyiapan infrastruktur
pendukung, peningkatan pelaksanaan fungsi perbankan dalam melayani masyarakat,
peningkatan kemampuan institusi dan sumber daya, peningkatan kualitas pengawasan
dan pengaturan perbankan, sampai dengan menarik peran serta masyarakat dalam
menjaga ketahanan dan daya saing perbankan telah digariskan sebagai pilar-pilar yang
harus dimiliki oleh industri perbankan Indonesia ke depan.
Diawali dengan lahirnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
dalam bentuk sebuah bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bagi hasil.
Pada saat itu, bank Islam yang pertama kali muncul di Indonesia adalah Bank
Muamalat Indonesia. Selanjutnya, kekuatan hukum pendirian bank Islam tersebut
diperkuat dengan adanya undang-undang nomor 10 tahun 1998, sebagai revisi
Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992. Awal Oktober 2005, Bank Indonesia
mengeluarkan kebijakan dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia No. 7/13/PBI/2005
tentang perubahan modal dasar pendirian bank umum syariah dan unit usaha syariah.
Syarat modal pendirian bank umum syariah pun diturunkan dari Rp 3 triliun
menjadi Rp1 triliun, begitu pun kewajiban untuk pendirian Unit Usaha Syariah yang
hendak melepaskan diri dari induk perusahaan.
Kajian Bank Indonesia menunjukkan bahwa saat ini pemahaman masyarakat akan
perbankan syariah memang terus mengalami peningkatan. Namun demikian, di sisi
lain minat untuk bertransaksi secara syariah masih rendah. Kondisi ini terjadi, antara
lain karena masih terbatasnya jaringan layanan perbankan syariah.
Oleh karena itu, peningkatan minat masyarakat untuk bertransaksi melalui
perbankan syariah ini harus difasilitasi oleh adanya kemudahan akses kepada jasa
perbankan syariah. Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi menempuh upaya
yang jauh lebih berat agar mereka dapat bertransaksi melalui perbankan syariah,
karena kemudahan akses pelayanan perbankan syariah yang sebanding dengan
perbankan konvensional.
Atas dasar hasil kajian ini pula, maka Bank Indonesia telah mencoba memikirkan
berbagai alternatif yang diharapkan dapat menjadi terobosan untuk secara signifikan
meningkatkan kemampuan perbankan dalam melayani dan menyediakan kemudahan
bertransaksi syariah kepada masyarakat.
Oleh karena itu maka pada akhir bulan Januari 2006 Bank Indonesia
mengeluarkan peraturan baru yaitu PBI No.8/3/PBI/2006 tentang PERUBAHAN
KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM
SYARIAH & PEMBUKAAN KANTOR SYARIAH OLEH BANK UMUM
KONVENSIONAL, yaitu sebuah ketentuan yang memperbolehkan cabang bank
konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah untuk juga melayani transaksi
syariah (office channelling). Dengan menyediakan layanan office chanelling di
cabang konvensionalnya, Bank tidak perlu lagi membuka cabang Unit Usaha Syariah
di banyak tempat untuk dapat memberikan pelayanan perbankan syariah. Tentu saja
layanan office chanelling membutuhkan dukungan jaringan teknologi informasi serta
instalasi perangkat lunak perbankan syariah di cabang-cabang bank yang akan
menyediakan jasa office chanelling untuk transaksi perbankan syariah.
Dengan segala upaya dan kerja keras para stakeholder perbankan syariah ini
semoga dapat mengantarkan industri perbankan syariah ini berada berdampingan
dengan perbankan konvensional di jalur yang sama. Publik pun menanti agar bank
syariah tidak hanya menebar pesona religius sebagai pembeda dalam pemberian
layanan maksimum kepada nasabah maupun solusi bagi perekonomian nasional.
Gambar 2.1
Moment Terpenting Kebijakan Pengembangan Bank Syariah di Indonesia
Th. 1992
UU No. 7 /1992
Th. 1998
Th. 2003
Th. 2005
Th. 2006
UU No. 10/1998
Fatwa DSN-MUI
PBI
No.7/13/PBI/2005
PBI
No.8/3/PBI/2006
Dual Banking
System
Tentang
Perbankan
Modal Minimum
Bank Syariah
Fatwa Bunga
Bank Haram
Layanan Syariah
(Office Channelling)
Sumber : Dadang Romansyah, Strategi Pengembangan Bank Syariah Melalui Office
Channeling.
2. Office Channelling dan Implikasinya terhadap Pengembangan Bank
Syariah
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah,
Bank Indonesia membolehkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit
Usaha Syariah (UUS) untuk juga melayani transaksi syariah (office channelling).
Dengan begitu bank tidak perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat untuk
dapat memberikan pelayanan perbankan syariah. Publik perbankan belum begitu
familiar dengan istilah office channelling ini. Bahkan, beberapa bankir menilai office
channelling ini mirip dengan sistem perbankan dua jendela (two windows system)
yang berlaku di Malaysia. Padahal, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar
antara office channelling dengan two windows system.
Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk
menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani
transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah
memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia, two
windows system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum
(konvensional) yang tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk
melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata
lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan
konvensional.
Bank Indonesia saat ini baru mengizinkan transaksi penghimpunan dana pihak
ketiga (DPK). Sedangkan untuk transaksi pembiayaan, untuk sementara, tetap harus
dilakukan di kantor UUS atau kantor cabang syariah dan untuk kebijakan manajemen
dan sumberdaya manusia (SDM) tetap ditentukan oleh kantor pusat bank
bersangkutan. Dengan kata lain, bank yang memiliki UUS tersebut hanya dapat
memanfaatkan tempat yang ada pada kantor konvensional untuk melakukan transaksi
dengan skim syariah. Berbeda dengan office chanelling ini, konsep two windows
system yang selama ini dipopulerkan Malaysia, mengizinkan semua transaksi syariah
dilayani oleh kantor bank umum konvensional, termasuk dalam hal kebijakan
manajemen dan SDM (Sunarsip dalam Dadang Romansyah, 2006).
a. Implikasi Strategis Kebijakan Office Channelling
Diberlakukannya sistem office channelling ini, diperkirakan akan
memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan industri bank syariah
di masa mendatang. Pertama, dengan diberlakukannya office channelling, tentu
akan semakin memudahkan bagi nasabah untuk melakukan transaksi syariah.
Dengan kata lain, akses terhadap lokasi bank syariah yang selama ini menjadi
kendala bagi nasabah untuk mendapatkan fasilitas transaksi syariah akan dapat
teratasi. Selama ini masyarakat yang akan bertransaksi dengan bank syariah
mengalami kesulitan karena belum banyak bank syariah yang beroperasi di
Indonesia.
Kedua, dengan semakin mudahnya para nasabah untuk mendapatkan akses
layanan perbankan syariah, diperkirakan perkembangan Dana Pihak Ketiga akan
semakin besar. Dengan demikian, peran perbankan syariah dalam melayani
kebutuhan masyarakat dalam melayani penyimpanan DPK akan semakin
membaik. Ditinjau dari karakteristik assets dan liabilities bank syariah,
kebijakan office channeling berpeluang diterapkan untuk sisi liabilities (dana).
Penghimpunan dana baik tabungan, giro dan deposito dapat dipasarkan massal
melalui cabang konvensional. Sedangkan produk assets (pembiayaan) butuh
desain yang bersifat tailor made sesuai kebutuhan nasabah (mudharib) sehingga
lebih sulit dipasarkan melalui cabang konvensional. Kecuali, terbatas pada
produk murabahah dan ijarah konsumtif.
Umumnya kantor cabang syariah (KCS) memasarkan produk assets dan
liabilitiesnya. Kecuali kantor cabang pembantu (KCPS) yang biasanya fokus
pada penghimpunan dana. Dengan office channeling, penghimpunan dana dapat
dilakukan cabang konvensional yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan,
dibandingkan cabang syariah yang baru satuan atau belasan. Cabang syariah
bisa lebih fokus pada pembiayaan. Secara otomatis cabang syariah
bertransformasi menjadi semacam Sentra Pembiayaan Syariah (Wahyu Avianto
dalam Dadang Romansyah, 2005).
Dengan fokus pada pembiayaan, diharapkan kualitas pembiayaan makin
baik, baik dari sisi analisa kelayakan, implementasi kepatuhan aspek syariah,
dan pemantauan kinerja mudharib. Sepintas, office channeling hanya dapat
dimanfaatkan oleh UUS saja. Namun, kedepan office channelling sebetulnya
bisa juga dilakukan oleh bank syariah dengan PT. Pos atau dengan antar induk
yang berbeda, selama memenuhi ketentuan dan persyaratan office channelling
baik dari Bank Indonesia maupun Dewan Syariah Nasional. Office Channeling
akan meningkatkan penghimpunan dana dan kemudian kualitas pembiayaan
yang berujung pada aset dan pertumbuhan bank syariah yang makin baik.
Berikutnya adalah bagaimana agar bank syariah bisa mempengaruhi kebijakan
ekonomi nasional sehingga bisa membawa dampak pada kesejahteraan umat.
Ketiga, office channelling diharapkan bisa meningkatkan pangsa pasar
(market share) perbankan syariah terhadap perbankan nasional. Dengan semakin
mudahnya mendapatkan informasi dan akses terhadap kantor bank syariah,
diharapkan market share yang saat ini baru sekitar 1,35% akan semakin besar.
Keempat, dengan menerapkan office channelling yang mencakup ko-lokasi
fisik gedung, satu pekerja yang diperbolehkan melakukan transaksi baik syariah
maupun konvensional, maka efisiensi yang dapat dilakukan oleh Bank Syariah
akan menjadi sangat luar biasa.
Layanan Syariah untuk mendorong akselerasi pertumbuhan Bank Syariah.
Suatu bank seperti BRI, BNI, Permata, Niaga yang mempunyai jaringan sangat
luas, sekaligus akan segera dapat berfungsi sebagai Bank Syariah. Dalam ukuran
waktu kurang dari tahunan, Indonesia akan mempunyai Bank Syariah yang
jangkauannya tidak saja mencapai kabupaten atau kecamatan, tapi malah sampai
ke tingkat kelurahan. Sebuah perkembangan yang maha dahsyat, sehingga
wilayah darurat atas fatwa DSN tentang pengharaman bunga bank yang
dikecualikan untuk daerah-daerah yang belum ada bank syariah, bisa direvisi
dan ditinjau ulang.
b. Pandangan Negatif terhadap Kebijakan Office Channelling
Istilah office channelling sendiri tidak terdapat satupun dalam Peraturan
Bank Indonesia tentang office channelling atau PBI No. 8/3/PBI/2006. Yang ada
hanya tentang Layanan Syariah (LS). Layanan Syariah dapat dibuka dalam satu
wilayah kantor Bank Indonesia dengan Kantor Cabang (KC) Syariah Induknya,
dengan menggunakan pola kerja sama antara KC Syariah Induknya dengan KC
dan atau KC Pembantu, atau dengan menggunakan sumber daya manusia sendiri
Bank yang telah memiliki pengetahuan mengenai produk dan operasional Bank
Syariah.
Selanjutnya Layanan Syariah wajib memiliki pembukuan yang terpisah
dari Kantor Cabang dan atau Kantor Cabang Pembantu, menggunakan standar
akuntansi keuangan yang berlaku bagi perbankan syariah, dan laporan keuangan
Layanan Syariah wajib digabungkan dengan laporan keuangan Kantor Cabang
Syariah Induknya pada hari yang sama.
Kebijakan office channelling ini, tentunya harus disikapi secara
proporsional. Hal ini penting, sebab jangan karena saking semangatnya
menyambut kebijakan yang positif ini, kita lupa dengan isu-isu lain yang bisa
menghambat penerapan office channelling tersebut.
Dengan ketentuan Layanan Syariah seperti di atas, timbul beberapa catatan
pertanyaan yang mengemuka dan belum terjawab berdasarkan hitam putih
sesuai ketentuan yang ada. Beberapa pertanyaan yang mengemuka dan bersifat
detail operasional office channelling dimaksud adalah (Sutrisno Mukayan dalam
Dadang Romansyah, 2006) :
Pertama, Full one person dedicated. Pemahanan yang timbul tentang
office channelling adalah tentang Full one person dedicated, artinya seorang
pekerja secara khusus hanya boleh melayani transaksi satu jenis bank saja,
syariah atau konvensional. Apabila seorang pekerja telah melayani transaksi
syariah, maka orang tersebut tidak boleh melayani transaksi konvensional, dan
sebaliknya. Sementara itu, PBI tentang office channelling memungkinkan bahwa
Layanan Syariah dapat dibuka dengan cara pola kerja sama antara Kantor
Cabang Syariah Induk dengan Kantor Cabang dan atau Kantor Cabang
Pembantu konvensional.
Kemungkinan pelayanan rangkap dimaksud timbul dengan dasar
pemikiran bahwa yang membuat suatu transaski menjadi syariah atau tidak
bukanlah orang atau siapa yang melakukan traksaksi, tetapi tergantung pada
bagaimana transaksi dijalakankan. Artinya selama transaksi telah memenuhi
syarat dan rukun yang telah ditetapkan terlepas dari siapa yang melakukan,
transaksi tersebut tetap menjadi syariah. Halal dan haramnya suatu transaksi
tergantung dari pada beberapa kriteria, yaitu pertama, objek yang dijadikan
transaksi apakah objek halal atau objek haram. Kedua, cara bertransaksi
menggunakan cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah (transaksi halal) atau
transaksi yang bertentangan dengan syariat Islam (Sutrisno Mukayan dalam
Dadang Romansyah, 2006). Berikut ini gambaran dalam penentuan halal dan
haramnya suatu transaksi :
Gambar 2.2
Gambaran dalam penentuan halal dan haramnya suatu transaksi
Cara Halal
Cara Haram
A
B
TR