11
E. Kerangka Pemikiran
Permasalahan halal dan haram sangat penting bagi seorang muslim, dan ini ditunjukkan langsung dengan pengaitan Allah Subhanahu wa Taala antara makanan
yang baik dengan amal saleh dan Ibadah. Di dalam hadit shahih yang diriwayatkan Muslim dan yang lainnya, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah Taala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang
mukmin dengan apa yang diperintahkan Nya kepada para rasul dalam firman Nya: Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal saleh.
Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan QS al-mukminun 51.
Kita tidak hanya disuruh untuk memakan makanan yang halal, tapi juga makanan yang baik. Halaalan Thoyyiban, Halal dan baik. Seperti yang terdapat dalam
firman Allah, “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-
Nya.” An-Nahl:114 Artinya, selain tidak memakan dengan kriteria haram, kita juga harus makan makanan yang baik thoyib. Artinya tidak berbahaya bagi tubuh kita.
Selain itu berusaha makanan tersebut harus bergizi dan baik bagi tubuh kita. Kita sebagai umat Islam, harus cerdas dalam memilih makanan sesuai dengan apa yang
diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Pencantuman label halal pada produk haram harus juga ditindak sebagai tindakan pidana. Kalau ditemukan produsennya, hukum
seberat-beratnya karena mereka sudah menipu. Dalam agama Islam jelas disebutkan oleh Alquran: “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
12 bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan karena sesungguhnya
syaithan adalah musuh yang nyata bagimu”. QS 2:168 Diantara jenis makanan yang diharamkan oleh Islam karena berbahaya bagi
kesehatan atau pada akhlak manusia. Ada jenis makanan yang dianjurkan agar ditinggalkan karena jenis makanan itu melemahkan badan dan jiwa. Demikian pula
karakteristik makanan itu ada yang membahayakan sehingga dilarang agama, ada juga yang bermanfaat kemudian dianjurkan untuk diikutinya. Dalam norma makanan
Islam berbeda dengan ilmu pengetahuan modern.
5
Islam tidak hanya sekedar menitikberatkan pada aspek materi semata, dan juga tidak sekedar menitikberatkan pada aspek pembinaan tubuh semata akan tetapi
islam juga memperhatikan sesuatu yang berpengaruh terhadap akhlak, jiwa kepribadian dan perilakunya.
6
Islam menyuruh kita untuk menjauhi barang yang diharamkan karena makanan yang dimakan akan mendarah daging dalam tubuh. Hal ini bisa menjadi
salah satu penyebab doa seseorang tidak di ijabah oleh Allah swt. Disamping halal, umat Islam dianjurkan untuk mencari makanan yang baik untuk tubuh guna menjaga
kecerdasan mental dan fisik seseorang. Jika tubuh senantiasa sehat, insya Allah kita bisa lebih khusyu’ dalam beribadah kepada Allah swt. hal ini ditegaskan dalam
firman Allah “Dikatakan kepada mereka “Makan dan minumlah dengan rasa nikmat sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.”” At Tur : 19.
7
5
Ahmad Syauqi Al Fanjari, 1996, “Nilai Kesehatan Dalam Syari’at Islam”, hlm.44, Sinar Grafika Offset, Cet. 1, Jakarta.
6
Ibid.
7
percikaniman.org,
27-12-2008 13:14:07
13 Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan Iklan Pangan, yang dimaksud dengan Pangan adalah sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau miniman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman. Dalam PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan pangan juga
diberikan definisi mengenai Pangan Halal yaitu “pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik yang
menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, bahan bantu dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses rekayasa dan
yang pengelolaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam”. Bagi konsumen muslim, label halal adalah satu hal yang sangat penting
keberadaannya. Karena mengkonsumsi makanan yang halal adalah perintah agama yang sifatnya mutlak.
Di Indonesia, label halal telah mendapatkan legitimasi yang sangat kuat dalam hukum, antara lain:
a. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
Pasal 30 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa “setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia
pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam dan atau di kemasan pangan”. Pasal 30 ayat 2 huruf e Undang-undang Nomor
7 Tahun 1996 menyatakan “label, sebagaimana dimaksud pada ayat 1, memuat
14 sekurang-kurangnya keterangan mengenai halal”. Lebih lanjut dalam penjelasan pasal
30 ayat 2 huruf e Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 dinyatakan keterangan halal untuk suatu produk sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas
muslim. Adapun keterangan halal dimaksudkan agar masyarakat terhindar dari
mengkonsumsi pangan yang tidak halal atau haram. Dengan pencantuman halal pada label pangan, dianggap telah terjadi pernyataan dimaksud dan setiap orang yang
membuat pernyataan tersebut bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan itu. b.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UUPK Pasal 5 huruf a UUPK menyatakan “pelaku usaha dilarang memproduksi dan
atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan ‘halal’ yang dicantumkan dalam
label”. c.
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan PP Nomor 69 Tahun 1999 ini merupakan peraturan pelaksanaan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang secara detil mengatur tentang halal. Buktinya Pasal 10 ayat 1 PP Nomor 69 Tahun 1999 menyatakan “setiap orang yang
memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam,
bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label”.
Pasal 11 ayat 1 PP Nomor 69 Tahun 1999 menyatakan “setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk
15 diperdagangkan wajib memeriksakan terlebih dahulu pangan tersebut pada lembaga
pemeriksa yang telah diakreditasi sesuai dengan ketentuan aturan perundang-undangan yang berlaku”.
Dalam penjelasan pasal 11 ayat 1 pp nomor 69 tahun 1999 dinyatakan pencantuman tulisan halal pada dasarnya bersifat sukarela, namun setiap orang yang
memproduksi dan atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan menyatakannya sebagai produk yang halal, sesuai ketentuan ia wajib
mencantumkan tulisan halal pada label produknya. Label halal pada suatu produk dapat menjadi suatu acuan bagi konsumen Muslim untuk memilih dan membeli produk. Jika
hal ini saja tidak dapat dipercaya, dengan cara bagaimana lagi para konsumen muslim dapat dengan 100 yakin makanan dan minuman yang dikonsumsinya sudah memenuhi
syariat agama Islam.
F. Metode Penelitian