4
membuat dan mengembangkan usaha kecilnya yaitu pepesan kacang dan canang. Merka sudah mempunyai langganan yang sudah siap membeli pepes kacang maupun
canangnya. Sedangkan Bapak I Wayan Gejir sekarang tidak bekerja karena 3 tahun yang
lalu sempat jatuh dari pohon jakakelapa beliau sempet lama di opnama di Rumah Sakit Gianyar astungkara sekarang beliau sudah membaik, sehingga beliau sesekali
membantu menantunya memasak pepes kacang, beliau mengambil botol bekas tersebut dan dikumpulkan sebanyak mungkin agar kemudian bisa ditukarkan dengan
pemulung. Kedua cucu beliau sesering kali membantu juga tetapi mereka juga punya pekerjaan masing-masing dan yang satu masih sekolah.
1.2.2 Pengeluaran Keluarga
1. Kebutuhan sehari-hari Untuk keperluan sehari-hari, keluarga Bapak I Wayan Gejir mengeluarkan
biaya kurang lebih Rp 30.000 per harinya untuk keperluan lauk saja karena beras sudah didapatkan secara gratis dari pemerintah, sebab keluarga Bapak I Wayan Gejir
tergolong keluarga kurang mampu. Tetapi disini yang menjadi tulang punggung di keluarga beliau adalah Ni Ketut Landri. Pengeluaran Ibu Landri terhadap anaknya
sudah banyak sekali kalau di hitung rupiah susah karena dari kecil beliau merawat sendiri kedua anaknya sampai dia sekolah dan bekerja saat ini. Pengeluaran biaya
listrik dan air I Wayan gejir menyatakan bahwa setiap bulannya mengeluarkan uang sebesar Rp. 50.000. Kita hidup di pulau Bali pasti mengetaui banyak budaya dan
upacara yang dilakukan setiap hari raya suci Hindu dan pasti ada turunan untuk keperluan adat dibanjar maupun di Desa Pekrman juga harus dikeluarkan oleh Bapak
I Wayan Gejir sebesar Rp 300.000 2. Kesehatan
Kondisi kesehatan, kesehatan keluarga Bapak I Wayan Gejir sebagian besar memiliki kesehatan yang kurang baik. Karena kedua anak beliau memiliki gangguan
5
jiwa. Namun anak beliau yang pertama yang bernama Ni Wayan Parni itu memiliki kesehatan yang paling parah dibandingkan anggota keluarga lainnya. Dari hasil
pengamatan penulis, saat ini Ni Wayan Parni mengalami gangguan jiwa dari dulu sedangkan I Komang Sudira juga mengalami gangguan jiwa karena terkena penyakit
non medis oleh orang yang tidak suka kepadanya, Namun saat ini kondisinya mulai membaik, karena telah berobat ke Medis dan Non Medis. Beliau sendiri sering
mengalami sakit, karena umur beliau juga sudah tua. 3. Kerohanian
Seluruh anggota keluarga Bapak I Wayan Gejir beragama Hindu. Setiap harinya keluarga Bapak I Wayan Gejir tidak mengeluarkan uang untuk keperluan
sembayang sehari-harinya karena keluarga Bapak I WayanGejir hanya melakukan persembahan sesajen dan canang sewaktu hari-hari tertentu saja, seperti saat hari
kajeng kliwon, tilem, purnama dan upacara agama lainnya. Ni Ketut Landri menyatakan bahwa setiap ada hari raya suci dan upacara agama, beliau bisa
mengeluarkan biaya sekitar Rp. 15.000 sampai Rp. 50.000 tergantung jenis sesajen dan jumlah sesajen yang akan dipersembahkan.
4. Sosial Saat ini Ni Ketut Landri menjadi tulang punggung keluarga sebab
kedua mertuanya sudah lanjut usia. Sedangkan suaminya mengalami ganguan jiwa tetapi tidak terlalu parah. Kondisi tersebut menyebabkan Ni Ketut Landri juga harus
membayar segala biaya sosial yang wajib dibayarkan oleh semua masyarakat Desa Bedulu, seperti ketika ada upacara di Pura, Ni Ketut Landri dikenakan iuran sebesar
Rp. 150.000, biaya itu belum termasuk pengeluaran sesajen wajib yang harus dibuat untuk keperluan upacara pura, namun lain halnya jika ada upacara besar di pura,
dimana Ni Ketut Landri bisa sampai menghabiskan biaya Rp. 600.000 untuk membayar iuran dan keperluan membeli sesajen. Biaya social lainnya yaitu ketika
ada orang meninggal Ibu Landri memberikan sumbangan berupa kain kavan, gula, beras,kopi,dll dalam istilah Bali disebut Mejenukan.
6
5. Lain-Lain Sebagai warga asli Bali yang beragama hindu, tentu banyak kegiatan agama
yang wajib diikuti dalam kehidupan bermasyarakat, seperti ketika ada upacara di pura atau ada upacara agama dirumah saudara dan warga lainnya, I Wayan Gejir wajib
ikut serta membantu dan berpartisipasi dalam kegiatan agama dan sosial tersebut. Hal tersebut terkadang juga akan menemukan waktu yang tidak tepat, dimana ketika I
Wayan Gejir sudah lanjut usia yang digantikan oleh menantunya yaitu Ni Ketut Landri, beliau juga sibuk bekerja kalao ada kegiatan di Banjar maupun di Desa
Pekraman beliau harus meliburkan diri, karena beliau harus juga memenuhi kewajibannya sebagai warga Desa Bedulu, sehingga ketika I Wayan Gejir dan
keluarga tidak bisa datang untuk berpatisipasi dalam suatu upacara agama tersebut, maka akan dikenakan denda sebesar 5000 sampai 10.000
7
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
Beberapa kali penulis telah melakukan kunjungan ke rumah keluarga dampingan, penulis mengetahui beberapa permasalahan yang dihadapi oleh keluarga
I Wayan Gejir. Identifikasi permasalahan tersebut menggunakan metode wawancara dengan melakukan percakapan dengan empat narasumber yaitu I Wayan Gejir,
menantunya Ni Ketut Landri dan kedua cucunya yaitu I Wayan Eka Saputra dan Ni Kadek Erli Susanti. Adapun hal-hal yang dilakukan untuk memperoleh informasi
antara lain berkenalan atau beramah-tamah, sosialisasi mengenai program KKN –
PPM, berdiskusi dengan anggota keluarga I Wayan Gejir, mengamati suasana tempat tinggal beliau serta mengikuti aktivitas keluarganya yaitu membantu membuat pepes
kacang, dan membantu bersih-bersih rumah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan hasil wawancara dengan keluarga dampingan, diperoleh beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh keluarga Bapak I Wayan Gejir sebagai berikut:
2.1 Permasalahan Keluarga