Manajemen Scorecard di Perguruan Tinggi

  Manajemen Balanced Scorecard di Perguruan Tinggi

  Oleh Mariana Simanjuntak

  Magister Manajemen Pendidikan Tinggi UGM E-mail: I.

Abstrak

  

Balanced scorecard (BSC) sebagi sebuah sistem manajemen dapat

  memotivasi peningkatan terobosan dalam bidang produk, proses, pelanggan dan perkembangan pasar. Manajemen merupakan suatu proses untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengendalikan organisasi dan semua perangkatnya, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai strategi untuk mencapai Perguruan Tinggi [PT].

  Dalam mengelola strategi, PT dapat menfokuskan scorecard untuk menciptakan proses manajemen dalam pengembangannya, yakni penting untuk: [1] Menerjemahkan dan merealisasikan visi dan strategi PT, [2] Mengkomunikasikan tujuan dan ukuran strategis, [3] Merencanakan, mengarahkan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan strategis dan [4] Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.

  PT berusaha melakukan peningkatan produk dengan penekanan kepada kemampuan lulusan bersaing secara lokal dan global. BSC mampu memperkaya proses rekayasa ulang (re-engineering), memastikan kualitas mutu secara menyeluruh (total quality), pemberdayaan SDM (employee empowerment) dan melihat strategis kompetitif bisnis pengelolaan dan jangkauan jangka panjang.

  Kata kunci: Balanced scorecard , Manajemen, Strategi, Perguruan Tinggi.

II. Latar Belakang

  Beragam sistem manajemen atau pola pengembangan PT. Setiap PT memiliki ciri khas proses manajemen dalam mengembangkan visi-misi dan tujuan PT. Salah satu yang perlu menjadi pertimbangan adalah dapat mengadopsi manajemn BSC, sehingga proses penyelengaraan pendidikan di PT berjalan seimbang.

  Menurut Nayeri (2007:231) PT saat ini fokus pada: [1] Pencarian strategi agar dapat beradaptasi/menjangkau masa depan; [2] Menggambarkan siklus strategi dari saat ini menuju masa depan; [3] Membantu organisasi meningkatkan kinerjanya dan beradaptasi dengan lingkungan; [4] Menentukan proses perencanaan strategis; [5] Mengembangkan SDM sejajar dengan pertumbuhan ekonomi; [6] Perencanaan strategis menjadi metode utama dalam PT; [7] BSC perlu dikembangkan sebagai salah satu model manajemen PT.

  III. Rumusan Masalah

  BSC sebagai alternatif manajemen strategis dalam pengelolaan berkelanjutan dalam mencapai visi-misi-tujuan PT.

IV. Tujuan Penelitian

  Membuktikan bahwa BSC signifikan dalam me manage strategi pengelolaan berkelanjutan PT.

V. Pembahasan

  Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006:116) ada empat dimensi dalam manajemen Balanced Scorecard, yang secara jelas dibedakan dan diukur yakni: [1] Keuangan, [2] Pelanggan, [3] Proses Internal dan [4] Inovasi & pembelajaran. Disebut Balanced, karena memiliki beberapa keseimbangan dalam pengukuran, yaitu: [1] Keseimbangan antara perspektif keuangan dan non keuangan; [2] Keseimbangan antara hasil kinerja dari dalam (pimpinan, manajer, karyawan) dan kinerja pihak luar (kreditor, pemegang saham); [3] Keseimbangan antara kemampuan serta kinerja yang lalu dan masa mendatang; [4] Keseimbangan antara hasil kinerja objektif dan subjektif (potensi atau pendorong kinerja).

  Terdapat hubungan sebab akibat dalam balanced sorecard (Kaplan & Norton, 2000:27). PT mengupayakan pelaksanaan kinerja SDM dan pengoperasian layanan pendidikan sebanding melalui sarana prasarana yang tersedia dengan harapan mampu memenuhi keinginan pelanggan dalam hal kesesuaian keahlian dan keterampilan lulusan PT.

  Diagram-1: Manajemen Balanced Scorecard untuk PT Nirlaba

  Sumber: BSC Kaplan & Norton dalam Nayeri et al. (2007:233) Menurut Yu et al.(2009:818) jika manajemen BSC diadopsi ke pengelolaan PT, maka ke-empat elemen di atas dapat diwujudkan sbb: 1)

  Proses pelanggan (costumer): Proses ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan „how do costumer perceive us?‟. Aspek ini menunjukkan PT menjalankan kegiatan dan memberikan yang terbaik sesuai harapan pelanggan. 2)

  Proses bisnis internal (Internal Business Process): Proses ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan "what business processes must be excelled ?‟. proses internal memfokuskan agar seluruh kegiatan internal PT dapat mencapai hasil sesuai harapan pelanggan.

  3) Proses keuangan (financial): Proses ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan "how do our shareholders see us

  ?‟. Proses ini memfokuskan bagaimana PT menerjemahkan hasil-hasil operasional ke dalam kesejahteraan dalam bidang keuangan. 4)

  Proses pembelajaran dan pengembangan (learning and growth): Proses ini menjawab pertanyaan "how do we change and improve?‟. Proses ini menfokuskan pada keberlanjutan agar menjamin dan meningkatkan kemampuannya untuk memuaskan para pelanggan.

  Dengan demikian, strategi PT melalui pendekatan BSC perlu memperhatikan: [1] bagaimana membudayakan kinerja bagi seluruh SDM PT agar bersama-sama mengupayakan kinerja terbaik untuk tujuan bersama [2] memastikan siapa sasaran tepat yang menjadi pelanggan PT, [3] bagaimana menghubungkun strategi

  scorecard dengan kegiatan operasional, [4] mengubah kebijakan bila dalam

  pelaksanaan operasional terdapat ketidakseimbangan, [5] mengidentifikasi isu-isu menarik bagi pelanggan, [6] melakukan evaluasi terhadap proses penyelenggaraan pendidikan dan kegiatan lainnya.

  PT mengenali posisi strategisnya, menjalin kerjasama dengan dunia industri dan mencaritahu kebutuhan dunia industri, menciptakan pengetahuan dan mencetak lulusan yang memiliki keahlian sesuai tuntutan dunia industri, menganalisa semua aspek dan kegiatan unit serta melakukan pendekatan. BSC menyeimbangkan proses operasional dengan hasil maksimal yang keseluruhan dirangkum dalam manajemen strategis.

  Menurut Tjahjono (2006) BSC sebagai sistem manajemen strategis dalam PT dapat digambarkan sbb: PT dalam mencerdaskan bangsa, memiliki motivasi untuk dapat melayani kebutuhan masyarakat dan industri. Walaupun mungkin dalam perjalanannya banyak PT mengalami defisit berkepanjangan, namun dengan segala daya senantiasa mengupayakan proses keberlanjutan dan penekanan pada mutu. Setiap PT memiliki sistem manajemen dan salah satunya BSC mampu berperan meningkatkan stabilitas PT dengan berpatokan kepada manajemen keseimbangan di segala bidang dan unit. Aplikasinya dapat dilihat pada sistem manajemen yaitu [1] menjelaskan dan menerjemahkan visi dan strategi; [2] mengkomunikasikan tujuan strategi dan tujuan PT; [3] merencanakan, menetapkan target; [4] melancarkan umpan balik dan penyempurnaan strategi secara bertahap-beranjut.

  Hoshin Kanri dalam (Asan & Tanyas, 2007:1003) memandang bahwa pendekatan manajemen BSC menekankan pada hasil (performance based). Hasil dan apa yang dicapai sama pentingnya. Menurut Hoshin Kanri, sebaiknya pendekatan manajemen tidak hanya pada hasil melainkan ada dukungan sarana prasarana saat proses menuju hasil.

  Implementasi BSC pada manajemen perbaikan untuk mendapatkan hasil yang baik (tidak terjadi seperti yang dikhawatirkan Hoshin) apabila PT tetap memperhatikan metode implikasi dengan menetapkan dan memastikan sistem manajemen pada semua unit, dalam prosesnya dijalankan sesuai fungsi masing-masing, sehingga setiap unit maupun komponen seimbang (balanced).

  Dalam hal ini Taylor & Baines (2012:116) menambahkan, organisasi PT untuk tetap melaksanakan: [1] Peningkatan komunikasi; [2] Pembentukan Organisasi Umum dan Khusus; [3] Menanggapi sejauh mana pencapaian hasil; [4] Melakukan penilaian kinerja karyawan dan 5] Menetapkan dan memperbaharui strategi sesuai tuntutan pelanggan.

VI. Kesimpulan

  Penerapan manajemen BSC disarankan dapat diadopsi dalam membantu proses pendidikan, karena BSC memuat sistem manjemen peningkatan mutu berkelanjutan dan dengan keseimbangan pengelolaan disetip unit, PT dapat mencapai harapan dan tujuan. BSC juga menjangkau masa depan menjadi lebih baik.

VII. Daftar Pustaka

  Ashan, SS., Tanyas, Mehmet (2007). Integrating Hoshin Kanri and the Balanced

  

Scorecard for Strategic Management: The Case of Higher Education. The

  Journal of Total Quality Management Vol. 18, No. 9: Pp. 999-1014 Indrajit, R. Eko & Djokopranoto, R. (2006). Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Yogyakarta-Indonesia: Penerbit Andi.

  Kaplan, Robert S. & Norton, David P. (2000). Menetapkan Strategi Menjadi Aksi.

  Balanced Scorecard. Jakarta-Indonesia: Penerbit Airlangga.

  Nayeri, MD., Mashhadi, MM, & Mohajeri, K. (2007). Universities Strategic

  

Evaluation Using Balanced Scorecard. International Journal of Social

Sciences Volume 2 Number 4: Pp. 231-236.

  Taylor, John & Baines, Claire (2012). Performance management in UK

  

universities: implementing the Balanced Scorecard. Journal of Higher

Education Policy and Management. Vol. 34, No. 2: Pp. 111.124.

  Tjahjono, Heru Kurnianto 2006). Budaya Organisasional & Balanced Scorecard;

dimensi Teori & Praktek. Yogyakarta-Indonesia: Penerbit Tim UPFE UMY.

Yu, May Leen, Hamid, S. & Ijab, Moh.T. (2009). The e-balanced scorecard

  

(e-BSC) for measuring academic staff performance excellence. The journal

of High Educ 57:813-828.