4 Jumlah tetangga pertama didapat dari jumlah tetangga dari Klaten Utara
sebagai titik awal yang memiliki jumlah tetangga termasuk Klaten Utara tujuh kecamatan. Jumlah tetangga kedua adalah empat kecamatan dengan jumlah tetangga
dari tetangga adalah sebelas kecamatan jumlah tetangga pertama ditambah dengan jumlah tetangga kedua. Jumlah tetangga dari tetangga didapat dengan
menjumlahkan jumlah tetangga dengan tetangga selanjutnya. Adapun Rumus Fungsi GiStatistik dari Getis dan Ord,
1
Variabel zGi: nilai Local Indicator Spatial Autocorrelation – Getis and Ord,
∑wijxj: Jumlah kasus pada tetangga, x: Rata-rata seluruh kasus, n: Jumlah area yang berdekatan dengan hotspot, wi: Jumlah tetangga antara wilayah studi dengan
tetangga terdekatnya, s²: varianceperbedaan antar i sites.
3. Metode dan Perancangan Sistem
Pada penelitian ini,akan dilakukan beberapa tahapan penelitian yang secara garis besar terbagi ke dalam lima tahapan, yaitu : 1 Analisis kebutahan dan
pengumpulan data yang diperlukan. 2 Perancangan Sistem. 3 Perancangan aplikasiprogram. 4 Implementasi dan pengujian sistem, serta analisi hasil
pengujian. 5 Penulisan laporan hasil penelitian [10]. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Tahapan Penelitian
Gambar 1 menjelaskan bahwa tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : tahap pertama : analisis dan pengumpulan data, di mana
pihak developer mencaritahu kebutuhan client dalam pembuatan aplikasi. Tahap ini dilakukan dengan mencari informasi data yang didapat dari Badan Ketahanan
Pangan Kabupaten Klaten. Tahap kedua, ketiga, dan keempat dilakukan
5 menggunakan metode prototyping. Metode penelitian yang digunakan pada
perancangan sistem ini adalah prototyping. Model ptototyping merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi tertentu mengenai kebutuhan-kebutuhan
informasi pengguna secara tepat. Pengguna kebutuhan seringkali menjelaskan sekumpulan sasaran umum perangkat lunak, namun tidak mengidentifikasikan
kebutuhan input, proses atau output[11].
Gambar 2 Tahapan-tahapan Metode Prototyping [11]
Tahapan-tahapan metode prototyping akan terus berlangsung dari waktu ke waktu hingga semua kebutuhan terpenuhi. Tahap pengumpulan kebutuhan
merupakan proses menganalisa kebutuhan yang terdapat pada permasalahan yang dihadapi, pengumpulan data, kemudian membangun aplikasi dengan landasan teori
yang ada. Analisis kebutuhan sistem ini dilakukan dengan pencarian data-data serta informasi yang dibutuhkan sistem. Terdapat empat analisis kebutuhan dalam
perancangan sistem yaitu analisis kebutuhan sistem, analisis kebutuhan data, analisis kebutuhan perangkat keras dan analisis kebutuhan perangkat lunak.
Pada tahap ini data yang dibutuhkan untuk membangun sistem dalam penelitian ini adalah data Rasio konsumsi normatif, Persentase penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan, Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai, Persentase rumah tangga tanpa akses listrik, Angka harapan hidup pada saat lahir,
Berat badan balita dibawah standar, Perempuan Buta Huruf, Rumah tangga tanpa akses ke air bersih, Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari
fasilitas kesehatan serta peta daerah Kabupaten Klaten. Analisis kebutuhan perangkat keras serta kebutuhan perangkat lunak yang digunakan dalam pemodelan sistem ini
yaitu : perangkat keras yang akan digunakan adalah Prosesor Intel Core i3, 2.40 GHz, RAM 2 GB dan Hardisk 320 GB. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan
adalah sistem operasi Windows 7 ultimate, Mapserver, Web browser dalam penelitian ini digunakan Google Chrome, Adobe Dreamweaver CS5, ArcView
untuk digitasi peta, dan Microsoft Office Visio untuk membuat DFD.
Tahap perancangan sistem dilakukan dengan pembuatan desain sistem berdasarkan kebutuhan yang telah dikumpulkan. Pembuatan desain dilakukan dengan
tujuan agar ptototype yang nantinya dibuat dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Tahap pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang dibuat
sudah sesuai dengan kebutuhan, dan menemukan kesalahan-kesalahan yang terjadi
6 pada sistem. Apabila sistem belum memenuhi permintaan maka proses akan berulang
ke tahap pertama hingga tahap uji coba, begitu seterusnya hingga permasalahan terpecahkan.
Setelah prototype dibuat, pengujian dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui apa saja yang perlu ditambahkan atau dikurangu pada sistem dari aplikasi ini.
Evaluasi pertama, fungsi untuk menampilkan data yang diinterpretasikan ke peta sudah bisa, namun pada saat data dihitung menggunakan fungsi GiStatistik ada
beberapa daerah yang tidak dapat dipetakan dan tidak sesuai dengan hasil perhitungan manualnya. Sehingga sistem harus ada yang dirubah dan diperbaiki
untuk penanganan-penanganan error dan sedikit perubahan antarmuka. Evaluasi kedua, semua input yang tidak sesuai sudah diberi penanganan, sehingga sistem dari
aplikasi ini berjalan dengan baik. Hasil dari pengujian prototype kedua ini adalah mengenai desain dan grafs tampila antarmuka dan fasilitas yang ada pada aplikasi
ini.
Perancangan sistem dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk diagram aliran data atau data flow diagram DFD. Data Flow Diagram DFD adalah suatu model
logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari sistem. Data disimpan di mana, proses apa yang
menghasilkan data tersebut dan interaksi anatara data yang tersimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut [12].
Adapun deskripsi Rumusan Masalah dalam sistem ini adalah : 1 Pengelolaan nilai masukan untuk menentukan daerah rawan pangan. 2 Pemrosesan nilai masukan
dengan fungsi Gi statistik. 3 Menampilkan peta hasil perhitungan Gi statistik. 4 Menganalisis peta daerah rawan pangan sesuai dengan indikator yang ditunjukan
dengan warna pada peta.
User Admin
Sistem Pemodelan Klasifikasi Rawan
Pangan
Login Data Rawan Pangan
Analisis Peta Menampilkan Peta
Menampilkan Peta Menampilkan Data
Gambar 3 Context Diagram Sistem Pemodelan Klasifikasi Rawan Pangan
Gambar 3 menunjukkan proses sistem secara garis besar, di mana user dapat melihat peta yang telah diproses menggunakan fungsi Gistatistik maupun peta data
aslinya. Selain itu user dapat menganalisis peta tersebut dan mengambil keputusan yang tepat. Admin dapat memasukkan nilai ataupun data ke dalam model, kemudian
nilai tersebut diolah menggunakan fungsi Gistatistik yang hasilnya ditampilkan dalam bentuk peta.
7
Gambar 4 DFD Level 1 Pemodelan Klasifikasi
DFD Level 1 menunjukan proses kerja pemodelan sistem klasifikasi daerah rawan pangan. Pada gambar 4, admin diharuskan melakukan login terlebih dahulu
untuk mengakses data. Setelah admin berhasil melakukan login, admin meng-update data dalam basis data dan data tersebut dihitung oleh sistem. Kemudian hasil
masukkan yang sudah dihitung ditampilkan dalam bentuk peta. User menganalisis peta hasil perhitungan fungsi Gistatistik dengan membandingkan peta. DFD Level 2
menjelaskan proses perhitungan Gistatistik, di mana data yang diupdate oleh admin kemudian dihitung berdasarkan tetangga terdekat dari kecamatan yang terpilih
sebagai hotspot.
Admin 3.2
Pengelolaan Data
3.1 Hitung Dengan Metode
Tetangga terdekat I
Tetangga terdekat VI
Tetangga Terdekat V
Tetangga terdekat IV
Tetangga terdekat III
Tetangga terdekat II
Tbl Data Update Data
Lakukan Hitung
Dihitung dihitung
dihitung dihitung
dihitung Dihitung
Pilih
Update Hasil Hitungan
Tampilkan Peta
Gambar 5 DFD Level 2 Pemodelan Klasifikasi
4. Hasil Implementasi dan Pembahasan